Disclaimer : Masashi Kishimoto
Previous Chapter :
Wanita itu memakai seragam konoha Gakuen, dengan sangat minim, dan dua kancing teratasnya terbuka, sehingga dapat menampilkan belahan dadanya yang bisa dikatakan cukup besar.
"Nah perkenalkan namamu, Rabelarotcha"
Dia adalah..
"Dia itu 'kan, yang ada di ruangan dewan murid waktu itu?!" Ujar Hinata dengan suara pelan.
Benar ini adalah, pagi yang baru bagi Hinata Hyuuga.
Chapter 5 : Who Are You?
"Watashi wa no namae Rabelarotcha Sherry, Yoroshiku Onegashimasu" Ujar Sherry seraya membungkukan badannya.
"Sampai disini ada pertanyaan?" Ujar Kakashi-sensei.
"Kamu sudah punya pacar belum?" Ujar seorang pemuda bernama Yuuzuru.
"Belum" Ujar Sherry seraya tersenyum menggoda kearah Yuuzuru.
"Ada teman tidur?" Ujar Key.
"Sayangnya, belum" Ujar Sherry seraya tersenyum menggoda ke arah Key.
"Sudah.. Sudah.. Pertanyaan kalian sangat tidak baik. Nah, Rabelarotcha-san, kamu duduk di sebelah kanan Uchiha. Uchiha, tolong angkat tanganmu" Ujar Kakashi-sensei, yang setelah itu Sasuke 'pun mengacungkan tangannya.
Melihat Sasuke yang mengacungkan tangannya, Nona Rabelarotcha ini tersenyum menggoda ke arah Sasuke, yang jelas si Tuan Uchiha ini tidak tertarik sedikit pun. Tapi, yang paling dibingungkan adalah, Sasuke selalu mencuri pandang ke sebelah kirinya, yaitu Hinata.
Oh entah setan apa yang merasuki tubuh Sasuke, sehingga dia tidak melirik sedikit 'pun ke arah Sherry yang jelas ada disebelah kananya, yang bisa dikatakan 'lebih' menarik, dari Hinata.
"Nah anak-anak, sekarang buka bukunya pada halaman sembilan puluh" Ujar Kakashi-sensei, lalu pelajaran berlangsung.
Pertama kali yang dipikirkan Hinata tentang Sherry adalah, wanita itu seperti pengobral cinta, dan rela tubuhnya di 'perbuat' macam-macam. Satu kesimpulan yang tepat adalah, Sherry 'mungkin' pelacur yang menjabat sebagai siswi manis dan cantik.
.
.
Bagi siswa normal, jam pelajaran mereka dihabiskan dengan bercerita dengan teman atau sahabat mereka. Tapi ini tidak terjadi oleh Hinata. Meskipun dia punya teman, si Calline itu, tapi Calline suka bersama teman sekelasnya, jadi Hinata selalu berakhir sendirian di bawah pohon ek atau pohon sakura, yang ada di sekolah tersebut.
Dan lagi, beban yang sebentar lagi akan dia tanggung.
"Heh, Hyuuga!" Ujar Sakura yang sudah datang dengan kroni-kroninya, di tambah lagi Sasori. Hinata yang dipanggil, lalu mendongakkan kepalanya, dan menatap emerald jernih milik Sakura.
"Mana temanmu hah?!" Ujar Sasori yang langsung menyentuh dagu runcing Hinata, lalu membawanya ke atas demi menatap mata hazzel milik Sasori.
"U-Uh.." Hanya itu saja yang bisa Hinata gumamkan.
"Bisa bicara tidak?! Apa kamu itu bisu hah?!" Ujar Sakura. Hinata menatap mata Sakura dalam dan lamat-lamat, dia bisa melihat 'sekilas' kilat mata prihatin padanya. Untuk apa?
"Apa yang kau tatap itu hah?!" Ujar Shion yang sudah menarik kasar rambut indigo Hinata.
"Kalau diperhatikan, kalian berdua mirip ya" Ujar Sakura yang memperhatikan Shion dan Hinata secara bergantian.
"Aku? Mirip si udik ini? Oh Tuhan! What happen with your eyes, Sakura?" Ujar Shion yang menatap Hinata dengan pandangan jijik.
"Rambutmu ini jelek kalau dipotong, sepertinya bagus" Ujar Shion yang menjambak rambut Hinata lebih keras.
"Ahk-! S-Sakit, S-Shion-san" Pekik Hinata karena tarikan rambut yang menyebabkan sedikit perih pada kulit kepalanya.
Hinata benar-benar bisa melihat bagaimana, Sakura yang berulang kali ingin membantu Hinata, tapi dia selalu mengurungkannya, entah demi apa.
"Shion! Di kelas aku punya foto-foto gaun yang baru didapatkan oleh bibiku yang ada Australia" Ujar Sakura.
Tumben sekali..
"Hee? Kau kenapa?" Ujar Shion yang sudah melepaskan tarikan rambutnya dari Shion.
"Aku ingin... kau melihat gaun-gaunku" Ujar Sakura lalu menarik tangan Shion, agar menjauh dari Hinata.
Sekilas, Hinata dapat melihat, bahwa Sasori mendelik ke arah Sakura, lalu setelah mendelik ke arah Sakura dengan tatapan mengintimidasinya, setelah itu Sasori mengangguk dengan wajah datar, dan dibalas oleh anggukan Sakura tapi sembari menunduk.
Apa yang terjadi?
Dia seperti orang idiot, karena tidak tahu desas desus yang terjadi di Konoha Gakuen ini.
.
.
Hinata sedang berada di toilet yang ada di lantai dua dekat perpustakaan. Dia menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di wastafel di toilet tersebut. Dia bisa melihat seorang gadis berambut indigo dengan mata bulannya, dan pipi gembil dan selalu dihiasi dengan warna merah samar-samar, yang jelas bukan hasil blush on.
Dia menutup matanya sebentar, lalu membuka matanya lagi. Seperti itu terus, yang dia dapat. Seorang wanita dengan rambut indigo dan mata bulan, selalu saja muncul di cermin itu.
"Kau siapa?
Ujarnya bermonolog
"Kau Hyuuga Hinata"
Dia menutup matanya
"Kau gadis manis, Hinata"
Dia membuka matanya
"Kau pintar, dan baik hati"
Dia tersenyum ke arah cermin tersebut.
"Tapi, Kau udik Hinata"
Hinata menutup matanya kembali, lalu air mata turun begitu saja melewati pipi gembilnya.
"Kau suka ditindas"
Dia membuka matanya kembali
"Dan, kau kotor"
Dia menangis lagi, bahkan isakan ikut andil dalam tangisan miliknya.
"Kau sudah di nodai oleh orang itu, tanpa alasan jelas"
Dia menangis, dan air matanya tak kunjung berhenti.
"Kau brengsek, Uchiha!"
Pekik Hinata, yang setahu Hinata tidak ada orang di sekitarnya.
Tapi, sepertinya dia salah, karena Sakura Haruno jelas mendengar semua curhatan milik Hinata. Sakura juga menangis namun, dengan keadaan diam. Apa yang sebenarnya terjadi pada Sakura? Ini patut dipertanyakan.
"Hinata, maafkan aku"
Kenapa banyak sekali yang meminta maaf pada Hinata?
.
.
Hinata memasuki kelasnya dengan pandangan kosong, dan pipi yang terlihat sembab. Dia sama sekali tidak mengindahkan Iruka-sensei yang sedang mengajar geografi di depan kelas.
Dia hanya ingin tubuhnya seperti sedia kala.
Dia ingin kembali menjadi seorang gadis, dan dia akan menjaga kehormatan dirinya itu sebaik mungkin.
Tapi dia terlambat.
Sasuke yang melihat Hinata terdiam dengan pandangan kosong ikut perihatin. Bukan hanya Sasuke yang ikut perihatin, tapi Sakura dan Iruka-sensei juga menatap Hinata perihatin.
Iruka-sensei juga menatap Sakura dan Sasuke bingung. Kenapa dengan murid-murid di Konoha Gakuen?
Setaunya, Sakura adalah orang yang suka menindas Hinata.
Dan Sasuke, dia selalu mengacuhkan semua orang termasuk Hinata.
Tapi, mendadak mereka berdua ikut perihatin dengan keadaan Hinata.
Apa yang terjadi dengan mereka berdua.
Sesaat, Hinata lalu menatap Sasuke dengan pandangan kosong dan dia bergantian menatap Sakura yang sedang menatapnya perihatin. Mereka berdua yang tiba-tiba di tatap oleh Hinata, tiba-tiba saja menjadi kaku sendiri.
"Sensei, saya izin ke kamar mandi" Ujar Hinata dengan suara dingin, dan cukup berat. Seperti orang menahan gejolak amarah dan dendam.
Iruka-sensei yang tau tiba-tiba aura Hinata menjadi gelap, dia malah menjadi kelabakan, dan sifat gagap dari Hinata sepertinya tertular padanya.
"S-Silahkan, H-Hyuuga" Ujar Iruka-sensei dengan sedikit bergetar.
Lalu derit kursi berbunyi, dan Hinata keluar dari bangkunya, lalu berjalan menuju pintu keluar kelas, dan membukanya, lalu menutup pintu dengan kasar, sehingga bunyi 'BLAM!' yang sangat keras-lah yang saat ini mendominasi.
Semua anak di kelas XII-A sibuk membicarakan Hinata, kenapa Hinata berubah seratus delapan puluh derajat.
.
.
Entah sudah berapa kali Hinata pergi ke toilet. Dia ketoilet hanya ingin bermonolog, dan seperti itu terus menerus hingga..
"Hyuuga" Ujar seseorang dari luar, dengan suara berat, yang sepertinya seorang laki-laki.
"Kau kenapa di toilet perempuan?" Ujar Hinata dengan nada yang dingin.
"Bisakah kita bicara?" Ujar pemuda itu. Lalu pintu toilet terbuka, dan Hinata 'pun keluar dari tempat tersebut.
Hinata hanya menatap kosong mata onyx milik Sasuke.
"apa yang ingin kamu bicarakan, sedangkan pelajaran terakhir belum berakhir. Sebaiknya kita kekelas Uchiha-san" Ujar Hinata lalu berjalan begitu saja melewati Sasuke yang masih diam termangu dengan ucapan Hinata.
Sasuke hanya diam dan otak nya masih memikirkan apa yang dikatakan oleh gadis Hyuuga itu.
Dia hanya diam, mencerna perkataan Hinata, di depan toilet wanita.
.
.
"Maafkan saya sensei karena saya terlalu lama" Ujar Hinata menatap kosong Iruka-sensei dan tak lupa nada dinginnya itu.
"A-Ah, k-kembali ke t-tempat dudukmu" Ujar Iruka-sensei yang tiba-tiba gagap lagi.
Semua memandang Hinata dengan tatapan tanda tanya besar. Ada apa dengan dia? Itulah pertama kali yang berada di benak semua ana XII-A. Sakura terus menatap Hinata dengan pandangan perihatin.
"Apa yang kalian lihat dari orang culun seperti 'ku?" Ujar Hinata tiba-tiba yang membuat semua orang tersentak.
"Hyuuga" lirih Iruka-sensei.
Semua anak di kelas tersebut kembali menatap kedepan, dan rasa-rasanya mereka akan diterkam oleh Hinata saat itu juga.
"B-Baiklah, k-kita l-lanjutkan.. E-Eh, Uchiha!" Ujar Iruka-sensei yang kaget, tiba-tiba Sasuke masuk kelasnya, lalu duduk disebelah Hinata. Dan ya, Sasuke menatap pengajarnya dengan tatapan dingin.
"B-Baiklah kita lanjutkan" Ujar Iruka-sensei lalu melanjutkan belajar mengajarnya.
Sherry yang melihat semua sedikit menyeringai, lalu dia bergumam "Ternyata sudah dimulai" Ujarnya.
.
.
Hinata sekarang sudah berada di ruang dewan murid. Mereka sedang membuat pengumuman untuk penebangan pohon sakura dari Konoha Gakuen menuju Taman Kota.
Hinata sendiri hanya menulis huruf-huruf kanji tersebut dengan pandangan kosong, dan hanya garis datar saja-lah yang ada dibibir peach milik Hinata. Hingga, Calline menegur Hinata, "Kau kenapa Hinata-san?" Ujar Calline seraya memegang pundak Hinata.
"Daijobu, Daijobu" Ujar Hinata dengan nada dingin dan tatapan kosong.
"Benarkah?" Ujar Calline yang sama sekali tidak puas dengan jawaban milik Hinata. Dan Hinata hanya mengangguk lemah, untuk menanggapi pertanyaan dari gadis blasteran ini.
"Hah~ Baiklah" Ujar Calline yang setelahnya, menghias pengumuman tersebut.
.
.
"Baiklah sudah dipasang" Ujar Ketua Dewan Murid yaitu Tomoya.
"Oke, besok kita lakukan polling-nya!" Ujar seorang pemuda bernama Karu.
"Ne, Hinata-san, kau sedang ada masalah?" Ujar Tomoya, dan hanya dijawab oleh gelengan kepala Hinata dan hanya menatap kosong ke mading.
"Kau sepertinya ada masalah" Ujar Isla.
"Aku tidak ada masalah kok" Ujar Hinata dengan senyuman terpaksannya, tapi dia tetap memandang Isla dengan tatapan kosong.
"Mau ku antarkan pulang Hinata-san?" Ujar Calline.
"Boleh" Ujar Hinata seraya tersenyum, namun terpaksa.
.
.
Hinata sudah berada di depan gerbang sekolah menunggu jemputan Calline datang. Dia senang memiliki orang terdekat yang mau membantunya saat kesusahan. Yah walaupun tidak terlalu dekat, yang penting dia punya satu atau dua orang yang mau membantunya saat kesusahan.
"Ha, itu sudah datang" Ujar Calline dengan wajah sumringah.
"Ah iya" Ujar Hinata. Lalu seketika mobil milik keluarga Pieterburg.
"Ayo Hinata-san" Ujar Calline lalu menarik lembut tangan Hinata yang seputih susu itu. Tapi, seketika terhenti karena tangan kanan Hinata tiba-tiba ada yang menariknya. Dan yang menariknya itu adalah, Akasuna Sasori.
"Ya, ada apa Akasuna-san?" Ujar Calline dengan suara yang sedikit ketus.
"Oh, aku ingin mengantar Nona Hyuuga ini pulang. Apa ada masalah?" Ujar Sasori dengan melirik Calline tidak suka.
"Tapi, Hinata sudah lebih dulu ingin pulang denganku. Benar 'kan, Hinata?" Ujar Calline mendelik ke arah Hinata, dan dijawab oleh anggukan kecil oleh Hinata.
"Jangan ikut campur urusanku, Akasuna" Ujar Hinata dengan nada dingin dan tatapan kosong yang menatap mata hazzel milik Sasori.
"Hinata-san"
"Hyuuga"
Ujar mereka bersama-sama.
"Baiklah, aku akan pulang bersama Nona Pieterburg, dan kau kembalilah ke tempatmu Tuan Akasuna" Ujar Hinata dengan bahasa formal
"H-Hinata-san" Ujar Calline yang tidak menyangka, bahwa Hinata Hyuuga yang diidentikan dengan lemah lembut dan sopan, kini menjadi dingin dan tak berperasaan.
"Ayo, Calline" Ujar Hinata lalu pergi menuju mobil keluarga Pieterburg.
Sasori yang melihatnya pertama tidak menyangka, namun lama kelamaan dia malah menyeringai.
"Ternyata, dia sudah memulainya" Ujar Sasori seraya mengibakan poninya kebelakang.
.
.
Hinata memasuki mansion nya dengan tatapan kosong dan menghiraukan semua sapaan dari para maid yang ada di mansion tersebut. Hinata tidak ingin diganggu dulu hari ini. Mungkin dia depresi akibat perlakuan teman-teman terhadapnya? Mungkin saja.
"Onee-chan, kau baik-baik saja?" Ujar Hanabi dengan nada yang khawatir.
"Aku baik-baik saja. Seharian ini, mohon jangan ganggu Onee-chan ya" Ujar Hinata yang langsung menaiki tangganya menuju kamarnya berada.
"Onee-chan" Ujar Hanabi yang tatapan nya mengikuti kemana Kakaknya.
.
.
Didalam kamar Hinata, Hinata hanya bercermin di depan meja riasnya. Dia menatap pantulan dirinya didepan sana, lalu dia berkata
"Kamu siapa?"
Ujarnya mulai bermonolog
"Hinata Hyuuga si culun itu 'kan?"
Dia tersenyum miris.
"Oh ya, Hinata Hyuuga si perempuan kotor."
Dia menutup matanya dan air matanya pun luluh.
"Siapa yang membuatmu seperti ini?"
Matanya kembali terbuka.
"Uchiha Sasuke"
Ujarnya dengan penuh penekanan
"Apa yang akan kamu lakukan?"
Menatap dingin cermin.
"Balas dendam?"
.
.
"Sampai kapan aku seperti ini terus?" Ujar Sakura yang sedang menatap pemuda berambut merah yang sedang duduk di sofa sambil bermain gadget.
"Sampai semuanya berjalan lancar" Ujar pemuda itu yang diketahui bernama ; Sasori, dengan tampang cuek.
"Berjalan lancar katamu? Dia sudah depresi seperti itu! Apakah kau tak punya perasaan hah?" Teriak Sakura didepan wajah pemuda itu.
"Aku tidak bisa selamanya ber-akting dengan peran bodoh seperti ini!" Imbuh Sakura dengan suara menggelegar di ruang tamu tersebut.
"Dan aku disini, tidak dapat keuntungan apa-apa!" Tambahnya lagi.
"Kalau dia tau, kupastikan dia akan benci padamu! Bukan hanya padamu, dia akan benci padaku, Sasuke, dan mungkin juga Sherry. Aku sudah cukup menyakitinya selama dua tahun belakangan ini, yang berakhir menangis ditoilet! Aku harap, kalian berdua tidak menyesal. Dan aku juga, mulai detik ini, aku- Sakura Haruno, resmi tidak akan melakukan akting kampungan yang anda buat Onii-chan" Ujar Sakura lalu menaiki tanggan menuju kamarnya.
"Apa salah?" Gumam Sasori seraya menatap ponselnya kosong.
.
.
"Aku brengsek! Aku brengsek!" Teriak Sasuke didalam kamarnya.
"Kenapa kamu malah menidurinya?!" Teriaknya lagi.
"Kalau begitu, ini semua bisa gagal!" Teriak Sasuke.
"Arghh! Aku harus cari cara! Ya harus cari cara!" Ujar Sasuke. Setelah dia mondar-mandir tidak karuan, lalu dia menyeringai.
"Ide ini cukup menarik" Ujarnya dalam seringaian.
.
.
To Be Continue
A/N:
Holla! Aduh nih fic jadi bebelit gini yah, walaupun bebelit, aku udah pikirin mateng-mateng kok kalem aja :v. Di review banyak banget bilang 'Sasori sama Sasuke cuma permainin Hinata ya' menurut kalian begitu? Tapi sebenarnya bukan begitu, nanti di salah satu chapter bakalan dikasih tau, apa perjanjian nista SasoSasu. Dan Sakura, aku buat dia menjadi pihak korban, ya korban, korban bencana alam *gak usah ngomong -_-. Terus nama Rabelarotcha itu sebenernya dari mana ya? Aku juga langsung kepikir. Dan Rabelarotcha itu hanya nama keluarga, jadi 'mungkin' gak bakalan di author tulis banyak-banyak. Dan mulai sekarang aku gak bakalan kasih selingan chapter depan soalnya, nanti ketauan lagi alurnya :'(
Dan ciri-ciri Sherry Rabelarotcha :
Nama : Sherry Rabelarotcha
Warna Rambut : Cokelat
Warna Mata : Biru Safir
Tinggi : 166 cm
Penampilan: Dalam seragam : Blazer terbuka, Kemeja dalam dua kancing terbuka di atas jadi belahan dadanya keliatan (idung ngucur sana sini), rok mini setengah paha, kaus kaki nya hanya se-mata kaki, sepatu mengikuti (uwabaki, dan sepatu jalan).
Kalau baju buat main de el el, aku belum tau, yang pasti sama-sama lah alias, bajunya terbuka banget
Segini dulu ya, makasih banget yah yang udah review, fav, and foll. Duh dark readers nya mujumudeh banyak banget, tapi gak mau review -_-, kali-kali review dong hahahah :v
Thanks Before.
yurivisan
(EDITED)
.