A/N: Jadi ceritanya saya kembali nulis cuma untuk menyalurkan hasrat (?) terpendam (?) selama saya main TouRabu. Karena yang mengerti Saniwa hanyalah para Saniwa lainnya. Saniwa, always listening, always understanding. /gakusahiklan/

…ini a/n rasanya gak ada gunanya…gak nyambung pula.

Touken Ranbu © DMM Games/Nitroplus

Warnings!

May contain OOCness, Male!Saniwa, sho-ai, bromance, sedikit nyerempet (karena takut nabrak kalau bablas), bisa jadi isinya nOTP yang lagi baca. Gak sesuai EYD.

Enjoy.


Day 1

.

.

"Apa kedudukanku sebagai sebuah tiruan begitu mengganggumu?"

.

.

Hari yang cerah di citadel.

Seorang pemuda berambut biru meneguk segelas teh sambil menikmati pemandangan taman. Ia duduk sendirian di selasar, setidaknya hingga ada satu sosok makhluk berambut pirang tertutup kain—berhijab?—yang lalu menghampirinya, hanya untuk melihat, menghela napasnya, lalu kembali berlalu entah kemana.

Tunggu, memang dia mau kemana?

"...Yamanbagiri, kalau kau mau meledek tidak usah setengah-setengah."

Yang dipanggil hanya berdiri dan menoleh.

"Aku tidak meledek. Hanya saja, kau begitu santai ketika kekuatan kita masih belum memadai untuk pergi ke garis depan, Aruji-sama."

"Bukankah kau sendirian saja sudah cukup kuat untuk melindungiku? Kupikir aku tidak perlu yang lain selama aku bisa berduaan denganmu~"

Yamanbagiri terdiam, membelalak, lalu berlari pergi sambil menutupi wajahnya—yang memang sudah tertutup kainnya itu—yang sekarang berubah warna seperti sosis sapi rebus.

Lucu, Arujinya hanya tertawa kecil.

"Dasar, dikiranya aku bercanda. Aku serius lho~"

Suara bersin dan suara benda jatuh menggema di ruangan belakang.

Hari yang cerah di citadel berubah menjadi hari yang panas untuk pedang bermata biru yang satu itu.


A/N: ...MAAFKAN SAYA.