..."Akh."
Cahaya matahari merembes masuk melalui sela kordenku. Hal itu cukup mengganggu kelopak mataku untuk terbuka sekarang. Ah, aku mau tidur lagi. Aku mengusap wajahku lelah dan kembali berbaring.
...Eh?
Kok lengket?
"...Namida..?"
Rupanya aku menangis waktu tidur.
Ah, sudahlah, aku mau mandi dulu biar segar.
Selama aku mandi, otakku tak lepas dari mimpi aneh yang menggerayangiku semalam. Mimpi yang memalukan, Kise menciumku. Mimpi macam apa itu? Kenapa aku bermimpi seperti itu lagi? Ah, sudahlah. Lebih baik aku fokus ke hal yang lebih penting daripada memikirkan mimpi tidak jelas itu lagi.
Ya, stalker itu.
Menyedihkan sekali, kenapa jadi begini...?
Dari dulu belum pernah ada stalkerku yang bertindak sejauh ini. Aku tidak terlalu peduli, namun...
Perasaanku tidak enak. Bahkan kemarin aku sempat menangis-
Eh!
Aku mematikan showerku dengan gerakan mendadak.
Sebentar, ingatan apa ini...?
Kemarin aku...Menangis sambil memeluk Kise-kun...
"KENAPA AKU MELAKUKAN HAL SELEMAH ITU?!" aku meninju tekel kamar mandiku... Yang mungkin sekarang jadi agak retak.
Demi Tuhan, sebelumnya aku tidak pernah selemah itu. Kenapa sekarang...
Seumur-umur aku hidup aku tidak pernah menunjukkan kepada siapapun wajah menangisku. Tetapi mengapa... Kise-kun dengan mudah bisa membuatku melepaskan topengku yang kuat didepannya...?
"Kise-kun, kau curang..."
.
.
Aku sudah memakai seragam sekolahku. Aku akan ke kamar Kise-kun, apakah dia sudah bangun?
Krieet
Ah, rupanya belum.
Aku baru saja akan membangunkan Kise-kun ketika-
-aku melihat wajah tidurnya yang begitu damai.
Imut sekali. Aku membalikkan wajah mulusnya dengan pelan dan pasti supaya dia tidak terbangun.
Tanpa kusadari, aku tersenyum melihatnya. Bukan senyum yang dipaksakan seperti biasanya saat aku bersama orang-orang munafik itu, tetapi ini senyum yang sebenarnya.
Aku menusuk-nusuk pipinya sambil menggumam, "Kawaii tte yo, hihi~"
Kise-kun melenguh pelan. Aku kaget dan segera menarik tanganku dan mengubah air wajahku menjadi seperti biasanya. Tanpa kuduga...
Kise-kun tersenyum sambil menggigaukan namaku...
Tunggu, apa?
Barusan ia menggumamkan namaku dalam tidurnya- WOAH!
Bruush!
Huwaaaaa! Kise-kun, cepatlah sadaaaar! Kenapa kamu menarikku kedalam pelukanmuuu! Akh, rasanya wajahku seperti akan mengeluarkan lava dan jantungku akan hancur berkeping-keping. Kise-kuuunn...!
"Kise-kun... Kise-kun...!"
"Ngh...?"
Ah, dia sadar.
"Kise-kun... Hentikan..."
Ukh, kenapa aku berkata 'hentikan'? Ambigu kan!
Kise-kun masih belum sadar sepenuhnya, jadi ia hanya mengeluarkan suara 'hmmm' sambil mengedip-kedipkan matanya.
Setelah aku dapat kesadarannya sudah penuh, Kise-kun berteriak cempreng- ah, telingaku -dan segera melepaskanku dengan terburu-buru dan dengan wajah yang memerah sempurna. Perfect.
"HWWAAAAAA! MAAF-SSU! AKU TIDAK SENGAJAAAA!"
"Hyaa! Oke oke tidak usah berteriak begitu, nak! Telingaku!" Protesku dengan wajah yang -nggak- banget.
"Ah, maaf..." gumamnya pelan sambil menunduk masih dengan wajahnya yang semerah stroberi. Aku hanya membalikkan badanku menuju pintu keluar dan berkata,
"Mandilah dulu, makan pagi akan kusiapkan sebentar lagi."
Dan dengan itu, Kise-kun pergi ke kamar mandi sambil menggumamkan 'ya' untukku. Ia juga membawa tas besar yang dikirimkan orang rumahnya kemarin kesini.
"Mari lihat, bahan apa saja yang ada di kulkas..."
Aku menggumam pada diriku sendiri sambil memelototi satu per satu bahan makanan yang menjadi isi kulkas ini.
Nasi goreng, pikirku. Tetapi bukan nasi goreng biasa. Aku akan menambahkan bumbu tambahan yang akan membuatnya menjadi lebih enak.
Aku pun mulai memasaknya. Baunya harum.
Dan nasi goreng sudah tersaji cantik diatas meja.
"Oh, bento. Untuk bento, akan kubuatkan sushi aja deh." Seingatku kemarin aku membeli beberapa gurita, belut, nori, dan alpukat. Segini saja sudah akan cukup untuk membuat hi-classed bento.
"Waw, baunya harum -ssu! Nasi goreng- hei tunggu! Untuk apa masak dua panci -ssu!?"
Eh, Kise-kun sudah selesai mandi dan juga sudah mengenakan seragam sekolah Kaijo. Aku hanya menoleh sedikit dan menjawab dengan santai,
"Untuk kumakan."
Kise-kun awalnya hanya terdiam dan terpaku, tetapi setelahnya ia menghela nafas panjang sambil menutup mata, seakan-akan ia sedang menanggung beban berat. Tetapi setelahnya, dia berkata,
"Ah iya juga -ssu. Aku lupa kalau porsi makanmu tidak beda jauh dari badak -ssu."
Aku melempari Kise-kun dengan celemek dan Kise-kun hanya tertawa jahil. Pagi ini kami habiskan dengan canda dan tawa.
Ketika kami akan berangkat, aku menyapa Kise-kun.
"Kise-kun."
"Ah, ada apa -ssu?"
"Ini, bento untukmu."
Wajah Kise-kun memerah. "U-uwa, ini bento buatanmu untukku? U-waaaah... Honto ni arigatou gozaimasuu, aishiteruuuuu~~~" teriaknya ceria sambil memelukku erat. Oh- ah-
"K-Kise-kun... A-ano.." ah, bisa kurasakan wajahku memanas. Jantungkuuuu!
"Ah, gomenasaii-ssuuuu!" Teriaknya kaget sambil melepas pelukannya. Aku berdeham kecil menstabilkan detak jantungku. Lalu kami berangkat bersama.
"Tidak apa kah, berjalan bersebelahan seperti ini, Kise-kun?" Tanyaku risih. Ya, semua orang sedang menatapi kami sekarang.
"Hei, itu kan gadis yang waktu itu."
"Kenapa sih Kise-kun mau sama cewek begitu."
"Lihat betapa culunnya cewek itu."
"Ryouta-kuun, dia diambil cewek seperti itu. Aku jadi kasihan."
Huh, mereka masih belum tahu siapa aku. Biar saja, toh aku sudah biasa. Ditindas pun, aku juga bisa memakai kekerasan.
Beda aku, beda pula Kise-kun. Dia terlihat emosi dan menggertakkan giginya.
"Kise-kun?"
"Aku sebal dengan mereka semua -ssu."
"Sudahlah, biar saja. Aku bisa mengatasinya kalau ditindas nanti." Kataku.
Sepanjang perjalanan kekelas pun kami masih menjadi bahan perhatian seluruh siswa siswi. Di kelas pun begitu. Bahkan, ketika aku duduk, ada yang melempariku dengan penghapus hingga kena dahiku.
"Penghapus siapa ini?" Tanyaku, padahal aku sudah tahu ini milik siapa. Tidak ada yang menjawab.
"Oh well." aku menyipitkan mataku sinis. Aku mengguntingi penghapus itu di ujungnya sehingga jadi lancip, dan segera satu siswi berdiri sambil menggebrak meja lalu menghampiriku dan berteriak.
"Itu milikku!"
"Oh, bukankah tadi waktu kutanya tidak ada yang menjawab? Jujurlah saja." Kataku sangat sinis sambil mengeluarkan aura hitam. Aku berdiri dan melempar balik penghapusnya yang sudah kutajamkan itu ke dahinya dengan sangat keras. Dengan segera siswi itu berteriak "auw!" Dengan keras dan memegangi dahinya yang mungkin lebam karena aku jago karate.
"Kalau kamu mau pakai kekerasan, aku juga bisa." Balasku dengan sangat dingin kemudian aku kembali duduk ke tempatku.
Siswi itu sudah tidak bisa apa-apa lagi. Memang dari awal dia yang memulai. Guru sudah masuk dan pelajaran pun dimulai.
Aku menantikan waktu istirahat supaya bisa segera bebas.
.
"Huh, sombong sekali dia!" Teriak salah satu siswi kesal. Yah, salah sendiri cari gara-gara denganku.
Aku hanya menyeringai mendengarnya. Tiba-tiba Kise-kun menarik tanganku cepat dan menggeretku berlari bersamanya entah kemana.
"Uwaaa, Kise-kun?"
"Ikut aku -ssu!~"
Kise-kun dan aku terus berlari. Tiga menit kemudian, kami sudah sampai ditempat yang Kise ingin tunjukkan.
Tetapi... Ini tempat dimana aku mau pergi barusan.
"Kise-kun... atap?"
"Makan bento bareng -ssu!~"
Ah, darahku berdesir. Aku akan... Aku makan dengan Kise-kun, dan dia yang mengajakku.
"Baik."
Aku mulai membuka bento ku. Sushi yang kubuat masih terlihat enak. Aku menyomotnya satu dan memakannya.
...Enak juga.
"Uwaaaaaah! Enak -ssu! Kamu benar-benar berbakat memasak, seperti seorang mama -ssu!" Seru Kise-kun sambil melahapi bentoku dengan lahap. Aku langsung tersipu. Sepertinya dia tidak sadar dengan perkataannya.
"Seperti mama? Terus, papanya siapa, Kise-kun?" Godaku dengan wajah yang tampak usil. Kise-kun terlihat kaget dan seketika wajahnya memerah total.
"Enggghhh... Mungkin aku? Hehe~" godanya balik. Ukh, sial! Sekarang aku yang maluuuu! Aku yakin wajahku pasti sudah memerah sekarang.
Eh
"Kise-kun.."
"Hem?"
Slurpt
Aku menjilat pipi Kise-kun yang ada nasinya. Entah kenapa tubuhku maju-maju sendiri! Tanganku mestinya bisa mengambilnya kan! Lagipula...
Wajah Kise-kun sekarang benar-benar merah seperti darah.
"Ya ampun Kise-kun, cemot noh." Kataku sok polos.
BLUSHHH!
Wajah kami berdua memerah total. Aku berusaha mempertahankan pokerface ku, tetapi sepertinya mustahil.
"Kise-kun... Ayo makan..."
Aku membuat Kise-kun tersadar dari lamunannya. Dan dia segera melanjutkan makannya yang sempat tertunda selama 10.7 detik.
Sepertinya... Aku sedikit terlalu detil dalam menghitung waktunya.
Kami memasuki suasana hening. Aku kurang nyaman dengan suasana seperti ini. Jadi...
"Kise-kun! Aaa~" aku mengarahkan sumpitku yang terdapat sushi buatanku ke wajahnya. Kise-kun yang wajahnya sudah tidak memerah lagi sekarang malah jadi lebih merah dari sebelumnya.
"E-eeeh?"
"Makan sajalaah."
"H-hai! Itadakimasuuu... Hap!"
Kise-kun memakannya dengan lahap, walau awalnya dia malu-malu.
"Mmmm... Enak sekali -ssu~~" Kise-kun seperti anak kecil. Aku gemas melihatnya~
"Ayo, kamu juga, aaaaaammm~~" Kini Kise-kun mengarahkan sumpitnya yang terdapat sushi dari tepak makannya ke wajahku. Aku agak kaget, lalu aku tersenyum. Aku melahap sushinya dengan senang hati.
"Hehe~" gumamku sambil mengunyah sushi ini. Aah, tidak bisa... Pertahananku terhadap Kise-kun sudah meruntuh... Aku hanya bisa mengeluarkan sisi sebenarnya dari diriku didepannya...
Acara suap-suapan kami terus berlanjut. Hingga akhirnya aku menyadari sesuatu dan langsung tanpa sadar mengucapkannya terang-terangan.
"Jadi, ini yang namanya undirect kiss ya?"
JEDUAGH!
"UHUK UHUK!"
"Kise-kun!"
Argh, aku mengatakan apa tadi?
Aku langsung menepuk-nepuk punggung Kise-kun dan memberinya air. Ya ampun... Wajah Kise-kun memerah lagi. Entah sudah berapa kali wajahnya memerah dalam hari ini.
"A-aku tak apa kok -ssu... Cuma kaget saja... Hehe~" kata Kise-kun setelah sudah tidak batuk lagi.
KRIIIIIING!
"Ah, waktunya masuk kelas. Ayok kita bereskan semua ini."
"Ah, oke -ssu."
Kami bergegas merapikan kotak bento kami dan menuju ke kelas. Ketika sampai di kelas... Kami disambut dengan tatapan tajam dan aura gelap siswi-siswi di kelas. Haa, masalah buat lo, kalo emang aku sama model. Toh aku juga model, cuma kalian nya aja yang nggak tau seberapa femesnya aku.
Ah, mungkin terlalu sombong.
Aku pura-pura tak tahu dan tetap berjalan saja menuju bangku ku. lucky, mejaku tidak diapa-apakan. Mungkin mereka semua sudah trauma dengan kejadian-kejadian dulu, hihi~
Sedangkan Kise-kun sendiri terlihat ngeri dengan aura tidak mengenakkan dari siswi-siswi dikelas kami. Ketahuilah, Kise-kun. Semua perempuan disekitarmu itu adalah monster.
Ya, aku tidak bisa bilang aku bukan monster sih. Aku sendiri juga.
Tetapi, aku monster dengan jenis yang berbeda dari mereka.
Mereka adalah monster yang menyerangku, sedangkan aku adalah monster yang bertahan.
Wali kelas kami sudah masuk. Setelah disiapkan, wali kelas kami mulai berbicara.
"Jam kali ini akan saya gunakan untuk jam wali kelas. Seperti yang telah kalian ketahui, kita akan tamasya ke pantai setelah UAS. Nah, jam ini saya minta kalian untuk membuat kelompok 5 orang untuk membuat laporan nantinya. Dan, juga sedikit info yang sensei rasa kalian akan suka, terutama untuk para siswi..."
Kami semua menoleh dan terdiam. Lalu, wali kelas kami berbicara lagi.
"Akan ada dua model yang mengadakan pemotretan pada hari kita bertamasya! Yaitu Kise Ryouta dan Kasako Shiina!"
Para siswi langsung bersorak-sorak sedangkan kami yang bersangkutan hanya membelalakkan mata sedikit tetapi tetap poker face. Kise-kun tiba-tiba menoleh ke belakang (aku kan duduk di belakang Kise-kun) dan berkedip padaku. Ah, ya. Kami memang akan mengadakan pemotretan bersama nanti. Itu sudah masuk jadwalku.
Aku agak kaget, lalu aku balas kedipannya itu dengan senyum. Sesaat aura dikelas kami membusuk. Siapa lagi kalau bukan cewek-cewek rese ini.
"Uhm, yak, silahkan kalian semua membuat kelompok." Kata wali kelas kami. Dengan demikian, semua anak berpencar untuk mencari kelompok.
"Kise-kun! Sama kami dong yaa!"
"Kise-sama, sama kami saja!"
"Ryouta-kuun!~"
Banyak sekali yang mengajaknya. Kise-kun sampai kewalahan mengatasi mereka semua.
"A-ano... Aku mau... Eeettooo..." Kise-kun menoleh ke arahku. Aku pun mengerti dan segera menjomot tangannya seduktif.
"Maaf, mungkin Kise-kun tidak ingin bersama kalian. Mungkin aku dan Kise-kun akan bersama dengan siswa-siswa yang ada di sana. Ayo, Kise-kun."
Kise-kun langsung memasang wajag lega dan berkata "Ha'i!"
Siswi-siswi yang mengajaknya tadi sangat kesal. Sudah terlihat jelas dari raut wajah mereka. Tapi apa peduliku? Huh. Munafik.
"Anu, sensei lupa mengatakan ini, anak-anak. Tetapi, kalian tidak bisa memasukkan Kise dan anak yang sekarang sedang menggandengnya kedalam kelompok kalian."
"Eh?"
"Lhooooooooooooooooooooooo, kenapa senseiiii?" Seru siswi-siswi dikelas serempak.
Aku langsung membelalakkan mataku. Begitu juga Kise-kun. Sensei ini... Jangan bilang dia...
"Lho, bukankah kalian tahu sendiri mereka ada urusan untuk tamasya kita kali ini?"
"Sen-"
"Kalau Kise-kun sih, kita mengerti sensei dia mau modelling. Tapi anak itu bu?" Seru salah satu siswi sambil menunjuk ke arahku.
"Lho, kalian tidak tau ya?"
"Tidak tau apa, sensei?"
"Kalau dia itu-"
.
.
.
~T.B.C~
Huwaaaaaaaah akhirnya setelah berbulan-bulan update juga!
Maaf ya kalo lama, saya jarang ada waktu nih karena kelas 9 ujian terus... huuu...
Ijin hiatus yah :'v gomenasai, sekali lagi!
Kalau tidak keberatan tolong ripiunya- #gtd