I'm Samurai
Cast : tokoh-tokoh Naruto Shippuden
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rated : T
Warning : OOC, AU, gaje, pendek, Typo, no EYD/?/.
Pairing : NaruHina; SasuSaku
Genre : Romance-Hurt/Comfort-Friendship-Family
Chapter : 2
Author : RisaAtsugata (Authornya cewek!)
.
.
.
DLDR
.
.
SELAMAT MEMBACA
.
.
ooOoo
RECAP
"A..ano. A..ak..aku tidak kenapa-napa.." Jawab orang itu dengan sedikit terbata-bata dan sambil membersihkan badannya dari debu namun wajahnya masih belum terlihat.
"Ah.. maaf.. Mari, kubantu.." Naruto berusaha membantu orang itu sambil menyodorkan tangannya. Orang bertudung itu pun, menerima bantuan Naruto dengan meletakkan tangannya ke tangan Naruto. Naruto memandangi tangannya. Tangan mungil dan putih. Tangan yang selembut kain sutera. 'Tangan seorang gadis?' pikir Naruto dalam benakknya.
Orang bertudung itupun bangkit dari jatuhnya dan langsung melepaskan tudungnya. Dan ternyata, pikiran Naruto benar. Orang berjubah itu adalah seorang gadis.
NEXT
Orang berjubah itu menunjukkan wajahnya. Wajahnya sangat cantik. Bermata putih keunguan seperti berlian. Berambut kehitaman panjang.
'Aku sepertinya mengenalnya..' pikir Naruto dalam benakknya, yang sepertinya mengenal gadis yang ia tabrak dengan kudanya beberapa menit lalu.
Namun setelah menunjukkan wajahnya, dia berlari meninggalkan Naruto yang memandangi wajahnya sedari tadi tanpa mengucapkan apa-apa yang berusaha mengingat gadis itu.
ooOoo
.
.
.
HINATA
Aku lari meninggalkan pria yang menabrakku tadi dengan kudanya. Seperti yang kalian tau, aku adalah putri mahkota Edo. Putri yang akan menjadi ratu dan memerintah Edo. Kalian pasti berpikir, bukannya seorang putri, apa lagi putri mahkota, tidak bisa meninggalkan istana tanpa para pengawal. Aku kabur dari istana. Namun bukan kabur selamanya. Aku hanya menenangkan pikiranku sebentar. Entah kenapa, aku tidak ingin memerintah kerajaan itu disaat banyak yang menginginkan kematianku.
Aku terus berlari menuju hutan. Hutan dimana aku bisa menghilangkan semua beban hidupku. Dimana aku dapat berteriak dan bernyanyi sesukaku tanpa terdengar oleh orang-orang istana yang melarangku membuat bising.
Aku menghentikan larianku dengan jalan santai sedikit terengah-engah. Berusaha mengatur napasku. Aku mengarahkan jalanku ke sungai kecil. Kujadikan tanganku sebagai wadah untuk menampung air sejuk dari sungai. Lalu kuminum air itu untuk melepas dahaga. Ah, airnya sangat sejuk.
Aku membaringkan badanku di pinggiran sungai. Membiarkan kakiku dibasahi sungai.
"Menjadi ratu dari rakyat yang menginginkan kematianku? Yang benar saja.." Aku mencibir kecil.
"Kau benar. Maka dari itu.. biar kuambil nyawamu agar kau tak perlu menjadi ratu.." Aku langsung membangunkan diriku yang terbaring kelelahan setelah mendengar kata-kata itu. Aku menengok ke kanan-kiri untuk mencari pemilik suara, namun tak dapat kutemukan.
"Siapa kau? Bagaimana kau mengambil nyawaku! Berhadapan denganku saja kau tak berani! Cih.. pengecut!" Aku menunjukkan keberanianku. Walau sebenarnya aku sangat takut. Namun memang itu yang kuinginkan. Aku ingin menunjukkan keberanianku kepada semua orang yang selalu menganggapku pengecut.
"Cih. Memangnya siapa yang pengecut!" Suara misterius itu terdengar kembali. Seperti memberitahukan bahwa akulah pengecutnya. Ya, memang akulah pengecutnya. Aku memang pengecut.
Pemilik suara misterius itu menunjukkan badannya. Ia keluar dari persembunyiannya.
"Ternyata, kau tak pernah lelah untuk mengambil nyawaku... Kukira kau sudah mati.. ternyata kau masih hidup." Aku mencibir kecil kepada seorang pemuda bertopeng dan memegang katana itu.
"Huh.. kau sombong sekali.. P-U-T-E-R-I. Putri yang diramalkan kelahirannya akan membawa kesialan. Putri yang memiliki kekuatan aneh. Kekuatan I-B-L-I-S!" Pemuda itu berbicara penuh penekanan dan sangat pedas. Aku mengepal kedua tanganku kuat. Mataku mulai berlinang. Namun kutahan amarah dan kesedihanku.
Dari perkataan pemuda itu, kalian dapat juga menyimpulkan, kalau para pemberontak yang mengincar nyawaku sebenarnya bukan memberontak negara seperti pengkhianat yang kalian pikirkan pada awalnya. Mereka ingin membunuhku juga demi negara. Karena diramalkan, bahwa kelahiranku itu adalah bencana bagi Edo. Putri yang diramalkan adalah jelmaan iblis. Putri yang diramalkan suatu saat akan menjiwai jiwa iblis. Namun, aku tidak percaya dengan ramalan dukun-dukun itu. Aku menentangnya, walau terkadang aku putus asa, dan sedikit mempercayainya.
"Cih. Aku masih bingung dengan orang-orang seperti kalian. Kita ada di era Edo. Era yang sudah mulai tidak berpikiran tradisional lagi. Tapi kalian masih saja percaya pada dukun-dukun bodoh itu." Aku berusaha menenangkan emosiku. Nampak pemuda itu sepertinya merasa kesal dengan perkataan yang keluar dari mulutku. Pemuda itu memegang erat katananya.
"Kau, Putri sialan! Matilah kau!" pemuda itu melepaskan dan langsung melempar sarung katananya dan langsung menebiskan katananya kearah leherku. Namun aku menghindar dan rambutku terpotong.
Mataku hanya membelalak melihat rambutku tergeletak di tanah. Aku tidak masalah dengan hal itu. Hanya saja. aku berpikir tadi nyaris saja. Aku langsung lari melewati sungai memasuki hutan meninggalkan pemuda itu.
"Kali ini, kubiarkan lagi kau lolos, Putri.."
End
ooOoo
"Apa?! Kau bilang apa tadi, Menma!?" Naruto meminta Menma untuk mengulangi perkataannya dengan suara yang sangat keras sehingga membuat Menma mengusap-usap telinganya.
"Kau sudah mendengarnya. Aku tak perlu mengulanginya lagi."
Naruto meninggalkan Menma. Dia menuju danau (kolam) kediaman Namikaze. Di sana terlihat wanita cantik bersurai merah panjang mengenakan kimono ungu yang cantik. Ya, Kushina. Ibu Naruto.
Apa lagi masalah Naruto dan Kushina? Apa Kushina membuat ide-ide konyol yang tidak disukai oleh Naruto lagi?
"Ibu!" Naruto memanggil ibunya dengan lantang dari kejauhan dan menghampirinya menuju jembatan kolam. Kushina tidak menghiraukan dan meneruskan memberi makan ikan-ikan.
Sebelum Naruto menghampiri Kushina yang pura-pura tidak dengar, Menma menarik lengan Naruto membawanya menjauh dari tempat Kushina. Walau Naruto mencoba untuk melepaskan diri, namun tidak berhasil. Genggaman Menma sangat kuat.
"Lepaskan, Menma!" teriak Naruto yang masih berusaha melepaskan diri. Namun tak dihiraukan oleh Menma.
"Naruto! Kau jangan salah paham! Aku menerima tawaran ini bukan karena dirimu! Tapi karena aku ingin! Kau jangan sampai diusir oleh ibu!" Bentak Menma yang masih menggenggam erat lengan Naruto.
"Ma..maksudmu?" Tanya Naruto yang meminta penjelasan dari kakaknya.
"Kau tau maksudku.." Menma melepaskan genggamannya dan kembali ke gaya bicaranya seperti biasa.
"K..k..kau.. ingin menikah atas kemauanmu sendiri?"
"Mmm.."
"Astaga, Menma! Selamat! Akhirnya kau akan berkeluarga! Dan mungkin sebentar lagi aku akan menjadi paman.." Naruto melingkari tubuh Menma dengan tangannya dengan sangat erat sehingga membuat Menma sesak napas.
"Kau ini selalu berpikiran bodoh! Paman apanya, hah!?" Menma melepaskan pelukan adiknya dan langsung menjitak keras kepala kuning bodoh Naruto :v
"Fufuh.. Nikah!~ Nikah!~ Nikah!~" Goda Naruto kepada Menma sambil menaburkan bunga-bunga dari keranjang yang digantungkan di lengan Naruto ke arah Menma. Membuat Menma marah dan langsung mengambil keranjang berisikan bunga yang dibawa Naruto entah sejak kapan, lalu menginjak keranjang itu besertakan bunga-bunganya lalu pergi meninggalkan tempat. Naruto langsung pundung di bawah pohon kesemek.
ooOoo
Naruto sedang berbaring di hamparan rumput tempat biasa ia latihan. Ia ditemani oleh salah satu temannya. Mereka sedari tadi hanya berbaring menikmati sejuknya angin dan memandangi lautan langit. Kesunyian menyelimuti sampai Naruto memulai pembicaraan.
"Apa menjadi samurai terhebat itu.. benar-benar impianmu?" Naruto mengeluarkan suaranya bertanya kepada temannya yang menemaninya berbaring.
"Hn.. tapi bukan seorang samurai untuk membinasakan pemberontak. Tapi.. untuk sesuatu... Dan untuk sesuatu itu aku harus masuk militer kerajaan.. Sesuatu yang indah tapi berduri api.." Jelas Sasuke dengan penuh dendam dan penekanan dalam setiap kata.
"Apa maksudmu?! Pasti misi yang diberikan panglima samurai kepada kita saat menjadi anggota militer, ya.. memberantas pemberontak yang mulai menyebar.. Kau mau dituduh sebagai pemberontak dan dihukum mati?!" Bentak Naruto yang khawatir dengan temannya itu.
"Aku tak peduli walau aku menjadi pemberontak. Tujuanku hanya satu! Dan aku akan menggapainya entah dengan cara apapun! Aku tak peduli, bahkan harus mengotori katanaku dengan darah kerajaan bahkan temanku!"
"Sebenarnya apa tujuanmu? Kenapa kau sekejam itu? Apa suatu saat kau akan menghunuskan katanamu itu kepadaku juga?" tanya Naruto sendu dengan kelakuan dan sifat teman kecilnya yang semakin hari semakin berubah seperti kerasukan setan. Seperti bahwa temannya itu adalah iblis. Sampai-sampai Naruto pernah memukul wajahnya karena mendengar kata-kata pedas temannya itu.
"Aku tak tahu apa yang akan kulakukan kepadamu jika kau menghalangiku." Jawabnya dengan mata yang sedikit sinis melihat langit.
Naruto melihat wajah Sasuke memandangi langit seperti itu seakan kalau dia memiliki banyak penderitaan. Naruto sangat sedih melihat Sasuke. Tiba-tiba saja Naruto memeluk Sasuke dan menciumnya. Sasuke hanya diam seakan menerima bibirnya dicium oleh Naruto.
.
.
.
SASUKE
"Sebenarnya apa tujuanmu? Kenapa kau sekejam itu? Apa suatu saat kau akan menghunuskan katanamu itu kepadaku juga?" Naruto menanyakan pertanyaan-pertanyaan bertubi-tubi kepadaku. Aku diam sesaat. Aku mengenang sedikit masa suramku.
"Aku tak tahu apa yang akan kulakukan kepadamu jika kau menghalangiku." Aku menjawab tanpa memperdulikan perasaan Naruto yang sudah menjadi teman- Ah, bukan.. lebih tepatnya sahabatku sejak kecil.
Aku hanya menatap langit di hadapanku yang tak dapat kuraih dengan ekspresi penuh dendam. Diriku memang diselimuti banyak dendam. Ingin kubuka semua suramnya hidupku kepada Naruto. Tapi mungkin belum saatnya aku menceritakan dendam yang kusimpan selama ini kepada mereka. Menceritakan masa laluku yang suram kepada Naruto dan memberitahukan bahwa aku adalah Uciha. Dimana suatu insiden yang membuat aku kehilangan keluaragaku. Yang membuat Uciha punah walau masih ada beberapa Uciha selain diriku. Yang membuat tujuan hidupku berbelok.
Aku dapat mengetahui bahwa sedari tadi Naruto menatapku dengan perasaan yang membuat hatinya tercabik-cabik menjadi hati cincang akibat ucapanku. Tiba-tiba Naruto melingkari tubuhnya ke badanku. Aku tersentak saat Naruto memelukku. Aku dapat merasakan pelukan tulusnya yang hangat. Dan tiba-tiba saja bibir Naruto mendarat di bibirku. Tanpa sepengetahuannya aku mengeluarkan air mata. Dari ciuman yang diberikannya aku merasa kalau sepertinya diriku sangatlah jahat seperti iblis. Aku bahkan mungkin akan menusuk jantung Naruto dengan katanaku jika dia menghalangi tujuan hidupku. 'Maafkan aku, Naruto. Aku sudah terlanjur sejauh ini..'
End
ooOoo
Hari ini adalah hari dimana semua calon samurai kerajaan diseleksi dan setelah itu akan diumumkan hasilnya dan langsung diberi misi. Naruto sudah siap untuk memenuhi cita-cita sang ibu tercinta untuk menjadi seorang samurai kerajaan dan akan naik pangkat. Tapi, di sisi lain ia juga merasa takut. Memikirkan apa yang akan dilakukan ibunya kepadanya jikalau nanti ia tidak diterima. Setiap memikirkan itu, ia mengingat kata-kata Sakura. "Kau tenang saja. Kau ini, kan, anak dari samurai terhebat.. Anak dari Namikaze Minato. Seorang Namikaze! Jadi sebelum kau diseleksi, juga paling mereka sudah menaruh harapan padamu. Di sana nanti juga ada Sasuke, Shikamaru, Sai, dan yang lain.". Itulah tutur kata yang selalu terngiang di kepalaku.
Naruto keluar dari paviliumnya. Ia menuju ruang makan keluarga Namikaze. Di sana sudah ada Minato dan Kushina, juga Menma. Sang nenek, pun, bahkan sudah ada di sana, Tsunade. Biasanya Tsunade makan di kediamannya. Di kediaman Namizake bagian sebelah barat.
"Wah.. Tsunade-sama juga sarapan di sini? Tidak seperti biasanya.." Naruto menyindir neneknya yang jarang berkunjung mengunjungi cucunya.
"Kau menyindirku, Cucu tak berguna?" Tsunade mengejek Naruto dengan kata-kata yang pedas yang penuh dengan penekanan.
"Cucu tak berguna? Kau benar-benar tega, Tsunade-sama.."
Naruto langsung duduk di depan meja makan yang penuh dengan banyak makanan tradisional yang membuat air liur mengalir. Naruto langsung melahap makanannya, begitu juga yang lainnya. Mereka makan dengan bahagia sambil sedikit-sedikit berbicara.
Setelah itu, Naruto langsung pamit kepada keluarganya dan pergi membawa katananya dengan kudanya menuju istana kerajaan Edo. Di mana semua calon samurai diseleksi. Memang menjadi samurai itu, adalah cita-cita para pemuda di Edo. Namun tidak dengan pemuda yang satu ini, ya, Naruto. Naruto lebih suka menjadi ninja dari pada menjadi samurai. Kalian sudah tahu alasannya kenapa.
Butuh waktu kurang lebih setengah jam dari kediaman Namikaze menuju Istana Edo yang saat ini yang memerintah adalah keluarga Hyuuga. Seleksi dimulai tengah hari. Memang masih lama dari sekarang. Naruto sengaja keluar lebih awal. Dia ingin menenangkan dulu dirinya di tebing melihat pemandangan.
Sesampainya di sana, dia turun dari kudanya dan mengikat kekang kudanya di pohon seperti biasa. Jalannya menuju pinggiran tebing terhenti, melihat seorang gadis yang ia tabrak dengan kuda beberapa hari lalu. Gadis itu sedang menikmati angin dengan merentangkan tangan dan menutup matanya melawan arus angin. Seakan gadis itu ingin terbang.
Mata Naruto membulat terkejut kekita dia melihat gadis itu memajukan badannya ke depan mengira bahwwa dia akan jatuh. Badan gadis itu semakin condong ke depan dan ia tersenyum seraya berkata "Selamat tinggal" dengan sangat lembut dan halus.
...
~TO BE CONTINUE
NOTE : Mungkin kedepannya agak lama di update.. karena saya udh kelas 9, jadi udah banyak kelas tambahan buat pemantapan UN yang bentar lagi. Saya tidak memaksa untuk riview. Karena mungkin riview tak penting. Tapi bagi saya yang terpenting adalah saran kalian untuk kedepannya lebih bagus. Jadi saya tidak membutuhkan riview yang mengode-ngode, menjelek-jelekkan, mengeluh, dan mematahkan semangat!.. jadi kalo mau ngasih saran, kasih aja langsung dan dengan alasannya biar jadi pengetahuan buat kita semua. Jadi jangan ngode-ngode gitu, karena saya gak peka! Makasih buat saran-saran yang membuat saya tersadar. Sebagai author, saya seharusnya menjelaskan hal-hal seperti pairingnya lebih jelas. Nah, itu udah saya usahain di sini.. tapi kalo masih ada yang kurang jelas bisa riview. Trus yang satu lagi, saran untuk bahasanya jangan terlalu gaul karena nanti melenceng dari alur, ya(?).. udah saya usahain.. tapi kyanya masih gak bisa.. jadi gomen..selain itu juga, bukannya zaman Edo itu memasuki zaman modern? Tapi gapapa, lah.. semua boleh berpendapat. Buat yang lainnya, ini udah dilanjut.. maaf kurang memuaskan. Mungkin romance scene NaruHina di chap selanjutnya. Gomen ne, kalo ada yaoi dikit _ sebenernya, ini masih minggu UAS.. tapi karena saya bosen, makanya bikin fic di tengah-tengah ujian.. :v and just for information, AuthorRisa is female/woman. So, i don't want you all call me 'gan' or 'mas' anymore for the future.. :v sorry buat yang ngerasa kesindir.. saya gak bermaksud kok :v sorry juga notenya panjang buangettt.. :3 oh, iya.. jangan lupa mampir juga ke fic saya (baru 2 chap) SHINMITSU.. kalo gak mau gapapa :v kalo ada keluhan/kritik secara pribadi bisa lewat line (id:rissatarissa12) dengan senang hati saya terima.. :v
