"Maze"
A ChanHun fanfiction by Halona Jill
I own this story including the idea, except the casts. If you don't like, just don't read.
Dedicated to my beloved boys, Chan Chan and Sehunie of course (LOL)
Masa remaja memang masa yang penting, dimana setiap orang akan memilih dan memutuskan 'Jadi apa aku di masa depan?'. Chanyeol baru 18, tapi sudah berani mengambil keputusan yang besar. Dia tidak akan menyesal, bahkan berjanji pada dirinya sendiri. Juga pada pemuda manis yang selalu memeluknya erat, Oh Sehun.
For warn.. this is YAOI haha
Enjoy reading... (Sorry for typos)
Chapter 1 : Park Chan Yeol.
.
.
.
Orang-orang sering menyebutnya 'Pangeran Chan', pemuda ini tidak dilahirkan ataupun dibesarkan sebagai keturunan bangsawan, bukan juga konglomerat kaya, dia hanya pemuda 18 tahun yang dibesarkan dan di-didik secara baik oleh keluarga yang harmonis, secara rohani maupun jasmani.
Park Chanyeol namanya, pemuda tampan, berbadan tinggi, tegap. Dia adalah pemuda yang sopan, baik, dan dia adalah pemuda paling ramah di kompleks tempat tinggalnya. Setiap pagi saat berangkat sekolah, Chanyeol akan bertemu tetangganya, menyapa mereka satu persatu dengan senyum terbaiknya, dan suara husky-nya mendendangkan kata 'Selamat pagi' yang membuat gadis-gadis tetangga dan bibi-bibi genit menjerit senang, 'Si ganteng Park Chanyeol menyapaku' begitulah kata mereka.
Kadang, Chanyeol pergi ke sekolah dengan jalan kaki sampai halte sebelum berdesakan naik bis, meskipun dia punya scooter matic kesayangannya. Pemuda itu akan dengan senang hati menawarkan tumpangan pada bibi-bibi yang hendak ke market, atau anak sekolah lain yang kelihatan jalan sendirian. Bukan berarti Chanyeol tipe lelaki penggoda yang menggaet perempuan di pinggir jalan begitu saja, dia adalah laki-laki bersahaja dengan segala sikap santunnya.
Sepulang sekolah anak itu tidak pernah langsung ke rumah, dia akan duduk beberapa puluh menit di tepian sungai Han, atau tempat yang ramai. Mengawasi sekaligus meneliti orang-orang disekitarnya, tanpa harus kelihatan seperti stalker, pemuda itu tetap seramah biasanya saat orang asing mengajaknya bicara meski otaknya sedang menganalisa seperti apa lawan bicaranya.
Itulah Park Chanyeol.
-00-
Saat guru tidak mengajar, maka saat itulah kelas terlihat seperti pasar, begitu kiranya ucap beberapa orang yang dikenal Chanyeol saat membahas masalah pendidikan, Chanyeol setuju, karena sekarang hal itu sedang berlangsung, pemuda itu tidak ikut andil dalam keributan, hanya duduk diam di kursinya yang terletak di sudut belakang.
Mengamati temannya satu persatu, Baekhyun si biang keributan, Kyungsoo si kutu buku, Jongin si hitam yang usil. Terakhir, matanya tertuju dan berpusat pada pemuda berambut hitam legam yang sedang mengerjakan sesuatu pada buku tulisnya. Ada sedikit dentuman keras setiap Chanyeol melihat pemuda itu, sangat tidak lazim –karena Chanyeol yakin dia tidak homo-, dan itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya, jadi Chanyeol memalingkan pandangannya dan melihat keluar jendela saja.
Oh Sehun namanya, Chanyeol senyum sendiri bahkan hanya mengingat namanya –Chanyeol hanya memungkiri bahwa dirinya homo-. Pemuda yang menarik perhatian Chanyeol, dia manis, dia tinggi, dengan tubuh ramping dan kulit pucat, bibirnya merah merekah dan terlihat seperti jelly, hidungnya bangir, lalu matanya indah dengan iris coklat terang yang dibingkai oleh kelopak kecil, bulu mata panjang dan lebat serta bentuk alis yang menarik. Sehun cuma punya satu kekurangan, dia jarang sekali bicara.
Chanyeol adalah tipe anak yang selalu penasaran akan segala hal, kemudian akan merenungkannya dan menyimpulkan hasil analisanya (kedengarannya sok detektif sekali) terhitung satu tahun lebih sejak Chanyeol mengenal Sehun dan jadi stalker pemuda bertubuh ranting itu, Chanyeol tidak menemukan apa-apa, tidak bisa menyimpulkan apa-apa. Dia hanya seperti orang dungu yang setiap hari menyempatkan untuk melirik Sehun beberapa menit saja, namun tidak pernah bertegur sapa, yang setiap pulang sekolah menyempatkan mengikuti Sehun sampai halte tapi tidak berani menawarkan tumpangan untuk –Chanyeol berpikir sejenak- pujaannya mungkin –Oh! Dia benar-benar homo!-.
"Aku rasa semakin hari Chanyeol semakin frustasi menjelang ujian, karena dia hanya merenung di samping jendela, sedangkan kita bersenang-senang."
Mata bulatnya melirik Jongin yang barusan mengolok-oloknya, dia tahu pemuda berkulit gelap itu tidak bersungguh-sungguh, Jongin tidak akan berani, karena Chanyeol pernah hampir mematahkan hidungnya saat Jongin mengganggu adik kelas yang manis dan polos, sejak saat itu Jongin jadi anak baik dan segan terhadap Chanyeol, meski usilnya tetap ada, mungkin itu bawaan lahir, tapi memang cocok untuk wajah konyolnya.
"Dan aku rasa semakin hari kulit Jongin terlihat semakin cerah, Jongin selalu datang paling pagi belakangan ini" balas Chanyeol menyindir yang berarti sebaliknya. Bukan rahasia umum kalau Jongin adalah 'Raja Kesiangan', dan dia sangat tidak senang ketika orang lain menyinggung kulit coklatnya yang menggoda kaum hawa.
Seisi kelas terbahak, tentunya, kecuali Oh Sehun, pemuda itu hanya tersenyum tipis, terlihat sekali menahan tawanya, tapi mimik wajahnya tetap tenang. Chanyeol tersenyum dibuatnya, melupakan Jongin dan yang lain, telunjuk panjangnya mendarat di dagunya dan bergerak secara teratur, Chanyeol sungguh penasaran pada makhluk indah bernama Oh Sehun ini.
Siapa Oh Sehun sebenarnya? bagaimana dia? seperti apa kelakuan sehari-harinya? bagaimana keluarganya? apa dia punya kakak? atau adik? atau mungkin anak tunggal?
"Aku pinjam catatan Biologimu."
Chanyeol mengerjap, untuk beberapa detik dia seperti idiot yang memandangi Sehun dengan tatapan kosong, padahal tadi dia kelihatan keren seperti Choi Siwon. Setelah berdehem keras untuk mengalihkan rasa gugupnya, Chanyeol segera mengambil tasnya dan mengaduk isinya, mengambil buku tulis bersampul coklat yang di depannya tertera tulisan hasil cetakan printer, disitu tertulis 'BIOLOGI'.
"Terimakasih, akan ku kembalikan di jam istirahat."
Jari Chanyeol terangkat membentuk sign 'ok', sedangkan Sehun kembali ke tempatnya setelah mengambil buku dari tangan besar Chanyeol, pemuda manis itu menoleh sekali lagi ke arah Chanyeol dan menahan senyumnya.
-00-
Sejak kecil Chanyeol tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar, tidak pernah mendapat paksaan dari keluarganya, dalam bentuk apapun. Malam ini, Chanyeol harus mencoret pernyataan itu dari daftar keberuntungannya.
Petang tadi, saat Chanyeol baru saja sampai di rumah, masih seperti biasa, dia disambut oleh Ibunya, Chanyeol menarik tangan Ibunya kemudian mencium punggung tangan itu secara lembut. Semuanya berjalan baik-baik saja, Chanyeol pergi mandi, setelahnya dia ke dapur membantu Ibunya menyiapkan makan malam, lalu mereka berdua duduk di ruang makan sambil menunggu Tuan Park dan Yoora pulang. Tapi semuanya jadi jungkir balik saat makan malam selesai dan Tuan Park memulai pembicaraan yang kedengarannya akan serius, mata pria itu menatap putra bungsunya penuh harapan, kemudian berkata,
"Ayah ingin setelah lulus SMA kamu masuk sekolah militer, jadi tentara itu mulia sekali, mengabdikan diri pada Negara-mu sendiri."
Chanyeol memanglah pemuda baik hati yang berbakti pada orang tuanya, tapi dia tetaplah anak muda yang punya banyak mimpi yang ingin diwujudkan dan masih mencari jati dirinya. Masuk militer setelah lulus SMA sama sekali bukan mimpinya. Chanyeol punya mimpi yang lebih luas dan lebih besar, dan jadi tentara jelas akan menghalangi jiwa bebasnya. Terang saja Chanyeol membantah, berawal hanya dengan adu mulut, Tuan Park yang benar-benar kesal menampar Chanyeol untuk pertama kalinya, hingga tangan pria tua itu bergetar sendiri setelahnya.
Jadi, berakhirlah Chanyeol di halte yang bis cukup jauh dari rumahnya, sudah jam 11 malam tapi Chanyeol belum mau pulang, mungkin tidak akan pulang malam ini. Dia bisa menginap dimana saja, rumah Baekhyun, rumah Kyungsoo, rumah Jongin, ahh tidak.. Chanyeol mencoret Jongin dari daftar karena pasti anak itu akan menganggu waktu istirahatnya. Chanyeol mengeluarkan ponselnya dan menekan angka 5 cukup lama di layar, itu speed dial untuk Baekhyun. Angka 1 untuk Ibunya, 2 untuk Ayah, 3 untuk Yoora, dan 4 untuk Kyungsoo. Mungkin Chanyeol akan menambahkan Sehun kalau sudah punya nomor ponsel pemuda itu.
"Hallo Baek, kau dimana? Sedang apa?" tanya Chanyeol basa-basi, Baekhyun tidak menjawab, mungkin bingung kenapa Chanyeol menelepon selarut ini.
"Aku? Tentu saja dirumah, aku hampir mau terbang ke alam mimpi dan ponselku berdering, ternyata kau, menyebalkan sekali, ku kira salah satu dari gebetan-ku menelepon untuk mengucapkan 'selamat tidur, mimpi indah Baekhyunie' atau apalah," Baekhyun berceloteh panjang lebar tapi dia tidak tahu kalau Chanyeol tidak serius mendengarkan.
"Jadi—," Baekhyun memberi jeda untuk mengambil nafasnya yang memang sudah putus. "Kenapa meneleponku selarut ini?"
Hembusan nafas lega akhirnya keluar dari mulut Chanyeol. "Aku numpang tidur di rumahmu malam ini ya?" kemudian hening, Chanyeol sampai mengira Baekhyun memutus sambungannya.
"Kau bercanda?! Memangnya tidak punya rumah sendiri apa?!" suara Baekhyun melengking membuat Chanyeol secara refleks menjauhkan ponselnya dari telinga. "Aku saja tidur di ruang tamu, Baekbum dan istrinya di rumah, mereka menyabotase kamarku—."
Sialan. Dia langsung memutus panggilannya sebelum si tukang ribut bercerita lebih banyak. Jemarinya menyentuh lagi layar ponselnya, kali ini menekan angka 4 cukup lama, Chanyeol menempelkan ponselnya pada telinga –lagi-, menunggu Kyungsoo menjawab.
"Hallo Kyung... aku numpang tidur di rumahmu ya?" Chanyeol sudah malas basa-basi lagi.
"Oh, Chanyeol? Ya tentu saja, kamarku luas." Jawaban Kyungsoo ramah sekali, anak itu memang baik.
Chanyeol tersenyum mendengarnya, hatinya sudah berbunga penuh harapan.
"Tapi aku tidak di rumah sekarang, kau tahu kan? Setiap malam minggu.. maksudku, aku pulang ke rumah orang tuaku dan kunci rumah sewa kubawa, kalau kau mau, ke rumah orang tuaku dan ambil kun—."
"Terimakasih Kyung, kurasa aku akan mencari tempat lain, bye," Chanyeol menyela dengan cepat, setelahnya ia menghela nafas dan memutus sambungannya sebelum Kyungsoo bicara panjang lebar.
Sekarang, Chanyeol bingung, antara menelepon Jongin atau pulang ke rumah, menelepon Jongin ada kemungkinan anak itu bisa memberinya tumpangan, tapi Chanyeol yakin disana akan sangat tidak nyaman, Jongin terlalu ribut, dia ingin pulang ke rumah tapi terlalu gengsi.
Chanyeol pergi karena ingin Ayahnya sadar bahwa Chanyeol punya mimpi-mimpinya sendiri dan sangat bersemangat untuk mewujudkannya. Menelepon Jongin adalah pilihan terakhir kalau Chanyeol tidak mau mati kedinginan di halte bis.
"Kenapa malam-malam disini?"
Atau mungkin tidak usah menelepon Jongin, karena malaikatnya muncul di depan Chanyeol dengan tatapan penasaran yang membuat Chanyeol merasa diperhatikan. Chanyeol berdehem pelan, bilang bahwa dia sedang berselisih dengan Ayahnya, bukan masalah besar, tapi pokoknya Chanyeol belum mau pulang, lalu dia sedang mencoba menumpang tidur di rumah teman-temannya tapi tersisa Jongin dan Chanyeol tidak nyaman bersama Jongin. Sehun hanya mengangguk saja mendengar penjelasan ringkas dari Chanyeol.
"Rumahku kosong, aku tinggal sendiri, mau menumpang?"
Seperti mendapat jackpot, Chanyeol girang bukan main meski dia hanya menunjukkan satu senyuman tampan, pemuda manis itu balas tersenyum sebelum mengajak Chanyeol pulang. Chanyeol masih tersenyum, sambil mengikuti langkah Sehun, meskipun kepalanya bertanya-tanya, Sehun sendiri sedang apa malam-malam di luar rumah dengan pakaian keren seperti sudah hang out?.
-00-
Mereka sampai di rumah sewa Sehun beberapa menit yang lalu dan sekarang Chanyeol berduaan dengan Sehun di kamar tidur kecil dengan satu kasur lipat yang menggoda sekali untuk ditiduri oleh Chanyeol dan terlihat hangat. Chanyeol kikuk, entah harus merasa sangat senang dan berterimakasih atau malah minta maaf karena sepertinya hal ini merepotkan Sehun, sehingga dia diam saja dan memilih untuk memperhatikan Sehun yang masih merapikan kamar.
Sebenarnya, Chanyeol tidak berharap lebih saat Sehun mengajaknya ke rumah pemuda manis itu, dia hanya berpikir bahwa Sehun akan menyuruhnya tidur di sofa, atau lantai ruang tv, tidak masalah, Chanyeol tahu diri karena dia menumpang. Tapi sepertinya Sehun sangat mengkhawatirkan Chanyeol yang bersin sepanjang jalan, jadi begitu sampai di rumah pemuda manis itu langsung menyiapkan kamar kosong untuk tamunya.
Semuanya sudah rapi, Sehun sudah berdiri dan menghampiri Chanyeol sambil tersenyum tipis, lelahnya terasa berkurang mengingat betapa senangnya dia bisa membantu Chanyeol. "Kau bisa tidur disini, beberapa hari pun tidak masalah," tuturnya secara lembut. "Ini kamar yang biasa dipakai Hyung kalau berkunjung, aku tidur di kamar sebelah, jadi kalau ada apa-apa, ketuk saja pintunya."
Merasa tidak mendapat respon, Sehun berdecak dan memukul pelan bahu Chanyeol, setelahnya dia merasa Chanyeol sudah memperhatikannya dengan benar. "Kau lapar ? aku punya biskuit, susu ada di kulkas, aku juga punya ramyun, kalau kau mau sih."
Chanyeol tersenyum mendengar betapa perhatiannya Sehun padanya. "Tidak, aku sudah makan malam sebelum kesini, dan—," Chanyeol terlihat berpikir. "Terimakasih untuk kamarnya, dan maaf sudah merepotkan."
Senyum manis terkembang di bibir Sehun, "Tidak usah canggung begitu, aku senang menolong teman kok, nah... sekarang tidurlah, sudah larut malam, aku juga mau tidur," Sehun membuka pintu kamar dan meninggalkan Chanyeol di dalam, tapi sebelum menutup pintu pemuda itu berbalik dan mengucapkan, "Selamat malam Chan."
Bukan cuma Sehun yang memanggilnya dengan nama kecil seperti itu, Baekhyun juga biasanya begitu, Kyungsoo juga, atau teman-teman perempuannya di sekolah dan keluarganya, tapi mendengarnya dari mulut Sehun terasa sagat berbeda dan menyenangkan. Entahlah, yang pasti dia segera meringkuk dengan nyaman diatas kasur lipat dalam pelukan selimut hangat, kemudian menjelajahi alam mimpi indah, dan Sehun juga ada disana.
TBC
.
.
.
.
.
.
Cuap-cuap:
Hallo?
Oke, aku baru banget nulis ChanHun dan baru banget ngepost ff disini, butuh keberanian ternyata *hela nafas*
Jadi? Gimana fanfic-ku ini? Berhubung aku ini masih amatiran dan baru banget, jelas aku mengharapkan saran dari pembaca, tapi jangan minta ganti pairingnya ya, aku lagi cinta mati sama ChanHun T.T apalagi minta ganti tema jadi GS, aku lebih suka ChanHun yang Yaoi.
Dan tolong ampuni aku juga yang menistakan Jongin disini, semoga Jongin tabah, dan memaafkan penggemar kurang ajar macem aku ini, tapi dia mangsa empuk buat jadi bahan bully-an. Haha.
Aku juga gatau kenapa judulnya sama sekali gak nyambung sama sumary-nya, pikiranku cuma bisa inget lambang EXO di jaman overdose dan memutuskan labirin jadi judul ff-ku ini. Mungkin karena aku suka pola labirinnya? LOL
Fanfic ini bakal aku lanjut kalau ada respons, dan bakal seneng banget kalo tanggapan dan review pembaca baik-baik.
Last words,
Mind to review ?
Halona Jill. Rookies.. ^-^