.
.
Character © Masashi Kishimoto
Accidentally in Love
Story Icha-Icha Fairy
Part 1
Prolouge
enjoy
.
.
.
'Hah...hah..hah...hah...'
Drup..drup...drup..drup
Aku Haruno Sakura, 21 tahun. Jika kalian melihat apa yang menonjol dari fisikku selain 'dada' tentunya, aku memiliki rambut merah muda. Aku serius, warna rambutku sama seperti bunga sakura. Orang-orang mengira aku mengecat rambutku tapi demi Tuhan aku dilahirkan seperti ini. Rambutku nyata, jika kalian mencoba menariknya, aku tidak akan segan-segan meninju wajah kalian. Aku sendiri tidak mengerti mengapa rambut merah mudaku ini dihasilkan dari persilangan gen antara rambut ungu Haruno Kizashi dan rambut kecokelat Haruno Mebuki. Apa mungkin kombinasi gen tersembunyi dari para leluhur ikut berperan? masa bodoh, siapa yang mau membahas sedalam itu? akan tetapi, topik rambut ini cukup penting ditekankan mengingat orang-orang akan selalu menanyakan rambutku di setiap kami berkenalan. Cukup.
Aku diwisuda sebulan yang lalu. Membutuhkan waktu tiga setengah tahun untuk menyandang status Sarjana Seni Rupa Unirvesitas Suna dan cepat angkat kaki dari dunia perkuliahanku yang menyedihkan.
Menyedihkan?
Ya. Aku terus bergerak maju untuk menyelesaikan masa perkuliahan yang dijuluki dengan 'masa indah anak muda' itu berlalu secepat mungkin. Mengakhiri kisah drama yang terjadi dalam romansa cintaku dan menghilang dari seseorang yang mungkin saja sudah gila mencariku, entahlah... hal itu terjadi dua tahun yang lalu dan aku sedang tidak ingin mengingat Utakata saat ini. Move on adalah misiku untuk melanjutkan hidup yang lebih bahagia. Dan Sekarang..., aku memulai lembaran baru dengan pindah ke Konoha untuk mulai bekerja di sebuah perusahaan animasi terbesar di Jepang, Gamabunta studio.
Ngomong-ngomong..., aku sedang jogging saat ini. Fairy akan melanjutkannya lebih dalam, anggap saja dia ada... hanya itu yang peri inginkan. Baiklah! akhir kata..., siapkan popcorn kalian! Jaa!
"Kau jauh-jauh pindah dari Suna hanya membawa satu koper mini berisi lima potong pakaian?" seorang pria berambut pirang jabrik meletakkan kardus terakhir Sakura di ruang tengah. "Dan sekarang kau mengirim tiga kardus besar berisi komik dan peralatan melukis? kau sulit dipercaya."
Hari ini, pemuda itu membantu Sakura mengangkat beberapa paket barang yang dikirimkan dari Suna. Ada tiga kardus besar yang berat.
"Sudahlah, berhenti komentar, masih ada satu lagi kardus di depan pintu, U-z-u-m-a-k-i Na-ru-to.." jeda Sakura, tak mampu mengangkat kardus-kardus itu seorang diri tanpa bantuan tetangga apartemennya.
"Apa kau sudah menghubungi Sasori tentang pekerjaanmu?" Naruto meneguk jus mangga yang ia ambil dari kulkas usai mengangkat kardus terakhir.
"Tentu saja..." Sakura mulai membongkar isi dalam kardus. "Apa yang tidak kulaporkan padanya? apa menurutmu aku ini masih anak-anak?"
Naruto pun tersenyum simpul, "Ya, kau adalah Pinky kami."
"Hentikan itu..."
Sakura pindah ke Konoha kurang lebih dua minggu yang lalu setelah dirinya resmi bekerja di studio Gamabunta, ia tinggal di apartemen milik kakak laki-lakinya bernama Haruno Sasori, pria itu sekarang bekerja di NASA. Sasori adalah seorang astronot muda, usianya saat ini kurang lebih 27 tahun.
"Haha, Sasori sudah seperti ibu keduamu." goda Naruto.
"Aku aneh mendengarnya." sahut Sakura sembari mulai mengeluarkan beberapa buku dari dalam kardus.
"Hei.. apa kau tidak ingin membeli beberapa pakaian?" Naruto menghampiri Sakura di ruang tengah lalu duduk di sofa.
"Memangnya kenapa?" tanya Sakura. "Kurasa belum perlu."
"Tentu saja perlu, kau memakai baju Sasori dua minggu ini, semua akan berpikir kau tinggal bersama seorang pria."
Sakura mengerucutkan bibirnya dan menunduk, melihat pakaian yang ia kenakan, setelah kaos putih dipadu kemeja kotak-kotak yang dilinting di bagian lengannya. outfit yang tidak memerlukan waktu untuk berfikir, "Hemmm... baiklah." gadis itu pun mengambil keputusan. "Beberapa baju mungkin cukup. Sepuluh menit lagi kita berangkat." Sakura memastikan waktu pada jam tangan.
Melihat ekspresi gadis itu, Naruto pun merasakan sedikit firasat tidak enak, "Hei..., Kau tidak berniat menyiksaku dengan tur belanja wanita kan?"
"Kau sendiri yang mengusulkan ide itu." tunjuk Sakura.
"Kalau begitu kau harus mentraktirku ramen!" tuntut Naruto.
"Ayolah... bahkan aku belum menerima gaji pertamaku!"
"Kalau begitu tidak untuk berputar-putar memilih pakaian dan sepatu."
"Sepakat." ucap keduanya.
.
.
Naruto dan Sakura tiba di pusat perbelanjaan Konoha. Suasana di sana menunjukkan tidak ada perbedaan antara hari-hari biasa dengan akhir pekan ketika kalian melihat betapa padatnya aktifitas penduduk yang bertebaran di pusat kota. Naruto dan Sakura hanya mengunjungi dua toko baju dan satu minimarket yang tidak terlalu ramai pengunjung. Tangan kedua orang itu penuh membawa kantung belanja. Beruntung Naruto mempunyai waktu luang untuk menemani Sakura karena biasanya pria itu terjadwal oleh weekend list-nya, tidur nyenyak.
"Apa kau sudah bisa menyesuaikan diri di studio?" Naruto mengaduk ramen pesanannya. Sebelum pulang mereka mampir ke kedai ramen Ichiraku, kedai favorit Uzumaki Naruto.
"Ya.. kurasa begitu. Mereka semua baik padaku." Sakura menuangkan saos botol pada ramen miliknya. "Mereka juga lucu." sambung gadis itu.
"Berarti aku juga lucu?" Naruto menganga lebar, melahap mie ke dalam mulutnya.
Sakura pun berdengus. "Kau menggelikan."
"Hahahaha..., itu sebabnya aku dibutuhkan di perusahaan animasi." Naruto mengacungkan jempol ke arahnya sendiri. "Mereka semua memang baik, tapi kau perlu hati-hati jika menceritakan sesuatu tentang dirimu Pinky, kau tau semua orang suka bergosip."
"Ya, tentu saja." Sakura mengaduk-ngaduk ramennya. "Apa yang dimaksud dengan bergosip itu seperti beberapa wanita yang berkumpul di salah satu meja pegawai, berbisik-bisik lalu tertawa? kurasa aku melihatnya setiap hari."
"Jika yang kau maksud itu Karin dan kawan-kawan. Mereka seperti kumpulan acara gosip di TV dan Karin adalah ratu gosipnya."
"Sepertinya kau sudah pernah menjadi topik pembicaraannya."
"Semua orang sedang menunggu giliran. Termasuk kau." Naruto menunjuk Sakura dengan kedua sumpit.
"Tapi kurasa Hinata tidak suka bergosip."
"Ah... Hinata gadis yang baik. Dia memang pendiam, berteman dengannya tidak masalah."
"Asal kau tau..., aku tidak memilih-milih teman."
"Aku tidak menyuruhmu memilih-milih. Aku menyuruhmu untuk berhati-hati."
Sakura pun mengangguk-ngangguk, "Kau benar."
.
.
Sakura terbaring di atas ranjang, menatap langit-langit kamar Sasori yang dihiasi beberapa pesawat dan roket miniatur yang tergatung. Kamar itu cukup luas dengan ranjang berukuran queen dilapisi spray biru tua bermotif bintang bulan. Sasori memajang koleksi miniatur roketnya pada rak buku, terjejer rapi bersama kumpulan buku astronomi miliknya. Kakak Sakura adalah penggila luar angkasa. Sasori menyelesaikan kuliah jurusan astronomi di Universitas Konoha selama tiga tahun, kemudian ia melanjutkan kuliah S2 di Amerika dan mendapat gelar siswa terpandai seangkatan. Kejeniusan pria itu membawanya ke jenjang masa depan yang lebih cerah dimana Sasori menjadi salah satu astronot muda NASA di bidang ahli Fisika Bintang pada usia 24 tahun.
Lamunan Sakura terjaga saat laptop berbunyi. Suara itu berasal dari aplikasi video call untuk berhubungan secara langsung dengan astronot yang sedang menjalani misi ke luar angkasa. Aplikasi itu terhubung melalui satelit khusus yang disediakan NASA agar para astronot bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka.
"Hai.." wajah Sasori muncul dari Stasiun Luar Angkasa Internasional atau biasa disebut dengan ISS, International Space Station.
"Hai Kak.., bagaimana kabarmu?"
"Aku baik-baik saja dan masih melayang." canda Sasori. Pria berambut merah itu melayang di ruang bebas gravitasi di dalam pesawatnya. Coba lihat wajahnya itu, kira-kira jika koneksi internet Sakura luar biasa, wajah Sasori... bagaimana? menggemaskan?
"Bagaimana pekerjaan barumu? semua baik-baik saja?" tanyanya.
"Ya, semua berjalan baik. Ngomong-ngomong aku menyukai kamarmu kak."
"Kau harus berhati-hati, jangan sampai kau mematahkan sesuatu."
"Sepertinya Naruto mematahkan sayap roketmu saat mengangkat kardus." Sakura berhasil membuat Sasori sedikit mengerutkan dahinya.
"Aku akan menghajarnya nanti." ucapan Sasori membuat Sakura terkekeh. "Kardus apa yang Naruto angkat ke apartemen?" tanyanya kemudian.
"Dia membantuku mengangkat barang yang dikirim ayah."
"Ooh..." sahut Sasori, "Hei bicara soal pria, kau tau aturannya kan?"
"Tidak diperbolehkan membawa pria asing sembarangan masuk ke dalam apartemen. Pengeculian untuk Naruto." ucap Sakura. "Aku tahu itu. Kau sudah mengingatkanku berkali-kali." dengusnya.
"Bagus." nada Sasori tegas.
"Ngomong-ngomong, berapa lama lagi kau pulang ke bumi kak?"
"Tujuh bulan lagi."
"Lama sekali..., waktu itu cukup untuk seorang pria asing masuk ke dalam apartemenmu."
"Heii!"
.
.
Keesokan harinya. Sakura turun dari taksi. Gadis itu berjalan menuju studio Gamabunta tempat ia bekerja. Langkah kakinya santai, lagu Maroon five-Sugar bergema melalui earphone di telinga, lagu itu mengiringi pagi yang cerah untuk seseorang yang tampak bersemangat di awal minggu sedangkan beberapa besar orang lain menggangap hari senin adalah hari membosankan sedunia. Damn it.
Tepat di halaman depan studio. Sakura disambut patung katak setinggi sebelas meter dengan pose duduk santai sambil mengisap sebuah cerutu kayu, ia mengenakan kemeja bermotif bunga serta sandal kayu. Patung itu seharusnya dipajang di mall saat mereka memamerkan koleksi baju musim panas. Katak Itu adalah patung katak terbesar yang ada di studio ini. Terbesar? yup! kalian bisa menemukan banyak patung katak di dalam gedung yang menjadi simbol setiap devisi. Apakah pemilik studio ini seorang penggila katak? ataukah mungkin pemiliknya adalah kakek-kakek berwajah mirip katak? pertanyaan itu terlintas di kepala Sakura setiap ia melihat patung katak yang menjadi maskot kebesaran Gamabunta.
"Selamat pagi Sakura-chan..." seorang wanita menepuk bahu Sakura, menyadarkan gadis itu.
Sakura pun menoleh, "Oh, hei Hinata.." sapanya. Paras Hinata cantik, ia memiliki rambut panjang dan juga mata lavender.
"Apa yang sedang kau perhatikan? Gama?" Hinata tersenyum sambil menunjuk patung Gamabunta. Bahkan patung itu memiliki nama imutnya.
"Patung ini menakjubkan. Aku yakin semua orang terpukau saat melihatnya. Haha.."
"Kau benar Sakura-chan..." keduanya pun terkekeh.
"Ah Hinata! biasakah kau mengambil gambarku dengan Gama? aku ingin menunjukkan ini pada kakakku." Sakura menyodorkan ponselnya.
"Tentu saja Sakura-chan.."
Sakura lalu mendekati patung Gama sementara Hinata melangkah mudur untuk mengambil sudut pandang kamera yang pas.
"Di sini?!" seru Sakura, ia mengatur posisi tepat di bawah kaki Gama. Sakura berdiri tegak, mendongakkan kepala dan mengangkat kedua tangannya ke atas seperti berharap ada uang yang akan jatuh dari langit. Entah apa maksud dari posenya itu. Para pegawai yang melintas mungkin membatin Sakura aneh. Bisa dilihat dari tatapan mereka.
"Selamat pagi Sasuke-san..."
"Selamat pagi Sasuke-kun..."
Seorang pria menjadi pusat perhatian para wanita saat ia berjalan menuju gedung satu. Shit. Coba perhatikan wajahnya itu... manusia atau malaikat?
Sementara itu, Hinata masih memperkirakan sudut yang tepat. Kepala Gama terpotong di layar, Hinata harus mengambil beberapa langkah mundur untuk menjangkau tangkapan lensa dan... Hei awas! Hinata menabrak pria itu.
Ia berbalik dan langsung membungkuk. "Ma-maafkan aku Sasuke-san..."
"Aa. Tak apa." pria bernama Sasuke itu melalui Hinata dengan ekspresi datar.
"Sasuke-kun.. selamat pagi..."
"Selamat pagi Sasuke-san..."
Beberapa wanita menyapa Sasuke dengan ramah, genit, dan juga cari perhatian, bahkan ada yang merona tidak jelas hanya karena melihat pria ini. Sasuke hanya mengangguk ketika menjawab salam mereka. Pesona yang ia pancarkan begitu kuat sehingga para wanita terbuai dengan telak. Aku serius, wajah pria itu tidak main-main... ia memiliki potongan rambut hitam yang mencuat kemana-mana sepanjang leher, wajahnya simetris dan sangat berseni. Hidungnya mancung, bibirnya tegas dan yang paling membahayakan dari perpaduan pesona ketampanannya adalah... ia memiliki sepasang onyx kelam yang tajam. Tersirat sejuta misteri yang menakjubkan di dalamnya. Aku yakin tidak ada wanita yang bertahan menatap mata kelam itu.
Seiring langkah kaki Sasuke yang cepat, pria itu menoleh ke samping kanan, onyx-nya menangkap sosok gadis dengan pose aneh berdiri di bawah patung Gama. Sasuke hanya menautkan sebelah alisnya saat melihat Sakura masih mendongak ke atas dan menunggu Hinata mengambil gambar.
'Apa yang sedang dia lakukan?' Kata itu tersirat dalam raut wajah Sasuke seiring ia memandang.
Baiklah, lupakan Sakura dengan pose anehnya itu. Mari kita ikuti langkah Sasuke memasuki Gedung utama.
.
.
Selamat pagi Gamabunta!
Studio yang sangat luas. Setiap gedung dan ruangan dirancang dengan interior yang unik. Tempat itu terlihat seperti galeri animasi saat kalian melihat banyak action figure berukuran besar terpajang di sudut-sudut ruangan. Terdiri dari beberapa gedung berwarna yang terpisah oleh taman-taman cantik, hotspot area, lapangan basket, lapangan volley dan lapangan olahraga.
Selamat datang disurganya animasi
.
Studio Gamabunta memiliki fasilitas yang lengkap. Suasana di sana diatur menyerupai taman bermain. Kalian bisa melihat seseorang meluncur ke lantai satu dari atas perosotan panjang yang berputar-putar seperti seluncuran di kolam renang. Suasana dan interior di dalam sana diatur menarik agar tidak membosankan bagi para pekerja yang sebagian besar didonimasi oleh anak muda. Mereka mendesain studio sedemikian rupa untuk memanjakan para pegawainya agar tidak stres pada pekerjaan yang berhubungan dengan mood. Sebaiknya seluruh kantor di dunia meniru gaya ini karena semua pekerjaan pada dasarnya didasari oleh mood. Bayangkan saja kalian duduk bekerja selama sembilan jam di depan komputer, dikelilingi dinding cat berwana putih dengan suasana hening dipadu suara mesin fotocopy dan dering telpon. Kupastikan kalian menggila di setiap akhir pekan dan kusarankan hindari piknik di tepi jurang.
"Ini assignment-mu hari ini. Kerjakan sesuai deadline. Kau sudah melihat tracking-an kan?" seorang wanita berpenampilan modis memberikan Sakura selembar memo job desk atau disebut dengan memo assignment. Kertas kecil warna-warni itu menempel ria di setiap pinggiran monitor para pegawai produksi layaknya mading. Memo tugas yang harus dikerjakan oleh seorang artist sesuai dengan daftar pembagian tugas.
"Ok, Ino-san." Sakura menempel memo itu di pinggiran layar komputernya. Semua assignment diatur oleh seorang koordinator di setiap devisi, dan Ino adalah koordinator devisi background 2D.
Tugas Sakura di devisi background 2D adalah membuat background animasi dua dimensi. Bentuknya seperti lukisan. Sketsanya terlebih dahulu dibuat oleh team Layout. Studio Gamabunta dibagi menjadi dua unit studio animasi yaitu, unit animasi dua dimensi (2D) dan unit animasi tiga dimensi (3D). Masing-masing unit bagian dibagi menjadi beberapa devisi produksi, dimulai dari devisi story, devisi concept art, devisi storyboard, devisi layout, animator, coloring, background, composite, sound, devisi edittor, hingga masih banyak lagi devisi pendukung lainnya. Semua pegawai yang bekerja di masing-masing devisi produksi disebut artist atau 'pelaku seni', seperti Sakura yang menyandang profesinya sebagai artist background. Gadis itu bekerja dalam devisi yang beranggotakan tiga puluh lima orang. Setiap devisi dipisah kedalam ruangannya masing-masing. Baiklah, mari kita melihat-lihat ruangan devisi background 2D.
.
'Selamat datang di ruang taman kanak-kanak.'
.
Selogan yang akrab diucapkan setiap artist lain saat berkunjung ke ruangan mereka dan team background 2D sendiri tidak keberatan akan slogan tersebut.
Kalian bisa melihat dinding-dinding ruangan itu dicat berwarna-warni dalam bentuk lukisan maupun graffiti. Terdapat tempelan-tempelan concept art dan color script pada dinding tertentu, ada berbagai cat poster serta kuas-kuas terjejer rapi di rak. Komputer setiap artist background dilengkapi dengan pen tablet, yaitu sebuah alat gambar digital yang terdiri dari tablet datar berukuran 45 x 30 centimeter dan sebuah alat gambar digital, biasa disebut pen draw. Meja kerja para artist terjejer rapi membentuk tiga shaf secara acak. Terdapat satu set sofa merah di tengah-tengah ruangan, dihiasai setoples permen cokelat dan vas bunga. Di bagian ujung ruangan dekat dengan pintu masuk terdapat ruang kecil bersekat kaca pendek, tempat koordinator background mengatur semua data dan file kinerja devisinya.
"Ino..." seorang wanita datang dan menyerahkan beberapa berkas pada Ino.
"Ah.. Karin. Terimakasih.." Ino menyaut laporan itu.
"Kau tau...? Sasuke-kun sudah kembali hari ini." tidak lupa Karin membawa hot news pagi. Wanita berambut merah menyala itu adalah seorang koordinator devisi layout 2D.
"Benarkah?" Ino acuh sambil membolak-balik kertas laporan.
"Studio akan menjadi surga kembali..." Karin terkekeh bahagia.
"Karin, apa ini sudah disesuaikan dengan trakingan terakhir?" tampaknya Ino tidak terlalu tertarik dengan kabar yang sedang dijunjung Karin.
Tulilit...Tulilit..
Ino menuju telpon sedangkan Karin berlenggang menuju meja kerja artist.
"2D animation, background, selamat pagi." Jawab Ino, ia melirik ke arah Karin yang kini cekikikan membicarakan Sasuke dengan artist background wanita lainnya.
Sementara itu, Sakura sedang asik melukis, wajahnya serius memandang jendela photoshop sambil mendengar percakapan ribut Karin. Sakura tidak berniat untuk tahu siapa itu Sasuke dan kenapa para wanita di studio ini tampak gembira mendengar kabar tentang kedatangan Sasuke seperti mendapatkan kupon gratis pemandian air panas.
"Ok..." Ino menutup telpon. "Sakura, kau diminta datang ke unit HRD sekarang." perintahnya.
"Baiklah." Sakura beranjak dari meja kerja. Perhatian Karin langsung tertuju padanya.
"Tenten, siapa dia?" tanya Karin, matanya membuntuti Sakura hingga keluar dari ruangan.
"Oh, dia Sakura. Artist background baru." jawab Tenten, wanita manis bercepol dua.
"Hei.. Kalian para wanita cantik, berhentilah membicarakan Sasuke-san, sesekali bicaralah tentang kami." ujar Pria yang paling senior dan tertua di ruangan itu, namanya Iruka.
"Membicarakan Iruka-san? ayolah... kita perlu merubah cat devisi background menjadi hitam sebelumnya." Karin berlenggang pergi, ucapannya disambut tawa artist lainnya.
.
.
Sakura keluar dari ruang HRD (Human Resource Development), atau biasa disebut manajemen sumber daya manusia. Devisi ini bertugas dalam pengelolaan pekerja, meliputi perencanaan perusahaan, rekrutmen pekerja, mengelola gaji karyawan dan lainnya. Kepala Sakura menoleh ke samping kanan, mendapati patung katak mengenakan jas serta kaca mata hitam terpajang di depan ruang HRD. Lima detik Sakura menatap patung itu sampai ia berdengus geli.
"Sakura-chan..." di saat bersamaan Hinata berpapasan dengan Sakura.
"Ah Hinata..."
"Dari HRD?"
"Ya.. mereka memintaku menandatangani beberapa kontrak kerja."
"Apa kau berencana makan siang di luar hari ini?"
"Kurasa tidak. Lagi pula siapa yang mau menghabiskan uang untuk makan siang di luar sementara kita memiliki kantin serta kafetaria yang luar biasa, dan juga Gratis." Sakura berbisik saat mengucapkan kata gratis.
"Haha kau benar Sakura-chan." Hitana tertawa malu-malu. "Kalau begitu maukah kau makan siang bersamaku siang ini?"
"Tentu saja." Sakura tersenyum, kemudian ia menoleh ke patung katak di sebelahnya. "Ini adalah patung katak terseksi yang pernah kulihat." jarinya menunjuk patung itu. Hinata pun terkekeh. "Ah Hinata, tolong ambil gambarku dengan Katak ini." Sakura mengambil ponsel di saku jaket, memberikannya pada Hinata lalu berdiri dengan posisi menyamping di depan patung katak itu. Kenapa kau hobi berfoto bersama patung katak?
Kemudian Sakura berpose melipat kedua tangan. Hinata bergerak mengambil beberapa langkah mundur. Cekrek! foto terambil. Di saat bersamaan seorang pria berjalan dari arah berlawanan. Hinata langsung mengangguk begitu melihat Sasuke berjalan tepat di belakang Sakura. Langkah Sasuke cepat. Sakura ikut mengangguk saat Sasuke melintasinya, wajah pria itu tidak sempat terlihat, dari belakang Sakura melihat Sasuke mengangguk, membalas sapaan Hinata.
Setelah acara angguk-mengangguk yang berlangsung beberapa detik itu, Sakura pun mendekati Hinata dan mengambil ponselnya, satu alisnya terangkat saat melihat hasil foto, yang menjadi pertanyaan Sakura adalah..., kenapa pria berekspresi datar dengan potongan rambut mencuat ke mana-mana ini bisa ikut terfoto dengannya?
.
.
"Jadi kau lebih memilih menuangkan saos di lapisan daging lalu mayonnaise di lapisan tomat?" Naruto menuangkan mayonnaise di atas potongan daging hamburger sambil mempertahankan argumennya dengan Kiba. Kedua pria itu membahas bagaimana seharusnya mengoleskan saos dan mayonnaise pada lapisan burger agar rasanya terasa lebih nikmat. Jelas perdebatan yang konyol.
"Bukankah rasanya sama saja?" ucap Sakura, ia membuka mulut dan melahap hot dog miliknya. Hinata pun mengangguk setuju.
"Tentu saja tidak! ini adalah seni rasa ketika kau mencampurkan saos dan mayonnise ke dalam mulutmu secara bersamaan." sanggah Naruto, pria itu membuka mulutnya lebar-lebar melahap burger.
"Aku baru tahu betapa susahnya memakan sebuah burger." Kiba menyedot jus mangga. Beberapa detik kemudian suasana kantin terdengar sedikit bising.
"Hei itu Sasuke-kun...!"
"Kyaa... Sasuke-kun makan siang di kantin!"
"Oh dia keren..."
Suara bisik-bisik tetangga di kantin terdengar saat para wanita mulai menyadari kedatangan seorang pangeran menuju etalase makanan. Suasana kantin indoor memang selalu ramai saat jam makan siang ditambah grimis mengundang yang membuat sebagian besar pegawai libur untuk membawa makanan mereka ke bangku-bangku taman.
Kedatangan seorang Sasuke. Pria berparas tampan dan dingin itu membuat kantin berubah menjadi panggung fashion show dimana Sasuke adalah modelnya dan para wanita adalah penggemarnya. Jika melihat ekspresi datar Sasuke, jelas pria itu tidak tertarik pada situasi yang terjadi sebagai dampak dari pesonanya sendiri. Kusarankan Sasuke memakai topeng saja. Parasnya itu memang sangat memukau.
"Selamat siang Sasuke-san." Seorang pemuda penjaga etalase makanan tersenyum ramah menyambut Sasuke. Tampak beragam jenis makanan lezat disuguhkan koki kantin setiap harinya. Pantas saja jika pegawai di sini sayang mengeluarkan uang mereka untuk makan siang di luar studio.
"Hn, siang." sahut Sasuke, pria itu mengambil beberapa potong tomat.
"Seperti biasa ya?" Idatte memperhatikan menu makanan yang Sasuke ambil.
"Aa... ya, salad milik kalian luar biasa."
Naruto melambaikan tangan ke arah Sasuke. Pria dengan wajah datar itu berdiri sambil mengedarkan pandangannya, mencari tempat duduk kosong walau banyak wanita mencoba menawarkan bangku di sebelah mereka. Onyx Sasuke lalu melihat ke arah pria jabrik kuning yang begitu mencolok, tersisa tempat untuknya dan Sasuke pun memilih bergabung bersama Naruto.
"Kau membuat kantin menjadi ribut." ucap Naruto. Sasuke meletakkan nampan makanan berisi segunduk tomat tepat di hadapannya. Pria itu duduk di sebelah Sakura. Sekejap aura aneh menjalar di penjuru kantin. Entah kenapa Sakura sedikit merinding, ia pun melirik kaki Sasuke. Masih menginjak lantai. Lalu perasaan tidak enak apa ini?
"Itu bukan salahku." sahut Sasuke sembari membuka tutup botol mayonnaise. Ekspresi wajahnya masih datar.
Emerald Sakura melirik Sasuke kembali. Terpancar aura dingin dari pria di sebelahnya ini. Jika dilihat dari penampilan, mungkin umur Sasuke setara dengan Naruto yang berbeda tiga taun lebih tua darinya. Ngomong-ngomong soal Sasuke, Sakura merasa seperti pernah melihat pria itu, dimana? Foto sakura...Foto!
Sakura melirik Sasuke sekali lagi, sadar 100% persen bahwa Sasuke tampan. Apa yang terlihat di depan mata adalah data yang valid. Tidak diragukan lagi. Tidak mengherankan jika seluruh wanita di studio mengaguminya. Tapi.. hal ini tidak membuat Sakura langsung meneteskan air liur. Sakura memang mengakui bahwa Sasuke itu tampan. Ok..Lalu apa? itu hanyalah sebuah pernyataan tentang fakta, tapi fakta lainnya Sakura tidak tertarik untuk langsung tergila-gila pada setiap pria tampan yang ia temui. Merepotkan. Sakura tidak mau terlibat dalam sebuah romansa cinta bertepuk sebelah tangan. Tidak untuk saat ini.
"Kau memang penggila tomat sejati." Naruto mengambil sepotong tomat milik Sasuke.
"Kau Bukan tipe orang yang makan siang di kantin." Kiba mengorek-ngorek sisa pudingnya.
"Dia akan ke kantin jika stok tomat di kulkasnya habis." Naruto kembali mengambil potongan tomat Sasuke dan Sakura menatapnya geli.
"Oh iya.., Sasuke, perkenalkan ini Pinky. Ah! maksudku Sakura." tangan Naruto mengarah pada Sakura. Sasuke pun menoleh.
'Sial, tatapannya menyilaukan.'
"Sasuke." pria berwajah tampan namun datar itu menjabat tangan Sakura.
"Ha-Haruno Sakura. Devisi background 2D." Gugup? rasakan itu.
"Aa.." Sasuke hanya mengucapkan sepanggal kata lalu melahap tomatnya kembali.
Kemudian Sakura menghadap makanan miliknya. Ada yang aneh di sini... Sakura lalu mengalihkan pandangan ke lingkungan sekitar. Banyak pegawai wanita melirik sinis ke arahnya. Shannaro... untuk pertama kali ia makan siang sambil ditatap banyak wanita beraura ingin memangsanya hidup-hidup. Apa karena baru saja ia bersalaman dengan Sasuke?
"Kapan kau kembali dari Suna?" tanya Naruto kemudian.
"Tadi malam." jawab Sasuke.
"Benarkah?"
"Hn.."
"Sakura-chan, kau pindahan dari Suna kan?" tanya Hinata.
"Hem.." Sakura mengangguk. "Sasuke-san, kau berasal dari Sunagakure?" tanya Sakura.
"Tidak. Aku dari Konoha"
"Oh...aku lahir di Konoha dan menetap di Suna selama delapan belas tahun." kenapa kau menjelaskan? memangnya Sasuke bertanya padamu?
"Aa..." Sasuke menambahkan mayonnise ke atas salad. Sakura pun menarik satu kesimpulan. Sasuke pria yang irit bicara.
"Nanti malam kau lembur?" tanya Naruto.
"Kurasa begitu."
"Mereka tidak membiarkanmu menghela nafas sebentar eh?"
"Begitulah..."
"Memangnya kau bekerja di devisi apa Sasuke-san?"
Spontan tiga kepala langsung menoleh ke arah Sakura, tatapan mereka heran. Sasuke tetap tenang melahap tomatnya.
"Kenapa?"
Sakura bingung. Dari sinilah kisahnya dimulai.