Kakak beradik Mikuo dan Miku sedang gondok-gondoknya. Masa-masa UAS mereka yang seharusnya tenang, nyaman, dan tentram, terganggu sudah oleh kedatangan sepupu mereka.
Namanya Kaito, sekitar lima tahun lebih tua daripada Mikuo. Tubuhnya tinggi semampai, dengan enam buah kotak yang terlihat sekilas di perutnya. Bisep dan trisepnya cukup ampuh membuat mama Mikuo-Miku melotot terkagum-kagum. Tak sampai disitu, kemampuan Kaito dalam akademik dan non-akademik cukup bisa diperhitungkan. Jago matematika, IPA, berbagai macam bahasa, juga jago olahraga dan memainkan berbagai macam instrumen musik. Kalau menyanyi, suaranya adalah suara bass yang getarannya terasa sampai tulang. Bakat public speakingnya patut diacungi jempol. Jangan lupa juga kalau Kaito sudah masuk dapur, dijamin akan keluar masakan-masakan rumahan yang rasanya aduhai.
"Di sekolah jago. Di panggung jago. Di dapur jago. Sayang sih tante nggak tau di ranjang jago apa enggak."
Waktu mama Mikuo-Miku komentar seperti itu saat makan malam bersama, Mikuo langsung keselek dan Miku kehilangan nafsu makan. Kaito sendiri hanya tersenyum tipis, sudah biasa dikomentari begini oleh ibu-ibu yang masih merasa muda.
"Nak Kaito, kemarin oom-mu pergi ke luar kota untuk bekerja. Kira-kira, tiga minggu lagi baru pulang. Nak Kaito silahkan menginap disini sampai tiga minggu lagi. Sepi di rumah, Mikuo sama Miku kan juga lagi UAS..."
Kaito tersenyum simpul,"Tak usah tante, saya bisa cari kos sementara disini. Daripada ngerepotin..."
Miku memandang Kaito dengan ganas. Dasar muka pedo, batinnya. Sok manis banget lu ngomong gitu.
"Aduhhh jangan sungkan-sungkan begitu! Toh mamamu itu kakaknya tante, dulu dia udah banyak bantu tante. Tante mau bantuin anaknya boleh,dong? Oom juga gak keberatan kok!",mama Mikuo-Miku mengeluarkan kata-kata manisnya.
Dasar emak-emak, kali ini Mikuo yang membatin kesal. Sama gue lu gapernah semanis itu!
"Hmm...ya udah deh tante, saya nginep disini aja.",Kaito menjawab diiringi senyuman manis. Asal gak dites kemampuannya di ranjang, saya mau kok tante. Diam-diam, Kaito melanjutkan ucapannya dalam hati.
Mama Mikuo-Miku tersenyum. "Nah,begitu dong! Anggap saja rumah sendiri!"
Mikuo dan Miku berpandangan, pandangan penuh rasa nelangsa dan kepasrahan hati diantara dendam yang memacu hati,hingga berdebar lebih cepat daripada derap kaki kuda di medan perang.
Oke,lebay.
"Tapi gue beneran kesel!", teriak Miku saat Mikuo bilang kalimat barusan itu lebay. "Seumur hidup gue, gue gak pernah ketemu dia and suddenly dia nginep disini? Setannn!"
Mikuo memutar bola matanya. "Lu kata gue gak kesel?", ucapnya. "Kemaren, pas bokap pergi ke luar kota, gue udah seneng banget rumah bisa sedikit lebih tenang buat belajar. Eh, tadi sore, baru aja gue balik dari sekolah, udah nongol tuh cowok di teras."
"Terus senyum ke lu gitu ya?, tanya Miku.
"Iya. Gue bales aja. Padahal serem anjir."
"Emang dasar pedo."
Hening. Mikuo yang tiduran di atas kasurnya, sibuk sendiri dengan ponselnya. Begitu juga dengan Miku yang duduk di bean bag di kamar Mikuo, jarinya terus menari diatas keypad ponsel.
"Gue berharap itu pedo gak macem-macem.", Miku bergumam.
"Iya sama."
Malam itu, kakak beradik berambut teal ini pergi tidur diiringi obrolan heboh mamanya soal Kaito di telepon.
"Yaampun jeng! Bodinya bagus banget, mukanya ganteng kayak orang Korea! Kata kakakku, dia jago masak loh! Iya iya, makanya! O em jii! Kapan-kapan dateng yuk jeng, ketemu sama dia!"
...yaampun ...
author note
Halo semuanya.
Terinspirasi dari novel Lupus karya Hilman Hariwijaya. Maaf ya kalau Miku, Mikuo, sama Kaitonya jadi ooc gitu. Mohon reviewnya /bows/ bakal dilanjutin lagi kok~
Love,Aya.