ChanBaek Couple
Tittle : You Steal My Heart
Author: chickenKID
Main Cast: ChanBaek
Other Cast: Find by yourself
Rate: Aman
Genre: Romance (maybe), entahlah tak terlalu mengerti -_-a
Length: LONGSHOOT
Disclaimer: ChanBaek milik orangtuanya, SM, dan Tuhan YME, FFnya milik saya, sayanya milik ONEw XDD
Warning: YAOI..AU..OOC..TYPO(S)...BOYS X BOYS = LOVE (ketawa nista XDD)
Note : Maaf atas keterlambatannya, semoga masih ada yang mau baca lanjutan FF ini geh Aamiin xD
Kalau saja aku tak begitu, kini bagaimana aku?
Kalau saja aku tak di situ, kini di mana aku?
Kini kalau aku begini, kelak bagaimana aku?
Kini kalau aku di sini, kelak di mana aku?
Tak tahu kelak, ataupun dulu, sekarang hanya tahu kini aku di sini, kini aku begini.
Dan kini yang kutahu, aku melihatmu.
Kini aku berada di hatimu.
chickenKID's Present
You Steal My Heart Chap 2
"Aww, pelan-pelan bodoh, ini sangat sakit"
"Ne, aku tahu, makanya kau jangan bergerak dan aku tidak bodoh"
"Aww, aish kau itu tak bisa lembut sedikit apa? Sialan" Pencuri itu sedang mengobatiku. Berbeda dengan Kyungsoo, dia benar-benar tidak lembut. Dan itu memperparah rasa sakitku. Ia tiba-tiba mengghentikan gerakannya.
"Waeyo?" tanyaku. Ia mempoutkan bibirnya.
"Tak bisakah kau tak berkata kasar padaku eoh? Pencuri sialan, bodoh, sialan. Aku tak suka disebut seperti itu. Lagipula aku punya nama" ujarnya.
"Mwo? Nama? Aku tak ingat kau pernah menyebutkan namamu" jawabku. Ia langsung menatapku.
"Ah aku lupa. Kita bahkan belum berkenalan kan? Aigoo, namaku Byun Baekhyun. Sebut saja aku Baekhyun" ujarnya seraya mengulurkan tangannya. Setelah beberapa kejadian menimpa kami. Sekarang baru saja kami resmi berkenalan. Memang aneh, tapi aku malah menjabat tangannya.
"Park Chanyeol" ujarku.
"Arra, bukankah itu terpampang jelas di lencana detektifmu?" ujarnya. Dan sekarang aku baru teringat.
"Omo, dompetku tertinggal lagi" ujarku menepuk jidat. Sia-sialah aku kesana mempertaruhkan nyawaku tapi apa yang kuinginkan tak kembali.
"Igo" ujarnya mengembalikan dompetku.
"Kau mengambilnya?" ia hanya mengangguk. Refleks aku langsung memeluknya.
"Gomawo, jinjja gomawo" ujarku. Dan setelah sadar aku langsung melepaskannya.
"Ah, mian. Aku terlalu senang" ujarku. Dia hanya mengangguk.
"Kenapa kau sangat ingin dompet itu kembali padahal isi dompetnya sudah tak utuh lagi eoh?" tanyanya.
"Karena sejarah dompet ini sudah terlalu banyak. Aku tak rela untuk membiarkannya hilang begitu saja. Dan ini adalah barang yang sangat penting bagiku" ujarku seraya memperlihatkan lencana detektifku.
"Sepertinya kau sangat bangga dengan pekerjaanmu sebagai seorang detektif" ujarnya.
"Tentu saja aku bangga, karena itu adalah pekerjaan yang kuimpikan sejak kecil. Dan sepertinya kau juga sangat bangga dengan pekerjaanmu sebagai seorang pencuri" ujarku dia langsung menatapku. Aigoo, aku tak bermaksud untuk menyinggung perasaannya.
"Ah mian, aku tak bermaksud"
"Arra, aku tahu. Dan kau benar, aku juga bangga sebagai seorang pencuri. Karena pencuri adalah seniman-"
"Yang sangat terampil dalam mencuri barang. Ya aku tahu, aku sangat ingat ucapanmu saat itu. Sedangkan detektif tak lebih dari tukang kritik yang mencari-cari kesalahan orang. Betapa sombongnya dirimu itu, dan di sana aku tahu kalau kau memang sangat bangga menjadi seorang pencuri" potongku. Kudengar ia hanya terkekeh.
"Kau tahu, walaupun detektif dan pencuri sebenarnya terpisahkan oleh langit dan bumi, tapi jika diselidiki asalnya, mereka sama-sama orang lancang yang menggunakan kunci bernama keingintahuan untuk membongkar sesuatu yang tersembunyi dari manusia" ujarnya. Aku hanya tersenyum.
"Sepertinya daripada jadi seorang pencuri kau lebih cocok jadi sastrawan. Kata-katamu sok puitis tapi menusuk"
"Ne, ne, lagipula menjadi seorang pencuri bukanlah keinginanku" ujarnya. Ia melihat langit-langit ruang tamuku seperti menewarang.
"Kau tahu, tak ada yang dapat memprediksi hidup kita di masa depan. Sebenarnya kalau boleh jujur aku tak mau menjadi seorang pencuri" aku memandang wajahnya yang sedang menerawang itu.
"Dulu aku sangat ingin menjadi guru TK atau SD, karena aku sangat menyukai anak kecil. Tapi dunia yang kejam ini terpaksa membuatku melupakan angan-anganku. Akhirnya aku malah terjerat pada kelompok besar pencuri nasional" ujarnya sambil tersenyum pahit. Aku hanya diam mendengarkan.
"Sebenarnya aku tak menyesal dengan apa yang aku lakukan. Tapi sesuatu yang selalu membuatku takut setiap hari adalah wajah orang-orang yang baru saja kucuri. Bagaimana mereka kehilangan harta mereka. Bagaimana jika harta itu sebenarnya sangat diperlukan untuk sesuatu yang lebih penting daripada yang aku perlukan. Aku sangat takut, takut pada kesalahanku sendiri. Terkadang aku selalu bertanya-tanya. Apa aku masih pantas di dunia ini? Apa aku masih dibutuhkan di dunia ini? Apa aku masih dapat termaafkan sedangkan dosa-dosa yang kutanggung sudah sangat banyak?" ujarnya lalu ia menatapku dengan mata yang menyiratkan penyesalan yang mendalam.
"Aku takut, apa sebenarnya aku masih dapat di terima di dunia ini atau tidak?" ujarnya dan airmatapun lolos dari pelupuk matanya. Ia menangis di hadapanku. Aku tak tahu harus bagaimana. Siapa yang menyangka aku menjadi tempat curhat seorang pencuri sepertinya.
"Sebenarnya aku tak tahu, untuk apa aku hidup. Di dunia ini tak ada yang membutuhkanku. Sejak awal aku lahir aku dibuang oleh orangtuaku di tempat menyebalkan yang bernama panti asuhan. Sejak awal aku lahir aku memang sudah menyesali kelahiranku di dunia. Aku sudah tahu bahwa aku tak akan bahagia. Tapi di markas itu aku merasa aku punya keluarga. Aku merasa bahagia karena ada tempat pulang. Dan sekarang aku kehilangan semuanya. Aku tak tahu apakah aku masih berguna hidup di dunia ini atau tidak" dan ia mulai menangis tersedu. Sungguh aku sangat merasa bersalah. Kubawa dirinya kepelukanku. Ku usap kepalanya mencoba menenangkannya.
"Kau tahu, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Semua orang pernah melakukan hal buruk. Tapi satu hal yang harus kau tahu, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya. Kau bukannya tak berguna, buktinya kau menyelamatkan nyawaku dan aku berhutang padamu. Kau tak perlu merasa sendirian, karena sekarang kau punya aku untuk berbagi. Kau tenang saja" ujarku menenangkannya. Dan dia mulai membalas pelukanku erat. Dan menelusupkan wajahnya di dadaku. Kurasakan bajuku basah karena air matanya. Kubiarkan dia mendengar detak jantungku.
DEG
DEG
DEG
Detak jantung yang mulai berdetak tak karuan. Pertama kalinya dalam hidupku merasakan dentuman secepat ini tapi aku menyukainya. Dan di sana aku mulai menyadari. Mungkin pencuri sialan itu berhasil mencuri hal lain selain dompetku dari dalam diriku.
Dia berhasil mencuri hatiku. Hatiku yang telah lama membeku.
Kupeluk erat dirinya. Dan masih mengusap kepalanya. Hingga tak lama kemudian terdengar dengkuran halus darinya. Mungkin dia tertidur. Karena kuyakin dia sangat lelah setelah semua yang telah kami alami hari ini. Ku angkat tubuhnya dan kubaringkan dirinya di tempat tidurku. Aku hanya memandangnya yang sedang tertidur dengan damainya. Kulit yang halus. Bibir yang tipis dan kecil. Wajah yang juga kecil. Aku baru sadar bahwa dia begitu mempesona.
"Kau benar-benar pencuri sialan. Bagaimana bisa setelah semua yang terjadi sekarang kau malah mencuri hatiku eoh?" gumamku sambil menatap wajahnya. Kemudian dengan perlahan aku mendekatinya dan
CUP
Aku mencium keningnya lembut.
"Jaljayo" gumamku. Lalu aku segera keluar membiarkannya tidur dan kemudian menutup dengan perlahan pintu kamarku.
.
.
_SKIP TIME_
.
.
Rasanya aneh. Mengapa mereka yang biasanya sangat berisik itu tiba-tiba menjadi tenang dan tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Aigoo, kalian ini kenapa eoh? Katakan sesuatu. Hening itu sama sekali bukan gaya kalian" ujarku.
Sekarang ini aku sedang berada di kantor, tepatnya di kantin kantor bersama dengan Kai dan Kyungsoo. Mungkin yang membuat mereka bungkam adalah kehadiran orang lain di antara kami.
"Aku hanya tak menyangka kau dua kali kalah oleh namja imut dan terlihat polos sepertinya eoh?" ujar Kyungsoo. Ia berbicara tanpa mengedipkan matanya dan terus memperhatikan Baekhyun. Ya Baekhyun, aku membawanya ke kantor dan memperkenalkannya pada mereka. Baekhyun hanya tersenyum kikuk, yang lebih terlihat sok imut.
"Dan ini sangat membuktikan bahwa kau detektif bodoh yang kalah oleh namja yang bahkan lebih kecil darimu" ujar Kai.
"Aigoo, kalian itu kenapa sangat senang sekali menghinaku eoh? Aku membawanya ke sini bukan untuk mempermalukanku" gerutuku.
"Ah ya, bukankah seharusnya kau menangkapnya? Kau membawanya kesini karena kau berhasil menangkapnya kan? Kenapa kau malah mengatakan hal aneh bahwa kau tinggal bersamanya?" tanya Kyungsoo.
"Ceritanya panjang. Yang jelas sekarang aku tak bisa menangkapnya. Aku memperkenalkannya pada kalian, terutama padamu Kyungsoo, agar kau membantu untuk membelikan baju untuknya. Dia tak ada baju satupun di tempatku. Lihat memakai bajuku yang kebesaran membuatnya seperti anak kecil yang tak terurus"
"Aku bukan anak kecil Park Chanyeol" protes Baekhyun.
"Ya, ya, ya, tapi tubuhmu itu kecil Byun Baekhyun" dan ia hanya mendengus kesal. Kai dan Kyungsoo menatap kami berdua.
"Berapa lama kalian bertemu?" tanya Kyungsoo.
"Mwo? Apa maksudmu?" aku bertanya kembali.
"Kalian terlihat sangat akrab"
"Akrab apanya? Dia selalu menyebutku dengan kata-kata kasar. Aku tahu aku memang salah, tapi bukankah tak baik menyebut nama orang dengan sangat kasar?" protes Baekhyun.
"Mwo? Bukankah itu sebelum aku tahu namamu kan?" ujarku.
"Ne, setelah kau tahu namaku sekarang sering sekali kau menyebut Baekhyun bodoh, Baekhyun sialan, Baekhyun kecil, aigoo membuatku frustasi"
"Mwo? Kapan aku berkata seperti itu eoh?"
"Memang kau selalu berkata seperti itu, kau hanya tak merasa saja tuan detektif"
"Lihat, kalian sudah sangat akrab. Sebenarnya apa hubungan kalian ini?" tanya Kyungsoo lagi.
"Mwo? Memang kau kira hubungan kami ini apa eoh?" tanyaku.
"Kalian terlihat akrab dan mesra, apalagi kalau bukan-"
"Stop, jangan berkata yang tidak-tidak oke?" aku segera memotong ucapan Kyungsoo sebelum ia melanjutkannya karena itu akan sangat membuatku malu dan mungkin aku akan salah tingkah. Aku tahu bahwa Kyungsoo sedikit peka jika berurusan dengan hal seperti ini. Tapi aku tak mau sesuatu itu membuat Baekhyun tak nyaman. Untuk sekarang biarkanlah hubunganku dan Baekhyun seperti ini. Entah mau menyebut hubungan kami ini apa. Karena teman juga bukan, kenalan baru saja kemarin. Kalau misalkan disebut musuh mungkin itu lebih cocok untuk hubungan kami. Tapi sepertinya tak ada musuh yang tinggal bersama.
"Jadi sekarang apa yang harus kubantu?" tanya Kyungsoo.
"Pergi dengannya, carikan baju yang banyak untuknya. Aku dan Kai sedang ada pekerjaan. Bukankah kau sedang free?" tanyaku. Dan Kyungsoo hanya mengangguk.
"Baiklah, tunggu apalagi? Ayo cepat berangkat" ujarku. Dan Kyungsoo langsung beranjak dari kursinya di ikuti oleh Baekhyun meninggalkan aku dan Kai.
"Aku tak mengerti kenapa semuanya jadi seperti ini?" tanya Kai.
"Jangankan kau, akupun tak mengerti Kai. Tapi untuk sekarang memang ini yang harus aku lakukan. Dia sudah menyelamatkan nyawaku Kai"
"Jadi sekarang. Pekerjaan apa yang harus kita kerjakan eoh?"
Dan akupun menceritakan kejadian kemarin. Aku memberitahukan pada Kai bahwa aku menemukan markas kelompok pencuri besar. Aku berencana untuk menangkap kelompok pencuri itu. Dan aku memberitahukan rencananya pada Kai. Dan kamipun berbincang mengenai rencana itu.
.
._ChanBaek_
.
.
"Kau sudah pulang?" tanyaku saat kulihat Baekhyun berdiam diri di depan TV dan kulihat ia sudah mengganti bajunya.
"Ne" jawabnya singkat. Rasanya memang aneh saat aku pulang sudah ada orang lain di rumahku.
"Kau sudah makan?" tanya Baekhyun. Aku hanya menggeleng. Ini memang sudah malam. Tapi biasanya aku malas untuk makan malam. Baekhyun langsung tersenyum lalu menarikku ke meja makan.
"Aku membuat makan malam. Kebetulan kau belum makan. Jadi kau harus makan sekarang" ujarnya girang mendudukanku di kursi meja makan dan ia sendiri duduk di hadapanku.
"Tunggu, kau juga belum makan?" tanyaku.
"Ne, aku sengaja menunggumu pulang untuk makan bersama" ujarnya. Aigoo, aku sedikit tersentuh.
"Lain kali jangan menungguku pulang. Karena belum tentu aku sudah makan atau belum. Dan jadwal pulang kerjaku juga tak menentu" ujarku. Dia hanya mempoutkan bibirnya.
"Maka dari itu. Mulai sekarang kau harus makan di rumah. Jika kau pulang telat kau harus memberitahuku. Aku tak suka makan sendirian. Rasanya sepi. Dan karena aku tak kerja, aku ingin sedikit berguna untukmu" ujarnya. Jika begini kami seperti pasangan suami istri saja. Aku langsung menggelengkan kepalaku. Aigoo Park Chanyeol sadarlah.
"Wae?" tanyanya.
"Ani" jawabku.
"Kalau begitu aku minta nomor handphonemu" ujarku. Dia langsung tersenyum. Lalu kamipun bertukar nomor handphone.
Setelah selesai makan. Ia segera membereskan meja makan. Aku beranjak ke kamarku. Mungkin sekarang menjadi kamarku dan Baekhyun karena di apartemenku hanya ada satu kamar. Aku mengambil handuk berniat untuk mandi.
"Sudah kusiapkan air hangat untuk kau mandi" ujar Baekhyun menghampiriku di kamar.
"Ne?"
"Sudah kusiapkan air hangat untuk kau mandi" ulangnya. Aku hanya tersenyum.
"Ne, gomawo" ujarku lalu ku usap kepalanya. Sungguh aku merasa kami benar-benar seperti sepasang suami-istri. Aku sangat senang sekarang. Setidaknya aku merasa ada seseorang yang mengurusiku setelah sekian lama aku hidup sendiri.
Setelah selesai mandi aku bersiap untuk tidur. Hari ini sedikit lelah karena tadi setelah menyusun rencana dengan Kai. Aku dan Kai pergi ke markas kelompok pencuri itu. Sayangnya di sana telah kosong. Tak ada apapun di sana. Aku yakin mereka kabur dan berpindah tempat karena sudah memperkirakan aku akan datang lagi. Memang mereka sangat cerdik. Aku jadi harus menyelidiki lagi tentang mereka. Kulihat Bakehyun masih terdiam di depan TV.
"Kau belum tidur?" tanyaku. Ia hanya menggeleng.
"Kalau kau mau tidur, tidur saja" ujarnya. Aku malah duduk di sampingnya.
"Wae?" tanyaku. Ia langsung menatapku.
"Aku ingin mencari kerja. Aku tak mau selalu merepotkanmu" ujarnya. Aku hanya tersenyum lalu kembali mengusap kepalanya.
"Wah wah wah, boy, sejak kapan kau merasa merepotkanku eoh?" ia langsung melepaskan tanganku dari kepalanya.
"Sudah kubilang aku bukan anak kecil. Di lihat dari KTPmu pun kau bahkan lebih muda dariku"
"Mwo?"
"Aku ini lahir di bulan Mei tahun 1992" aku sedikit terkejut.
"Aish, hanya berbeda beberapa bulan saja" jawabku.
"Tetap saja aku ini lebih tua darimu. Jadi jangan menganggapku anak kecil oke" aku hanya mengangguk.
"Jadi, kau ingin bekerja di mana?"
"Entahlah, menjadi waiters mungkin. Yang jelas bukan menjadi pencuri lagi"
"Itu bagus. Besok ku temani untuk mencari kerja"
"Jinjja?" tanyanya dengan mata berbinar-binar. Aku hanya mengangguk. Dan ia langsung memelukku.
"Gomawo" ujarnya. Aku hanya menahan napasku saat ia memelukku. Sungguh hatiku berdegup sangat kencang sekarang ini.
"Aku tak menyangka kau sebaik ini. Padahal aku sangat jahat padamu"
"Sudah kubilang kan, orang pasti pernah melakukan kesalahan. Dan untuk sekarang waktunya kau perbaiki segalanya. Arra?" ujarku dan ia hanya tersenyum sangat manis sambil mengangguk.
"Sekarang ayo tidur" ajakku. Dia terdiam sejenak.
"Wae?" tanyaku.
"Apa tidak apa-apa kau berbagi tempat tidur denganku?" tanyanya.
"Kemarin malam kau tidur di tempat tidurku juga. Kenapa baru sekarang kau sungkan eoh?"
"Aish, bukan begitu. Hanya saja-"
"Lalu kau mau tidur di mana? Di sofa ini? Terserahmu kalau kau tak merasa akan kedinginan jika tidur di sini" kulihat ia langsung menatapku.
"Aku ikut denganmu saja" akhirnya dia mengikutiku. Dan kamipun berbaring di tempat tidurku.
"Park Chanyeol" ujarnya saat kami telah berbaring bersama.
"Ne?"
"Terimakasih untuk semuanya. Mungkin suatu keberuntungan bagiku untuk bertemu denganmu"
"Kau terlalu memujiku"
"Tapi memang kenyataannya kau sangat baik" ujarnya. Aku langsung menoleh padanya. Ternyata ia sedang menatapku.
"Aku rasa aku yang berhutang banyak padamu"
"Kalau begitu bayarlah hutangmu" ujarku.
"Mwo?"
"Bayarlah. Di mulai dari sini" ujarku sambil menunjuk pipiku. Kuyakin ia mengerti apa yang aku maksud. Mungkin aku memang sudah gila dengan menyarankan dirinya untuk mencium pipiku. Kulihat ia sangat terkejut dengan wajah yang sedikit merona. Aku merutuki diriku dalam hati. Kupikir aku memang sudah gila. Baru saja aku akan berkata bahwa aku hanya bercanda. Tapi apa yang Baekhyun lakukan langsung membuatku diam seketika.
CUP
Ya, ia mencium pipiku. Dengan lembut dan sukses membuat jantungku berdegup tak karuan. Lalu ia melepaskan ciumannya dengan wajahnya yang memerah kontras dengan kulit putihnya. Aku hanya tersenyum, ia terlihat sangat manis.
"Jangan tersenyum seperti orang bodoh begitu" ujarnya. Lalu ia langsung berbalik memunggungiku. Kuyakin sekarang ini dia sangat malu. Oh Tuhan, sejak kapan aku menjadi orang yang tak normal seperti ini. Kuyakin dulu aku masih menyukai wanita. Dan semuanya berubah setelah aku bertemu dengannya. Dengannya yang bahkan lebih manis daripada seorang wanita. Aku hanya melihat punggung kecilnya. Masih dengan senyuman yang terampang di wajahku. Aku mulai menutup mataku menuju alam mimpi.
Chayeol PoV End
.
.
_SKIP TIME_
.
.
Author PoV
"Kamsahamida" ujar Chanyeol dan Baekhyun berbarengan. Chayeol baru saja mengantar Baekhyun untuk mencari pekerjaan. Dan akhirnya berhasil. Baekhyun di terima di sebuah Cafe yang dekat dengan kantor kepolisian tempat Chanyeol bekerja.
"Bagaimana kalau kita merayakan kau sudah mendapat pekerjaan?" tanya Chanyeol.
"Aish, aku kan belum mulai bekerja. Bagaimana mau merayakan eoh? Aku belum punya uang"
"Memang kau pikir kemarin-kemarin kau mengeluarkan uang eoh? Sudahlah tak usah memikirkan hal itu. Masalah itu aku yang urus"
"Kau memang terlalu baik Park Chanyeol. Tapi tidak terimakasih. Aku tak mau selalu merepotkanmu"
"Pokoknya kau tak boleh menolak. Aku akan mengajak Kyungsoo dan Kai untuk ikut merayakannya"
"Yasudah, terserahmu sajalah"
"Aku akan ke kantor dulu. Ada sesuatu yang harus aku ambil. Sekalian aku akan mengajak Kai dan Kyungsoo untuk merayakannya. Kau mau ikut?" tanya Chanyeol.
"Ani, aku ada sesuatu yang harus kubeli. Kutunggu kalian saja di toko dekat sini ne" Chanyeol hanya mengangguk. Dan merekapun berpisah.
Baekhyun menuju sebuah toko kecil di dekat sana. Ia berniat untuk membeli minum dan beberapa camilan. Tetapi baru saja ia sampai di depan toko tersebut. Seorang anak laki-laki keluar dari sana sambil berlari. Baekhyun terkejut lalu anak tersebut melempar sebuah daging yang dibungkus rapi dengan plastik. Baekhyun menangkap daging tersebut. Ia tak mengerti apa yang terjadi. Tetapi kemudian penjaga toko tersbut keluar untuk mengejar anak tersebut. Di sanalah ia baru mengerti situasi apa sekarang ini.
"Aish, anak kurang ajar" teriak penjaga toko tersebut. Lalu ia menoleh ke arah Baekhyun.
"Ah jadi kau komplotan anak itu ya?" tanyanya. Baekhyun langsung melotot terkejut walaupun matanya tetap saja sipit.
"Mwo? Ani, aku bukan komplotannya. Aku bukan pencuri" ujar Baekhyun.
"Lalu apa yang kau pegang itu eoh?"
"Ini anak tadi melemparkannya padaku. Aku tak tahu apa-apa. Aku tak mengenal anak itu"
"Kau tak usah mengelak. Aku akan membawamu ke kantor polisi" ujar penjaga itu.
"Mwo? Aigoo, Ahjumma sudah kubilang aku tak salah" ujar Baekhyun. Namun Ahjumma penjaga toko tersebut tak mendengarkan Baekhyun. Ia hanya membawa daging yang tadi ada di tangan Baekhyun dan langsung menyeret Baekhyun ke kantor polisi yang kebetulan dekat dengan toko itu.
"Sungguh Pak Polisi, aku bukan pencuri. Anak yang tadi mencuri melemparkan daging yang di curinya padaku. Aku berniat membeli minuman dan camilan di toko itu" ujar Baekhyun menjelaskan.
"Baekhyun?" suara berat mengintrupsi mereka. Baekhyun menoleh. Dan ia semakin terkejut tatkala ia melihat Chanyeol beserta dengan Kai dan Kyungsoo di sana.
"Ada apa ini?" tanyanya menghampiri.
"Dia mencuri daging dari tokoku" ujar Ahjumma penjaga toko.
"Mwo? Sudah kubilang aku bukan pencuri"
"Baiklah aku akan menanyai beberapa pertanyaan" ujar Pak Polisi di sana.
"Tanya saja, lagipula aku bukan pencuri" ujar Baekhyun kesal. Chanyeol menatapnya tak percaya.
"Byun Baekhyun, apa yang sudah kau lakukan sebenarnya?" tanya Chanyeol. Baekhyun menatap Chanyeol.
"Jangan bilang kau juga tak mempercayaiku Park Chanyeol? Sudah kubilang aku tak melakukannya" tegas Baekhyun.
"Mana ada pencuri yang mengaku. Pak Polisi tolong periksa dia" ujar Ahjumma itu. Chanyeol hanya menatap Baekhyun.
CEKLEK
Borgol terpasang di kedua tangan Baekhyun. Polisi akan membawa Baekhyun ke ruang pemeriksaan. Baekhyun menatap Chanyeol yang menatap Baekhyun dengan kecewa.
"Park Chanyeol, kau sungguh akan melakukan ini eoh? Kau sungguh tak mempercayaiku?" ujar Baekhyun seraya di seret oleh petugas kepolisian.
"Park Chanyeol sialan, kau sendiri yang mengatakan bahwa semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Semua orang pasti pernah melakukan hal buruk. Tapi tak pernah ada kata terlambat untuk memperbaiki semuanya. Aku telah berusaha untuk memperbaiki semuanya. Dan sekarang setelah aku berusaha, kau membalasnya dengan ini eoh? Kau benar-benar sialan" ujar Baekhyun dan iapun menghilang di balik pintu tempat ia akan di periksa. Chanyeol hanya menatapnya bingung.
"Apa benar kau tak mempercayainya?" tanya Kyungsoo menghampiri.
"Bukankah kita akan merayakan dirinya yang telah mendapatkan pekerjaan? Bukankah mustahil ia mengacaukan semuanya hanya untuk mencuri daging?" ujar Kyungsoo lagi. Chanyeol menatap Kyungsoo.
"Aku tak tahu Kyungsoo, aku tak tahu siapa yang harus aku percaya" jawab Chanyeol.
"Kau ini seorang detektif. Bukankah sangat mudah bagimu menganalisis orang lain eoh? Kau yang paling tahu dia berbohong atau tidak" ujar Kyungsoo.
"Aku tahu, aku tahu kalau dia tak melakukannya"
"Kalau begitu kau tinggal membuktikan bahwa dia tak bersalah" ujar Kai.
"Kita harus menemukan pencuri yang asli" lanjut Kai.
"Bukankah itu memang pekerjaanmu eoh?" tanya Kyungsoo pada Chanyeol. Dan Chanyeol hanya tersenyum.
"Kai, aku butuh bantuanmu" dan merekapun bergegas untuk mencari pencuri yang sebenarnya.
.
.
_SKIP TIME_
.
.
"Hei nak, aku butuh bantuanmu" ujar Chanyeol pada seorang anak laki-laki di sebuah gang sempit. Anak laki-laki itu sedang menyantap sebuah ramen.
"Mwo?" tanyanya.
"Kemari" ajak Chanyeol seraya melambai pada anak laki-laki itu. Dan saat anak laik-laki itu menghampirinya.
CEKLEK
Chanyeol memborgol kedua tangannya.
"Aku butuh dirimu untuk membuat kesaksian yang sebenarnya bahwa kau telah mencuri di toko dekat kantor kepolisian, dan kau melimpahkan kesalahan pada orang yang tak bersalah" ujar Chanyeol sambil tersenyum. Terlihat anak laki-laki itu bergetar.
"A-aku tak melakukannya" elaknya.
"Ceritanya akan berbeda kalau saja kau tak ada pada cctv yang terpampang di dalam toko dan menangkap aksimu yang sedang mencuri. Juga yang terpampang di depan toko yang menangkap aksimu melempar daging pada pengunjung yang ada di depan toko" ujar Chanyeol. Anak laki-laki tersebut langsung berlari, hanya saja segera di hadang oleh Kai yang sudah bersiap di sana. Ia akan berlari ke sebelah kiri dan di sana ada Kyungsoo yang sudah berjaga.
"Sayang sekali nak, kau tak bisa kemana-mana" ujar Chanyeol. Dan iapun langsung di giring Kai, dan di bawa ke mobil patroli menuju kantor kepolisian pusat.
.
.
_ChanBaek_
.
.
Baekhyun menggerutu seraya keluar dari kantor polisi itu. Chanyeol hanya mengikuti dari belakang. Setelah semua kesalah pahaman selesai. Akhirnya Baekhyun di biarkan keluar, dan Ahjumma itupun meminta maaf pada Baekhyun.
"Kau marah?" tanya Chanyeol. Tapi Baekhyun tak menjawabnya.
"Kuyakin kau marah padaku. Jadi Mianhae" ujar Chanyeol. Baekhyun masih tak meresponnya.
"Ya, Byun Baekhyun, setidaknya jawab aku" Baekhyun masih saja tetap berjalan.
GREP
"Aku paling tak suka di acuhkan" ujar Chanyeol menangkap tangan Baekhyun menghentikan langkah Baekhyun.
"Mianhae" ujar Chanyeol lagi. Dan di sana Baekhyun langsung menitikkan air matanya.
"Omo, kenapa kau malah menangis eoh?"
"Hiks, Aku kesal padamu bodoh. Aku kesal karena kau tak mempercayaiku. Aku kesal padahal aku sudah tersentuh karena kau sangat baik padaku. Aku terlalu percaya diri bahwa kau akan mempercayaiku. Hatiku sakit saat kau melihatku dengan tatapan kecewa dan di sana aku tahu kau tak mempercayaiku. Padahal hiks, padahal aku sudah berusaha untuk menjadi orang baik dan berguna, aku-mph" ucapan Baekhyun terputus saat Chanyeol menciumnya. Menciumnya dengan lembut. Membuat Baekhyun membulatkan matanya tak percaya. Setelah beberapa saat Chanyeol melepaskan ciumannya.
"Akhirnya kau mengehntikan tangisanmu" ujar Chanyeol dan
BLUSH
Baekhyun langsung memblushing ria.
"Bodoh" ujar Baekhyun.
"Kalau aku tak percaya padamu aku tak akan berusaha untuk menemukan pencuri yang asli. Kalau aku tak percaya padamu aku mungkin tak akan meminta maaf padamu" ujar Chanyeol lembut. Ia lalu membawa Baekhyun pada pelukannya.
"Mianhae, mianhae jika aku membuatmu kecewa. Aku tahu kau berusaha untuk menjadi lebih baik. Mian" ujar Chanyeol. Baekhyun membalas pelukannya.
"Tapi yang kutahu kau memang seorang pencuri" ujar Chanyeol.
"Aigoo, kau masih menganggapku pencuri eoh?" tanya Baekhyun seraya melepaskan pelukannya.
"Ne, kau seorang pencuri, pencuri yang telah mencuri hatiku" ujar Chanyeol dan membuat Baekhyun mematung. Tapi tak lama setelah itu terdengar suara tawa dari mulut Baekhyun.
"Aigoo, sejak kapan kau belajar menggombal eoh? Dan aku ini namja, tak mempan di gombali olehmu" ujar Baekhyun masih dengan tawanya. Chanyeol hanya mendengus. Lalu ia menarik Baekhyun mendekat padanya. Membuat Baekhyun menahan napas karena jarak wajah mereka yang sangat dekat.
"Aku memang tak pandai berkata-kata. Mungkin aku memang lebih senang menunjukannya dengan caraku sendiri" ujar Chanyeol. Dan dengan itu ia mengeliminasi jarak di antara mereka. Dan
CUP
Chanyeol kembali mencium Baekhyun. Kali ini lebih lama dan lebih terkesan 'liar' daripada ciuman pertama tadi. Tapi kali ini Baekhyun tak terkejut ataupun membulatkan matanya lagi. Ia bahkan menutup matanya dan mulai membalas ciuman Chanyeol. Sepertinya mereka tak sadar bahwa meraka sedang berada di tempat umum. Bahkan belum jauh dari kantor kepolisian. Membuat Kai dan Kyungsoo hanya terkekeh menyaksikan adegan ciuman Chanyeol dan Baekhyun. Sepertinya mereka hanya merasa bahwa dunia milik mereka berdua. Dengan merasakan detak jantung masing-masing. Mereka menikmati ciuman mereka.
Menurut Chanyeol, Baekhyun memang pencuri sialan yang telah berhasil mencuri hatinya. Tapi meskipun begitu berkat Baekhyun ia belajar tentang bagaimana hidup. Dan betapa kejamnya dunia ini.
Menurut Baekhyun, Chanyeol adalah seorang Detektif bodoh yang berhasil hatinya ia curi. Tapi sepertinya ia lebih bodoh karena iapun tertarik pada seorang dekektif bodoh.
Menurut Kai dan Kyungsoo mereka sama-sama bodoh karena saling mencintai orang bodoh.
Menurut readers bagaimana?
Tolong tulis komentar kalian mengenai kisah mereka berdua ini yaaa.
END
A/N : Ahahaha *Ketawa Evil xD
Gimana? membosankankah? tidak memuaskankah?
komentar bisa dikirim melalui review
so tinggalkan jejak ne
Yosh *TebarSenyumnyaONEw~