Hinata duduk di balkon apartemen nya, sore ini terasa begitu sejuk ia memandang Tokyo yang di penuhi kelopak bunga sakura yang bergoyang tertiup angin musim semi, mengesap teh hangat nya dan ia mulai mengingat kejadian satu minggu yang lalu
Flashback on :
"sensei aku ingin es krim" gadis kecil dengan surai blonde dan iris aquamarine itu mengeratkan genggman tangannya pada sensei-nya
"uhm tentu ino-chan kita akan beli es krim lalu makan es krim di taman , bagaimana kau suka?" hinata tersenyum menatap gadis yang berjalan bersamanya.
"tentu sensei aku sangat suka" Gadis yang bernama ino itu mengganguk bersemangat.
Keduanya terlihat seperti ibu-anak yang bahagia, tapi semuanya berakhir saat mereka berdua ingin keluar gedung sekolah, sebuah mobil sport biru berhenti di depan mereka, tentu membuat hinata dan ino bingung.
Tak butuh lama , keluar lah sang pengemudi yang mengenakan setelan office men lengkap dengan surai blonde yang lebih cerah dari milik ino, juga iris sapphire yang memukau, ah jangan lupakan rahang tegas dan tiga guratan di masing-masing pipinya.
Hinata membeku, ino tersenyum lebar
"papa –
"n-naruto"
Demi kami-sama hinata sangat terkejut dengan kehadiran naruto dan bertambah terkejut dengan panggilan ino untuk mantan kekasihnya itu, ia yakin ino menyebut naruto papa karena tidak ada orang lain selain mereka bertiga disana
"halo ino, dan halo hinata"
Naruto- nama pria itu, menyapa keduanya dan menyeringai melihat hinata yang terkejut
"tak perlu terkejut hinata, kita hanya tak bertemu lima atau enam atau tujuh tahun? aku dan kau masih berada di kota yang sama , bukankah bertemu kembali bukan hal yang mustahil?"
Kembali menampilkan evil smirk nya, ia tau hinata gugup
"kau ! mau apa kau kemari?" hinata berusaha meninggikan oktaf suaranya ya walaupun tidak berhasil.
Naruto terkekeh mendengar suara hinata
"oh ayolah cintaku, aku kesini untuk menjemput putriku , dan – ibunya"
Deg!
"Apa ibu ino ada disini" itu melintas dipikiran hinata kali ini.
"ino putriku yang cantik, bisa kah kau masuk ke mobil?"
naruto tesenyum manis pada putrinya sangat berbeda dengan senyum yang ia tunjukan untuk hinata.
"uhm ayah aku tunggu di dalam, jangan terlalu lama ya? ino tersenyum dan masuk ke dalam mobil
Naruto tersenyum melihat ino yang sudah berada di dalam mobil.
"baiklah hyuuga-san? Ah tidak nona hinata? Ah tidak hinata-sensei?" naruto menyeringai melihat hinata yang gugup.
"k-katakan a-apa mau mu namikaze-san" hinata menunduk ia menghindari kontak mata dengan tunggal namikaze ini
"kenapa kau gugup hinata –sensei? Tenang lah aku tak ingin memakan mu"
"b-baiklah katakan namikaze-san"
"aku hanya ingin berkonsultasi pada mu tentang putri ku"
naruto menenkan kan kata putri dan itu membuat hinata bertambah bingung
"m-maaf namikaze-san a-aku hanya guru sementara kau bisa berkonsultasi dengan guru lain d-dan s-siapa putri mu?"
Bodoh ,hinata kau bodoh pertanyaan macam apa itu sudah jelas putrinya adalah ino, murid kesayangan mu.
"dia adalah putriku ,namikaze ino-
Naruto menunjuk ke dalam mobil hitamnya,deg! Ya tuhan perasaan apa ini? Hati ku hancur sangat hancur.
"dia tidak memiliki ibu, dan aku sedang mencarinya ah ku rasa aku sudah menemukannya persiapkan dirimu hinata kau akan menjadi ibu untuk putriku"
Gila ini sungguh gila, dia pikir semudah itu?
"oh terima kasih atas tawaran mu namikaze-sama kau terlalu percaya diri aku harus pergi namikaze-sama , katakan permohonan maafku pada putri mu" hinata berbicara dengan nada mengejek walaupun sebenarnya ia sangat takut
"oh aku tidak menerima penolakan sayang"
hinata melangkah meninggalkan naruto, ia berusaha berjalan secepat yang ia bisa, sungguh hinata menyesali keputusannya pulang terlambat karena menunggu ino, oh ayolah satu langkah kenapa berat sekali, dua langkah begitu menyakitkan dan tiga langkah -
"kita akan bertemu lagi hinata-sensei"
Tuhan sudah cukup, aku menginginkannya, menginginkan namikaze ino juga ayahnya
Hinata berhenti dari langkahnya,
"aku menunggu itu"
Dan setelah berteriak ia langsung berlari meninggalkan gedung sekolah itu
Flashback off
.
.
.
.
.
.
"Naruto calling"
Tanpa menunggu lama hinata menjawab panggilan naruto
"h-halo"
"masuklah hari semakin sore , angin malam tak baik"
"dari mana kau tau aku di luar?"
"aku tau weekend akan sangat membosankan bagi mereka yang tak memiliki kegiatan, masuk lah aku akan ke apartemen mu malam ini"
"kau yakin? Aku hanya tak mau terlalu berharap seperti kemarin"
"bersikap dewasa lah hinata"
"aku hanya tak mau kecewa la-
"masuklah, maaf aku harus menutup telponnya"
Sudah lima hari ini hubungan hinata dengan naruto membaik, dan selama lima hari ini naruto sudah mengecewakannya dua kali ya dua kali.
"dia benar angin malam tak baik"
hinata melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemennya, menonton film atau mendengar lagu sepertinya bisa mengisi waktu hinata sambil menunggu naruto.
.
.
.
.
.
Naruto menatap hinata yang masuk ke dalam apartemennya, sedari tadi ia memperhatikan hinata dari café di sebrang apartemen hinata, bukan berarti ia stalker ia hanya tak memiliki keberanian menatap hinata langsung , setelah malam kemarin ia membuat hinata terlihat seperti makhluk paling hina dan gadis paling bodoh.
"kau tak perlu membeberkan pada public bahwa kau menjalin hubungan dengan ku, jika kau mau berkencan dengan gadis lain itu tak masalah untuk ku, atau kau hanya menemui ku untuk melampiaskan amarah dan nafsu mu itu pun bukan masalah untukku, kau tau? Yang aku inginkan hanya kau bahagia bersama ku walaupun harus melukai ku, itu bukan apa-apa aku mencintai mu sangat mencintai mu ku mohon jangan tinggalkan aku"
Mengingat yang hinata katakan kemarin malam membuatnya sedikit sedih, ia bukannya tak mencintai gadis itu, ia hanya tak tau harus melakukan apa untuk gadis itu, ia tidak percaya pada ikatan, ikatan apapun selain ikatannya dengan ino dan orang tuanya.
Naruto meninggalkan tempat duduknya dan masuk ke dalam mobilnya , berdiam diri sejenak sebelum menjalankan kemudinya menuju apartemen hinata.
Dan disinilah naruto berdiri didepan apartemen nomer 103 milik hinata, tak ada niatan mengetuk pintu atau memencet bel ia hanya berdiri menyenderkan tubuh kokohnya pada dinding sambil memperhatikan pintu coklat itu.
"kau dimana? Buka kan pintu , aku di depan apartemen mu"
Naruto menyentuh tombol send untuk mengirimkan pesan singkat untuk hinata dan beberapa menit kemudian hinata keluar dengan dress hitam selutut yang mempertontonkan kaki jenjangnya.
"like a bitch"
"s-siapa?"
"kau, apa maksud mu memakai pakaian seperti ini?"
"t-tidak ada ak-
"menggoda ku, eh?"
Dan sedetik kemudian naruto mendorong hinata masuk ke dalam apartemennya
"h-hei a-apa yang kau lakukan he-
Cup! Naruto membungkam mulut hinata dengan mulutnya, tangan kirinya ia pakai untuk menopang tubuh hinata, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengunci pintu .
"Ahhhh naruhh" desah hinata saat naruto mulai memainkan payudaranya yang masih terbalut dress tipisnya.
Naruto meremas payudara hinata dan sesekali ibu jari dan jari telunjuknya memilin ujung payudara hinata yang menyumbul keluar dress nya,mereka terus berciuman hingga hinata jatuh ke sofa, oh jangan kira mereka berhenti justru naruto menindih tubuh hinata dan mulai menciumi leher jenjang hinata.
"a-ahhh anghh n-naruhh" desahan hinata terdengar sangat sensual tapi bagi naruto terdengar sangat datar dan setelahnya naruto melepaskan ciumannya.
"aku tidak bisa" naruto bangkit dari atas tubuh hinata
"a-apa aku melakukan sesuatu?" hinata bertanya dengan gugup, ia merapihkan dress hitamnya, kemudian duduk disamping naruto
"tidak ,hanya saja aku sedang tak bernafsu menyentuh mu"
Bohong jika hinata tak merasa sakit mendengar ucapan naruto, apa tubuhnya sudah tidak di inginkan oleh naruto? Atau naruto memiliki wanita lain dengan tubuh lebih indah dari pada hinata?
"b-baiklah , a-apa kau mau kopi atau teh?"
"tidak perlu, aku langsung saja, aku tau ini terlambat hinata tapi aku minta maaf atas kejadian dua hari yang lalu saat kau melihat aku menggendong wanita ke dalam hotel juga kemarin malam aku menjanjikan makan malam bersama mu disini tapi aku juga yang mengingkari janji ku, aku tidak datang kar-
"karena dia? Wanita yang kau gendong ke dalam hotel? Siapa dia?"
"dia shion, dia istriku"
"a-apa? Kau bilang ino tidak memiliki ibu" hinata menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
"ino memang tak memiliki ibu, dan dia istriku, istri karena bisnis dia bukan ibu ino"
"kenapa baru kau katakan?"
"dua hari yang lalu aku mengajukan perceraian, dan malam itu ia mabuk, aku menjemputnya aku tak ingin dia di apartemen ku, jadi ku antar dia ke hotel malam itu aku mengundang mu ke hotel untuk menjelaskan semuanya"
"katakan siapa ibu ino?" hinata harus tau ini ia sangat ingin mengetahui nya.
"sudah terlalu malam,aku akan pulang ganti baju mu, jangan lupa mengunci pintu balkon mu"
"kenapa menghindar?"
"tidak ada yang menghindar besok aku akan menjemput mu, tidurlah semuanya akan baik-baik saja"
Naruto melangkahkan kakinya dari apartemen hinata ia tak bisa menjelaskan masa lalu nya yang terlalu rumit.
"t-tunggu"
"hm?" naruto membalik tubuhnya menatap hinata
"kau tak perlu menjemput ku"
"kenapa?"
"a-aku ingin pergi bersama gaara besok"
"oh baiklah, nikmati waktu mu bersamanya"
Naruto memasukan tangannya ke dalam saku dan berjalan dengan santai, seolah tak terjadi sesuatu. Hinata tersenyum pahit seharusnya ia tau dan mengerti, naruto tak mungkin cemburu atau pun melarangnya pergi dengan gaara, bahkan jika hinata meninggalkan naruto, hidup pria itu akan baik baik saja.
.
.
.
.
.
.
.
Naruto menambah kecepatan laju mobil nya, bukannya terburu-buru begini lah namikaze tunggal bila sedang stress ia melampiaskannya pada kemudi, ia bukan pembalap tapi ia mendapatkan ketenangan sendiri saat mengemudi diluar batas normal.
Drtt drtt
Melirik ponsel hitamnya sejenak, dan mendecih saat mengetahui siapa yang mengirim pesan padanya
Hyuuga Hinata :
Aku berbohong , aku sama sekali tak memliki rencana bertemu gaara besok, kau bisa menjemput ku besok jika tawaran mu masih berlaku.
.
.
.
.
.
Hinata masih meringkuk di dalam hangatnya selimut yang menyelimuti tubuhnya, jangan kira ia malas bahkan ia tidak tidur sama sekali semalaman, ponsel nya masih di tangannya berharap naruto membalas chatnya, tidak bahkan keterangan 'sedang menulis pesan' pun tidak terlihat sama sekali, padahal sudah ada notifikasi bahwa pesannya sudah di baca.
"ada batasan untuk segalanya jika ia marah karena aku berbohong itu terlalu berlebihan"'
Bangkit dari nikmatnya queen bed miliknya ia berniat mandi , tapi ia menggeram kesal saat mendengar bunyi bel apartemennya, berjalan ke pintu tanpa peduli siapa yang datang.
"selamat pagi pemalas"
"n-naruto?"
"terkejut?"
"sedikit, masuk lah" hinata mempersilakan naruto masuk dengan menyingkir dari depan pintu.
"tidak perlu , aku tidak lama aku hanya ingin memberi ini" naruto mengangkat tangan kanannya yang memegang dua tangkai bunga dan sebuah kotak kecil.
"a-apa itu?"
"bunga tulip putih, bunga sweet pea , dan cinnamon rolls"
"uh apa maksudnya naruu?" hinata menerima bunga dan kotak yang diberikan naruto
"bunga tulip putih bermakna permohonan maaf, dan bunga sweet pea bermakna selamat tinggal, dan aku berharap kau mengerti"
"a-apa maksud mu?"
"kau akan terluka jika terus bersama ku, maafkan aku" dan setelahnya naruto berbalik meninggalkan hinata yang menangis berteriak memanggil namanya
"maafkan aku hinata"
Tbc
Hai bagaimana ch 2 ini? maaf adegan lemon nya belum muncul , karena adegan erotis naruhina akan muncul setelah perceraian narushion, dan mungkin ada beberapa konflik yang buat hinata tersiksa jadi buat fans hinata-hime maafkan ori ya . Buat yang bertanya siapa ibu ino? Akan terjawab di klimaks. See you next chap! I wait your review.
Dan untuk fic complicated love sepertinya tidak dilanjutkan, karena fic itu 80% bukan milik ori, fic itu kolaborasi ori sama temen ori yang seorang naru-shizu fans dan beberapa minggu ini ori sama dia lagi bermasalah jadi kemungkinan besar fic itu tidak dilanjutkan, gomen ne.
12/29/15 with love, orihime yoshizuki.
