Belakangan ini, Sasuke merasa ada yang aneh pada kakaknya. Tidak aneh, hanya tidak biasanya. Maksudnya, biasanya Itachi pulang dari misi atau pendidikan atau apapun itu namanya dengan wajah yang ramah, mengucapkan salam dengan suara yang ringan, menyapa ayah dan ibunya, dan – err, menunggu Sasuke datang menyambut kepulangannya.
Tapi, sudah dihitung oleh Sasuke bahwa dua minggu kebelakang ini, Itachi pulang dengan wajah yang lelah dan sedikit kesal atau menahan sesuatu. Dia mengucapkan salam dengan datar, jika pulang malam, Itachi tak ikut makan malam, menyapa ayah-ibunya pun hanya sebatas 'aku langsung tidur, Chichi-ue, Haha-ue' - dan yang paling membuat Sasuke aneh, kini Itachi lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar dan parahnya Itachi sekarang selalu mengunci kamarnya.
Sasuke kesepian. Ia mengerti kakaknya sibuk dengan kegiatannya di ANBU dan ia pasti lelah saat pulang. Tapi, ini terlalu aneh. Perubahan sikap Itachi terlalu mencolok. Sasuke mulai curiga. Tapi, ia tak berani jika harus bertanya langsung pada Itachi, ia takut kakaknya menganggap dirinya terlalu mencampuri urusannya.
Ia bertekad akan mencari tahu dan memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada kakak kesayangannya.
.
.
.
Sabtu siang, Sasuke pulang dari akademi lebih awal dan kebetulan ayah dan ibunya sedang keluar selama seminggu untuk menjalankan misi. Tentu rumah begitu sepi. Dengan malas, Sasuke menaruh tasnya di kamar, makan siang seperti biasa lalu kembali ke kamar.
Membosankan.
Setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya, Sasuke bermaksud keluar untuk berlatih bersama Naruto. Namun, niatnya langsung urung seketika saat ia keluar kamarnya dan teringat akan Itachi. Biasanya, jam empat sore Itachi sudah pulang dan kebetulan Itachi sedang tidak menerima misi karena misi kali ini adalah giliran kedua orang tuanya.
Bukan! Bukan Sasuke berfikir mengapa kakaknya pulang terlambat, namun sebuah ide melintas di benaknya. Ini dia! Inilah saatnya kesempatan untuk Sasuke datang. Kesempatan untuk masuk ke kamar Itachi diam-diam untuk melihat apa yang sebenarnya ada di kamar kakaknya hingga membuat si sulung yang amat disayanginya ini berubah. Apa yang disembunyikan Itachi? Sasuke ingin tahu.
Setelah memastikan keluar jendela dan tidak ada tanda-tanda Itachi akan pulang, dan ia tidak merasakan chakra kakaknya sejauh beberapa belas meter, Sasuke langsung masuk dengan sedikit terburu ke dalam kamar Itachi.
Ia memperhatikan sekelilingnya. Tak ada yang berbeda. Tetap berisi kamar yang rapi seperti biasanya. Sasuke sedikit kecewa, tapi tentu ia tak kan berhenti sampai disitu. Ia mengecek ke bawah tempat tidur dan bahkan ke laci meja dan lemari baju Itachi.
Tak di temukan apapun yang aneh, semua tetap pada barang-barang yang biasa Itachi gunakan dan Sasuke selalu mengetahuinya. Sasuke cemberut, ia berfikir mungkin saja Itachi menaruh buku-buku porno atau apapun. Ah, tidak mungkin. Itachi bukan orang mesum seperti Naruto atau Kakashi—begitu pikir Sasuke.
Jangan-jangan, Itachi punya pacar? Mendadak Sasuke merasa kesal. Mungkin saja kan, Itachi mengurung diri di kamarnya karena ia sedang jatuh cinta pada seseorang dan sedang menulis puisi atau surat cinta untuk orang yang dicintainya itu? Sasuke tidak suka, ia nyaris emosi dan mengobrak-abrik isi kamar Itachi.
Namun, tidak ada apapun yang Sasuke temukan di situ. Tidak ada yang aneh, tidak ada yang baru, tidak ada yang mencurigakan. Sasuke semakin penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada kakaknya hingga ia menjadi lebih sering mengurung diri di kamar.
.
.
.
Masih dengan nafas yang terengah-engah karena lelah mondar-mandir sekeliling kamar Itachi, tiba-tiba Sasuke mendengar suara pintu terbuka dan tentu suara Itachi yang mengucapkan salam langsung menggema di koridor rumahnya yang kini sedang sepi karena orang tua mereka tak ada.
Sasuke panik, sudah tak mungkin untuk keluar kamar Itachi atau ia akan berpapasan dengan kakaknya dan hancurlah image Sasuke jika Itachi menyadari bahwa dirinya sedang menguntit ruang pribadinya. Si bungsu ini menengok kanan-kiri, ia segera menyembunyikan chakranya dan matanya tertuju pada lemari gantung baju yang ada di pojok kamar Itachi. Sasuke tahu Itachi jarang menggunakan lemari itu. Jelas, lemari itu hanya berisi kimono, hakama dan baju-baju upacara lain untuk musim-musim tertentu atau acara resmi lainnya. Ia pun masuk ke dalam lemari besar itu dan menunggu Itachi masuk.
Benar saja, dalam hitungan detik ia melihat pintu kamar Itachi terbuka dan sosok tinggi gagah nan tampan sang kakak tampak dengan jelas di sana. Sasuke menelan ludahnya berharap Itachi tak menyadari keberadaannya disekitar situ. Ia benar-benar sudah memastikan chakranya tersembunyi dan tak mungkin Itachi merasakan kehadirannya. Sasuke sedikit membuka pintu lemari tersebut agar Itachi tak curiga dan sekaligus ia bisa memantau situasi.
Ia melihat Itachi menaruh katananya, melepas seragam ANBU nya lalu masuk ke kamar mandi, Sasuke mendengar beberapa suara guyuran air dari dalam sana, mungkin Itachi sedang buang air kecil atau membasuh mukanya. Ia masih menunggu dengan tenang.
Sang kakak keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tersampir di pundaknya. Sejenak, Sasuke sedikit takjub melihat tubuh Itachi yang tumbuh sempurna. Dadanya begitu bidang dan gagah, leher dan bahunya begitu kekar, pinggang dan perutnya ramping namun meninggalkan kesan atletis disana. Selama ini Sasuke tak pernah memperhatikan sampai sedetail itu. Tapi, wajarlah jika Itachi memiliki tubuh sempurna, setiap hari fisiknya selalu terlatih.
Muka Sasuke sedikit merona saat Itachi melepas kunciran rambutnya dan rambut lurusnya tergerai. Sepertinya sedikit basah di ujung helai rambutnya. Baiklah, itu seksi. Hei, apa yang kau pikirkan, Sasuke? Kakakmu itu laki-laki seperti dirimu. Tapi, Sasuke tak peduli dan ia tetap memandang keindahan fisik kakak kesayangannya dari dalam lemari.
Jantung Sasuke kembali berdebar saat ia melihat kakaknya mendekat menuju lemari. Ia takut Itachi menemukannya di dalam sini. Tapi, itu tidak lama karena ternyata Itachi hanya menggantung handuknya di samping lemari. Sasuke sedikit lega. Ia tinggal menunggu momen yang tepat untuknya bisa keluar dari kamar Itachi.
Ah, benar juga. Tujuannya masuk kamar Itachi kan untuk menyelidiki apa yang ada dan biasa dilakukan kakaknya di dalam kamar. Justru sekarang adalah momen yang tepat. Begitu pikir Sasuke. Ia pun kembali bersemangat dan memasang mata dan telinganya dengan cermat, memperhatikan setiap gerak dari kakak kesayangannya. Ia penasaran dan ia hanya berharap satu hal, semoga ia tidak ingin buang air kecil atau buang air besar atau semua akan kacau.
.
.
.
Setengah jam berlalu dan Sasuke mulai bosan karena apa yang dilihatnya adalah hal yang biasa dilakukan Itachi. Tidak ada yang aneh dan tidak ada yang baru. Bahkan sekarang Itachi sedang berbaring tengkurap dengan gulungan kertas diatas kasurnya. Ia terlihat sedikit berfikir lalu sesekali menulis. Mungkin itu laporan atau apapun itu. Sasuke sedikit kecewa. Eh, kecewa? Memangnya apa yang kau harapkan, Sasuke?
Menit berikutnya, Sasuke mulai mengantuk dan sepertinya Itachi pun kelelahan. Cih, bahkan Itachi tak menyadari bahwa adiknya sedang tidak ada. Padahal sudah sesore ini, tidak khawatirkah Itachi padanya? Mengapa ia tak mencarinya? Sasuke kesal saat mengingat hal itu dan rasa penasarannya kembali muncul tentang apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya? Seasyik apa Itachi berada sendirian di dalam kamarnya hingga adik satu-satunya pun bisa ia lupakan?
Dalam kesendirian, Sasuke memanyunkan bibirnya. Ia sedikit cemburu. Ia yakin pasti Itachi sudah punya pacar dan di dalam kamar Itachi selalu asyik membayangkan wajah pacarnya. Pikiran itu terus berputar di pikiran Sasuke. Begitulah, ia tak mau kehilangan kakaknya. Kakaknya hanya miliknya. Itachi adalah miliknya seorang.
Namun, tak lama, Sasuke mulai kehilangan reflek berkedipnya saat melihat Itachi membaringkan tubuhnya di kasur dengan jari yang membuat segel 'memanggil bunshin'. Sasuke kembali bersemangat. Kenapa? Ada apa Itachi sampai harus membuat bunshin? Apa dia akan pergi lagi untuk misi?
Bukan, detik berikutnya, yang muncul di hadapan Itachi bukan bunshin dirinya sendiri, tapi bunshin 'Sasuke'. 'Sasuke' yang berusia dua belas tahun sekarang ini dan Sasuke terpaku. Untuk apa? Mengapa Itachi membuat bunshin dirinya? Apa yang akan Itachi lakukan dengan bunshin 'Sasuke'-nya? Sasuke semakin penasaran dan ia merubah posisi duduknya di dalam lemari tersebut menjadi posisi merangkak dengan wajah yang semakin dimajukan ke arah pintu lemari yang sedikit terbuka di depannya ini.
Mata dan mulut Sasuke terbuka semakin lebar saat dilihatnya bunshin 'Sasuke' tersebut berjalan mendekati Itachi dengan gerakan yang sensual dan sedikit manja. Berbaring di samping Itachi dengan jari telunjuk yang mengelus dada telanjang Itachi dengan amat menggoda. Muka Sasuke merona padam melihatnya. Baiklah, itu bukan dirinya. Sekalipun itu dirinya, ia tak mungkin melakukan itu pada Itachi karena mereka kakak beradik. Kandung.
Dan Sasuke mulai merasa cemburu pada bunshin buatan kakaknya yang menyerupai dirinya.
Rasa cemburu Sasuke bertambah saat bunshin tersebut mulai diciumi oleh sang kakak. Dari kening, kedua mata, hidung, pipi dan bibirnya. Ah, Sasuke ingin. Sudah lama sekali Itachi tak melakukan itu padanya. Sasuke kesal dan ingin segera keluar dari dalam lemari untuk 'melabrak' bunshin tersebut. Oke, itu tidak mungkin.
Lagipula, mengapa Sasuke cemburu? Mengapa Sasuke menginginkan kakaknya? Bukankah itu aneh?
Ternyata, tidak sampai disitu, Sasuke pikir Itachi hanya akan mengecupnya dengan sayang lalu menyudahinya, tapi ternyata yang dilihat Sasuke justru kebalikannya, ia melihat kakaknya memperdalam ciumannya pada bunshin tersebut. Dengan amat jelas, Sasuke mendengar bunshin itu mengeluarkan suara rintihan dalam ciuman panas dari Itachi sambil melingkarkan tangannya ke tengkuk Itachi. Ah, bahkan suara rintihan bunshin tersebut mirip sekali dengan suaranya.
Muka Sasuke merona merah melihat adegan yang tidak biasa di depan matanya. Antara cemburu dan malu, Sasuke memperhatikan setiap geliat mereka di tempat tidur. Bahkan sekarang Sasuke sudah melupakan tentang rasa penasaran atau apapunlah itu. Jantungnya berdebar kencang dan ia benar-benar sudah kehilangan reflek berkedip.
Jadi, inikah yang selama ini dilakukan Itachi di dalam kamarnya belakangan ini? Memang, Itachi sudah dewasa, tapi, mengapa harus dengan menciptakan bunshin dirinya? Mengapa tidak bunshin wanita lain?
.
.
.
TBC.
Iya bersambung ya, soale ini bakal agak panjang kalo dijadiin oneshot. PWP? Entahlah – intinya fic ini akan jadi two-shot atau mungkin three chap kayak 'Secret' dan 'Enam S' . Review menentukan cepat atau lambatnya update karena kalian tau sendiri pan gue lagi ngerjain yang '2nd sequel of Secret' ntuh?
Uh, kasian dedek. Abang malah sayang-sayangin bunshin dedek, padahal dedeknya abang yang asli ada di dalam lemari. Abang sih bukannya cek-cek dulu, siapa tau dapet jackpot? *apaan*. Dedek juga sebaiknya jangan terlalu penasaran ya dek, abang pan udah gede jadi abang pengen punya privasi sendiri. Ini akibatnya kalau dedek terlalu penasaran sama abang. *jitak dedek Sasu* selanjutnya, dedek harus tutup mata dan tunggu dengan tenang sampe abang bobo ato keluar kamar ya, dek. Pokonya dedek ga boleh liat, dedek masih dua belas tahun. Masih dibawah umur, oke?
Thanks for reading.
Leave your review.
Regards.