"NARUTO UZUMAKI!" suara itu lagi semakin nyata

Spontan Naruto membelalakan matanya melihat Hinata menuju kearahnya di kerumunan banyak orang, ini nyata! Hinata ada disini! Dirinya tidak ber halusinasi! Senyum merekah di wajah Naruto namun kembali pudar kembali.

"Tidak! Aku tidak boleh bertemu dengannya!" Naruto melihat ke kanan dan kiri lalu lari menghindari Hinata

.

.

.

.

INSECURE

Warning!

OOC, TYPO(S), CERITA PASARAN (jadi maklumkan bila ada kesamaan alur cerita), bila mencari perkataan yang sempurnya silahkan kilik BACK, DLDR!

.

.

.

Pembaca yang bijak pasti berfikir duhulu sebelum berpendapat.

.

.

.

Naruto berlari menghindari Hinata.

"Naruto berhenti!" panggil Hinata yang masih berlari meneroboh banyak pengunjung

Naruto tidak punya wajah di hadapan Hinata sekarang ini, dirinya tidak ingin menjadi pembawa sial bagi Hinata lagi.

Naruto terus berlari dari kerumunan orang orang menghindari Hinata yang mengejarnya dan memanggilnya di belakang, hingga sampai di taman belakang galeri yang sepi.

"Naruto komuhon berhenti!" teriak Hinata, kakinya tidak kuat lagi kakinya sakit karena terus berlari sedari tadi apalagi menandingi langkah besar Naruto yang merupakan dua kali langkahnya.

Bruk!

Hinata terjatuh lututnya tergores, dirinya menangis, hatinya bagaikan teriris benda yang amat tajam "Naruto berhenti kumohon—"

Hati Hinata sakit saat mengetahui Naruto tidak sudi hanya untuk melihatnya saja, dirinya langsung berlari menghindar seolah Hinata adalah makluk yang tidak ingin di lihatnya.

Flasback

"Maaf Hinata aku tidak tahu—"

"—Aku akan memberitahumu dimana Naruto berada" Ucapan seseorang yang asing langsung menjadi pusat perhatian mereka semua

"Ka-kau—" Hinata terbelalak

"Shizuka! Apa yang kau lakukan disini bukannya kau sedang masa rehabilitas?" Sasuke juga kaget akan kedatangan Shizuka

"Jadi dia Shizuka?! Perempuan laknat itu!" Sakura mulai geram "Mau apa kau kesini hah?!"

Plak!

Pipi putih Shizuka memerah karena tamparan keras Sakura, dengan segera Sasuke memisahkan Sakura dengan Shizuka

"Sakura tenanglah" ucap Sasuke

"Jadi Kau! Apa maumu ke sini lagi hah? Tidakkah kau cukup membuat Hinata menderita?! Kau seharusnya di hukum mati sekarang! berani sekali kau muncul lagi di hadapan kami hah? Pergi sana perempuan laknat!" maki Ino

"Argh—" rintih Shizuka, Ino menjambak rambut Hitam Shizuka

"Rasakan ini!" Ino terus menjambak secara brutal namun Shizuka tidak melawan sama sekali

"Lepaskan aku Sasuke! juga akan menghajar perempuan jalang itu biar mati!" Sakura mulai memberontak di sisi Sasuke, tapi Sasuke tetap menahannya "Sakura tenanglah" ucap Sasuke yang masih menahan Sakura

"Ino! Tenagkan dirimu" Ino di tahan oleh Neji agar tidak hilang kendali pada Shizuka, Neji sudah pusing dengan semua ini dan dia tidak ingin ditambah pusing karena tiba tiba ada seseorang yang mati terbunuh di sini . Ino dan Sakura masih berusaha memberontak di sisi Neji dan Sasuke dan sang para pemuda itu agak kualahan menenangkan perempuan yang sedang mengamuk

"Kau tidak pantas kesini! Dasar tidak tahu diri! Penjahat! Perempuan Gila! Kau harusnya Mati!" kini Sakura yang memaki Shizuka yang masih bergeming di tempat dengan keadaan yang acak acakan

Neji yang tahu dia adalah seseorang yang membuat adikanya seperti ini tentu sangat murka ingin sekali menghajarnya bahkan mengantungnya di TokyoTower tapi Neji masih ada akal sehat, seorang Laki laki jadi tidak pantas menyakiti Perempuan dan Hinata hanya terdiam sambil memegang kedua bahunya dirinya mulai gelisah karena kedatangan perempuan mimpi buruknya kejadian itu terulang lagi di benaknya!

"Arg—tidak!" Hinata menjambak rambutnya. kejadian itu! Mimpi buruk itu terngiang lagi di fikirannya!

"Hinata!" ucapan Sasuke yang langsung membuat Neji menoleh ke Hinata

"Hinata!- sialan kau! pergi dari sini!" usir Neji yang masih memegangi Ino yang memberontak. Neji yang mengetahui adik sepupunya masih trauma atas kejadian penyiksaan dirinya tidak ingin terjadi hal hal tidak baik pada Hinata kembali padanya.

"Maaf—aku memang sangat tidak pantas berada di sini tapi kumohon aku ingin membantu Hinata kali ini-kumohon" Shizuka berlutut di depan semua orang "Ini adalah kesempatan terakhirku aku sungguh ingin membantu Hinata untuk menebus semua dosaku tapi kuhatahu ini semua tidak setara tapi kumohon kali ini biar aku yang membantunya" ucap pilu Shizuka

Hinata memegangi kepalanya itu sedikit menoleh ketakutan kearah Shizuka. Melihat Shizuka yang bersujud dan mendengar ucapan tulus Shizuka, tiba tiba saja ketakutan yang menyelimuti Hinata menjadi menghilang sedikit demi sedikit entah kemana, sepertinya Shizuka sangat menyesali segala perbuatanya. Tuhan saja maha pengampun kenapa hambanya tidak bisa memaafkan sesama hambanya?

Hinata bangkit dari ranjangnya dan melepas infuse dengan paksa. Linu tapi Hinata abaikan dan menghampiri Shizuka takut takut namun dirinya memberanikan untuk menghempiri seseorang yang masih tersujud di bawah.

"Apa kau tahu Naruto ada dimana?" tanya Hinata yang mensejajarkan posisinya dengan Shizuka. Demi bertemu dengan Naruto, Hinata akan melakuakan apapun itu termaksud ini. menghampiri seseorang yang nyaris ingin membunuhmu.

Shizuka mengangkat kepalanya dan menatap Hinata "Ya— Dia akan mengelar galeri di kota Vatikan, Roma 3 hari lagi, aku akan mengantarmu sampai sana dan bertemu dengannya, pasti."

Flashback end

Mendengar itu dari Shizuka, Hinata langsung mengambil penerbangan untuk ke Roma mengabaikan kondisinya. Karena pikirnya hanyalah bertemu Naruto secepatnya.

Tapi kekecewaan lah yang di dapatnya. Naruto bahkan tidak sudi hanya untuk melihatnya saja. Hatinya terasa sakit lebih dari pada mengetahui kebenaran bahwa selama ini dirinya Amnesia. Rasanya Hinata ingin mati saja sekarang mengetahui fakta yang menohok hatinya.

"Naruto—"isaknya sendirian.

Naruto yang mendengar suara jatuh di belakangnya segera menoleh, Hinata terjatuh sambil menangis dan memanggil namanya.

Sial!

Naruto berlari kembali—menuju Hinata. Mana mungkin Naruto tega membiarkan gadis yang dicintainya tergeletak seperti itu terluka dan menangis kembali? Naruto ingin mengutuk dirinya sekarang juga.

"Hinata!"

Grep!

Naruto memeluk erat tubuh rapuh Hinata, Hinata yang di peluk mendadak kaget "Na-naruto-kun—" Hinata membalas pelukan Naruto dengan erat sambil menangis tidak ingin melepas pemuda di hadapannya ini lagi "Jangan pergi lagi—kumohon" pinta Hinata di sela tangisannya.

Naruto hanya diam di pelukannya, masih merasakan aroma nyaman Hinata yang dirindukan itu. Dirinya sangat menyukai aroma Hinata. Pesetan dengan resiko! Dirinya sudah sangat merindukan sosok di dekapannya ini

Cup!

Naruto mencium Hinata lembut—penuh dengan kerinduan yang selama ini di rasanya, Hinata juga menyalurkan rasa rindunya selama ini di ciuman mereka

Bibir mereka menyatu begitu lama lalu di lepas oleh Naruto tapi langsung di cium oleh Hinata kembali, Naruto sempat kaget namun membalas ciuman itu, menghisap bibir mungil atas Hinata dan Hinata menghisap bibir bawah Naruto lalu bergantian di bibir bawahnya terus seperti itu hingga lidah Naruto melesak masuk di mulut Hinata, lidah mereka beradu dengan liar di mulut Hinata.

Hinata meremas rambut Naruto yang sudah berantakan, Naruto mendorong Hinata hingga Hinata berada di bawahnya. Mereka terlalu terhanyut dengan kegiatan hingga tidak menyadari beberapa orang yang melihat aksi mereka.

Desahan Hinata memancing nafsu dalam diri Naruto, tangan tannya mulai menelusuri tubuh Hinata yang sudah peluh dengan keringat hingga masuk ke dalam bajunya. Sedangkan Hinata tanpa sadar menekan 'harta' Naruto di bawah yang sudah mengeras membuat Naruto semakin tersiksa. Mereka sudah lepas kendali!

"Lebih baik kalian melakukannya di tempat yang lebih baik daripada di tempat umum seperti ini" ucap Kusihna yang pura pura menutup matanya dengan kedua tangannya

Mendengar suara yang sangat dikenalinya, Naruto langsung tersadar dari hawa nafsu yang membutakannyanya dan segera bangkit dari atas Hinata sedangkan Hinata juga, dirinya langsung terduduk dan menunduk malu ketahuan yang hampir melakukan hal 'itu' wajahnya sudah seperti kepiting rebus!

"I-ibu!" gugup Naruto saat menyadari ada banyak orang yang melihat aksinya dengan Hinata.

Sakura, Sasuke, Ino, Minato hanya mengeleng gelengkan kepalanya sedangkan Kushina hanya menyerinagi melihat anaknya yang tertangkap basah sedangkan Neji hanya memijit kepalanya yang terasa sangat pening.

Sialnya hasrat Naruto masih membara! Hasrat yang selama ini di tertidur hampir 3 tahun lamanya, mulai bangkit kembali karena dan hanya Hinata yang bisa membangunkannya! Pesetan dengan hukuman yang akan di dapatkannya nanti mau dihukum mati atau di penggal kepalanya Naruto tidak peduli! Pokokknya dirinya harus menuntaskan dan membuat Hinata menjadi miliknya kali ini.

"Kyaaa" pekik Hinata saat dirinya di bopong bak karung boni oleh Naruto

"Tolong beri kami berdua waktu!" Naruto pergi meninggalkan kerumunan orang orang yang speechless melihat aksinya

.

.

.

Shizuka menelusuri jalan jembatan raya di Vatikan, setelah melihat Naruto dan Hinata kembali bersatu dirinya pergi meninggalkan mereka, biarkan mereka mendapatkan yang seharusnya mereka miliki. Shizuka menatap langit biru kota Vatikan.

"Tou-san, Rasanya sangat menyenangkan membuat mereka bersatu aku belum pernah merasakan hal ini sebelumnya—aku tidak menyesal melakukannya" Shizuka menatap kebawah "Keluarga Naruto sangat baik padaku sehingga aku tidak di penjara karena tindakan kriminalku yang sangat laknat itu padahal aku sudah pasrah apa yang akan terjadi padaku nanti, Matipun aku rela tapi aku merasa beruntungnya mendapatkan saudara yang masih menyayangiku—" Shizuka menghelai nafas pelan

"Kupikir selama ini aku akan terus berada di dalam kesendirian dan kehampaan dalam ruangan yang gelap, hingga aku menemukan cahaya yaitu Naruto-kun dan keluarganya yang sangat menyayangiku, kasih sayang mereka seperti impianku selama ini. Tidak Hidup sendirian lagi dalam kegelapan, Aku sangat bahagia sekarang Tou-san—" Shizuka berhenti menelusuri jalannya

"Tapi aku tidak pantas mendapatkan itu semua, dosaku begitu banyak aku tidak ingin lagi membebani orang orang yang kusayangi karena aku masih berada di sekitar mereka, seharusnya tempatku bukan di sisi mereka tapi di kehidupan yang penuh dengan kesendirian dan kegelapan seperti dulu—"

Shizuka menaiki pembatas jembatan "—cukup hanya aku saja yang menanggung semua beban ini sendiri—" airmata mengalir di pipi Shizuka "Tou-san kita akan bertemu—"

.

.

.

.

.

"Na-narutoh—janghan pehgiahh lagihh" ucap Hinata susah payah di bawah permainan Naruto, namun Naruto masih mendiamkannya dan lebih melanjutkan 'permainannya' daripada menjawab pertanyaan Hinata sedari tadi. Naruto tetap membisu dan Hinata mulai merasa perasaan yang gelisah

"Aahh—Na-naruto-kunhh" desahan Hinata terus mengema di ruangan itu.

Saat meninggalkan taman tadi Naruto membawanya ke kamar entah dimana lalu mulai mencumbunya dan merebut keperawanannya tapi Hinata tidak peduli selama Naruto berada di sisinya Hinata rela melakukan apa saja. Sudah lama mereka melakukannya namun belum ada tanda tanda Naruto akan mengkahirinya

"Ahhh—Narutohh ahhh" Hinata menjerit saat Naruto bermain liar di atasnya, namun Naruto sudah hilang kendali

"NARUTOHH!"

"ARGGHH!"

Naruto menyemburkan cairannya yang ke tiga kali di dalam rahim Hinata dan Hinata yang juga mengeluarkan cairannya yang ke enam kalinya.

"Ke-kenapa ka-kau di-diam saja Na-naruto?—" Hinata masih mengatur nafasnya lalu mulai menangis menutup kedua matanya dengan tangannya, di acara kegiatannya tadi Naruto sama sekali tidak pernah menjawab pertanyaan yang Hinata lontarkan kepada Naruto. Naruto mala terus melanjutkan kegiatannya tanpa niatan ingin menjawabnya

Apakah Naruto begitu membencinya? Lalu kenapa dia mencumbunya seperti ini? Hinata menangis dan Hal itu di lihat oleh Naruto yang menatapnya dengan raut wajah luka

Naruto mengangkat kedua tangan Hinata lalu mencium kedua mata Hinata yang terus mengeluarkan cairan laknat bagi Naruto.

"Aku kesal—" ucap Naruto "Karena kau selalu berhasil membuatku menggila—aku tidak pernah bisa melupakanmu selama ini—"

"Ka-kalau begitu jangan melupakanku!" Jawab Hinata masih menangis

"Tapi aku tidak pantas—"

Plak!

"Jangan kau berkata seperti itu! Aku sudah tahu semua kebenaranmu selama ini! penyesalanmu, pengorbananmu san semuanya aku sudah tahu! Aku tidak pernah membencimu! aku merasa kehilangan teramat sangat saat kau tidak ada di sisiku—kumohon jangan pergi lagi walaupun kau membenciku—hiks"

Rasa sakit di pipinya dikalahkan dengan sakit di dadanya, Naruto melemut bibir Hinata penuh dengan kasih sayang cukup lama lalu melepasnya membiarkan Hinata mengambil nafas "Jangan berbicara lagi kalau aku membencimu atau aku mungkin akan pergi lagi kalau kau bicara seperti itu lagi—" ucap Naruto sedikit mengancam.

'Hal itu tidak akan terjadi Hinata—tidak kan pernah, suka atau tidak suka aku akan tetap berada disisimu karena kau adalah miliku sekarang dan selamanya' Inner Naruto, Naruto menyeringai licik tanpa disadari oleh Hinata

"I-iya—" patuh Hinata, Naruto tersenyum dengan sifat polos Hinata.

Naruto merebahakan dirinya di samping Hinata lalu memeluknya erat seakan Hinata ingin pergi darinya "Aku tidak akan meninggalkanmu kembali Hinata—aku janji. Apapun halangannya aku akan melewatinya" di cium puncak rambut Hinata "Hinata maukah kau menikah denganku?" Naruto menghirup aroma Hinata di pelukannya.

"…" Tidak ada jawaban

"Hinata? Ais anak ini mala tidur—" Naruto berdecik. Hinata terlelap dengan pulas di pelukan Naruto, Naruto tersenyum tulus "Aku mencintaimu Hinata" Naruto mencium kening Hinata lalu tertidur menyusul Hinata

.

.

"Eng" Hinata membuka kelopak matanya lalu menatap ke sebelahnaya, kosong. "Naruto—"gumam Hinata sedih, Naruto kembali meninggalkannya.

Hinata duduk lalu memakai kemeja Naruto yang besar di dekatnya karena bajunya hilang entah kemana "Eh?" Hinata kaget saat menatap jari manis kirinya tersemat cincin perak yang sangat indah

Apakah ini artinya Naruto melamarnya?! Tapi kapan?

"Kau sudah bangun?" tanya Naruto langsung sekeluarnya dari kamar mandi, hanya menggunakan Handuk yang melilit pingangnya

"Na-Naruto i-ini a-apa?" menunjukan tangan kirinya, takut takut Hinata menanyakannya pada Naruto yang jelas jelas kemarin mendiamkannya?

Naruto menghampiri Hinata yang masih duduk di ranjang dan sudah menggunkan kemeja miliknya namun hanya tiga kancing yang terkancing "Kau tidak suka?"

Hinata menggeleng cepat "Sangat suka! Ta-tapi Ka-kapan—"

"Itu karena kau langsung tertidur semalam jadinya kau tidak mendengarkan apa yang ku ucapkan" Naruto menghelai nafas kasar

"Ma-maaf" Hinata menunduk malu, mukanya sudah merah!

Naruto mengengam tangan Hinata lalu mencium lembut punggung tangannya "Sekali lagi akan kukatakan—" Hinata mulai menatap Naruto—memberanikan dirinya. Safir bertabrakan dengan Amethyst "Maukah kau menikah denganku Hinata Hyuuga?"

Tes!

"Iya!" Tanpa babibu Hinata memeluk Naruto erat dan dibalas oleh Naruto.

Kalimat yang sangat ingin Hinata dengar dan pernah dipikirnya mustahil dapat di katakan oleh Naruto untuknya ternyata menjadi kenyataan sekarang! Hinata menangis terisak, Bukan karena sedih, atau sesak tapi karena Bahagia. Sangat bahagia

.

.

Gereja Vatikan, Roma

"Naruto Namikaze bersediakah kau menerima Hinata Hyuuga menjadi pendampingmu dalam keadaan suka duka hingga akhir hayat anda?"

"Saya bersedia"

"Hinata Hyuuga bersediakah kau menerima Naruto Namikaze menjadi pendampingmu dalam keadaan suka duka hingga akhir hayat anda?"

"Saya bersedia"

"Kunyatakan kalaian resmi menjadi pasangan suami istri, silahkan mencium pasangan anda"

Naruto dan Hinata tidak pernah melepas senyum manis mereka satu sama lain. Menandakan betapa bahagianya mereka saat ini juga. Banyak rintangan yang telah mereka lalui penderitaan, kesengsaraan, kegilaan bahkan sempat terlintas ingin mati tapi itu semua sudah berlalu sekarang masa depan yang cerah sedang menunggu mereka berdua

Cup!

Cinta itu tidak mengenal umur. Takdir yang sudah di tentukan tidak bisa di hindari karena itu sudah menjadi takdirnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

OMAKE

"Na-Naruto kenapa kita kesini?" Hinata meneguk ludah ketakutan.

Sepulang mereka kejepang untuk mengurus keperluan mereka yang tertinggal, Naruto malah membawanya ke gedung tua yang sudah kosong dan sepertinya angker apalagi sekarang malam Hari.

"Aku ingin mengambil sesuatu dulu" ucap Naruto santai dan kembali menarik Hinata untuk berjalan kembali

Melewati ruangan yang sudah kosong, banyak sarang laba labanya, dinding sudah retak dan bangku bangku yang lupuk benar benar tidak pernah terjamah oleh orang! Seperti uji nyali

"Ta-tapi ini te-tempat i-ini—" Hinata benar benar ketakutan sekarang. Tunggu bukannya Naruto Phasmophobia? Tapi kenapa dia biasa-biasa saja seperti tidak ada apa-apa? padahal disini gelap dan sepi "Ka-kau tidak ta-takut Na-Naruto-kun?"

"Kenapa takut? Aku tidak sendirian disini, ada kau dan masih ada cahaya jadi aku tidak takut lagipula aku sudah biasa kesini. Kau takut ya?" goda Naruto pada sang Istri

Bletak!

"Jangan becanda!"

"Ittai! Sakit Hinata-chan" Naruto mengusap kepalanya yang dijitak Hinata "Nah kita sampai"

Cletek!

Hinata langsung terbengong melihat pemandangan di depannya. Ruangan yang sangat tidak bisa dipercaya berada di sini—gedung kosong nan angker!. Ruangan yang bersih—sangat bersih. Lantai berwarna abu abu mengkilat, Tidak ada dinding pemisah hanya kaca besar penghubung dunia luar yang membentang disepanjang ruangan, dan tidak banyak perabotan hanya Kasur King Size, sofa, meja, TV LCD, Rak dapur, dan ruangan persegi panjang yang terbuat dari kaca sepertinya itu kamar mandi dan sisanya adalah hasil karya karya dan peralatan yang cukup lengkap.

"Ini apa?" ucap Hinata sepontan bingung.

"Okaeri di rumahku Hinata!" Naruto nyengir pada Hinata yang masih bingung

"Bukannya kau tidak punya rumah?" tanya Hinata bingung, karena sepikirannya orang di hadapannya ini tidak punya rumah alias tunawisma tapi kenapa? Disini? Astga Hinata tidak bisa berkata kata lagi.

"Aku memang tidak punya rumah tapi tidak dengan tempat tinggal" Naruto memasang pose berfikir saat mengingat ngingatnya "Di Jepang aku hanya punya Gedung Tua yang kosong disini, 1 Gedung Hotel di Asakusa, 2 Gedung Studio di Kyoto, 1 Gedung Course Lukis di Shibuya, 1 Gedung Motel di Nagasaki, 4 Sekolah Seni yang tersebar di Yoshino, Nara, Nagano, dan Minabu. Karena itu aku tidak membeli rumah sama sekali dan menginap saja di sana, kau tahukan aku suka pindah pindah karena pekerjaan? Jadi kalau ingin tinggal bisa dimana saja tidak masalah untuku" lalu menatap Hinata polos tanpa dosa.

"APA?! Itu semua kau bilang 'HANYA'?! apa kau gila? Kau Manusia atau Apa si?" Hinata yang sedari tadi tidak bisa menutup mulutnya karena terlalu terkejut dengan kenyataan yang baru di ketahuinya tentang Sumainya, jadi selama ini suaminya mengurus itu semua sekaligus pekerjaannya sebagai Painter? Tapi kenapa bisa? Semuanya?dilakukan sendirian?Dia alien dari planet mana?! Astaga Hinata ingin sekali tidak memepercayai ini tapi tampang Naruto begitu meyakinkan.

Suaminya yang baru satu minggu ini selain Mesum, Tampan, Abnormal, dan Menyebalkan ternyata diam diam masih mempunyai Rahasia yang begitu banyak yang Hinata belum ketahui! Hinata kau harus mengorek Informasi tentangnya lebih dalam lagi mulai sekarang! Hinata membara kali ini. 'Mari kita berburu harta karun HAHAHA' batin Hinata tertawa jahat.

Naruto yang tiba tiba merasakan aura menakutkan di sekitarnya dengan sesegera neneguk ludahnya sendiri 'perasaanku tidak enak'

END


Terimakasih banget buat kritikan dari Sena Ayuki :* yang membangun banget, aduh sampe terharu bacanya loh T^T bener bener bikin semangat buat ngevaluasi diri. semoga di karya selanjutnya bisa lebih baik lagi Aamiin.

well akhirnya Tamat juga gimna? gak memuaskan? kaga usah komentar kalo gitu, maksain banget? suka suka gue vroh kan 'DLDR' *tawa jahat*

gak tega kalo Sad End jadi dibikin Happy End.


see you gaes!

sigh

Dota

160102016