Angel

Chapter 1

oOo

Special dedicated for Maple-neechan ( Pen name: Maple23 )

Semoga kakak tenang di alam sana dan mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Aku mohon maaf atas semua kesalahanku dan kebodohanku. Maafkan aku atas semua yang aku lakukan. Kakak akan terus kukenang. Aku berdo'a agar keluarga yang kakak tinggalkan sabar dan tabah.

Kak, ffn ini khusus buat kakak walaupun kakak ngga' memintanya. Semoga kakak suka, ya… Maaf kalau ada kesalahan dan ketidaksempurnaan didalamnya.

Always Love You,

Mai

oOo

Perpisahan.

Semua manusia di muka bumi ini akan mengalami hal itu, suka maupun tidak.

Sama sepertiku.

Tapi sekarang berbeda…

Karena akulah yang akan meninggalkan kalian.

oOo

Namikaze Estate, December, 17th 2015, 01.00 pm

"Naruto-sama, sudah waktunya anda memakan obat anda,"

Ujar seorang wanita cantik berambut merah darah pada seorang lelaki pirang yang terhenyak sambil menatap jendela besar dibelakangnya.

"Naruto-sama…"

si wanita berambut merah itu kembali bersuara.

"Tidak ada gunanya aku meminum obat, Sara. Toh, aku juga akan mati, 'kan,"

Si lelaki pirang itu berbicara dengan nada sarkastik.

Wanita yang dipanggil Sara itu bungkam. Memang benar kalau tuannya ini akan mati dalam kurun waktu beberapa bulan lagi. Dan dia tahu, kalau penyakit tuannya itu sudah memasuki tahap yang sangat parah.

"Tapi setidaknya anda bisa menunda hal itu, 'kan?"

Tanya Sara. Mencoba membangkitkan semangat hidup tuannya yang surut tersebut.

"Itu artinya aku lari dari kenyataan dengan cara membohongi diriku sendiri dengan menunda kematian itu. Pada akhirnya, tubuhku akan memberontak dan aku mati,"

Jawab lelaki itu dengann datar. Dia berbalik, menatap Sara dengan lembut.

"Tapi terima kasih. Kau sudah menemani dan menyemangatiku selama ini… Aku tidak akan melupakan kebaikanmu,"

Ucapnya sambil tersenyum tipis.

Sara menggigit bibir bawahnya. Cukup sudah! Dia tidak tahan lagi!

Sara berlari menuju tuannya dan memeluknya erat. Didetik kemudian, Sara menjerit sejadi-jadinya dan menangis keras dibalik punggung lelaki itu.

Lelaki itu terhenyak atas perlakuan manajernya itu. Tapi didetik kemudian dia memejamkan matanya dan menggerakkan tangannya untuk mengelus kepala Sara.

"Terima kasih banyak. Sara…"

oOo

Konoha Hospital, 04.00 pm

"Tindakanmu tadi berani sekali,Sakura–san!"

Seru Shizune pada seorang wanita berambut merah muda yang tersenyum lebar menanggapi perkataannya.

"Arigatou, Shizune-nee, ini bukan apa-apa, aku melakukan apa yang harus aku lakukan,"

Ucap wanita berambut merah muda itu dengan nada merendah.

"Benarkah? Kurasa jarang ada dokter yang langsung mengoperasi pasien gagal ginjal tanpa obat bius,"

Ucap Shizune.

Wanita itu tersenyum lebar.

"Jika aku tidak melakukan itu, kita akan kehilangan dia. Dan lagi, dia itu orang penting, 'kan? Repurtasi rumah sakit tergantung atas selamat-tidaknya pasien itu,"

"Tidak usah terlalu formal, Sakura."

Wanita bernama Sakura itu tersentak dan menoleh kebelakang.

Seorang wanita berambut pirang yang rambutnya diikat dua menatapnya dengan bangga. Wanita pirang itu memakai jubah putih yang biasa dikenakan dokter dan sebuah stetoskop tergantung diantara lehernya.

"T-Tsunade-sama…!"

Sakura memekik, dan buru-buru menunduk hormat.

Tsunade tersenyum tipis.

"Tidak usah terlalu formal. Itu membuatku merasa semakin tua,"

Ujarnya dengan nada sedikit menyindir.

"I-Iya…"

Sakura membalas dengan gugup. Pasalnya, yang didepannya adalah seorang dokter ternama yang begitu hebat dan memiliki integritas tinggi dalam hal menyelamatkan nyawa orang sekaligus adalah pendiri rumah sakit tempatnya bekerja saat ini.

"Aku tahu kau lelah… Tapi aku ingin memberimu seorang pasien,"

Ucap Tsunade dengan wajah serius.

Dan Sakura tahu kalau nada serius itu menandakan kalau pasien itu sedang dalam keadaan genting. Antara hidup dan mati.

"Aku tidak apa-apa, Tsunade–sama. Aku siap menangani pasiennya,"

Jawab Sakura tegas.

"Ya… Kalau begitu, ini nomor kamarnya. Lekas periksa dia,"

oOo

"Aku ingin pulang saja,"

Ucap Naruto dengan ketus. Dia menekan-nekan tuts piano klasik didepannya dengan asal. Sehingga menimbulkan bunyi sumbang yang memekikkan telinga.

"Harap sabar, Naruto-sama. Dokter yang dikirim oleh Tsunade-sama pasti akan datang,"

Jawab Sara sambil melirik pintu kamar VIP Naruto.

"Ya, kau sudah mengatakannya ribuan kali,"

Balasnya acuh.

"Aku hanya datang kemari untuk diperiksa. Dan itu terjadi hanya karena kau mengancamku dengan brokoli,"

Tambahnya.

Sara tertawa. Tapi tertawa dengan cara ningrat.

"Karena anda paling tidak suka sayur, 'kan… Itu adalah senjata pamungkas untuk membujuk anda untuk pergi ke rumah sakit,"

Naruto mengomel lagi, tapi Sara tidak menghiraukannya.

"Sebaiknya anda istirahat agar kondisi anda membaik,"

Ucap Sara.

"Tidak. Konserku akan diadakan satu minggu lagi, aku tidak boleh membuang-buang waktu lagi,"

Ujar Naruto lalu membaca sebuah kertas bertuliskan partitur lagu yang akan dimainkannya.

"Tapi anda sakit. Sudah, batalkan saja konser itu,"

"Tidak bisa, Sara. Banyak orang yang sudah menunggu konser itu. Aku juga malas berada dirumah sendirian,"

"Tapi—"
"Aaaa! Aku tidak dengar! Aku tidak dengaaarrr!"

"Naruto—"

"Lalalalalalalalala!"

"Naruto-sama, anda harus—"

"Waaaa! Lalalala! Ulululululu! Pulupulupulu!"

"Baik, baik! Aku menyerah! Anda bisa memainkan piano itu. Tapi hanya untuk satu lagu,"

Ucap Sara pasrah.

"Dua,"

"Satu,"

"Dua,"

"Satu."

"Dua atau tiga?"

Tanya Naruto.

"Baiklah, dua lagu. Tapi kalau anda merasa lelah, lekas istirahat."

"Osh!"

oOo

"Kamar VIP nomor empat,"

Sakura berhenti didepan sebuah kamar VIP.

"Nah, ini pasti kamarnya,"

Gumamnya.

Dia mengegrakkan tangannya untuk mengetuk pintu itu, tapi dia menghentikannya ditengah jalan karena telinganya samar-samar menangkap suara alunan musik piano dari dalam kamar tersebut. Sakura menempelkan telinganya kepintu tersebut. Intuisinya benar, ada seseorang yang bermain piano sekarang.

Siapa dia?

Sakura menggesek kartu pengenal VIP-nya ke slot pintu itu dan membuka pintu itu.

Hal pertama yang dia lakukan setelah membuka pintu itu adalah berdiri, dengan mulut terbuka.

Mata hijau wanita itu tidak bisa lepas dari sosok lelaki pirang yang sedang memainkan sebuah piano klasik berwarna putih mngilat. Jemari lelaki itu lentik dan panjang, dan caranya menekan tuts piano sangatlah berseni. Lelaki itu memakai baju berwarna biru yang biasa dipakai oleh pasien VIP. Jadi Sakura memutuskan bahwa lelaki itu adalah pasien yang dimaksud.

"Ah—anda pasti dokter yang dimaksud Tsunade-sama, 'kan?"

Sakura tersentak, dari balik tirai pasien, seorang wanita cantik berambut merah darah yang panjang berjalan dengan anggun kearahnya. Di tangannya terdapat sebundel kertas yang disusun rapi dalam sebuah map plastik berwarna biru.

Ting

Tiba-tiba lelaki pirang itu berhenti memainkan pianonya dan secara tidak sengaja menekan tuts yang salah sehingga menimbulkan suara sumbang dan minor. Lelaki itu menoleh kearah Sakura. Dan Sakura berani bersumpah, Dia tidak pernah melihat lelaki pirang se-tampan orang yang ada didepannya.

Sakura menoleh kearah wanita berambut merah itu dan lelaki pirang itu secara bergantian.

Wanita berambut merah itu sepertinya paham atas situasi yang terjadi dan buru-buru menambahkan—

"Ah, ya. Perkenalkan, nama saya Uzumaki Sara,"

Ujarnya dan membungkuk dengan anggun.

Sakura tersadari dari dunianya dan buru-buru membalas hormat.

"N-Namaku Haruno Sakura—"

"Silahkan dokter, pasien anda ada disana,"

Ujar Sara da melirik lelaki pirang itu.

Sakura mengikuti arah mata Sara dan melihat lelaki pirang itu yang dengan polosnya menatapnya lekat seperti dia adalah alien dari planet Atatat tiga yang datang untuk menginvasi bumi dan mengambil cokelat.

"Ne, Naruto-sama,"

Sara berbisik sambil menyikut pelan lelaki itu, dan lelaki itu tersadar dan berdiri.

"Ah—ya—namaku adalah Namikaze Naruto, salam kenal. Mulai sekarang kau akan mengurusku dalam satu bulan ini,"

oOo

TBC TO CHAPTER 2

oOo