Update diusahakan dilakukan setiap 1 minggu sekali jika memungkinkan. Inspirasi datang saat membaca sebuah novel, menonton BL anime, dan dari membaca beberapa fanfiksi yang lain.
Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto. this is just a Fanfiction for all fujodanshi fans.
Rating : T atau M ya?
Genres : Romance, Drama, Humor, School-Life, Lime or Lemon? , AU
Warning : Bad words, TYPO, ORIGINAL CHARA,OOC, AU, Yaoi , Straight, Rape(maybe LOL),
Cerita ini murni dari otak saya sendiri, kesamaan cerita dengan fanfiksi lain itu murni ketidaksengajaan dan saya tidak ada niat untuk mengambil cerita orang lain. Terima kasih *wink
.
.
YOSH!
Disini Naruto,Miume, Sakura, Sai dan yang lain berumur 18 tahun.
Kelas Naruto dan Sakura tidak diajar oleh Sasuke.
Sasuke hanya mengajar kelas Miume, ShikaKiba dan Sai.
Disini Sasuke dan Naruto sama-sama straight.
Umur Sasuke 21 tahun.
.
Don't Like Don't Read ! Please Go Back !
.
Achikochi
.
.
.
Chapter 6
"Eh?"
"Tadi aku mendengar Sasuke menyebutkan nama Deidara, kalian tau dimana dia?"
Kakak beradik itu tak menjawab, mengernyitkan dahi tak mengerti.
"Kau mengenal lelaki sinting itu? " seru Miume, sedikit mendesis.
Naruto terkejut… Lelaki sinting?
"Deidara itu kakak ku!"
JDER… /slap
Sasuke dan Miume terbelalak tak percaya. Gadis berambut raven menghembuskan nafas berat dan memalingkan wajah. Sebelah tangan menopang kening yang tiba-tiba terasa berat.
"Oh, Dunia ini benar-benar sempit."
Naruto melangkah mendekat. "Kalau kalian kenal dia, tolong katakan dimana dia berada.." mendesak.
Sasuke menatap dalam diam. "Ia ada di Tokyo." Naruto beralih menatap Sasuke dengan penuh harapan. Sekilas senyum tipis tercetak diwajahnya. Sasuke tercengang, lagi.
"Sudahlah, aku mau mendinginkan kepalaku. Rasanya mau pecah!" satu-satunya wanita disana melangkah pergi dengan anggunnya. Tangan kirinya masih setia berada diatas kening yang masih terasa berat. Gaun merahnya tersibak angin menambah keanggunannya.
Naruto tak menatap Sasuke lagi. Tiba-tiba kecanggungan menampar mereka berdua. Angin dingin malam membelai kedua paha Naruto yang terekspos bebas membuat mereka kedinginan.
"A-aku mau masuk kedalam." Wajahnya memerah, tanpa aba-aba ia langsung saja melangkah cepat menuju balik tembok sana, Sasuke memperhatikan sebentar lalu menghela napas tak perduli.
.
.
Sesampainya didepan pintu masuk, Naruto memegang ganggang pintu, berniat hendak menariknya dan masuk kedalam, namun ada 3 orang lelaki yang menghalangi pintu hendak pergi keluar. Menatap dengan tertarik pada pemuda berkostum unik.
"Waaah nona, apa yang kau lakukan diluar tengah malam begini? Pasti kedinginan, ayo bergabung bersama kami." Salah satu dari mereka tiba-tiba menyeringai, merangkul bahu Naruto yang kaget.
" Eeetttooo… a-aku laki-laki ttebayo.."
Salah satu dari ketiga pemuda itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya yang semula menatap jalanan sana menuju wajah Naruto. Tertarik, entah karena apa.
"Aah~ Sayang sekali, ternyata laki-laki. Padahal aku berharap dapat gadis yang cantik untuk malam ini." Lelaki bermata kuning menatap salah satu temannya, tiba-tiba tersenyum miring. "Hey, bukannkah kau menyukainya? Bagaimanaaa … kalau kita membuat sedikit eksperimen, yaaah… sebagai penghibur untuk acara puncak."
Naruto mengernyit, tak memahami situasi yang sedang terjadi padanya. Ia melihat jam ditangannya, 15 menit lagi acara puncak tahun baru. Ia ingin cepat-cepat bergabung dengan teman-temannya yang lain. Dari yang pernah ia dengar, jika menghitung detik-detik terakhir bersama dengan teman, maka pasti pertemanan itu akan langgeng.
"Maaf, saya ada hal lain yang akan saya kerjakan, jadi saya permisi dulu." Naruto berusaha sopan, namun belum sempat melangkah, ketiga orang disana malah menariknya untuk pergi bersama mereka. Wajah mereka menampakkan seringaian.
"Oh ayolah, ikut sebentar dengan kami. Tak akan lama."
Lelaki-lelaki itu berjalan cepat kesuatu ruangan musik seiringan dengan tarikan pada Naruto dan memaksa pemuda itu untuk ikut berjalan cepat. Pintu ruangan ditutup dan Naruto terlihat sangat bingung. Salah satu pemuda berada diluar, dan 2 pemuda lainnya melihat kearahnya. Apa pemuda-pemuda ini ingin ia bermain alat musik? Atau apa? Jika pun iya, ia tak bisa bermain alat musik , ia tak ada bakat dibidang itu.
"Sebenarnya kalian mau ap–"
BRUKH..
Tubuh dengan balutan kostum maid tersebut terhempas keras keatas pentas. Naruto mengaduh sakit saat seseorang menaiki tubuhnya, mencoba membuka baju tersebut dan menahan pergerakannya. Sadar dengan situasi darurat yang sedang terjadi padanya, pemuda itu langsung berontak.
"Apa yang kau inginkan dariku? Lepaskan aku!"
"Hey ! … Bantu aku menahannya, apa kau tak mau mencicipinya ? "
Pemuda dengan warna mata mencolok mendekat dan membelai dagu, Naruto membelalak kaget dan dengan segera berontak. Sudah cukup dengan lelaki berambut emo yang sudah 2 kali hampir me-rapenya. Ini lagi? Apa wajahnya secantik itu sehingga homo-homo sialan ini terus mengejarnya? Ia tak habis fikir.
.
Dilain tempat Miume sedang berjalan terburu-buru. Sai sudah menunggunya sedari tadi.
"Karena aniki keparat itu aku jadi terus memikirkan Itachi-nii. Tsk ! Sial !" mengumpat sambil terus melangkah susah akibat tak terbiasa menggunakan sepatu hak. "Tsk ! Sepatu sialan !" umpatnya lagi dan akhirnya melepaskan sepatunya dan kembali berjalan cepat.
Ia melewati lorong ruang musik.
Tunggu !
Terhenti.
Menatap lurus kedepan, ia tak salah lihat kan? Itu tadi….
Kembali mundur untuk melalui jendela kecil menuju ke dalam ruang musik.
Naruto?
"Mpppphhhhhh…. !"
Berontak. Lelaki itu kembali berontak untuk melepaskan diri. Sebuah dasi sudah melilit kesekeliling mulutnya mengitari belakang kepala –menyebabkan ia tak bisa berbicara selain mengeram. Shit, Naruto merasa kembali dirape oleh sensei biadap itu.
"Aku harus beritahu Sai." Miume mulai mengambil langkah seribu untuk pergi, namun…
BRUKH …
"Aduh.." Orang yang ditabraknya mengaduh pelan. Ia mundur beberapa langkah.
"Gomen…" Miume tak perduli, ia kembali berjalan namun lengannya ditahan.
GREB !
"Kenapa terburu-buru nona?" Sebelah tangan di cengkram. Miume menoleh dengan tatapan membunuh, namun tampaknya tak berpengaruh apa-apa. Lihat saja lelaki itu menampakkan seringaiannya.
"Lepaskan aku !" Miume menghentakkan tangannya.
"op..op..op…. Kau menarik nona, ah~ sangat seperti tipeku." Menyeringai.
"Ap– Lepaskan aku brengsek! Mau apa kau? " kembali menarik tangan, tapi gagal, lelaki itu menariknya pergi.
Melotot, wanita itu segera saja melempar satu sepatu yang ia pegang ke wajah sang pria dan sukses mengenai hidungnya dengan satu hantaman keras. Genggaman tangan itu terlepas dan momen tersebut dimanfaatkan oleh Miume untuk melarikan diri. Di ujung sana ia melihat Sasuke yang sedang melintas. Oh terimakasih Tuhan ! Ia makin mempercepat langkah kakinya.
"Geehh… Kusso ! Kesini kau !" Lelaki tadi mengejarnya.
"SASUKEEEE!" teriaknya sangat keras menyebabkan Sasuke berbalik dan …
BRUK .
Miume langsung memeluknya. Sasuke yang kaget dengan pelukan tiba-tiba yang dilakukan adik angkatnya itu hanya diam. Dapat ia rasakan tubuh wanita itu bergetar dipelukannya.
"Apa-apaa–" belum sempat menyelesaikan perkataannya, seorang lelaki berhenti berlari didepannya, hidungnya berdarah.
"Sasuke, tolong aku." Seru Miume dengan suara bergetar. Sasuke diam.
"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah aula ada disana?" Sasuke berujar dingin pada sang lelaki dan menunjuk dimana arah Aula dengan dagunya. "Kau apakan dia?"
Lelaki itu menyeringai, memasang tampang sok coolnya. "Jangan sombong begitu sensei. Kau kira dengan gaya sok mu itu kau bisa memerintahku seenaknya? Heh… Jangan menggangguku. Berikan wanita itu padaku!"bentak sang lelaki. Sasuke diam. "Beruntung aku bertemu denganmu disini, aku memang sudah muak dengan mu."
Tangan melayang hendak meninju, Sasuke menarik Miume untuk menjauh darinya, tangan kiri menangkis serangan. Jika dilihat secara fisik, mana mungkin ia menang, lelaki itu bertubuh besar.
"Untuk murid yang kurang ajar sepertimu, seharusnya kuberi hukuman yang spesial." Berseru datar, persis seperti bermonolog.
"Seperti aku mau saja."
Satu lagi tinjuan, namun dengan cepat Sasuke meninju dada pria itu dengan keras dan segera saja lelaki itu terjatuh dengan napas yang satu-satu. Tampaknya Sasuke suykses mengenai ulu hatinya.
BRAK..
Disepak dengan keras, lelaki itu langsung tak sadarkan diri. Sasuke berjongkok dan merogoh saku sang pria dan mengambil kartu pelajarnya. Miume mendekat, ia menghela nafas lega.
"Kau! Apa yang kau lakukan disini?"
Miume menunjuk kearah ruang musik. "Tolong Naruto! Aku tak sengaja melihatnya disana."
"Kenapa dia?" Miume tak membalas, ia menarik Sasuke. Mereka menuju ruang musik.
"Mmmpphh…"
Baju maid Naruto sudah terlepas dan tergantung diantara pinggulnyta. Seorang lelaki asik menjilati dadanya dan yang seorang lagi menahan kedua tangannya sambil merekam perbuatan bejad mereka. Naruto tak kuat lagi berontak, ia hanya menggeliat karena merasa asing.
Sasuke tertegun, kilasan-kilasan aneh muncul di kepalanya. Tubuh itu….. rasanya tak asing difikirannya.
" Sasuke-nii ! Apa yang kau lakukan? Tolong bantu temanku! " Miume mencoba menendang pintu didepannya. Sasuke tersadar, segera saja membantu sang adik untuk menendang pintu.
BRAK
Pintu ruang musik terbuka, kedua pemuda yang sedang asik disana menoleh bersamaan. Naruto memandang nanar dengan wajah memerah. Dasi yang mengikat kuat mulutnya itu membuat Sasuke kembali melihat kilasan-kilasan kejadian aneh dikepalanya. Wajah itu tampak tak asing, ekspresi itu…..
"Apa yang kalian lakukan pada temanku homo sialan?!" Miume berteriak marah, lengannya mengepal erat, miris melihat sang teman yang terkapar disana.
"Mau apa kalian? Mengganggu kami?" Yang memegang tanga Naruto berdiri, ia sedikit menyeringai.
"Apa pantas seorang murid melakukan perbuatan bejad selama masih berada di lingkungan sekolah? Seharusnya kalian tidak masuk disini !" Seru Miume lagi. Sasuke diam.
"Ne sensei, lalu kau mau apa hah? Mengeluarkan kami?" menantang. Mata menatap lurus kearah Sasuke.
"Lebih baik kalian lepaskan dia."
"Jangan ganggu kami sensei. Lebih baik kau pergi saja denganm pacarmu itu.' Berjalan mendekat dengan angkuh. Sebelah tangan terangkat dan mencoba mendorong Sasuke, namun dengan sigap Sasuke memelintir tangan dan mengikat dengan cepat tangan itu kebelakang. Tengkuk pemuda itu dipukul sehingga ia tak sadarkan diri. Miume sedikit ngelag/? Namun dengan sigap ia mengambil aba-aba da melempar lagi sebelah sepatu yang masih ia pegang. Sasuke lalu medekat dan meninju dengan keras sehingga pemuda yang stu lagi itu mengaduh kesakitan.
Naruto meringkuk diam, ia memegang bajunya dan menatap Sasuke dan Miume dengan sayu.
Sasuke berjalan pelan mendekat, mengambil posisi setengah berjongkok. Tangan kanan ia ulurkan, namun pemuda berambut pirang tak merespon, masih menatap kosong. Ekspresinya sungguh miris.
"Mau sampai berapa lama kau ingin meringkuk?" mecoba memegang lengan, namun Naruto menepis tangan itu. Tampaknya ia masih trauma dengan sentuhan.
Sasuke menatap dingin. Dengan cepat ia menarik lengan Naruto untuk berdiri. Naruto langsung saja refleks memegang bajunya yang seketika melorot. "Aku tak ska orang yang merengek. Cepat bereskan berdiri dan bereskan pakaian mu, aku antar kau pulang!" serunya. Ia menyuruh Naruto memakai kembali kostumnya dan melepaskan jasnya yang kemudian ia lampirkan ke punggung Naruto. "Kau laki-laki kan? Jangan lemah. Idiot."
Miume diam, wajahnya menampakkan kebingungan melihat Sasuke yang membopong tubuh Naruto.
"Ani–"
" –Kau pergi je aula. Beritahu Kakashi aku mengantar anak ini." Potong Sasuke. Ia membopong tubuh Naruto, entah kenapa ia mau saja bersusah payah menolong murid yang tak pernah ia kenal secara resmi tersebut. Tubuhnya…. Tiba-tiba bergerak sendiri tanpa komando apapun.
"D-daijobudayo? A-apa aku perlu melaporkan berandalan-berandalan ini juga?"
"Hn…"
.
Sasuke membawa Naruto untuk pergi dari sana, Miume mengikuti namun terhenti disaat Sasuke sudaj sampai diluar. Mengembuskan nafas berat sambil menimbang-nimbang dan segera berlalu masuk menuju ke aula.
Sasuke menoleh sinis. "Jey kau ! Bisa jalan sendiri?!" melepaskan tangannya pada Naruto dan membiarkan pemuda 18 tahun bersandar dimobilnya saat mereka sudah sampai di parkiran tempat mobilnya berada.
Naruto memegang keningnya, rasanya kepalanya terbakar, tubuhnya juga terasa panas. Ia demam?
"Masuk!" Naruto menatap dengan tatapan sinisnya, ia mengernyit tak suka. Namun kembali mengernyitkan kening dan mengedip-kedipjan matanya berulang kali karena rasa terbakar yang semakin menjadi-jadi di kepalanya.
"Masuk kau dobe !" Sasuke kembali keluar dari mobilnya dan berjalan menuju Naruto. "Kenapa kau?"
"Aku punya nama teme !" Naruto tersengal. Sepertinya berteriak sedikit menguras hampir seluruh tenaganya. 'Hh~ aku tidak akan menyerah hanya karena ini.' Bermonolog pada dirinya sendiri.
Sasuke mendekat lalu seketika menahan tubuh yang merosot jatuh. Naruto menatap dengan kesal. "Jangan sentuh aku ttebayo !"
'Tssss… JDUAR! (?)
Bunyi gaduh tiba-tiba terdengar dari arah Aula, kembang api tersulut dan terbang menuju langit untuk meledak. Taburan api berwarna warni memenuhi langit malam yang menandakan sudah masuknya tahun baru pada saat itu.
Sasuke diam, Naruto pun begitu. Membiarkan bunyi gaduh memenuhi keheningan yang mereka ciptakan. Naruto menghembuskan nafasnya kesal, pupus sudah harapannya untuk menghitung detik-detik terakhir tahun ini bersama teman-temannya. Ia malah terjebak dengan situasi yang aneh dengan guru homo yang paling ia benci disekolah.
"Lepaskan aku!" Ia berontak lagi, memecah keheningan. Wajahnya memerah.
Menghela nafas, Sasuke menarik lengan Naruto dan membawanya untuk masuk dan duduk didalam mobilnya lalu mengikuti untuk masuk. '"Berterima kasihlah karena aku mau bersusah payah mengantarmu untuk pulang usuratonkachi !"
Naruto mendecih. "Aku tak minta."
Sasuke tak membalas, heran dengan peubahan rona wajah pemuda disampingnya ia menyentuh kening. Tak panas, ia mengambil kesimpulan sambil menyalakan mobilnya.
"Jangan sentuh aku ttebayo!" menepis lagi.
"Kau mabuk usuratonkachi. Mereka memberimu aprhosidiac, heh?" mengejek. Sasuke menjalankan mobilnya.
"Urusai!" bernapas berat, kembali memegang keningnya "Badanku rasanya seperti terbakar." Menyandarkan kepalanya ke jendela mobil, dunianya serasa seperti berputar.
.
.
.
.
"Kau yakin tau tempatnya keriput? Kalau salah?" Seorang pria dengan rambut kuning panjang memainkan lilin mainan ditangannya dengan asal, tampaknya ia sedang kesal. "Kita pulang saja.."
Lelaki yang dipanggil keriput menoleh, berhenti menyetir dilampu merah.
"Kau kenapa? Uring-uringan tak jelas sedari tadi. Kau kesal kalau kita akan pergi menemui adikku?"
Lelaki itu tambah menggenggam lilin mainannya dengan kuat. Merasa sangat kesal. "Tentu saja idiot! Sudah jelas adik- adikmu itu tak menyukaiku. Kau bawa aku bertemu dengan mereka, kau mau membuat perang dunia ketiga !? " menghancurkan lilin mainannya.
"Hentikan Dei, kau membuat lantainya kotor." Melanjutkan perjalanan mereka. "Kita hanya melihat apartemen mereka, setelah itu kita pulang." Mencoba untuk menenangkan lelaki disebelahnya. Rencananya tadi mereka akan pergi melihat acara kembang api dipuncak, namun berakhir dengan pergi menuju apartemen adiknya. Siapa yang tak marah kalau plan manis nan romantis itu terbuang sia-sia?
"Hanya melihat Dei, setelah itu kita pulang."serunya lagi.
Lelaki berambut kuning mengalihkan pandangannya keluar jendela, malas berdebat. " Sesukamu saja lah, aku sudah muak."
.
.
.
.
" Aku bisa jalan sendiri."
Naruto keluar dari mobil dan berjalan dengan susah payah. Ia juga menekan tombol lift dengan tidak stabil. Pandangannya berkunang-kunang.
"Kau mabuk usuratonkachi…" Sasuke menyusul masuk kedalam lift. Naruto menatap Sasuke dan begitupun sebaliknya. Kilasan kejadian aneh kembali menghantam kepala Sasuke dengan telak. Ia mengernyit.
"Jangan mendekat padaku …!" Naruto mengambil jarak, ia tampak waspada.
Sasuke memperhatikan Naruto, kemudian bertanya dengan ragu. "Kau...… Apa yang pernah kulakukan padamu usuratonkachi? Kenapa banyak sekali kilasan aneh yang terbayang dikepalaku. Kau…...kita tak pernah melakukan apa-apa bukan?" sedikit merasa cemas.
Wajah Naruto memerah lagi, nafasnya tersengal. Sambil menyandar ke dinding Ia berbicara. "K-kau….. kau pernah merape ku guru homo idiot!" memandang kearah lain. "S-sebenarnya apa yang kalian fikirkan? Aku ini laki-laki, kau juga, mereka juga ! Bentuk hubungan fisik sesama lelaki itu tabu, bahkan hubungan itu tak pernah bisa untuk ku cerna. Sebenarnya apa yang salah denganku? Apa wajahku mirip seperti perempuan? Aku yakin wajahku cukup tampan dan tak ada sedikitpun mirip seperti perempuan. Lalu apa yang kalian lihat dariku? Aku bukan barang yang bisa menjadi objek fantasi gila untuk orang-orang seperti kalian…" Naruto mengeluarkan semua keluhannya dengan sedikit narsis menggunakan nada yang lirih. Nafasnya tersengal, tampaknya ia tak kuat lagi dengan efek aneh yang menyerang kepala serta badannya.
Sasuke membeku, jadi…... semua kilasan-kilasan aneh itu nyata adanya? Jadi dia benar-benar melakukan hal itu?
"Kau jangan bercanda dobe ak–"
" –Aku tak bercanda brengsek ! Kau melakukannya ! Berhenti menyebutku dobe ttebayo !~"
TING.
Pintu lift terbuka. Naruto langsung saja keluar dari lift itu dengan langkah tertatih. Tenaganya sudah terkuras habis namun ia tetap tak mau menyerah untuk berjalan sendiri. Keras kepala, itulah Naruto.
"Terimakasih sudah mau mengantarku pulang." Serunya sedikit tidak ikhlas.
Pemuda 21 tahun disana berjalan pelan melihat pemuda remaja yang berjalan sempoyongan menuju apartemennya."
BRUAKH…
Ia terjatuh, dan Sasuke langsung berlari mendekat. Entah kenapa hatinya memerintahkan tubuhnya untuk bergerak mendekat. Ia menahan badan Naruto.
"Badanku rasanya panas." Racau Naruto dengan nafas tersengal. Wajahnya merah sempurna.
Sasuke diam. Bingung antara memilih membawa lelaki itu kearartemennya saja atau tidak.
Tuhan tolong aku !
TBC
Yoshaaa…
Maaf, Cuma bisa ngetik segitu dulu yaa…
Maaf terlalu lama updatenya… Maaf banget…
Sebagai gantinya chapter depan saya bikin lemon deh xD /slap
Review dan saran sangat dibutuhkan, jadi tolong berikan review yaa..
Arigatou ….