Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto. I don't take any material profit from it
Pairing : SasuFemNaru
Rated : M
Warning : Gender switch, OOC, OC, typo (s)
Genre : Romance
Selamat membaca!
Love Me One More Time
Chapter 1 : Cinta?
By : Fuyutsuki Hikari
Sasuke tidak tahu, sampai kapan dia bisa bertahan di dalam ballroom hotel mewah ini. Jika bukan demi Neji, Sasuke bersumpah dia akan berusaha untuk menghindar sejauh mungkin dari tempat terkutuk ini. Hal yang paling dibencinya adalah datang ke pesta pernikahan. Tempat dimana para Nyonya yang memiliki putri lajang- berburu pria lajang yang menurut mereka pantas untuk menjadi suami putri mereka.
Pria berusia tiga puluh satu tahun itu menggoyang pelan gelas champagneditangannya, lalu dengan gerakan anggun dia membawa bibir gelas ke bibirnya. Dia mengecap isi dari gelas itu- sedikit, bersikap setenang mungkin. Perlahan dia berjalan semakin ke tengah ruangan, menyelamatkan diri dari para Nyonya yang menatapnya seperti sepotong daging yang lezat nan menggiurkan.
Sasuke kembali menyesap minumannya, tubuhnya merinding saat merasakan tatapan-tatapan itu terus terarah ke punggungnya yang kini semakin menjauh dari para pemburunya.
"Kau menjadi bujangan paling diincar malam ini."
Sasuke mengehentikan langkahnya, lalu menoleh lewat bahunya. Tidak jauh di belakangnya, Shikamaru berjalan dengan senyum yang menurut Sasuke sangat menyebalkan. "Apalagi yang kau tunggu?" tanya Shikamaru lagi, saat dia sampai dan berdiri di samping kanan Sasuke. "Para Nyonya itu jelas berharap kau mengajak putri mereka ke lantai dansa."
"Tunggu hingga neraka dingin," sahut Sasuke sinis.
Shikamaru tertawa renyah. Dia hapal betul sifat Sasuke. Teman baiknya sejak SMA itu selalu menghindari segala sesuatu yang bisa menjeratnya ke dalam pernikahan. Sasuke; pengacara muda sukses yang memilih untuk tetap melajang. Hubungannya dengan kekasihnya selama ini tidak pernah bertahan lebih dari tiga bulan. Pernikahan tidak ada dalam listnya, terlebih keluarga Uchiha sudah memiliki penerus keturunan dari pernikahan Itachi dan Kyuubi, hal itu tentu saja memberi Sasuke keleluasaan untuk tetap melajang hingga detik ini.
"Neji sudah melepas masa lajangnya," ujar Shikamaru lagi, sementara matanya mengamati Neji yang tengah berdansa bersama mempelainya di lantai dansa. "Siapa sangka jika Neji akan mempersunting Tenten?" katanya lagi dengan senyum tulus. "Dalam kelompok kita, hanya tinggal kau yang lajang. Sampai kapan kau akan mempertahankan statusmu itu?"
"Bukan urusanmu!" sahut Sasuke tajam. Kedua matanya menatap Shikamaru dengan sinis. Sejak SMA, Sasuke, Shikamaru, Neji dan Sai berteman sangat baik. Dan diantara keempatnya, tinggal Sasuke yang belum melepas masa lajangnya. Shikamaru bahkan sudah memiliki satu orang putra berusia satu tahun, sementara Sai yang menikahi Ino, hampir dua tahun yang lalu, kini tengah menanti kelahiran putri pertamanya. Hal ini jugalah yang menjadi penyebab Sai tidak datang diresepsi Neji malam ini dan hanya datang saat pemberkatan saja, tadi siang.
Sasuke menghela napas kasar. Pertanyaan seperti inilah yang paling tidak disukainya. Kenapa orang lain harus peduli mengenai kisah cintanya? Mengapa orang-orang harus repot memikirkan kapan dia akan menikah. Menyebalkan, pikirnya. Dan terdengar lebih menyebalkan karena yang menanyakannya adalah salah satu sahabat baikmu sendiri.
Shikamaru tertawa pelan, sama sekali tidak takut akan tatapan intimidasi Sasuke. "Apa kau sama sekali tidak tertarik pada salah satu diantara mereka?" tanya Shikamaru lagi, sembari menunjuk dengan dagunya pada satu titik dimana sekumpulan gadis-gadis kaya berkumpul, melempar senyum genit, menatap Sasuke penuh harap. "Mereka akan tetap menoleh ke arahmu walau kau memakai pakaian compang-camping."
"Aku anggap itu sebagai pujian." Ujar Sasuke dengan delikan tajam.
"Itu memang pujian," Shikamaru menoleh ke arah Sasuke dengan kedua alis saling bertaut. Untuk sejenak keduanya tidak bicara. Mereka hanya berdiri di tempatnya saat ini, mengamati wajah Neji yang terlihat sangat bahagia.
Ya. Neji memang merasa menjadi pria yang paling beruntung saat ini. Dalam hidupnya dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan jatuh cinta pada musuh bebuyutannya ketika SMA. Ah, mungkin apa yang dikatakan oleh orang-orang memang benar, ada perbedaan tipis antara benci dan cinta. Dan itulah yang terjadi pada Neji; dia jatuh cinta pada orang yang dibencinya. Beruntung, Tenten pun merasakan hal yang sama.
Sasuke baru saja akan buka suara saat tiba-tiba lampu di panggung musik dimatikan. Alunan musik pun berhenti seketika. Kedua mempelai berhenti berdansa. Raut wajah Tenten terlihat sangat cemas. Dia tidak mau jika malam bahagianya ini rusak. "Ada apa ini?" tanya Tenten pada Neji yang terlihat tenang. "Mana koordinator pernikahan?" Tenten berseru panik, namun Neji malah tersenyum menanggapinya. Pria itu mengenggam tangan Tenten erat, lalu meminta sang istri untuk melihat ke arah panggung.
Beberapa detik kemudian lampu di panggung musik kembali menyala. Di atas panggung, berdiri seorang wanita muda berambut pirang dengan bola mata safir yang jernih. Tenten terpekik gembira melihat wanita muda yang kini tersenyum dan mengedipkan sebelah mata ke arah Tenten. "Sorry I'm late! This song for you, Sweetheart,"ujarnya membuat Tenten kembali terpekik keras lalu mengipasi wajah dengan kedua tangannya. Terkejut juga senang bercampur menjadi satu. Tenten melirik ke arah Neji, pria yang kini berstatus suaminya itu tersenyum dan berkata lembut, "kejutan," katanya lembut, membuat Tenten melompat senang, ia memeluk suaminya itu, kemudian mendaratkan bibirnya di bibir Neji, memberi ciuman panjang sebagai tanda ucapan terima kasih.
Para tamu undangan yang datang mulai berbisik-bisik, bertanya-tanya, lebih tertarik pada sosok wanita berambut pirang yang kini berdiri di atas panggung. Sedetik kemudian, suara denting piano terdengar, disusul suara gebukan drum lalu bass, dan suara merdu Naruto pun terdengar setelahnya. Wanita berusia tiga puluh tahun itu bernyanyi untuk memenuhi janjinya pada Tenten. Janji yang diikrarkan keduanya saat masih SMA. Mereka berjanji akan membawakan sebuah lagu sebagai hadiah pernikahan jika salah satu diantara keduanya menikah. Dan di sinilah Naruto berdiri untuk memenuhi janjinya tersebut.
(Even if we can't find heaven, heaven, heaven, heaven)
Hands, put your empty hands in mine
And scars, show me all the scars you hide
And hey, if your wings are broken
Please take mine so yours can open too
'Cause I'm gonna stand by you
Sasuke segera menarik napas setelah sadar jika dia menahan napas sejak melihat wanita itu berdiri di atas panggung. Ada sebuah sengatan kecil di dadanya yang membuat jantungnya berdebar semakin cepat saat ini. Pengaruh champagne? Pikirnya tanpa bisa mengalihkan tatapannya dari Naruto.
Dia terus menatapnya tanpa melewatkan detail sekecil apapun. Sasuke tahu betul siapa wanita yang kini tengah bernyanyi penuh semangat di atas panggung. Dan demi Tuhan, dari ribuan lagu tentang pernikahan, Naruto malah memilih lagu milik Rachel Platten yang berjudul Stand By You. Pilihan yang tidak biasa, pikir Sasuke.
Sasuke menyukai rambut pirang Naruto yang tergerai hingga bahunya. Sedikit ikal, namun terlihat alami. Wanita muda itu mengenakan gaun tangan panjang berbahan brokat- berwarna putih gading. Gaun itu memiliki belahan tinggi, memamerkan kaki jenjang sempurnanya yang dibalut sepatu berhak tinggi berwarna emas. Makeup-nya tidak terlalu mencolok, Naruto terlihat sangat cantik karenanya. Tidak. Ralat Sasuke cepat. Wanita itu menawan, memesona, jauh diatas sekedar cantik.
Berdiri di samping Sasuke, Shikamaru tersenyum tipis. Akhirnya Sasuke terjerat, pikirnya senang. Dia kemudian menyesap champagnemiliknya dengan nikmat, mengucapkan selamat tanpa kata. Lonceng pernikahan akan kembali berbunyi, pikirnya teramat yakin.
Even if we're breaking down
We can find a way to break through
Even if we can't find heaven
I'll walk through hell with you
Love, you're not alone
'Cause I'm gonna stand by you
Naruto terus menyanyi, membuat tamu undangan berjalan mendekat ke arah panggung musik.
"Berubah pikiran, Sasuke?" tanya Shikamaru, mengembalikan Sasuke dari lamunannya. Sasuke melirik sekilas ke arah Shikamaru, kemudian tersenyum tipis. Shikamaru mengangkat sebelah alisnya, tidak menyangka jika Sasuke tidak menyangkal pernyataannya. "Apa kau masih mengenalnya?" tanya Shikamaru mengganti topik, dengan nada hati-hati. Kedua matanya kembali terarah pada Naruto yang menyanyi dengan semangat, memeriahkan suasana. Di atas panggung, wanita itu mengangkat kedua tangannya ke udara, meminta tamu undangan umtuk mengikuti gerakan tangannya yang bertepuk mengikuti hentakkan musik yang menggema. "Sepertinya dia melewati masa pubernya dengan baik," ujar Shikamaru dengan senyum penuh arti, membuat sebelah alis Sasuke terangkat karenanya. "Namikaze Naruto," ujar Shikamaru lagi. "Gadis yang kau tolak dengan kasar- tiga belas tahun yang lalu kini terlihat lebih memukau."
"Aku masih bisa mengenalinya," sahut Sasuke mencoba untuk terdengar santai, walau hatinya berkata lain. Dia tidak akan pernah lupa pada Naruto, salah satu gadis remaja yang pernah dia tolak saat masih SMA. Sasuke menolak pernyataan cinta Naruto dengan cara yang sangat kasar. Dia bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana Naruto menatapnya dengan wajah berkaca-kaca setelah Sasuke mempermalukannya di depan umum. Namun berbeda dengan bahasa tubuhnya, gadis itu malah tersenyum bodoh dan meminta maaf karena sudah mengganggu waktu Sasuke.
Brengsek, umpat Sasuke saat mengingat kejadian itu.
I'll be your eyes when you can't shine
I'll be your arms, I'll be your steady satellite
And when you can't rise, I'll cry with you on hands and kness
'Cause I
(I'm gonna stand by you)
Even if we're breaking down
We can find a way to break through
Even if we can't find heaven
I'll walk through the hell with you
Love, you're not alone
'Cause I'm gonna stand by you
Event if we can't find heaven, I'm gonna stand by you(1)
Di tempatnya berdiri, Tenten terus menghentakkan badan, mengikuti irama musik dan alunan merdu suara Naruto. Sementara itu, Sasuke terus berjalan, membelah kerumunan para tamu untuk kemudian berdiri di samping Neji yang terlihat terkejut mendapati sahabatnya ini berdiri begitu dekat dengan panggung musik.
Shikamaru dan Neji saling melempar pandang. Keduanya kemudian tersenyum penuh arti, lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada penampilan panggung Naruto yang mendekati akhir. Penampilan Naruto disambut oleh tepukan meriah dari tamu undangan serta keluarga mempelai. Wanita muda itu membungkuk untuk memberi hormat sebelum kemudian berjalan turun dari atas panggung untuk menyapa mempelai.
Secara otomatis tangan Sasuke terulur, membantu Naruto untuk turun panggung, namun Naruto sama sekali tidak memandangnya karena terlalu terfokus pada Tenten. Jujur saja, perlakuan Naruto saat ini membuat Sasuke dongkol setengah mati.
Wanita itu sedikit kesusahan karena sepatu hak tinggi yang dikenakannya saat ini. Naruto merentangkan kedua tangannya saat Tenten menjerit dan menghambur ke arahnya. Kedua sahabat itu saling memeluk lama. Tenten bahkan tidak bisa menahan air mata bahagianya saat ini.
"Kukira kau tidak datang," ujar Tenten parau, masih memeluk Naruto.
Naruto melepas pelukan itu dan menjawab penuh sesal. "Aku merahasiakan kedatanganku untuk memberimu kejutan," katanya. "Siapa sangka jika pesawat yang kutumpangi delayhingga aku harus melewatkan upacara pemberkatan kalian," tambahnya dengan wajah ditekuk dalam, kesal.
"Yang penting kau berhasil datang," ujar Tenten dengan senyum terkembang. Keduanya kembali berpelukan lama, namun kegiatan keduanya harus berhenti karena MC meminta kedua mempelai naik ke atas panggung untuk memotong kue pernikahan. Setengah tidak rela, Tenten melepas genggaman tangan Naruto, lalu mengamit tangan suaminya, keduanya berjalan berdampingan menuju panggung dengan wajah berseri.
Mengambil kesempatan, Sasuke berjalan mengikuti Naruto yang kini terlihat sibuk memenuhi piringnya dengan makanan yang disajikan. "Namikaze Naruto?" panggilnya sok akrab.
Naruto melirik lewat bahunya, keningnya ditekuk, kepalanya miring ke satu sisi. "Anda?" tanyanya dengan bahasa dan nada yang terdengar formal.
Sasuke tidak tahu, apakah dia harus kesal atau bersyukur karena Naruto tidak mengenalinya saat ini. Mengenalinya sebagai Uchiha Sasuke, pria yang dulu pernah menolaknya dengan kasar. "Aku- Uchiha Sasuke," sahutnya dengan tenang.
Naruto mengerjapkan mata, terlihat berpikir, kemudian wanita itu terkesiap, kaget. Kedua matanya membulat saat dia berkata, "Uchiha Sasuke?" beonya terdengar tidak percaya. "Woah... kau terlihat berbeda," tambahnya tanpa menutupi keterkejutannya.
Sasuke mengangkat sebelah alisnya. Dia tahu jika dia memang tampan, dan sepertinya Naruto juga kembali terpukau seperti wanita-wanitanya.
"Kau jauh... lebih tampan saat remaja," lanjut Naruto meruntuhkan rasa percaya diri Sasuke yang tadi melambung tinggi. "Kau terlihat lebih tua," tambahnya dengan ekspresi polos.
"Tentu," balas Sasuke tajam. "Apa tidak ada hal lain yang bisa kau katakan selain mengataiku tua?" tanyanya sinis.
Naruto terdiam, lalu tertawa renyah. Dia menyodorkan potongan buah apel ke mulut Sasuke, berusaha agar pria itu fokus ke hal lain dan melupakan apa yang baru saja diutarakan oleh dirinya. Sasuke menyambut potongan buah apel itu lalu mengunyahnya dengan ekspresi kesal. Naruto kembali tertawa pelan. "Maaf..." katanya tulus, namun Sasuke bergeming dan semakin menyempitkan matanya. "Bagaimana kabarmu?" tanya Naruto untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Sasuke menelan makanan dimulutnya, sama sekali enggan untuk menjawab.
"Hei, ayolah. Kau tidak akan merajuk hanya karena aku menyebutmu tua, kan?" ujar Naruto pada Sasuke yang masih menatapnya sinis. "Aku sudah minta maaf," katanya lagi dengan desisan sebal.
"Dansa denganku, dan aku akan memaafkanmu," kata Sasuke mencari kesempatan untuk lebih dekat pada Naruto.
"Aku tidak bisa berdansa dalam keadaan lapar," sahut Naruto dengan ekspresi berlebihan. Dia kembali menyantap buah-buahan di atas piringnya dan mengunyahnya pelan. "Biarkan aku makan, setelah itu aku akan menemanimu berdansa," janjinya.
Di sampingnya, Sasuke menunggu dengan sabar. Sementara Naruto makan, dia kembali mengamati wanita itu dengan teliti. Puji Tuhan, tidak ada cincin di jari manis Naruto. Sasuke tersenyum tipis, yang perlu dipastikannya adalah; apakah Naruto sudah memiliki kekasih? Tapi apa pedulinya? Dia akan merebut wanita ini jika memang Naruto sudah memiliki kekasih.
Lima belas menit kemudian, keduanya meluncur ke lantai dansa. Wanita-wanita muda yang melihatnya jelas merasa iri dan kecewa karena Sasuke lebih memilih wanita pirang yang kini berada dalam pelukannya untuk berdansa.
Dalam jarak dekat, Sasuke bisa mencium aroma lembut vanila dari tubuh dan rambut Naruto. Dia juga bisa melihat jelas warna bola mata milik Naruto yang seolah membiusnya hingga lupa keadaan sekitar. "Apa yang kau lihat?" tanya Sasuke saat Naruto menatapnya lurus.
"Siapa yang menyangka jika aku bisa berdansa denganmu," jawab Naruto pelan dengan senyum lembut. "Uchiha Sasuke, siswa paling populer di SMA Konoha, bersedia berdansa dengan siswi paling berisik dan sedikit- populer," ujarnya memberikan sedikit jeda, kemudian terkekeh pelan.
Brengsek, dia mengingatnya, umpat Sasuke di dalam hati. Sasuke semakin menempelkan tubuh mereka, dan kembali mengumpat di dalam hati saat musik berhenti mengalun, membuatnya harus melepaskan tubuh Naruto karena acara dansa mereka sudah berakhir.
"Sepertinya aku harus melepasmu untuk gadis-gadis itu," ujar Naruto membuat Sasuke menekuk keningnya tidak mengerti. "Melihat bahasa tubuh mereka aku bisa menebak jika mereka berharap kau mengajak mereka berdansa."
"Aku tidak mau," sahut Sasuke datar membuat Naruto menatapnya dengan sebelah alis terangkat. "Naruto?" panggilnya lagi, suaranya terdengar seksi.
"Hm..." Naruto menjawab dengan gumaman tidak jelas.
"Bantu aku!"
Kedua alis Naruto bertaut, ekspresi wajahnya memperlihatkan kebingungannya. "Bantu apa?"
"Selamatkan aku dari Nyonya-nyonya lapar itu," ujar Sasuke sembari menunjuk dengan dagunya ke arah para ibu yang mengamati interaksinya dan Naruto dengan penuh keingintahuan.
Mengerti maksud Sasuke, Naruto pun terkekeh dan berkata dengan nada humor, "mereka mengincarmu untuk dijadikan menantu? Apa kau tidak tertarik?" katanya, sembari mendaratkan kepalan tangannya pelan di dada Sasuke.
"Tidak," sahut Sasuke, menangkap tangan Naruto yang mendarat di dadanya. "Aku tidak tertarik," tambahnya sebelum mencuri sebuah ciuman panjang dari Naruto. Kejadian itu menyebabkan kegaduhan diantara tamu undangan yang terkaget-kaget melihat tindakan Sasuke yang berani.
.
.
.
TBC
Keterangan :
1. Rachel Platten - Stand By you
Halo...! Satu lagi fic yang saya kerjakan. Fic ini sudah saya publish di wattpad sebelumnya, baru dua chapter sih. Btw, saya mencoba genre baru; romance-fluff, karena di fic-fic saya sebelumnya banyak yang tanya; kenapa Naruto dibuat menderita terus? Kenapa jalan ceritanya tragis? Kenapa harus sad ending? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Karena itu saya buat fic ini sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Gimana, kerasa nggak fluffnya? Maaf kalau kurang manis, selanjutnya akan saya perbaiki lagi. ^^
Untuk yang tanya kapan fic saya lainnya update; saat ini saya juga sedang kerjakan kelanjutan chapter GC dan CO, semoga salah satunya bisa saya publish di hari Minggu besok.
Ok deh. Sampai juma dichap berikutnya! ^^
#WeDoCareAboutSFN