Previous
"Hyung." Katanya memanggil Yunho yang masih memeriksa dengan teliti wajahnya.
"hmm."Katanya menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya pada memar Sehun
"Hyung."
"Ada apa? Bicaralah."
"Hyung."
Yunho sedikit mengernyit dan memutuskan untuk menatap adiknya yang terlihat menyedihkan saat ini "Ada apahmm."Gumam Yunho menghapus air mata adiknya yang tiba-tiba terisak.
"Hanya ingin memanggilmu saja." Gumam Sehun tercekat berniat menyembunyikan apa yang sedang ia rasakan pada kakaknya namun gagal karena selamanya Sehun hanya akan menjadi adik kecil untuk Yunho.
"Bagaimana Luhan? apa kau sudah melamar Luhan?"
Sehun menunduk dan mengangguk sebagai jawaban "Lalu apa dia menerimanya?"
Sehun hanya kembali terdiam dan menggigit kencang bibirnya sebelum kembali menatap kakaknya "Luhan tidak menerimanya. Dia bilang dia membutuhkan waktu. Dia masih trauma dengan apa yang terjadi padanya dan Seunghyun. Dia-.."
Yunho dengan cepat mendekap erat tubuh adiknya yang kini bergetar hebat. Kembali merasa bersalah karena dia juga merupaka salah satu penyebab atas semua penderitaan yang adik kecilnya rasakan.
Yunho mendongakan wajahnya, diam-diam menangis begitu tak tega menyadari kebahagiaan seperti jauh untuk adiknya, dia mengusap lembut punggung Sehun dan membiarkan adiknya menangis dan mengeluarkan semua rasa sesak yang saat ini ia rasakan "Bagaimana jika selamanya Luhan tidak mau menikah denganku. Bagaimana jika suatu saat dia pergi lagi hyung."
"sst...Sehun adik kecilku jangan seperti ini. Luhan hanya membutuhkan waktu, dia mengalami trauma dan perlu waktu karena pernah gagal dalam pernikahannya. Kau harus bersabar.Aku janji kita tidak akan kehilangan Luhan lagihmm."
"hyung"
"Aku disini Sehunna."
"hyung..."
"Maafkan aku Sehun." Gumam Yunho semakin mendekap erat tubuh yang biasanya selalu berdiri tegap dan tak terlihat tak pernah goyah sekalipun. Adiknya sudah mencapai batasnya bersabar dan wajar jika Sehun perlu mengeluarkan rasa gundahnya. Dia hanya ingin hidup berbahagia dengan Luhan selamanya. Tapi akan selalu ada hal yang membuat keduanya selalu terpisah dengan berbagai cara.
"hyung..."
"hyuuuuuungarghhh!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Last Chapter
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Life is the only game which has no pause, no resume and norestart. You have to be careful enough to never fail and not to be hurt
.
.
.
.
.
.
Triplet794 present new story
Restart
Main Cast : Oh Sehun & Xi Luhan
Genre : Romance, Friendship, Hurt/Comfort
Rate : M
Length : Chapter
YAOI. Typo (s)
HUNHAN STORY!
.
.
.
.
.
.
We had the right love at the wrong time
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Dua tahun kemudian
Cklek….!
Terdengar suara pintu kamar dibuka dengan perlahan dan tak lama pria tampan yang baru saja menyelesaikan aktivitas rutinnya memasuki tempat yang bisa membuat rasa lelahnya hilang seketika.
Pria muda yang kini sudah resmi menjadi seorang ayah pun tampak memicingkan matanya mencari dimana ketiga malaikatnya berada. Dan seketika bibirnya tersenyum melihat kedua putra kembarnya sedang tertidur dengan pria cantiknya yang berada di tengah-tengah malaikat kecil mereka.
"Appa.."
Oh Hanse yang merupakan si bungsu dari putra kembarnya tampak memanggil ayahnya yang kini berjalan perlahan menghampiri tempat tidur kecil yang berada persis dibawah tempat tidur utama yang biasa digunakan oleh kedua orang tua si kembar untuk melepas lelah atau sekedar melakukan kegiatan panas mereka dimalam hari.
"Hanseyaa appa pulang." gumam Sehun mencium bibir putra bungsunya sekilas sebelum meminta Hanse untuk tidak bersuara karena akan mengganggu kakak dan ibunya.
"Hanse haus?" katanya berbisik membuat balita dua tahun itu mengangguk penuh semangat. "Kemari nak."
Dan mengikuti instruksi ayahnya, Hanse pun merangkak perlahan seolah tahu tidak boleh membangunkan kakak dan ibunya. Tatapannya hanya memandang ayahnya dan tak lama tertawa senang saat sang ayah menggendongnya ke pelukannya.
"Jagoan ayah pintar sekali." gumam Sehun masih berbisik dan tak lama membawa putra bungsunya keluar kamar dengan perlahan.
"Appa... hyung."
"Hyung?"
Sehun pun mengikuti kemana arah Hanse menunjuk dan tak lama tersenyum mendapati Haowen yang keluar dari kamarnya dan sedang mengusap matanya yang masih terpejam.
"Hey Jagoan. Kau haus juga?" Haowen mengangguk sebagai jawaban membuat Sehun sedikit tertawa dan mengusap gemas kepala keponakannya.
"Pegang tangan paman."
Haowen yang masih memejamkan matanya pun menggandeng tangan pamannya dan mengikuti kemana Sehun membawanya.
"Hanse duduk disini." gumam Sehun membawa Hanse duduk di tempat duduk khusus balita yang sengaja disediakan di rumah mereka.
"Hyung duduk disini." tambahnya menggendong Haowen ke kursi yang biasa Haowen gunakan.
"Tunggu disini."
Sehun pun melonggarkan dasinya lalu melepasnya asal sebelum membuka lemari es untuk memberikan minuman pada putra dan keponakannya.
"Aku rasa ini oke." gumamnya membawa jus apel yang biasa Luhan dan Jaejoong siapkan untuk anak-anak mereka dan memberikannya pada dua anak yang benar-benar terlihat haus saat ini.
"Minum ini. Setelah selesai cepat kembali tidur hmm."
Kedua balita itu pun mengangguk dan dengan cepat menyesap jus yang Sehun berikan untuk mereka masing-masing.
Sehun sendiri hanya tersenyum memperhatikan bagaimana kedua putra kembarnya bersama Haowen dan Taeoh hidup dan tumbuh besar bersama. Keempatnya bahkan saling mencari jika dalam seminggu tak main bersama.
"Samchon."
"hmm."
"Haowen buat lukisan di sekolah tadi."
"Lukisan apa?" katanya bertanya pada keponakannya yang memang sudah mulai masuk belajar di taman kanak-kanak.
"Itu."
Katanya menunjuk ke dinding membuat Sehun secara refleks menoleh dan tersenyum melihat apa yang digambar Haowen disana. Keponakannya menggambar keseluruhan keluarga mereka termasuk dengan Janggu dan Monggu didalamnya. Walau gambar itu tidak terlalu bagus tapi sangat menunjukkan kalau Haowen benar-benar menyayangi seluruh keluarga besarnya.
"Kenapa kau hebat sekali hmm." Sehun mengusap sayang rambut Haowen membuat keponakannya itu tertawa senang karena dipuji.
"Appa. Hanse juga mau sepelti hyung."
"Mau apa sayang?"
"Itu... Eomma..Jongie sama Kyungie"
Sehun pun sedikit mengernyit tak mengerti ucapan putranya sampai Haowen membawakan sesuatu yang berada di ruang bermain mereka dan menunjukkannya pada Sehun.
"Hanse mau Lulu sepelti ini."
Sehun awalnya tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua balita didepannya. Dia hanya memandang kosong gambar itu cukup lama sampai kemudian tersenyum pahit mengetahui apa yang diinginkan putra bungsunya.
"Kau ingin eomma terlihat cantik seperti Jongie dan Kyungie ya?"
Hanse mengangguk cepat dan tersenyum menunjukkan serentetan giginya yang baru tumbuh membuat Sehun sedikit tertawa karenanya "Kalau begitu cepat kembali tidur dan cepat tumbuh besar. Ayah akan mencoba melamar ibumu lagi tahun ini." gumam Sehun tertawa pahit takut jika dia memulai kembali lamarannya lagi setelah dua tahun lamanya. Luhan akan kembali menolak dirinya.
Sehun dan Luhan memang belum mengikat janji sebagai sepasang suami istri yang akan saling berbagi dalam keadaan susah maupun senang. Tapi walau begitu tak membuat keduanya mengingkari status mereka yang kini tengah menjadi orang tua dari kedua malaikat kecil mereka.
Sehun dan Luhan melakukan berbagai hal layaknya pasangan. Mereka saling mencintai, melakukan kegiatan selayaknya sepasang kekasih, menjadi orang tua sempurna untuk Hanse dan Sehan. Bahkan bertengkar untuk hal-hal kecil layaknya kedua putra mereka yang sedang memperebutkan mainan. Semua terlihat sempurna untuk semua mata yang melihatnya kecuali status mereka yang masih memutuskan untuk tak mengikat satu sama lain dan menjadi orang tua sempurna untuk kedua putra kembar mereka yang sebentar lagi akan berusia tiga tahun bulan depan.
"Kalian sudah selesai minum juice kalian?"
Baik Haowen dan Hanse mengangguk cepat membuat Sehun tertawa kecil dan segera membawa Hanse ke pelukannya sementara tangannya yang bebas meminta tangan Haowen agar menggandengnya.
"Appa. Hanse mau dengan hyung."
"Mau apa?" gumam Sehun bertanya bingung sebelum tertawa baru mengerti apa yang dikatakan putra bungsunya "ah-...Hanse mau tidur dengan Haowen hyung?"
"Neeeeee."
Sehun yang merasa gemas pun mencium telak bibir putranya sebelum melihat Haowen yang juga tertawa karena Hanse memang selalu membuat hal konyol dan tak terduga sangat berbeda dengan kakaknya yang bahkan tak memiliki ekspresi sama sekali.
"Hyung. Apa Hanse boleh tidur dengan hyung malam ini?" gumam Sehun bertanya pada Haowen dan menggenggam erat jemari keponakannya sementara mereka menaiki tangga menuju kamar masing-masing.
"Tentu saja."
"Aigoo Haowen hyung yang terbaik." katanya mengusak cepat kepala Haowen membuat Hanse mengangguk senang mengerti apa yang dibicarakan ayahnya dan sepupu kesayangan balita tiga tahun yang sedang tersenyum senang di pelukan ayahnya.
"Ayah tinggal dulu. Jangan mengganggu Haowen hyung. Besok hyung harus "
Hanse mengangguk sebagai jawaban membuat Sehun yang baru selesai membaringkan Hanse disamping Haowen tersenyum dan mencium kening putranya sebelum beralih ke Haowen "Mimpi indah jagoan."
Haowen mengangguk dan segera memejamkan matanya saat pamannya mulai menaikkan selimut dan mematikan lampu di kamarnya.
"Hanse jangan ganggu hyung. Janji pada ayah."
Sehun benar-benar tersenyum gemas pada putra bungsunya saat si balita yang mulai mengganggu Haowen seketika diam dan berpura-pura tidur didekat Hyungnya. Membuatnya benar-benar harus memperingatkan putranya sebelum meninggalkan kamar yang dipenuhi dengan nuansa merah didalamnya.
"Selamat malam jagoan ayah dan jagoan paman."
"Selamat malam paman."
"bye appa."
Dan setelahnya Sehun benar-benar meninggalkan putra kecilnya yang tidur bersama dengan hyung favoritnya setelah Sehan dikamar milik Haowen.
Pria tampan yang tampak kelelahan itu sedikit menghela nafasnya sebelum kembali membuka perlahan pintu kamarnya dan berjalan tanpa suara mendekati sosok mungil dan sosok cantik yang tidur dengan saling memeluk saat ini.
"Sehan… appa benar-benar harus memeluk ibumu. Kau mengalah sebentar ya nak." gumam Sehun berbisik di telinga putra sulungnya yang hanya memiliki perbedaan lima menit dengan putra bungsunya.
Si kecil yang tubuhnya diangkat secara paksa oleh ayahnya hanya menggeliat kecil dan segera mencari boneka beruangnya yang biasa ia peluk untuk tidur. Membuat sang ayah terkekeh dan sedikit berterimakasih pada putra sulungnya yang memang selalu lebih bisa diajak bekerjasama dibanding sang adik.
Merasa Sehan tak lagi menggeliat, Sehun perlahan berjalan merangkak menghampiri pria cantiknya yang kini tertidur sangat nyenyak terdengar dari suara nafasnya yang begitu teratur dan terdengar dalam di setiap hembusannya.
"Sejak kau kecil hingga kini kau memiliki dua putra. Kebiasaanmu tak pernah berubah Lu. Selalu membuatku berdebar secara menggila tanpa alasan." gumamnya sedikit membenarkan poni Luhan dan memperhatikan wajah tenang pria cantik yang kini tertidur pulas didepannya dan dengan cepat mengangkat bridal pria cantiknya untuk segera pindah ke tempat tidur mereka.
"Sehun.."
Merasa tubuhnya diangkat pun membuat si pemilik mata rusa itu mengerjapkan matanya dan sedikit merona karena saat ini Sehun sudah mengungkungnya dan berada di atasnya dengan tersenyum penuh arti menatapnya.
"Kau terbangun?"
Luhan mengangguk dan sesekali membalas kecupan Sehun yang bertubi-tubi di bibirnya sebelum menyadari kalau putra bungsunya tak ada di kamar mereka.
"Mana Hanse?"
"ah-...malaikat kecil kita tidur bersama hyung favoritnya."
"Kau membiarkan Hanse kembali mengganggu Haowen?" gumam Luhan bertanya sambil melepas satu persatu kancing kemeja Sehun dan berharap bisa segera menyentuh dada bidang pria tampannya yang selalu berhasil membuat dirinya berdebar.
"Dia berjanji untuk menjadi anak baik Lu."
Suara Sehun mulai memberat menandakan dirinya sudah tak bisa bersikap normal. Pria tampan itu kini sengaja menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Luhan untuk menyesap sesekali menjilat leher putih yang selalu terekspos seksi didepan matanya.
"Se-hmppph.."
Sehun pun kembali menatap pria cantik yang berada dibawahnya dan menyatukan kedua dahi mereka untuk meminta persetujuan dari pria seksi dibawahnya.
"Apa kau ingin kembali tidur sayang?"
Luhan sedikit menggigit bibirnya sebelum menggelengkan lemah kepalanya sebagai jawaban "Tidak sama sekali."
Sehun pun tersenyum penuh arti sebelum semakin menatap dalam ke mata Luhan "Kalau begitu layani aku beberapa jam."
Luhan mengangguk menyetujui permintaan ayah dari kedua putranya dengan tangan yang terus sibuk melucuti kancing kemeja Sehun. Sampai akhirnya dia berhasil membuang asal kemeja Sehun ke arah berlawanan dengan keberadaan putra sulung mereka yang sedang sibuk memeluk boneka beruangnya.
"Kau benar-benar menggairahkan Luhan." gumam Sehun meraba paha dalam Luhan dengan bibir yang masih sibuk menjamah leher putih jenjang milik Luhan. Membuat si pemilik tubuh seketika menegang, tak sabar untuk segera mendapatkan kenikmatan bersama pria tampannya. Sehun mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Luhan, mereka saling menatap dan tersenyum. Membuatnya dengan sengaja menggesekan junior mereka yang masih tertutup celana dengan pelan.
"nghmphhh.." Luhan mulai mengerang sebagai respon saat Sehun menjilati bibir Luhan membuatnya dengan cepat membuka bibirnya dan mengeluarkan lidahnya untuk menerima lidah Sehun dan tak lama keduanya saling memainkan lidah, seakan tak mau kalah dan membuktikan siapa yang paling terbakar di malam panas ini dengan Lelehan saliva yang kini telah membasahi leher Luhan, karena saat ini Sehun memutar-mutar lidah mereka, menghisap, dan digigitnya kecil-kecil lidah Luhan dengan gerakan berulang.
"nnnghhhh… hnnhhhh.. hhh… nnghh… nghh" Suara desahan Luhan semakin terdengar karena gesekan junior mereka yang semakin cepat, Luhan menggesek berlawanan dengan arah Sehun menggeseknya. Rasa malu telah dilupakannya karena saat ini Luhan hanya ingin memberikan kenikmatan pada Sehun, berharap rasa lelah pria tampannya segera menghilang dengan kegiatan panas mereka malam ini.
Sehun pun dengan tiba-tiba menyudahi bermain dengan lidah Luhan yang membuatnya semakin menggila. Dia kemudian kembali fokus pada leher Luhan, menghisap dengan cepat dan kuat membuat Luhan seketika tersentak dan mendongakan lehernya ke atas agar Sehun lebih mudah meninggalkan tanda kebiruan di leher putihnya. Hal itu sontak membuat putra bungsu keluarga Oh yang kini telah menyandang status sebagai seorang ayah menggigit dan menjilat hingga berbekas dan jelas sekali terlihat tanda cinta yang ia buat dikulit putih dan mulus milik Luhan.
"Ahh.. ah… ahhhh…" Luhan mendesah sambil menutup matanya menikmati lidah Sehun yang berada dilehernya, dan semakin berdebar saat Sehun beralih menghisap dibawah dan dibelakang telinganya yang sensitive dengan hisapan kecil-kecil. Sehun sendiri sengaja membiarkan Lidahnya berjalan dengan pelan untuk merasakan kulit putih dan mulus Luhan. Membuat tubuh mungil yang kini berada dibawahnya semakin menegang, dan tanpa sadar Luhan membusungkan dadanya hingga nipplenya dan nipple Sehun bersentuhan, membuat sensasi tersendiri untuk keduanya yang semakin bergairah.
"Kau cantik sayang...terlalu cantik." gumam Sehun berbisik ditelinga Luhan sambil melepas paksa piyama Luhan dengan menggoda membuat junior Luhan semakin menegang dan mengeras dan tak sengaja kembali bergesekan dengan junior Sehun yang juga sudah mulai mengeras karena kegiatan yang sedang mereka lakukan.
Sehun yang merasakan junior Luhan mengeras hanya tersenyum menatap Luhan sekilas dan beralih kebahunya. Dia menghisap dan menjilat bahu Luhan dengan menggoda berniat meninggalkan tanda cinta yang sama yang telah ia tinggalkan di leher putih pria cantiknya. Semakin turun hingga perlahan menuju ke dada Luhan, dan akhirnya mata tajamnya menatap nipple pink yang telah mengeras dan menggoda yang seolah meminta dirinya untuk segera menghisap kuat nipple yang semenjak kelahiran kedua putra mereka, terpaksa mmebuat Sehun harus berbagi dengan kedua putra kembarnya.
"Akhh!... mmnhhh Se-...nnghh sshhh " Luhan menggenggam erat sprai kasurnya dan tangannya satu lagi meremas rambut Sehun yang memainkan lidahnya dinipple Luhan. dia terus melahap dan menghisap kuat nipple pink menggoda milik pria cantiknya sementara tangan satunya sibuk bermain di nipple menggoda Luhan yang belum sempat ia jamah dengan mulutnya. Sehun semakin menjadi mencubit, menarik sedikit menggigit gemas nipple Luhan, membuat si pemilikik tubuh kembali harus menggelinjang melengkungkan kakinya karena sensasi yang diberikan pria tampannya sungguh membuatnya menggila.
Luhan yang tak mau tinggal diam pun, diam-diam membawa tangannya untuk merengkuh tenguk Sehun agar semakin memperdalam hisapannya pada nipple yang selalu diperebutkan oleh tiga jagoannya setiap hari. Dirinya diam-diam tersenyum memperhatikan Sehun yang begitu bernafsu menghisap nipple nya agar berubah warna dan seketika terkekeh mengingat bagaimana Sehun,Sehan dan Hanse selalu bertengkar hanya karena masalah siapa yang akan mendapat "jatah" menghisap nipple menggoda ibu mereka dan selalu berakhir kalah dengan kelicikan sang ayah yang selalu memenangkan jatah terbanyak dengan ibunya
"Aku akan melakukannya sekarang " gumam Sehun berbisik ditelinga Luhan dengan suaranya yang rendah dan berat sementara tangannya segera melucuti celana kerja dan celana piyama Luhan, tapi tak lupa menjilat pelan telinga Luhan membuat Luhan semakin resah karenanya.
Sehun tersenyum menyadari bagaimana respon Luhan sementara tangannya diam-diam mengelus selangkangan Luhan agar paha Luhan lebih terbuka lebar. Luhan mengangguk menyetujui dan secara refleks dia melebarkan paha dan kakinya memeluk pinggang Sehun yang menindihnya membuat junior mereka saling bersentuhan.
Sehun pun sedikit tersenyum merasakan junior Luhan yang basah menyentuh juniornya. Dan secara perlahan pula dia mengelus junior Luhan dengan pelan dan dijilatnya bibir Luhan dengan sensual. Disentuh-sentuhnya junior Luhan dengan satu jarinya membuat Luhan sedikit mengerang dan langsung mengemut bibir bawah Sehun sebagai respon atas perlakuan pria tampannya. Sehun yang melihat Luhan bernapsu dengan bibirnya sedikit tersenyum sementara tangannya fokus memberi kenikmatan di selangkangan Luhan.
Luhan yang tak sabar pun mengambil alih ciuman Sehun dengan ganas, digigit-gigitnya bibir Sehun dan dihisap-hisapnya, dijilatnya seluruh bibir Sehun dan memasukkan lidahnya kedalam mulut Sehun. Membuat ciuman panas keduanya tak terelakan lagi.
"Nngh…" Luhan sedikit mengerang saat jari Sehun mulai mengusap intim hole nya, dan semakin mengusapnya hingga satu jari Sehun berhasil masuk kedalam hole nya dan seolah beradaptasi untuk tidak bergerak agar Luhan terbiasa dengan sensasinya.
Luhan pun berniat mengabaikan rasa sakit di selangkannya dengan tetap mengemut dan menarik-narik lidah Sehun sambil memejamkan matanya. Sementara Sehun mulai menggerakkan satu jarinya keluar-masuk didalam hole Luhan, ia merasakan jarinya terjepit dengan ketatnya hole Luhan yang selalu bisa membuatnya merasakan kenikmatan tiada tara.
Pria tampan itu semakin menyeringai saat melihat reaksi Luhan yang tidak kesakitan dengan satu jarinya, membuat Sehun tanpa ragu langsung saja menambahkan dua jari sekaligus ke dalam hole Luhan, hingga ada tiga jari didalam hole Luhan membuat Luhan reflek menggigit bibir Sehun dengan kuat.
"Sakit sayang-..sa-..hmphh" Luhan mengerang pelan dan melepaskan ciuman mereka karena merasa sangat penuh dibagian bawahnya, Menyadari pria cantiknya kesakitan membuat Sehun mendiamkan jarinya didalam hole Luhan, dia berusaha menenangkan Luhan dengan mengecup berkali-kali bibir Luhan agar Luhan rileks dengan jarinya yang berada diholenya dan sesekali mengelus junior Luhan dengan tangannya yang satu lagi.
Sehun mengocok junior Luhan dengan pelan agar Luhan merasakan nikmat dan tidak terlalu sakit pada holenya. Dan sementara dia mencoba membuat Luhan melupakan rasa sakitnya, dua mulai merasakan hole Luhan sangat sempit dan dengan perlahan digerakkannya jarinya untuk mencari titik kenikmatan Luhan. Luhan menggeliat tak nyaman namun mulai kenikmatan karena jari Sehun yang bergerak-gerak melebarkan holenya dengan juniornya yang dimanjakan oleh tangan Sehun yang bebas. Keduanya masih sempat bertatapan sampai
"A-aahkk! Nnnghh!" Tiba-tiba Luhan mendesah keras saat jari Sehun menyentuh satu titik kenikmatannya didalam hole Luhan. Melihat itu Sehun menggerak-gerakkan jarinya disatu titik dan terus menghentaknya kuat membuat Luhan semakin tak sanggup meladeni permainan Sehun yang begitu membuatnya menggila."Kau bisa membuat putra kita bangun sayang." Bisiknya mencoba mencari bibir Luhan dan mulai kembali melumatnya dengan jari yang terus masuk dan keluar didalam hole yang begitu terasa menjepit jarinya didalam sana.
"Nnggh.. Sehunn.. nnhhahhh… emmhh" Luhan sengaja melebarkan pahanya saat jari Sehun semakin cepat menyentuh dan menghentak prostatnya. Membuat Sehun tersenyum melihat wajah Luhan yang memejamkan matanya dan mendesah karena jarinya.
Pria tampan itu semakin tersenyum saat dliriknya junior Luhan yang mengacung tegang mengkilat dengan cairan yang telah banyak keluar dari Juniornya. Dan tak perlu berlama-lama untuk Sehun menumbuk prostat Luhan berkali-kali sambil melebarkan holenya dengan menggerakkan jarinya seperti menggunting agar junior besarnya dapat masuk dengan mudah.
Luhan semakin menggeliat dan menundukkan wajahnya didada Sehun sambil menjilat leher Sehun yang sedikit basah karena keringat. Luhan menggigit dan menghisap leher Sehun membuat kissmark seperti lehernya. Dan saat sedang menikmati hentakan kuat jari Sehun dibawah sana dia harus mengerang frustasi karena Sehun langsung mengeluarkan semua jarinya dari hole Luhan
"Kenapa? Aku mengganggu kesenanganmu ya?" gumam Sehun terkekeh melihat Luhan yang terlihat cemberut, dikecupnya bibir Luhan cukup lama sebelum ia mengangkat paha Luhan ke bahunya dan mengarahkan juniornya ke hole Luhan yang terlihat sudah terbiasa dimasuki saat ini. Sehun sengaja menggesek-gesekkan kepala juniornya sementara Luhan yang tidak sabar menggerakkan pinggulnya agar junior Sehun masuk ke holenya.
"Lihat siapa yang tak tahan lagi saat ini." gumam Sehun menggoda Luhan sambil menggesek-gesekkan juniornya ke hole Luhan dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Luhan. "Aku akan memasukkannya sekarang. Oke?"
"Hunn…~" Luhan memegang bahu Sehun dan semakin memeluk erat leher pria tampannya mengangguk dan menatap Sehun dengan sayu. Sungguh tatapan menggoda.
"Aku bisa kembali memasukkan jariku lagi kalau kau mau. Kau bisa mencapai nikmatmu tanpa aku masuki sayang." Katanya menggoda Luhan yang terlihat membelalak saat ini, membuatnya tertawa gemas karena sangat menyukai ekspresi Luhan yang menahan hasratnya untuk mencapai kenikmatan percintaan mereka.
"Jangan menggodaku…" katanya terdengar kesal namun penuh desahan memohon didalam suaranya agar ayah dari kedua putranya ini segera menyelesaikan kegiatan panas mereka dan segera membuatnya meraskan kenikmatan percintaan mereka.
"araaseo..araseo...Aku akan membuatmu mendesah sebentar lagi" gumam Sehun mencium berkali-kali seluruh wajah Luhan sambil memposisikan juniornya ke hole Luhan. "Kau boleh menggigitku sayang, aku akan langsung." Gumam Sehun memberi aba-aba pada Luhan dan tak lama melesaakkan seluruh juniornya ke dalam hole Luhan dan
"Ahhh!" Luhan berteriak tertahan sambil menggigit kencang pundak Sehun tak mau membangunkan putra sulungnya saat seluruh holenya terasa penuh oleh junior besar Sehun. Sehun pun ikut memejamkan matanya saat Luhan menggigit kencang pundaknya dan saat hole Luhan benar-benar menjepit juniornya membuatnya tak sabar untuk segera menggerakan juniornya namundia tidak mau egois dan memutuskan untu mendiamkan juniornya didalam hole Luhan sementara Luhan membiasakan diri dengan junior yang tengah bersarang di hole nya dibawah sana.
"Bolehkah aku menggerakkannya sekarang? Aku tidak tahan sayang.." Luhan yang mendengar erangan tertahan Sehun sedikit tersenyum menyadari Sehun sama tak nyamannya dengan dirinya jika juniornya tetap berada didalam sana tanpa digerakkan. Membuatnya langsung mengangguk memberi persetujuan pada pria tampannya.
Sehun pun tersenyum senang dan mulai menggerekkan juniornya dengan perlahan didalam hole Luhan, dan untuk membuat Luhan tidak terlalu merasa kesakitan dia bermain di nipple Luhan, dipelintirnya nipple Luhan dengan kedua jarinya, Sesekali mencubit kencang dan mengusap sensual nipple kemerahan itu membuat tubuh Luhan menggelinjang dan bergerak-gerak keatas kebawah mengikuti sodokan junior Sehun didalam holenya.
"Ah.. ahhnnh… annghh.. sehunnie… di-disanah nggh cepath… mmh.." Luhan mulai merasa nikmat karena junior Sehun bergerak teratur masuk keluar kedalam hole nya. Luhan sudah tidak merasakan perih lagi diholenya yang ia rasakan saat ini hanya nikmat diseluruh tubuhnya yang sedang mengikuti hentakan pria dari kedua putranya yang kini berada di atasnya dan sedang tersenyum menatap ke arahnya.
Luhan berbalik menatap mata Sehun dan melihat wajah pria yang merupakan cinta pertamanya dengan lembut, dipeluknya leher Sehun seakan tidak akan membiarkan Sehun jauh dengannya dan memutuskan untuk kembali menyerah pada gairah Sehun yang tak akan pernah bisa Luhan tolak sampai kapanpun.
"nghh Sehunnie.. lebih cepath…akhh" Luhan berbisik dengan pelan karena ingin merasakan junior Sehun didalam holenya lebih dalam. Mendengar permintaan Luhan pun, membuat Sehun semakin bersemangat menghentak semakin ke dalam bagian terdalam dari hole Luhan. Sehun sendiri sedikit mengerang bisa merasakan juniornya dijepit dengan erat oleh hole Luhan dan mulai lebih mempercepat hentakannya dihole Luhan dan menggerakkan pinggulnya dengan cepat.
"Lu-nghmphhh… kau sungguh luar bia-..nghhmphh" Sehun merasa gila dengan hole sempit Luhan yang menjepit juniornya. Ditatapnya Luhan dengan tajam dan terus menggerakkan juniornya di hole Luhan. Luhan tidak menjawab ucapan Sehun karena saat ini semakin sibuk mengerang dan mendesah.
Merasa ingin membuat suasana semakin panas pun, ibu dua anak dari putra kembarnya itu pun menarik tubuh Sehun agar lebih menempel dan mendekat dengan tubuhnya, dihirupnya aroma tubuh Sehun yang manly, dan dengan sengaja mendesah dibawah telinga Sehun. sedikit tersenyum karena rencananya menggoda Sehun berhasil terbukti dengan gerakan Sehun yang semakin kuat dan cepat menumbuk dan menemukan prostatnya seketika
"Sehun!" Luhan seketika membelalak saat hentakan kuat Sehu yang berada diholenya menyentuh titik prostatnya. Membuatnya menggeliat resah dan semakin menyempitkan hole nya agar tusukan Sehun semakin terasa nikmat untuknya sampai
'Sehun aku da-...hmppphhh.."
Hanya beberapa hentakan kuat dari junior Sehun yang menemukan prostatnya langsung membuat Luhan mengeluarkan cairan spermanya diperut Sehun, membuat Sehun menghentikan gerakan sodokannya agar Luhan dapat menikmati klimaksnya dan dengan sengaja mengocok junior Luhan agar spermanya keluar semua hingga tangannya juga basah oleh sperma Luhan.
Luhan memejamkan matanya dan dadanya turun naik mengambil nafas banyak-banyak. Sementara ayah dari Hanse dan Sehan ini masih terus mengelus juniornya agar kembali menegang dan kembali ke permainan panas mereka yang sudah berlangsung hampir dua jam lamanya.
"Mmmh…" Luhan membuka matanya menatap Sehun dengan sayu dan sedikit terengah menyadari juniornya yang kembali menegang karena pria tampannya benar-benar tahu bagaimana membangkitkan gairah liar Luhan yang tersembunyi dibalik rasa malunya pada Sehun.
Sehun yang melihat Luhan kelelahan hanya tersenyum dan menjilati tangannya sendiri yang terkena cairan sperma Luhan. Setelahnya, Sehun mulai lagi menggerakkan dengan pelan juniornya didalam hole Luhan membuat Luhan kembali mendesah dengan suaranya yang terdengar serak dan lebih terdengar sexy untuknya. Tidak tahan dengan gerakan pelan, Sehun langsung menggerakkan juniornya semakin cepat didalam hole Luhan. Luhan yang baru saja mendapatkan klimaksnya merasakan holenya kembali ditusuk tepat pada sweetspotnya oleh ujung junior Sehun yang seketika membuatnya mendesah kuat.
"ahnghh! Nnghh! Sehun-..aaah nnnghh mmhhh~ ahhhh" Luhan mendesah terputus-putus mengikuti gerakan sodokan pinggul Sehun kedalam holenya dengan dalam. "Ahhh shhh…. i-ini sungguh nikmat.. kau sungguh ketath…" Sehun menggesek-gesekkan juniornya didalam hole Luhan, digerakkannya ke kanan-kiri membuat pinggul Luhan juga mengikuti gerakan junior Sehun.
Sehun mengangkat paha Luhan hingga ke bahunya, membuat hole Luhan terlihat lebih jelas dengan junior Sehun didalamnya. Sehun tersenyum sangat senang sambil terus mengeluar masukan juniornya ke dalam hole Luhan sambil menikmati erangan dan desahan Luhan yang menyebutkan namanya.
Sehun tersenyum sambil mengecup bibir Luhan cukup lama, sementara Luhan memejamkan matanya dan hanya merasakan gesekan junior Sehun yang berada dalam holenya.
"nghh..lagi-..Sehunna aku -" Luhan mengerang dalam kecupan Sehun. Membuat Sehun semakin menyeringai dan dengan sengaja menghentak kuat hole sempit yang sedang memanjakan juniornya dan tak lama
"Akkh!" Luhan merasakan holenya penuh dan hangat karena cairan Sehun yang sangat banyak mengalir hingga keluar holenya membuat Luhan juga mengeluarkan cairannya diperut Sehun.
Mereka klimaks bersama dan mengambil nafas sebanyak-banyaknya merasakan nikmatnya klimaks mereka. Sehun membaringkan tubuhnya disamping Luhan setelah mengeluarkan semua spermanya didalam tubuh Luhan, tetapi tidak mengeluarkan juniornya didalam hole Luhan.
"Engh…" Luhan sedikit mengerang dengan gerakannya sendiri, diciumnya bahu Sehun yang basah karena keringat dan menatap Sehun. Sehun hanya melihat Luhan dengan diam, ia sedikit terangsang dengan gerakan hole Luhan.
"Kau tidak berniat melakukannya lagi kan?" gumam Luhan terkekeh dengan peluh yang sudah membanjiri wajahnya.
"Tidak. Aku hanya ingin menyatu dengan tubuhmu lebih lama. Kau tenang saja." Katanya membalas dan mulai mendekap erat tubuh Luhan dengan posisi juniornya yang tak terlepas dari hole Luhan.
"Kau nyaman kan?" Sehun bertanya memastikan pada Luhan.
"Sangat nyaman, aku merasa penuh dengan dirimu." Katanya membuat Sehun terkekeh dan menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka.
"Kenapa Sehan sama sekali tak terusik dengan suara kita." Luhan yang kini bersandar nyaman di dada Sehun tak sengaja melihat Sehan yang masih tertidur dengan posisi memeluk boneka beruangnya dan sama sekali tak terusik dengan suara berisik yang berasal dari percintaan kedua orang tuanya.
"Aku lebih menyukai Sehan daripada Hanse, setidaknya Sehan tahu kalau orang tuanya sedang membuat adik untuknya dia tak pernah mengganggu. Tapi jika itu Hanse, aku baru membuka piyamamu saja dia sudah mena-..awwwhhh"
Sehun sedikit meringis saat Luhan tiba-tiba mencubit perutnya membuatnya mengernyit tak mengerti "Aku salah apa?" katanya bertanya bingung.
"Mereka itu putramu. Jadi jangan membedakan mereka, kau tahu putra bungsumu sangat sensitf kan?"
"ah-...Begitu ya? Baiklah aku mengerti."
"Sekarang cepat tidur. Aku lelah." Gumam Luhan kembali memeluk tubuh Sehun dan sedikit merasa tak nyaman karena tubuh mereka masih menyatu saat ini.
Sehun sendiri ingin membicarakan apa yang Hanse inginkan pada Luhan, membuatnya ragu namun pada akhirnya bersuara "Luhan-..."
"hmmh.."
"Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Mengatakan apa?"
Sehun sedikit menggigit kencang bibirnya sebelum kembali bersuara "Aku-.."
"Kau kenapa sayang?" Luhan mendongak dan menatap Sehun yang terlihat memucat saat ini, membuatnya sedikit bertanya "Sehun kau kena-.."
"Aku mencintaimu." Sehun sedikit menghela nafasnya karena sama sekali tak tahu bagaiman cara melamar Luhan lagi setelah lamaran pertamanya ditolak hampir tiga tahun yang lalu.
Luhan pun sedikit menggeliat dan tersenyum mendengar ucapan Sehun "Aku juga mencintaimu." Gumamnya memejamkan matanya erat dan tak lama tertidur di pelukan Sehun yang hanya tersenyum lirih saat ini. Merasa begitu menderita karena keinginan untuk memiliki Luhan seutuhnya seperti sangat sulit untuknya. Membuatnya selalu merasa kesepian bahkan saat keluarga kecilnya berkumpul dan tertawa bersama.
"Aku harus bagaimana." Gumamnya menjerit tertahan begitu membenci dirinya karena tak bisa melakukan apapun untuk membuat keluarga kecilnya bahagia seutuhnya. Mata Sehun tak sengaja memandang tubuh mungil Sehan yang terlihat tenang dalam tidurnya, merasa sedikit bersalah tak tahu harus mengatakan apa pada kedua putranya kelak jika mereka bertanya kenapa kedua orang tuanya tak menjadi orang tua sepenuhnya untuk mereka, membuatnya sedikit tersenyum lirih dan semakin mendekap erat tubuh Luhan "Maafkan Appa nak." Gumamnya menatap kosong punggung putranya dan sedikit tersenyum menyadari kedua buah hatinya tumbuh dengan sehat dan sempurna.
..
..
..
Beberapa hari kemudian...
"Hyung..."
Jaejoong yang sedang menyiapkan bekal untuk putranya pun sedikit menoleh dan tersenyum saat Luhan yang menggendong kedua putranya berjalan mendekat ke arahnya.
"Selamat pagi Lu."
"hmm..Pagi hyung." Gumamnya membalas dan sedikit kerepotan menurunkan kedua putranya yang selalu bersemangat jika melihat Haowen memakai seragam sekolahnya.
"Apa kau akan mengantar Haowen berangkat sekolah hyung?"
"Hari ini Paman Kang yang mengantar Haowen. Aku sedang tidak enak badan Lu. Kau tahu kehamilan keduaku benar-benar membuatku merasakan mual sepanjang hari sudah sebulan ini."
"Itu wajar hyung. Kau harus beradaptasi lagi setelah lima tahun tak mengandung. Kau akan baik-baik saja hyung."
Jaejoong tersenyum dan menutup tas Haowen dengan perlahan dan mengangguk menyetujui ucapan Luhan "Kau benar. Aku akan baik-baik saja." Katanya mengiyakan dan berjalan mendekati Haowen yang tampak masih mengantuk pagi ini.
"Apa Jagoan Jongie sudah sarapan?"
Jaejoong mencium kening Sehan dan Hanse bergantian. Bertanya pada kedua keponakannya yang terlalu berbeda untuk dikatakan kembar. Karena saat wajah Sehan sangat menyerupai Sehun maka Hanse tak mau kalah dengan memiliki wajah yang begitu menyerupai wajah Luhan, membuat orang bertanya-tanya bahwa yang memiliki saudara kembar adalah Sehun dan Luhan bukan Sehan dan Hanse.
"Sudah Jongie." Gumam Hanse membalas dengan semangat.
"Sehan sudah?"
Sehan hanya mengangguk sebagai jawaban membuat Jaejoong sedikit terkekeh karena sikap dingin Sehan yang sudah tak perlu ditanya berasal darimana.
"Eomma Haowen terlambat."
Mendengar anaknya mengeluh membuat Jaejoong melihat jam dinding dan sedikit bertanya-tanya karena paman Kang tak kunjung datang untuk mengantar putranya berangkat ke sekolah.
Luhan yang melihatnya Jaejoong kesulitan pun sedikit tersenyum sebelum kembali meletakkan gelasnya dan berjalan menghampiri ke tempat dimana kakak ipar dan keponakannya berada "Haowen. Apa tidak masalah kalau Lulu yang mengantarmu ke sekolah?"
Haowen yang diberikan penawaran itu pun seketika berbinar dan menganggukan cepat kepalanya "Tentu saja." Katanya bersemangat namun berbeda dengan ibunya yang terlihat khawatir.
"Luhan tidak perlu mengantar Haowen. Sekertaris Kang mungkin sebentar lagi akan datang."
"Tidak apa hyung. Selesai mengantar Haowen aku akan menemani kedua putraku mencari hadiah untuk ayah mereka."
" ah kau benar. Lusa Sehun berulang tahun ya?"
Luhan mengangguk dan terkekeh mengingat bagaimana kedua putranya terus meminta untuk mencari hadiah yang akan diberikan pada Sehun lusa nanti "hmm..Sehan dan Hanse ingin memberi kejutan pada ayahnya."
Jaejoong pun secara refleks melihat kedua keponakannya yang sedang mengganggu Haowen dan tertawa kecil tahu benar ekspresi wajah kedua keponakan kembarnya jika sedang merajuk pada Sehun atau Luhan "Baiklah kalau begitu. Maaf merepotkanmu Lu."
"Tidak sama sekali. Lagipula Sehan dan Hanse selalu ingin tahu seperti apa sekolah Haowen yang menurut mereka sangat seru."
"Sehannie, Hanseya. Kita bersiap antar Haowen hyung ke sekolah sebentar."
Kedua putra kembar Luhan seketika berbinar menunjukkan ekpresi yang sama dengan yang Haowen tunjukkan "yey!" teriak keduanya bersamaan membuat baik Luhan maupun Jaejoong hanya tertawa gemas melihat tingkah putra mereka.
"Yasudah kami berangkat dulu hyung."
Luhan yang memang sudah bersiap dengan barang-barangnya segera berpamitan sebelum menggendong Hanse diikuti menggenggam erat Sehan lalu Jaejoong dan Haowen mengikutinya dari belakang menuju mobil yang akan digunakan Luhan untuk mengantar Haowen ke sekolahnya.
"Hyung duduk didepan." Gumam Luhan membukakan pintu mobilnya untuk Haowen dan memakaikan seatbelt pada keponakannya sebelum beralih ke kedua malaikat kecilnya yang tampak tak sabar untuk segera bermain dan melihat sekolah hyung mereka yang terlihat seru malam ini.
"Dan kalian. Bye bye."
"EOMMA!"
Luhan kembali tertawa sementara Jaejoong hanya menggelengkan kepalanya saat Luhan terus menerus menggoda kedua putranya membuat si kecil nomor satu dan nomor dua begitu kesal pada lelucon ibunya yang menurut mereka sama sekali tak lucu.
"araseo...araseo. Mianhae hmm." Gumamnya mengangkat Hanse terlebih dulu sebelum mendudukan putranya di bangku khusus balita yang sengaja Sehun pasang untuk kedua putra mereka. Dan tak lama Sehan menyusul dengan bantuan Jaejoong yang kini juga memakaikan seatbelt untuk putra sulungnya "Jangan cemberut. Eomma tak suka." Gumam Luhan mencubit kencang pipi kedua putranya yang sama sekali tak bisa diajak bercanda jika masalah pergi keluar.
"Oh Hanse. Oh Sehan. Cepat tertawa atau-..."
Hehehehee...
Keduanya secara refleks tertawa saat tahu benar kemampuan ibu mereka dalam mengancam sangat diatas rata-rata. Membuat kedua balita itu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengantar Haowen ke sekolahnya hanya karena mereka tak tersenyum.
"Luhan mereka benar-benar putramu." Kekeh Jaejoong memberitahu Luhan yang juga tersenyum gemas menatap kedua putranya.
"ani. Mereka putra ayahnya." Katanya tak mau disalahkan dan tak lama menciumi telak bibir kedua putranya sebelum menutup pintu mobil belakang dan kembali menatap Jaejoong saat ini. "Aku pergi dulu."
"Hati-hati Lu..cepat pulang. Aku tidak mau sendirian dirumah."
Luhan pun sedikit tertawa sebelum sedikit memeluk kakak iparnya yang memang semenjak kehamilan keduanya diumumkan sebulan yang lalu terlihat begitu manja dan sama sekali tak mau ditinggalkan baik oleh Yunho maupun dirinya. "Aku akan segera pulang dan membelikan adik bayi yoghurt enak yang sehat. Tunggu Lulu hmm." Gumam Luhan memegang perut Jaejoong yang belum membesar dan tak lama memeluk sekilas Jaejoong sebelum akhirnya masuk kedalam mobil.
"Tidurlah hyung. Aku akan pulang saat kau bangun nanti."
Jaejoong mengangguk dan melambai pada putranya yang entah mengapa selalu memasang wajah datar tak berkespresi persis seperti pamannya "Aku titip Haowen Lu."
"Oke. Aku akan menjaga pangeran Oh ini." gumam Luhan menutup pintu kaca mobilnya dan
Brmmm...!
Dia menjalankan cepat mobil yang diberikan Sehun untuknya menuju ke sekolah Haowen dan setelah itu sedikit berbelanja untuk membeli hadiah yang akan diberikan pada ayah kedua putra kecilnya lusa nanti.
Blam...!
Dan tak lama kemudian Luhan menghentikan mobilnya tepat di sekolah Haowen. Tak membiarkan kedua putranya turun dari mobil karena akan menangis memaksa ikut hyung mereka, membuat wajah masam kembali harus diterima Luhan saat sedang berbicara dengan keponakannya.
"Nanti siang jika paman Kang tidak menjemput Haowen, Lulu akan datang kesini lagi. tidak apa kan?" gumam Luhan berjongkok sedikit mengusap rambut Haowen memberitahu keponakannya yang terlihat sangat bersemangat ke sekolah mengabaikan tatapan seram kedua putranya yang hanya bisa melihat dari jendela mobil yang sengaja Luhan buka.
"umhh.." Haowen pun mengangguk sebagai jawaban sebelum akhirnya memberi tanda pada Luhan kalau dirinya benar sudah terlambat.
"Kalau begitu belajar dan bermain dengan baik Jagoan. Sampai nanti siang." Gumam Luhan mencium kedua pipi Haowen dan melambai ke arah Haowen yang kini berlari memasuki halama sekolah dan tak lama benar-benar menghilang menyatu dengan kerumunan teman-teman seusianya yang tak kalah bersemangat.
Pria yang kini hanya menggunakan kaos putih yang pas dengan tubuhnya itu pun kembali harus menghela nafasnya karena harus menghadapi kedua putranya yang kini benar-benar menatap kesal ke arahnya.
"hey jagoan." Luhan menyandarkan dagunya di kaca jendela mobil belakang berharap kedua putranya segera merespon dan tak lagi marah padanya.
"Kalau kalian marah kita tidak akan mencari hadiah untuk appa. Kalian mau appa sedih?" katanya mulai berakting membuat pergerakan kedua malaikatnya menjadi resah dan menatap sebal karena ibunya sangat tahu cara membuat mereka merespon.
"Mau marah atau beli hadiah untuk ayah?"
"Sehan?"
"..."
Luhan menghela nafasnya karena Sehan tak mersepon dan berbalik melihat Hanse yang masih cemberut sebal saat ini "Hanse?'
"..."
Luhan pun semakin tertawa gemas sebelum menggunakan kartu terakhirnya untuk kedua putranya "Baiklah tidak ada hadiah untuk ayah kita pu-..."
"Hadiah!" Keduanya berteriak bersamaan membuat Luhan menahan dirinya untuk tidak tertawa.
"Kalau begitu tidak marah lagi kan?"
Keduanya menggeleng dan menatap ibunya dengan pasrah "Cium eomma."
Kedua saudara kembar itu pun mencium ibu mereka bergantian sebelum akhirnya ibu mereka berteriak senang saat ini.
"Baiklah. MARI KITA CARI HADIAH UNTUK AYAH TAMPAN." Katanya berteriak dan tak lama memasuki mobil mereka dan menjalankan mobil mereka menuju pusat perbelanjaan yang ada di tengah kota.
..
..
..
Blam...!
Tak lama Luhan sampai di pusat perbelanjaan dan segera menggandeng kedua putranya di masing-masing kedua tangannya sementara dirinya melihat banyak barang dan sedang berpikir akan membeli hadiah apa untuk diberikan pada ayah kedua putranya. Sampai dirinya memasuki salah satu toko terbesar di pusat perbelanjaan yang sepertinya menjual berbagai macam barang dan pakaian orang dewasa maupun anak-anak.
"Oke.."
Luhan segera berjongkok melihat kedua putranya dan sedikit terkekeh saat menyadari kalau mata Sehan dan Hanse sepenuhnya tertuju pada perlengkapan mainan yang berada tak jauh dari mereka saat ini "Kalian ingin membeli hadiah untuk ayah atau membeli hadiah untuk kalian sendiri."
"eomma..." Keduanya menatap ibu mereka penuh arti sambil tertawa seolah meminta Luhan mengijinkan mereka untuk mencari hadiah untuk ayah dan membeli mainan untuk mereka.
"araseo...Jangan menggunakan mata itu. Eomma silau melihatnya." Katanya sedikit tertawa saat Hanse mulai memainkan matanya sementara Sehan tersenyum sangat tampan menunjukkan sederetan gigi susunya saat ini,
"Kalian boleh memilih mainan, setelah itu kita cari hadiah untuk ayah. Tapi ingat tidak boleh jauh-jauh dari eomma. Eomma akan ada disana. Oke?" Luhan menunjuk kemana dirinya akan berada dan memberitahu kedua putranya yang mengangguk mengerti ucapan ibunya.
"Janji pada eomma kalau kalian tidak akan pergi jauh."
Hanse mengangguk cepat sementara Sehan sepenuhnya sudah berbinar melihat mainan robot-robotan keluaran terbaru yang sangat ia suka.
"Oh Sehan. Mengerti apa yang eomma bilang?"
Sehan segera melihat Luhan dan mengangguk bersemangat memberi persetujuan atas permintaan ibunya "Kalau begitu kalian boleh berkeliling. Jangan bicara pada orang asing. oke?"
Keduanya mengangguk dan tak lama menghambur ke arah yang berlawanan. Jika Sehan langsung menyerbu tempat robotan dan mobilan maka si bungsu akan berlari ke arah berlawanan dengan sang kakak ke tempat mainan yang bisa dimainkan oleh pria dan wanita seperti monopoli misalnya. Membuat Luhan yang melihat kedua putranya sedikit menggelengkan kepala melihat tingkah si kembar, karena walaupun kembar. Kedua putranya benar-benar bertolak belakang. Jika Sehan seperti Sehun yang memiliki rahang serta tatapan tajam maka Hanse adalah sepenuhnya dirinya karena memiliki wajah flower boy dengan segala kelucuan yang ada pada dirinya.
Luhan pun sedikit tertawa dan memutuskan untuk mengambil troley selagi kedua putranya sibuk mencari mainan yang mereka sukai saat ini.
"Eomma Sehan mau ini."
Dan beberapa menit kemudian Luhan yang sedang memilih beberapa barang pun sedikit menoleh dan tersenyum saat si sulung dari si kembar tampak selesai memmilih mainannya, membuat Luhan berjongkok untuk menyamai tinggi dengan putra pertamanya yang terlihat membawa banyak mainan.
"Kau sudah punya iron man ini nak. Kembalikan dan yang lain boleh kau beli." gumam Luhan memilah mainan yang dibawa si sulung dan meminta Sehan untuk meletakkan barang yang sekiranya sudah ia miliki dirumah.
Sehan yang tampak kesal pun sedikit merajuk dan masih berusaha merayu ibunya yang memang lebih pemilih jika menyangkut soal mainan yang dia atau Hanse inginkan "Tapi yang dilumah lusak Ma.."
"Oh Sehan…"
Sehan memajukan bibirnya kemudian mengambil kasar Iron man yang tidak lolos seleksi untuk dibeli dan meletakkannya kembali ke tempat dimana mainan itu seharusnya berada lalu tak lama kembali lagi pada ibunya yang kini memandangya dengan tersenyum "Sehannie pintar sekali." gumam Luhan mengusak kasar rambut putra sulungnya dan mencium berulang bibir mungil Sehan membuat si anak pertama sedikit menghindar karena ibunya mulai bersikap berlebihan.
"Oia mana adikmu?"
"Molla." balas Sehan yang sibuk meletakkan mainan yang lolos seleksi dari ibunya ke dalam troley.
"Kita cari Hanse dan bayar mainan kalian, lalu cari hadiah untuk ayah ya? Jongie tidak bisa ditinggal sendiri terlalu lama, kasihan adik bayi."
Sehan yang masih sibuk meletakkan mainannya ke troley mengangguk menyetujui apapun ucapan ibunya karena tidak mau berdebat dengan ibunya yang selalu akan menangis tidak penting jika kalah berdebat dengannya.
"Pegang tangan eomma nak."
Sehan meraih pegangan tangan ibunya membuat Luhan kembali terkekeh menyadari kalau berdua dengan Sehan, putranya akan lebih banyak mengalah karena tak mau membuat dirinya kesal.
Dia berjalan dengan satu tangan mendorong troley dan tangan lain menggenggam erat Sehan untuk mencari keberadaan Hanse yang ia tebak berada di tempat boneka besar berada mengingat Hanse adalah maniak boneka besar persis seperti dirinya.
Dan benar saja Luhan tersenyum melihat si bungsu yang tampak kesulitan ingin mengambil boneka rusa besar yang terletak di tempat paling atas. "Kau lihat kan hyung? Adikmu benar-benar penyuka boneka." katanya terkekeh memberitahu Sehan sampai langkahnya tiba-tiba terhenti.
"tidak mungkin." gumam Luhan dengan jantung yang berdebar hebat dan tangan yang seketika menggenggam erat tangan Sehan karena begitu memucat melihat putra bungsunya berbicara dengan seorang pria dan kini berada di gendongan pria yang merupakan mantan suaminya-...Choi Seunghyun.
"Eomma...ahjussi …"
Pria yang memiliki tinggi dengan ayah si kembar pun ikut menoleh dan tak bisa menyembunyikan rasa terkejut nya saat melihat pria cantik yang sampai saat ini masih ia cintai berdiri didepannya dengan wajah memucat sama seperti yang ia rasakan saat ini.
"Luhan?"
..
..
..
"Jadi mereka berdua putramu?"
Saat ini Luhan, Seunghyun dan si kembar berada di kafe di dekat pusat perbelanjaan. Memutuskan untuk tidak saling menghindar dan mencoba menjadi Luhan dan Seunghyun seperti sebelumnnya. Berteman baik dan saling menyayangi.
"hmm..Mereka kembar."
"Aku bisa menebaknya. Yang bersamamu tadi-..dia benar-benar mirip ayahnya."
Luhan tersenyum lirih melihat kedua putranya yang kini bermain di ruangan khusus bermain anak dan mengangguk menyetujui ucapan Seunghyun "Namanya Sehan." Gumam Luhan memberitahu Seunghyun yang merasa begitu perih namun tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat menatap Luhan yang kini sepenuhnya telah bahagia "Lalu yang bersamaku, siapa namanya?"
Luhan sedikit tertegun sebelum tak sengaja bertatapan dengan Seunghyun sedikit salah tingkah dan kemudian melihat ke arah berlawanan agar tak menatap Seunghyun secara langsung "Hanse-..namanya Oh Hanse."
"Dia mirip denganmu." Gumam Seunghyun yang seketika jatuh hati pada putra bungsu Sehun dan Luhan karena sepenuhnya mirip dengan Luhan.
"Banyak yang mengatakannya. Sehan adalah Sehun. Hanse adalah aku."
"Tak heran jika Hanse langsung bisa menarik perhatianku saat aku memasuki toko tadi. Aku benar-benar melihatmu versi kecil Luhan."
Luhan hanya tertawa kecil sebelum kembali menunduk tak berani menatap Seunghyun.
"Bagaimana kabarmu?"
Luhan memejamkan matanya merasa tak sanggup lagi bicara dengan pria yang entah sudah ia sakiti seperti apa di masa lalunya "Aku-..Aku baik. Bagaimana denganmu?" gumamnya sedikit menggigit bibirnya sebelum memberanikan diri untuk menatap teman baiknya saat ini.
"Aku? Seperti yang kau lihat. Aku baik Luhan."
"syukurlah." Gumam Luhan sedikit tersenyum dan seketika kembali menunduk sebelum Seunghyun kembali berbicara.
"Sebenarnya aku tidak terlalu baik." Katanya tersenyum getir membuat Luhan menatapnya sedikit merasa bersalah saat ini.
"Seunghyun."
"Aku tidak baik Luhan-...Aku marah karena kau menikahi Sehun tanpa mengundangku. Itu tidak sopan asal kau tahu. Harusnya kau tetap mengundang mantan suamimu kan?" katanya mencoba bercanda membuat Luhan semakin menggila mengingat menyakiti dua pria paling baik yang selalu mencintainya dengan tulus.
Dia kembali memberanikan menatap Seunghyun saat ini, membuat kedua pasang mata mereka bertatapan sampai akhirnya Luhan kembali memutusk kontak untuk kembali menunduk "Aku dan Sehun belum menikah hingga saat ini."
Seunghyun yang mendengarnya sedikit membelalak dan secara refleks bertanya dengan nada tingi pada Luhan "Apa kau bilang? Tapi bagaimana bisa Lu?"
Luhan kembali menggigit kencang bibirnya dan menatap Seunghyun dengan putus asa saat ini "Aku menolak menikah dengannya saat itu dan sampai sekarang Sehun tidak pernah mengulang lamarannya. Dan jikalau dia memang mengulang lamarannya aku masih belum tahu harus menjawab apa."
Seunghyun sedikit menatap kesal pada Luhan sebelum akhirnya memalingkan wajahnya menatap kedua putra Sehun dan Luhan yang kini bermain sangat bahagia dengan teman-teman seumurannya "Aku tidak tahu kau begitu jahat Luhan. Kau tidak hanya membuat Sehun menderita. Kau akan membuat kedua putramu terluka nantinya."
Luhan merasa Seunghyun menyerangnya cukup kuat saat ini. Mendengar mantan suaminya mengucapkan hal itu membuat hatinya begitu sakit karena memang benar, dirinya begitu jahat pada Sehun dan seringkali menolak pembicaraan dan maksud Sehun jika itu berhubungan dengan pernikahan.
"Apa karena aku?" gumam Seunghyun bertanya membuat Luhan langsung menggelengkan kepalanya.
"Tentu bukan."
"Kalau begitu buat keputusanmu dengan benar. Kau sudah memiliki dua malaikat kecil bersamamu. Kau hanya perlu menjadikannya utuh Luhan. Jangan terus menyakiti dirimu sendiri hmm." Seunghyun memberanikan diri memegang kedua tangan Luhan dan sedikit menguatkan Luhan untuk memilih apa yang memang seharusnya dia lakukan.
"Aku minta maaf padamu karena membuatmu merasakan ketakutan menjalani kehidupan pernikahan yang begitu menakutkan saat itu. Tapi aku adalah orang yang salah untukmu sementara Sehun lelaki yang tepat. Dia masa depanmu." Katanya tersenyum membuat Luhan menatapnya tak berkedip memikirkan seluruh ucapan Seunghyun saat ini.
Seunghyun semakin kuat menggenggam tangan Luhan sampai akhirnya dia berdiri dan menatap Luhan yang masih terdiam saat ini "Berbahagialah Luhan." Gumamnya menepuk pundak Luhan dan tak lama berjalan keluar meninggalkan kafe dengan hati yang kembali hancur harus merelakan entah yang ke berapa kali kehilangan Luhan secara berulang.
Sementara Luhan hanya tertunduk terisak tertahan, tangannya mengepal erat karena bersumpah mendengar suara Seunghyun bergetar sesaat sebelum kepergiannya tadi. Dia merasa begitu menyesal membuat Seunghun dan Sehun terluka hanya karena kisah cinta rumit yang mereka jalani. Membuatnya berpikir keras sebelum memutuskan satu hal.
Luhan dengan segera mengambil kedua putranya dan berjalan meninggalkan kafe. Tak ingin membuat kesalahan lebih banyak dan berniat memiliki sesuatu yang seharusnya ia dan Sehun miliki sejak beberapa tahun yang lalu.
..
..
..
"APPA SELAMAT ULANG TAHUN…!"
Hari ini tanggal dua belas april. Putra bungsu keluarga Oh yang kini menginjak usia ke tiga puluh begitu bahagia saat seluruh keluarga besarnya berkumpul di kafe milik Jaejoong.
Kafe yang sudah berdiri semenjak dirinya masih dibangku kuliah itu terlihat sangat cantik dengan dekorasi yang dipenuhi dengan balon serta tulisan-tulisan tak terbaca dari kedua putranya serta dua keponakannya.
"Appa balon. Kue. Hanse mau."
Sehun sedikit tertawa saat si bungsu menarik celana kerjanya dan meminta sang ayah untuk segera meniup lilin membuat seluruh keluarga tertawa karenanya.
"Hanse. Bialkan samchon tiup lilin dulu."
Kim Taeoh yang kini berusia empat tahun tampak memprotes sepupunya yang begitu menyebalkan sepanjang hari dimulai dari persiapan pesta kejutan sampai pesta kejutan selelsai disiapkan. "Appa Hanse bweek.." Hanse menjulurkan lidahnya pada Taeoh membuat putra Tunggal Kai dan Kyungsoo itu tampak mendengus sebal dan melipat kedua tangannya di atas dada.
Sehun semakin tertawa dan berjongkok merasa sangat gemas pada sekumpulan anak kecil berbeda sifat yang dimiliki keluarga besarnya "Ucapkan selamat ulang tahun dulu pada ayah-... Dan Taeoh. Kau juga ucapkan selamat ulang tahun pada paman."
"Appa Saengil chukkae." Hanse memeluk ayahnya dan mencium bibir Sehun dengan sayang membuat seluruh yang melihatnya ikut merasakan kebahagiaan yang Sehun rasakan saat ini.
"Gomawo nak." Gumam Sehun mencium balik bibir putranya dan menatap Taeoh yang kini berjalan lucu menghampirinya.
"Samchon Saengil Chukae. Sehat dan bahagia telus yaa."
"Terimakasih jagoan. Cium paman."
Taeoh mengangguk dan tak lama mencium bibir pamannya dan berlari malu ke pelukan Kai yang kini menggendong putranya "Selamat ulang tahun Sehunna." Gumamnya memberi selamat pada Sehun yang hanya tersenyum mengangguk sebelum menyadari satu hal.
"Mana Sehan dan Haowen." Katanya bertanya karena tak melihat kedua anak lelaki yang paling tak berekspresi dari keempat anak yang dimiliki baik oleh keluarga Oh maupun keluarga Kim.
"Itu mereka."
Jaejoong menunjuk ke belakang Sehun, membuat Sehun kembali membalikan badannya dan sedikit terharu karena kedua jagoannya kini sedang bersama-sama memegang kue lengkap dengan lilin yang menyala berjalan menghampirinya.
"Appa/Samchon."
Haowen dan Sehan berhenti tepat di depan Sehun yang kini terlihat menghapus air mata bahagianya karena menyadari kalau putranya dan keponakannya benar-benar telah tumbuh besar dan saling menyayangi.
"Appa tiup lilinnya."
Sehun sudah bersiap meniup lilinnya sebelum Haowen membawa kue Sehun menjauh "Paman buat pelmintaan dulu."
"ah-Paman lupa." Gumamnya mengusap tengkuknya dan tak lama memejamkan matanya mengucap seluruh permintaan dan doa yang sangat ia harapkan bisa terjadi dalam hidupnya.
"Sudah?"
Sehun mengangguk dan tak lama
Fuh…
Dia meniup lilinnya dan seketika terdengar suara tepukan tangan baik dari keluarga besarnya maupun dari seluruh pegawai Jaejoong malam ini.
"Terimakasih semuanya. Silahkan makan sepuas kalian. Aku akan membayarnya. Jangan sungkan." Katanya berteriak memberitahu pegawai Jaejoong yang tampak bersemangat saat ini.
Sehun masih sibuk tersenyum dan membungkuk terimakasih sampai matanya bertemu dengan sosok pria yang kini memandangnya tersenyum sangat cantik. Membuat pria yang tampan yang sedang berulang tahun itu tersenyum senang dan berjalan menghampiri ibu dari kedua putra kembarnya.
"Selamat ulang tahun sayang."
Sehun tak membalasnya, hanya segera membawa Luhan ke dekapannya dan memeluknya erat tak membiarkan sedikitpun jarak mereka rasakan. "Kau cantik sekali Luhan." Gumamnya mengecupi pucuk kepala Luhan membuat Luhan tersenyum dalam pelukan ayah dari kedua putranya.
"Kau juga sangat tampan Sehun." Gumamnya yang ikut mendekap erat Sehun mengabaikan seluruh mata yang kini memandang mereka berdua.
"ekhem! Aku hanya ingin memberitahu kalau disini ada empat balita yang kelaparan menunggu si pemilik tanggal dua belas untuk memotong kuenya. Kalian bisa melanjutkan nanti saranku." Yunho menyela pasangan romantis didepannya membuat Sehun menatap sebal sang kakak sementara Luhan menggenggam erat tangan Sehun membawanya ke meja makan.
"oh ayolah Sehunna. Haowen kelaparan." Gumam Yunho yang masih mendapatkan tatapan sebal dari adiknya.
"Taeoh juga." Timpal Kai membuat Sehun menarik kesal kursinya dengan Luhan, Jaejoong dan Kyungsoo yang tertawa melihat bagaimana ketiga ayah didepan mereka bertengkar hanya karena lapar.
"Kalian yang lapar bukan anak-anak."
"Baguslah kalau kau tahu." Gumam Kai terkekeh dan segera memakan makanan yang sudah disiapkan di atas meja mengabaikan sang pemilik acara yang masih mendengus sebal karena tak bisa berduaan dengan Luhan lebih lama.
"Enak sekali."
"Luhan yang memilih sendiri menu dan bahannya." Timpal Kyungsoo memberitahu suaminya yang terlihat lahap memakan steak nya saat ini.
"Kau harus berterimakasih pada Luhan. Dia benar-benar menyiapkan semuanya sendiri."
Sehun pun melirik pria cantiknya yang kini menyuapi kedua putranya bergantian dan sedikit merengkuh pinggang Luhan untuk mengecup telak bibir Luhan yang benar-benar ingin ia lumat mala mini "Se-sehun!"
"Aku hanya ingin berterimakasih."
"Iya aku tahu. Tapi jangan menciumku didepan banyak orang." Katanya menggerutu membuat Sehun semakin mencium bibirnya berkali-kali.
"Haowen, Taeoh, Sehan dan Hanse. Jangan tiru apapun yang kalian lihat dari paman dan ayah kalian yang mesum ini. Oke?"
Kai memberi ultimatum kepada empat jagoannya mengabaikan suara gelak tawa dari seluruh yang ada di ruangan itu karena Sehun benar-benar menggila menciumi Luhan tanpa rasa malu dengan alasan hari ini hari ulang tahunnya jadi dia bebas melakukan apapun.
Dan setelahnya keluarga kecil Kim dan Oh itu menyantap makanan yang sengaja disiapkan dalam jumlah banyak untuk merayakan hari ulang tahun ayah dari si kembar atas permintaan khusus dari Luhan yang sedari awal turun langsung untuk menyiapkan segala sesuatunya.
..
..
..
"Aku akan membawa anak-anak ke mobil. Bagaimana bisa mereka tidur dalam posisi seperti itu."
Selesai menghabiskan sebagian besar menu utama dan hidangan penutup ketiga keluarga kecil itu tampak kekenyangan terlihat dari bagaimana putra mereka yang tertidur dengan nyenyaknya tanpa harus ditemani ibu mereka masing-masing membuat Kai dan Yunho bangun dari kursi mereka dan menghampiri putra masing-masing dengan membawa satu keponakan masing-masing di kedua tangan mereka karena saat ini empat malaikat kecil mereka tiba-tiiba tertidur di ruang bermain dengan posisi terlentang dan saling membelakangi satu sama lain.
"Aku tahu kau masih ingin berdua dengan Luhan. Kami akan membawa Sehan dan Hanse pulang. Nikmati kencan kalian."
Sehun tersenyum bersemangat dan memeluk Jaejoong serta Kyungsoo bergantian "Aku akan membelikan masing-masing dari kalian hadiah yang sangat banyak."
"Baiklah. Aku bersemangat." Timpal Kyungsoo meninggalkan kafe dan tak lama Jaejoong mengikutinya dari belakang sedikit mengerling Luhan yang tampak salah tingkah saat ini.
"Akhirnya kita berdua saja." Gumam Sehun menarik kursi mendekat ke Luhan membuat Luhan sedikit menghindar karena Sehun sangat agresif malam ini.
"Lu…" katanya merajuk membuat Luhan memicingkan matanya "Araseo. Hari ini hari bebas melakukan apa saja kan?"
Sehun mengangguk dan langsung merengkuh erat pinggang Luhan "Kita bermalam di hotel ya?"
"Ditolak. Aku tahu selanjutnya apa yang akan terjadi."
"Luu…."
"Astaga Sehun. Ingat berapa usiamu dan jangan lupa kau memiliki dua putra yang akan tidur sendiri jika kita menginap di hotel."
"Mereka akan baik-baik saja. Aku hanya ingin berdua denganmu." Katanya semakin mendekatkan diri ke Luhan membuat Luhan terkekeh tak memiliki pilihan lain.
"Oke. Kita akan menginap di hotel."
Sehun membelalak karena terlalu senang dan menatap Luhan memastikan "Kau tidak berbohong kan?"
Luhan menggeleng dan tersenyum menangkup wajah pria tampannya "Hari ini hari bebas meminta apapun." Katanya mengingatkan Sehun membuat Sehun bersemangat.
"Kalau begitu ayo pergi."
Sehun sudah menggenggam erat jemari Luhan dan sedikit mengernyit saat Luhan menahan tangannya untuk memintanya kembali duduk di kursinya "Ada apa? Ah-..Kau ingin memberikan hadiah untukku ya?"
Luhan tersenyum sekilas sebelum mengangguk mengiyakan tebakan Sehun "hmm.. aku ingin memberikan hadiah untukmu."
"Benarkah? Mana hadiahnya?"
Luhan menatap wajah Sehun cukup lama sampai akhirnya tangan merogoh saku blazer putihnya dan mengambil sesuatu dari dalam sakunya.
"Ini…" katanya mengeluarkan kotak merah kecil dan memberikannya ke depan Sehun membuat Sehun sedikit berdebar namun berusaha mempertahankan ekspresinya saat ini tak mau terlalu banyak berharap.
"Ini apa?" katanya bertanya mengangkat kotak kecil berwarna merah itu sambil menebak apa isinya.
"Bukalah."
Kali ini Sehun yang menatap wajah Luhan cukup lama sebelum akhirnya perlahan membuka kotak merah itu dengan jantung yang berdegup kencang.
"Itu bukan cincin mahal. Tapi pemilik toko bilang ini yang terbaik untuk sepasang kekasih yang akan menjadi suami istri." Gumam Luhan berusaha membuat suasana tak menjadi canggung saat ini.
Sehun tersenyum sekilas dan tak lama menatap Luhan meletakkan cincin yang Luhan berikan di atas meja "Dan maksudmu adalah?"
"Sehun-..dengarkan aku. Dua tahun yang lalu di tanggal yang sama tepat di hari ulang tahunmu kau melamarku dan dengan bodohnya aku menolaknya. Aku menyesal-..sangat menyesali apa yang aku lakukan padamu. Aku bahkan berpikir kalau kita bisa hidup seperti ini saja selamanya. Tapi kemudian aku takut memikirkan kau bisa kapan saja meninggalkan aku jika kita tidak menikah."
Sehun menghela nafasnya dan melipat kedua tangan didadanya bersandar di kursinya saat ini "Lalu?" katanya bertanya menaikkan kedua alisnya menatap Luhan yang terlihat gugup saat ini.
"Aku sedang melamarmu Oh Sehun." Ujarnya tertawa lirih dan kembali menundukan kepalanya dengan tangan yang mencengkram kuat di pahanya. Luhan bersumpah sudah berlatih untuk tidak menangis jika Sehun menolaknya. Tapi saat ini dia sudah benar-benar ingin menangis bahkan sebelum Sehun memberikan jawaban untuknya.
"Kalau begitu lakukan dengan benar."
"eh?"
Luhan mendongak dan sedikit bertanya saat Sehun mengangkat kelima jarinya seperti meminta dipasangkan cincin oleh Luhan.
"Kau sedang melamarku kan?" katanya bertanya pada Luhan yang langsung mengangguk cepat memberi jawaban.
"Lakukan dengan benar. Katakan kalimat permintaanmu dan pakaikan cincin ini di jariku." Katanya memberitahu Luhan yang tampak menghapus cepat air matanya saat ini.
"ehm.." Luhan membenarkan suaranya dan tak lama mengambil cincin dari dalam kotak dan memakaikan cincin tersebut ke jari manis Sehun saat ini "Oh Sehun maukah-…" Luhan sedikit menghela nafasnya sebelum kembali melanjutkan kalimatnya "Maukah kau menikah denganku dan menjadi ayah dari kedua putraku dan anak-anak kita kelak?" katanya bertanya bergetar memakaikan cincin yang ia beli ke jari manis Sehun saat ini.
Sehun sedikit terdiam tak menjawab apapun sebelum akhirnya tertawa kecil dan juga mengeluarkan sesuatu dari jas hitam yang ia kenakan "Harusnya itu kalimatku." Gumamnya memicingkan matanya melihat Luhan dan mengeluarkan benda yang sama dengan yang Luhan berikan malam ini.
"Aku berencana melamarmu lagi malam ini." Katanya mengeluarkan cincin yang ia beli untuk Luhan dan memakaikan cincin yang terlihat berkali-kali lipat lebih indah dari yang Luhan berikan untuknya ke jari manis Luhan "Luhan maukah kau menikah denganku?" katanya mencium jemari Luhan dan menatap Luhan yang benar-benar terisak saat ini.
"aku mau.."
"Maaf aku tidak dengar."
"Aku mau-…AKU MAU MENIKAH DENGANMU OH SEHUN!"
Luhan berteriak dan tak lama menghambur ke pelukan Sehun. Memeluk pria nya begitu erat dan begitu bahagia karena malam ini tak ada lagi keraguan dan ketakutan yang mengganggu dirinya. Sepenuhnya dia siap menjadi milik Sehun seutuhnya tanpa rasa takut yang harus ia rasakan seperti saat pertama kali Sehun melamarnya.
Sehun sendiri mendekap erat Luhan begitu erat dan begitu bahagia karena akhirnya hari yang ia tunggu dan doa yang dia ucapkan pada Tuhan benar-benar terjadi malam ini. Membuatnya sedikit terisak dan menciumi pucuk kepala Luhan berkali-kali tak berniat melepas tubuh mungil ini dari dekapannya-….tidak lagi.
..
..
..
..
..
..
You are my happy ending and I'm your Forever after
..
..
..
..
..
Dan hari ini adalah hari yang akan menjadi hari yang paling bahagia baik untuk Sehun maupun Luhan. Mereka memutuskan menikah delapan hari setelah Luhan melamar Sehun di hari ulang tahunnya. Itu artinya, pernikahan terjadi di tanggal 20 April tepat di hari ulang Luhan hari ini.
Semuanya begitu mendadak. Sehun yang meminta agar semua dilangsungkan segera agar Luhan tak lagi mengubah keputusannya. Membuat kebahagiaan jelas terlihat pada Sehun yang begitu bahagia karena pada akhirnya memiliki Luhan sepenuhnya dan seutuhnya.
Dan tak berbeda dari adiknya, sang kakak-..Yunho. Dia kini tengah berjalan gugup menghampiri ruangan dimana calon adik iparnya sedang menunggu. Dia begitu gugup dengan hati berdebar setiap kali mengingat bagaimana sulitnya perjuangan kisah cinta adiknya dan Luhan yang begitu rumit hanya untuk sampai ke tahap dimana keduanya secara utuh mengikat janji untuk menjalani kehidupan bersama selamanya.
Yunho yang masih belum bisa menguasai dirinya berdiri cukup lama di depan ruangan Luhan sampai akhirnya dia menghela nafas dan kemudian menghapus cepat air mata bahagianya sebelum
Cklek…
"Hyung…"
Luhan kemudian memanggilnya dengan nada yang sama gugup namun terdengar sangat bahagia untuknya. Membuat Yunho sedikit tersenyum dan tanpa sadar mengagumi kecantikan Luhan yang bahkan melebihi wanita pada umumnya.
"Kau gugup ya?" Yunho mendekap erat tubuh mungil calon adik iparnya dan sedikit tersenyum saat Luhan mengangguk di pelukannya.
"Dengarkan aku-.." katanya menangkup wajah Luhan dan mengusap lembut wajah yang kini terlihat memucat namun sama sekali tak menutupi kecantikan Luhan saat ini.
"Aku akan memegang tanganmu sampai altar, dan baru akan kulepas saat Sehun menggenggamnya disana. Kau tidak perlu takut." Katanya mengecup kening Luhan membuat Luhan sedikit lebih tenang saat ini.
"Kau tidak akan melepaskan tanganku kan?"
"Tidak lagi-..Tidak akan pernah." Katanya mengulurkan tangannya agar Luhan segera menyambutnya.
"Acaranya akan segera dimulai. Kita harus segera berada disana."
Luhan yang mendengarnya hanya terdiam sedikit takut karena dia pernah merasakan momen ini sebelumnya. Bedanya saat itu tak ada kebahagiaan sama sekali, hanya ada rasa takut dan bersalah karena banyak hati yang terluka saat itu.
Tapi hari ini berbeda, dia akan menikahi teman pertamanya, cinta pertamanya dan lelaki pertamanya. Pernikahannya kali ini mendapatkan seluruh restu dari keluarga, teman bahkan mantan suaminya. Membuatnya tak punya alasan untuk merasa takut dan semakin yakin kalau ini memang sudah menjadi suratan takdir untuknya dan Sehun.
Luhan memandang Yunho cukup lama mengagumi sosok yang selalu menjadi idolanya sampai saat ini. Dia kemudian tersenyum kecil dan menyambut uluran tangan Yunho, mengalungkan tangannya di lengan Yunho yang kini mendekapnya erat.
"Jangan lepaskan tanganku hyung." Gumam Luhan mengingatkan Yunho.
"Tidak akan lagi Luhan." Katanya mengulang membuat Luhan sedikit tenang saat ini, dan tiba-tiba teringa akan satu hal yang terus membuatnya merasa seperti orang bodoh sampai saat ini
"hyung.."
"Hmmh."
"Aku pernah sangat iri pada Kyungsoo karena kau menggenggam erat tangannya dan mengantarnya ke pelaminan saat itu. Dan hari ini rasa iriku tak beralasan karena kau akan mengantarku ke pelaminan dan menggenggam erat tanganku saat ini."
Yunho tersenyum sekilas dan mengeratkan genggamannya pada tangan Luhan dan mengecup kening Luhan sebelum akhirnya benar-benar bersiap mengantar Luhan ke pelaminan saat ini.
"Silahkan memasuki tempat upacara."
Yunho mengangguk mengerti saat Sekertaris Kang memberikan instruksi, membuatnya kembali menggenggam erat tangan Luhan dan menatap sekilas ke pria kecil yang dulu selalu menjadi penengah untuknya dan Sehun-..dan selamanya memang akan seperti itu.
"Aku akan terus menggenggam erat tangan mungil adikku. Aku pernah melakukan kesalahan dengan melepaskan tangan mungil ini. Dan kesalahan itu tidak akan terulang." Gumamnya membuat Luhan bersumpah akan menangis jika saat ini tak sedang berjalan menuju altar. Melihat kedua putranya begitu bersorak senang sementar di altar sana-…pria tampannya sedang menunggu kedatangannya dengan senyum di wajahnya.
Langkah Yunho dan Luhan beriringan, keduanya terlihat begitu gugup namun tak bisa menyembunyikan kebahagiaan di wajah mereka. Luhan semakin erat menggenggam lengan Yunho sampai akhirnya langkah keduanya terhenti dan Yunho menyerahkan Luhan sepenuhnya pada Sehun "Bahagiakan Luhan dan jangan pernah menyakitinya lagi."
Itu adalah pesan yang disampaikan Yunho untuk adiknya. Membuat Sehun mengangguk cepat dan segera menggenggam erat tangan Luhan saat ini "Aku akan menjaga Luhan-..Selamanya." gumam Sehun membawa Luhan untuk segera mengucap janji pernikahan dan mengikat dirinya agar menjadi milik Oh Sehun seutuhnya.
"Aku mencintaimu." Gumam Sehun tersenyum mengagumi wajah Luhan.
"Aku mencintaimu." Luhan pun membalas dan tersenyum sangat bahagia karena saat ini benar-benar tak ada yang diinginkannya selain menjadi milik Sehun seutuhnya.
Dan setelahnya terdengar Sehun dan Luhan saling mengucap dan mengikat diri masing-masing dengan janji pernikahan mereka. membuat Seluruh tamu undangan yang hadir berdiri dan bertepuk tangan ikut merasakan kebahagiaan pengantin baru yang kini tengah berciuman mesra di altar setelah pendeta menyatakan bahwa keduanya kini tengah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah.
"Lihatlah ibumu. Dia bahkan lebih cantik dari Noona. Noona bisa gila karena iri." Terdengar suara wanita yang sedang memangku Hanse menggerutu membuat sang ayah tersenyum dan memeluk putri kecilnya yang begitu ia cintai.
"Selamanya Kang Seulgi adalah yang paling cantik untuk ayah."
"Tapi aku tidak mau menikah dengan ayah."
"Ayahmu juga tidak akan mau menikah denganmu."
Seulgi yang kesal mendengar suara menyindir itu segera menoleh dan sedikit terkejut mendapati saingan nomor duanya setelah Sehun berada di pesta pernikahan Luhan saat ini.
"omo! Apa yang kau lakukan disini. Appa dia akan mengacaukan pesta pernikahan Luhan." katanya menuduh Seunghyun membuat Sekertaris Kang dan Seunghyun hanya terkekeh saat ini.
"APPA!" Seulgi berteriak tak suka karena sepertinya sang ayah malah membela saingannya saat ini.
"Ahjussi.."
Seulgi semakin mendengus karena Hanse juga memberikan respon yang sama seperti ayahnya. Pria kecilnya bahkan meminta Seunghyun untuk menggendongnya membuatnya tak mempunyai pilihan lain selain menyerahkan Hanse pada Seunghyun saat ini.
"Temani aku." Gumam Seunghyun menawarkan lengannya pada Seulgi yang masih menggerutu saat ini.
"Kemana?"
"Aku ingin memberi ucapan selamat pada Sehun dan Luhan. tapi aku harus tetap menjaga harga diriku kan? Sebagai mantan suami aku tidak mau terlihat menyedihkan."
Seulgi mendesis dan tak lama tertawa mengejek ke arah Seunghyun "ck. Kau memang menyedihkan." Gumamnya menyindir dan tak lama meraih rangkulan lengan Seunghuyun dan berjalan menghampiri Sehun dan Luhan dengan Hanse yang berada di gendongan Seunghyun.
"Appa.." Hanse yang melihat ayahnya pun meminta untuk digendong, membuat Seunghyun menyerahkan Hanse pada Sehun.
"Selamat untuk kalian. Aku turut bahagia."
"Tidak. Dia sedang patah hati saat ini." timpal Seulgi yang mendapat tatapan seram dari Seunghyun saat ini.
Sehun yang melihatnya pun hanya tertawa dan menjabat tangan Seunghyun berniat mengucapkan terimakasih pada mantan suami Luhan saat ini "Terimakasih karena pernah menjaga Luhan dengan baik. Aku benar-benar berterimakasih padamu."
"Aku tahu kau berhutang padaku. Tapi untuk terimakasih aku rasa tidak perlu. Aku memang akan selalu menjaga Luhan." gumamnya membalas jabatan tangan Sehun dengan mata yang terus menatap Luhan saat ini.
"Selamat untukmu Luhan. Yakinlah rumah tanggamu kali ini pasti akan sangat bahagia."
"Terimakasih Seunghyun." Katanya memeluk Seunghyun sekilas sebelum akhirnya kembali menatap Seunghyun "Kita teman kan?" katanya bertanya membuat Seunghyun tertawa.
"Jika kau mengijinkan aku bermain dengan kedua putramu. Ya-..Kita teman." Gumam Seunghyun yang kembali membawa Hanse ke gendongannya dan sedikit menarik Seulgi untuk tidak mengganggu kedua pasangan yang baru saja resmi menjadi suami istri yang sah saat ini.
"Sayang.."
Sehun berjalan ke belakang Luhan dan memeluk erat istrinya yang dari belakang, melingkarkan erat lengannya di pinggang ramping milik istrinya yang selalu terlihat seksi untuknya.
"hmm."
"Apa kau bahagia?" katanya bertanya meletakkan dagunya di pundak Luhan dengan tangan yang semakin melingkar di pinggang istrinya.
Luhan pun tersenyum dan sedikit menoleh ke belakang untuk mengecup bibir pria yang ia sebut suami mulai hari ini "Aku sangat bahagia." Katanya mendekap erat tangan Sehun yang melingkar sempurna di pinggangnya.
"Selamat ulang tahun dan selamat hari pernikahan untukmu." Gumam Sehun mengecup pundak Luhan dan meminta Luhan menoleh untuk menyambut ciuman lembutnya saat ini.
"Terimakasih sayang."
"Aku memiliki hadiah untukmu."
"Benarkah? Mana hadiahnya?"
"Itu..."
Sehun membawa Luhan duduk di sebuah kursi menatap layar kosong yang entah disediakan sejak kapan sementara dirinya berdiri di belakang Luhan menggenggam erat kedua pundak istrinya dengan lembut.
"Mana?" Luhan mendongak bertanya pada Sehun membuat Sehun sedikit menunduk untuk mengecup bibir istrinya.
"Sebentar lagi. Lihatlah."
Sehun kembali mengarahkan wajah Luhan ke layar kosong dan tak lama sebuah video dengan backsound Endless Love terputar menampilkan wajah Luhan saat dirinya berusia sekitar kedua putranya saat ini. Luhan sedikit mengernyit sebelum merasa sesak dengan tulisan yang berada di setiap fotonya
He's my best friend.
Luhan semakin terkejut dengan setiap foto dan tulisan yang seluruhnya berisi dirinya dan Sehun sejak pertama kali mereka bertemu
He's definetely my best friend.
Luhan masih tak berekspresi saat layar itu menampilkan foto pertamanya dan Sehun berada dalam satu bingkai saat usia mereka delapan tahun kala itu.
He's been there.
When i cry.
When i get heartbroken.
When i laugh.
When i mad.
When i'm sad.
When i'm lonely.
When i'm down.
When i'm happy
And when theres been rough times.
He's always been there for me..
Sehun merasakan bahu Luhan mulai menegang di genggamannya. Dia tersenyum menyadari pria cantiknya mulai memberikan reaksi ata semua rasa terimakasih yang coba ia sampaikan saat ini.
And as each day passes. I fall for him. I fall for him every single day. I love him.
Not as a friend but as a lover.
Dan kali ini foto kencan mereka pertama kali terlihat di layar, membuat dada Luhan semakin sesak tak menyangka Sehun masih memiliki seluruh foto kenangan yang menjadi saksi cerita cinta mereka. Setelahnya seluruh foto mereka saat tertawa dan saat paling bahagia muncul di layar membuat senyum terukir di wajah Luhan sampai foto berikutnya membuatnya kembali terdiam.
I do love him. But one day. i made a mistake.
I let him go.
I hate him
And do everything bad to him.
And the next day when i woke up...i lost him
Kali ini foto pernikahan Luhan dan Seunghyun yang terpampang. Sehun sendiri tersenyum pahit mengingat bagaimana Luhan mengikat janji dengan Seunghyun. Membuatnya bersumpah untuk tidak pernah melupakan hari dimana dia kehilangan separuh hidupnya dan cinta pertamanya yang begitu membuatnya hancur.
And since that...
I broken without your smile
I broken without your laugh
I broken without your voice
I tottaly broken into a million pieces without you..
But then...
Setelah seluruh foto dan kenangan menyakitkan itu terputar kini foto kedua malaikat kecil mereka terlihat di layar membuat Luhan benar-benar tak bisa menahan isakannya saat ini. hatinya begitu sesak menyadari kalau dirinya dan Sehun benar-benar telah mengalami cerita yang panjang dan begitu rumit dalam hidup mereka.
Dan saat melihat foto kedua malaikat mereka saat lahir membuatnya tak bisa menahan isakannya mengingat kedua putra kembarnya adalah alasan terbesar untuk Sehun dan Luhan bisa kembali bersama saat ini.
Our angels is born.
Foto Sehan dan Hanse yang begitu mungil kembali menghiasi layar membuat tak hanya Luhan tapi hampir seluruh tamu bisa ikut merasakan betapa sulitnya perjalanan yang harus Sehun dan Luhan lalui hanya untuk bisa bersama.
Their little hands stole our hearts..
Luhan dan Sehun tersenyum bersama saat foto kali pertama mereka menggenggam tangan Sehan dan Hanse berada di layar dan tak bisa mengungkapkan kebahagiaan seperti apa yang mereka rasakan saat itu.
Luhan...
Kali ini foto Luhan bersama kedua putranya saat mereka tertawa bahagia berganti membuat Luhan kembali sedikit diam memperhatikan.
You're my best friend.
My boyfriend
My Ex-boyfriend
My other Half
And now..
You're my Wife.
Thank you for everything Luhan.
I love you and
Thank you for this Happy Ending Luhan.
Happy birthday.
Luhan menyembunyikan kedua wajahnya di telapak tangannya saat foto terakhir yang terlihat di layar adalah fotonya bersama Sehun dan kedua putranya saat mereka merayakan natal tahun lalu. Semuanya terasa begitu cepat berlalu. Dan seluruh kenangan bahagia dan menyakitkan seolah berebut masuk kedalam pikiran Luhan meminta untuk Luhan segera mengingatnya membuat tubuhnya bergetar hebat saat ini sampai suara Sehun berbisik di telinganya.
"Aku mencintaimu. Selamat ulang tahun Luhan." gumam Sehun dan memakaikan liontin yang pernah Luhan kembalikan padanya membuat Luhan sedikit menoleh ke lehernya dan semakin terisak begitu merindukan benda kecil yang begitu mengikatnya dengan Luhan sampai hari dimana dia mengembalikan liontin itu pada Sehun.
"Jangan pernah melepasnya lagi hmm."
Luhan segera berdiri dan mendekap Sehun begitu erat. Terisak kencang di pelukan suaminya dan mengangguk mengiyakan untuk tidak pernah melepas liontin kecil itu lagi. "Sehun-...Kenapa ini begitu sesak."
Sehun tersenyum dan menangkup wajah Luhan, mengusap air mata istrinya sebelum mengecup lama kening pria cantiknya. "Karena ini adalah akhir bahagia dari kisah cinta kita. Kita terlalu bahagia sampai terasa begitu sesak disini." Gumam Sehun mengusap lembut dada Luhan sebelum kembali melumat lembut bibir pria cantiknya berusaha menenangkan Luhan yang masih begitu emosional saat ini.
Prok...prok...
Dan saat keduanya masih berciuman lembut, terdengar suara tepukan yang pertama kali terdengar berasal dari mantan suami Luhan lalu diikuti oleh tepuk haru keluarga dan tamu undangan lain. Mereka semua seperti dibawa merasakan bagaimana sulitnya perjalanan kisah cinta Sehun dan Luhan yang berakhir bahagia seperti hari ini.
"EOMMA SELAMAT ULANG TAHUN...!"
Luhan melepas lembut lumatan Sehun dan segera menoleh mendengar kedua putranya berlari sambil membawa buket bunga untuknya "Kalian dapat darimana bungan ini?" Luhan bertanya seketika berjongkok dan mendekap erat kedua putranya yang begitu tampan saat ini
"Appa..." gumam Hanse dan Sehan membuat Luhan seketika mendongak memicingkan matanya melihat Sehun. "Berhenti membuatku menggila Oh Sehun."
Sehun tertawa kecil sebelum mengangkat Hanse ke pelukannya dan merengkuh pinggang Luhan yang kini menggendong Sehan ke pelukannya. "Aku akan selalu membuatmu menggila setiap hari karena cintaku Oh Luhan. Aku mencintaimu" katanya membual membuat Luhan tertawa dan mencium bibir Sehun sekilas.
"Aku juga mencintaimu Sehunna."
Dan balasan cinta Luhan di hari ulang tahun sekaligus hari pernikahannya mengakhiri segala kisah rumit yang ia jalani bersama sahabatnya, cinta pertamanya, lelaki pertamanya dan suaminya-...Oh Sehun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
E
N
D
.
.
.
.
.
.
.
Ekhem...!
.
Ketemu lagi sama Sehan dan Hanse. Pokoknya kalo gw pake Sehan sama hanse itu. Berarti Sehan itu Sehun. Hanse itu Luhan. bayanginnya gitu aja yak
.
.
Banyak yang nanya"ka kenapa judulnya Restart?"... Itu mah bukan judul...Itu mah maunya gue... pas ga sngaja nge restart laptop eh walpaper desktop gue ada HH ama YJ :D. Jadilah Restart. Selesai.
daaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
INI YANG NGIKUTIN RESTART DARI AWAL MANA SUARANYA?
.
YANG MARAH-MARAH TANGGAL 20 TAPI TERNYATA BARU KE UPDATE TANGGAL 24 mana suaranya? Ga mau bilang GWS ke Triplet yang baru sakit? Ga mau bilang Turut berduka karena HP gw ilang entah kemana
.
Sumpah aseli minggu ini lagi ga mood bgt. Udah demam tinggi gegara ujan, pas sembuh hape ilang. Ah sudahlah-..bukan rejeki akoh, jadi udah ya impas. Jangan marah-marah. Ini bukan alesan ini musibah T_T
.
Mau Makasih dulu buat yang udah baca dari awal. Makasih banyak makasih...makasih.
.
Ini salah satu cerita dari sekian cerita gue yang fix tamat tanpa sequel. Jadi sekali lagi-...Kelanjutan Restart setelah ini ada di tangan kamu-kamu yang baca. :*
.
Nah berhubung masih galau hape. Aku sudahi sampai disini.
.
Dipikir pikir gimana ga sakit ya. Asal update jam segini kkkkkkk
.
.
see you !
.
Next update : Entangled
.
