Disclaimer: I don't own Kuroko no Basket. I don't make money from writing this fanfiction. The story contains spoiler for Kuroko no Basket. Also there are quotes from manga, anime, wiki and other sources.
Rhapsody in Blue
Chapter IV
Waktu terus berlalu dan Golden Week telah tiba. Golden Week adalah periode di akhir bulan April hingga minggu pertama bulan Mei di Jepang yang memiliki serangkaian hari libur resmi. Periode Golden Week bergantung pada tahunnya, tapi biasanya dimulai sekitar 29 April dan berakhir sekitar 5 Mei. Liburan dapat menjadi agak panjang bila ditambah dengan hari terjepit dan akhir pekan. Golden Week merupakan salah satu masa tersibuk bagi jasa transportasi dan pariwisata, bersama-sama dengan liburan musim panas, liburan Obon, dan Tahun Baru. Masa liburan digunakan untuk pulang ke daerah asal atau berwisata ke dalam dan luar negeri.
Mengingat bahwa bukan hanya anak sekolah yang libur tapi juga orang tua mereka maka kegiatan klub diliburkan untuk memberikan kesempatan bagi para murid untuk menghabiskan waktu bersama keluarga mereka. Murid-murid asrama juga libur dan memilih pulang ke rumah masing-masing. Kapan lagi ada kesempatan bercengkrama dengan orang tua?
Hal yang sama juga akan dilakukan oleh Kuroko Tetsuya yang juga akan pulang ke rumahnya di Tokyo. Ibunya sangat senang karena Tetsuya bisa menghabiskan waktu yang cukup lama di rumah kali ini. Sayangnya, Seijuurou malah akan pergi keluar negeri karena dia disuruh ayahnya untuk magang di salah satu anak perusahaan Akashi Financial Group yang berlokasi di Hong Kong selama libur.
Tetsuya memandang sekelilingnya. Ruang makan penuh celoteh anak-anak yang sudah tidak sabaran untuk pulang. Setelah makan pagi, mayoritas anak-anak asrama memang akan langsung berangkat. Berbeda dengan mereka, Tetsuya dan Seijuurou baru akan berangkat besok pagi karena hari ini Seijuurou mengajaknya untuk menonton final lomba pacuan kuda. Tetsuya sebenarnya tidak terlalu mengerti dengan hal tersebut meskipun Seijuurou sering mengajaknya naik kuda kalau mereka punya waktu luang.
"Apa kau sudah selesai dengan sarapanmu, Tetsuya?" tanya Seijuurou.
Seijuurou sendiri sudah selesai dengan sarapannya dari tadi.
Tetsuya menelan suapan terakhir nasinya dan kemudian meminum air di gelas. "Sudah, Seijuurou-kun."
Seijuurou melihat arlojnya. "Kita berangkat 10 menit lagi. Aku akan memberitahu Tanaka agar dia bersiap-siap."
"Kita diantar Tanaka-san?" tanya Tetsuya.
Seijuurou mengangguk kecil. Dia sedang megirim pesan ke Tanaka-san sekarang.
Tadinya, Tetsuya mengira kalau mereka akan pergi naik kereta. Tapi karena ini adalah Golden Week pasti kereta sangat ramai, jadi mungkin Seijuurou menyuruh supir yang mengantar mereka. Tetsuya bangkit berdiri dari kursi dan berjalan ke wastafel untuk mencuci gelas, piring dan sendok garpu yang tadi dia gunakan sebelum mereka pergi.
Ia tengah menaruh gelas tersebut ke tempatnya ketika Seijuurou memanggilnya. "Ayo, Tetsuya."
"Iya, Seijuurou-kun."
Rupanya, Tanaka-san sudah menunggu mereka diluar dari tadi. Hanya tinggal menunggu pemberitahuan dari Seijuurou kapan mereka akan berangkat. Keluarga Akashi sebenarnya memiliki vila di Kyoto lengkap dengan pelayan, juru masak, tukang kebun dan supir. Tapi Seijuurou tidak mau tinggal disana dan memilih tinggal di asrama. Ketika dia membutuhkan sesuatu, dia akan meminta Tanaka-san untuk mengantarnya.
Mobil Rolls Royce hitam itu kemudian bergerak keluar dari halaman bangunan asrama Rakuzan. Hening sepanjang perjalanan sampai kemudian Tetsuya menyadari sesuatu yang aneh.
"Seijuurou-kun, bukannya kita mau ke tempat pacuan kuda?" tanya Tetsuya bingung. "Kenapa kita malah ke Fushimi Inari Taisha?" Gerbang merah yang terkenal itu sudah nampak dari kejauhan.
"Ini masih pagi, pacuan kuda belum akan dimulai," jawab Seijuurou santai. "Karena Fushimi Inari Taisha dan Kyoto Racecourse tidak terlalu jauh lokasinya, kupikir kita bisa kesini dulu."
Fushimi Inari Taisha adalah kuil utama dari dewa Inari yang terletak di Fushimi-ku, Kyoto, terdapat sekitar 40,000 kuil untuk memuja dewa rubah Inari di seluruh penjuru Jepang. Memanjang naik ke perbukitan dari pintu masuk adalah ratusan gerbang berwarna merah yang indah sekalu.
Mobil berhenti dan Tanaka-san turun untuk membuka pintu.
"Terima kasih, Tanaka-san," ujar Tetsuya sopan.
Seijuurou sebaliknya tidak mengucapkan apapun pada Tanaka-san.
"Ayo, Tetsuya."
Mereka pun berjalan naik ke atas. Karena hari masih pagi, masih belum terlalu banyak turis yang datang. Kalau tidak, pasti jalan mereka akan lama sekali karena harus menunggu giliran turis-turis yang sibuk berfoto di bawah ratusan gerbang merah tersebut. Tidak afdol kalau tidak berfoto disana sebagai tanda bukti sudah pernah menginjakkan kaki di Fushimi Inari Taisha.
Tetsuya mengeluarkan smartphonenya dari saku. "Ayo foto dulu, Seijuurou-kun," ajaknya.
Seijuurou melihatnya dengan tatapan mata geli.
"Seijuurou-kun," panggilnya lagi.
"Baiklah, karena Tetsuya yang minta," balas Seijuurou.
Setelah mengambil beberapa foto, Seijuurou akhirnya memutuskan untuk pergi. Jangan sampai mereka terlambat menonton pacuan kuda. Untung saja, jarak dari Fushimi Inari Taisha ke Kyoto Racecourse cuma sekitar 10 menit bila ditempuh dengan mobil.
Seijuurou mengajaknya menonton Tennō Shō, pacuan kuda yang diselenggarakan dua kali dalam setahun di Jepang, sekali pada musim semi dan sekali pada musim gugur. Lomba musim semi diadakan di Kyoto Racecourse pada akhir April atau awal Mei sedangkan lomba musim gugur diadakan di Tokyo Racecourse di akhir Oktober.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Selesai menonton pacuan kuda, Seijuurou mengajaknya pergi makan siang.
"Tetsuya mau makan dimana?"
"Majiba," jawabnya tanpa pikir panjang. Ia paling suka vanila milkshake yang ada disana.
Seijuurou sebaliknya tidak setuju. "Kita makan masakan Jepang saja."
"Kalau begitu buat apa Seijuurou-kun bertanya aku mau makan dimana?" ia cemberut.
Seijuurou menghela napas. "Kau sebenarnya cuma mau minum vanila milkshake-nya saja kan."
Tebakan Seijuurou tepat sekali. Tetsuya tidak pernah memesan apapun selain vanila milkshake tiap kali ia mampir di Maji Burger.
"Baiklah. Nanti aku belikan vanila milkshake. Tapi kita makan di restoran Jepang."
Tetsuya mengangguk senang.
Seijuurou hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
Mereka masuk ke salah satu restoran Jepang yang ada dan menghabiskan waktu dengan makan siang sambil mengobrol. Sesuai dengan janji, Seijuurou membelikannya vanila milkshake. Setelah itu mereka kembali ke sekolah dan bermain basket hingga sore.
"Hari ini sangat menyenangkan," ujar Tetsuya ketika mereka sudah berada di kamar, "terima kasih, Seijuurou-kun."
Seijuurou tersenyum padanya. "Terima kasih juga karena sudah menemaniku, Tetsuya."
Tangan kanan Seijuurou membelai pipinya.
Tetsuya melangkah maju, memperpendek jarak diantara mereka.
Bibir keduanya bertemu dalam sebuah ciuman yang panjang.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Bunyi alarm membangunkan Tetsuya dari tidurnya. Ia membuka matanya dengan malas.
"Selamat pagi, Tetsuya."
Tetsuya menoleh ke sampingnya. "Selamat pagi, Seijuurou-kun."
Seijuurou sudah mandi dan berganti baju malah. Seijuurou kelihatan rapi sekali dengan kemeja putih, cardigan merah dan celana panjang coklat yang dikenakannya. Saat ini, Seijuurou sedang asik membaca buku dengan punggung disandarkan di ujung tempat tidur.
"Kenapa Seijuurou-kun tidak membangunkanku?"
"Kau kan sudah menyetel alarm, Tetsuya."
Tetsuya merenggut. Tapi sudahlah, lebih baik ia mandi sekarang agar tidak terlambat naik kereta.
Setelah bersiap-siap dan sarapan, mereka pergi ke Kyoto Station. Lagi-lagi Seijuurou menyuruh Tanaka-san untuk mengantar.
"Hati-hati dijalan, Tetsuya," kata Seijuurou.
"Seijuurou-kun juga," balas Tetsuya.
Sebenarnya ia cukup mengkhawatirkan Seijuurou, karena ayahnya tahu bahwa tidak ada kegiatan klub basket selama libur Golden Week jadi Seijuurou disuruh magang di bagian investment banking Akashi Securities yang berlokasi di Hong Kong. Hong Kong dipilih karena letak geografisnya yang cukup dekat dengan Jepang. Akashi Financial Group,perusahaan milik keluarga Akashi memiliki tiga anak usaha yang semuanya bergerak di bidang keuangan yaitu Akashi Insurance Inc, Akashi Securities. Co, Ltd, dan Akashi Corporate Bank. Kantor pusat mereka terletak di kawasan bisnis Marunouchi, Chiyoda, Tokyo, tepat di seberang kompleks istana kekaisaran Jepang.
"Aku pergi dulu Tetsuya."
Tetsuya mengangguk dan kemudian melangkah maju untuk mencium Seijuurou sekilas. Dengan hawa keberadaannya yang tipis, orang-orang tidak menyadari keberadaannya.
Seijuurou tersenyum dan lalu melangkah pergi. Seijuurou harus naik kereta menuju Kansai International Airport di Osaka karena di Kyoto tidak ada airport. Dari KIX, dia akan terbang ke Hong Kong. Sedangkan Tetsuya akan naik Shinkansen ke Tokyo.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Tetsuya menghabiskan liburan bersantai dirumah serta berjalan-jalan bersama orangtua dan neneknya. Sayangnya, ia tidak sempat bertemu dengan teman-teman SMPnya dulu karena mereka juga bepergian dengan orangtua masing-masing. Kise terutama rajin sekali mengirim update terbaru dirinya bersama orangtua dan kedua kakaknya. Rupanya keluarga Kise sedang berlibur di Bali dan Kise tak henti-hentinya mengirim foto dirinya dalam aneka macam pose ala model di berbagai lokasi wisata.
Pada hari kelulusan mereka dari Teikou, Momoi membuat grup di aplikasi chating dan memasukkan mereka ber-enam plus dirinya sendiri. Supaya komunikasi tetap berjaga, begitu kata Momoi. Pesan di grup mereka kebanyakan datang dari Kise yang memang hobi mengumbar segala hal tentang dirinya, kegiatan modelingnya, dan juga klub basket Kaijou.
Momoi Satsuki
Wah. Bagus sekali Ki-chan. Ini dimana?
Kise Ryouta.
Ini di Tanah Lot, Momoicchi.
Momoi Satsuki
Pasti seru disana. Asik ya bisa jalan-jalan ke luar negeri. Aku dan keluargaku sedang di Hakone sekarang.
Kuroko Tetsuya.
Kise-kun, aku mau melihat pemandangan alamnya. Tolong jangan ganggu dengan foto dirimu.
Kise Ryouta.
Kurokocchi kejam sekali. Hiks. Hiks.
Midorima Shintarou.
Bukannya aku peduli atau apa. Tapi Kuroko memang benar. Kau merusak foto itu.
Aomine Daiki.
Lebih baik kau menyingkir saja, Kise. Eh, apa benar cewek-cewek Bali semuanya cantik-cantik?
Kise Ryouta.
Kalian semua tega sekali. Aominecchi, kenapa otakmu selalu begitu?
Momoi Satsuki
Dai-chan payah!
Aomine Daiki.
Oi, Satstuki! Memangnya apa salahku?
Tetsuya menatap layar smartphonenya. Kalau melihat percakapan di grup mereka, semuanya terlihat baik-baik saja. Tidak ada yang akan mengira bahwa persahabatan mereka pecah di kelas tiga SMP dulu. Tenang di permukaan, bergejolak di bawah. Apalagi kalau membicarakan basket...
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Besok adalah hari terakhir libur dan Tetsuya akan kembali ke Kyoto. Bosan juga kalau dirumah hari ini, Tetsuya akhirnya memutuskan untuk pergi ke Maji Burger saja. Minum vanila milkshake tampaknya adalah ide yang bagus.
"Okaasan. Aku pergi dulu ya."
"Mau kemana, Tetsuya?"
"Maji Burger," jawab Tetsuya.
"Hati-hati dijalan."
"Baik, okaasan."
Dengan berjalan kaki sekitar 20 menit dari rumah, akhirnya tiba juga Tetsuya di tujuannya. Dia langsung melangkahkan kaki menuju counter pemesanan.
"Selamat datang. Mau pesan apa?" tanya kasir merangkap pelayan.
"Satu vanilla milkshake," jawab Tetsuya.
"Tunggu sebentar ya," gadis itu berkata dan melangkah pergi untuk membuatkan pesanan Tetsuya. Dia kembali tak lama kemudian. "Ini vanila milkshake pesanan Anda. Semuanya 300 yen."
Tetsuya membayar dengan uang pas. Dia menaruh tiga keping uang logam 100 yen di baki biru kecil yang digunakan sebagai tempat menaruh uang. "Terima kasih."
"Terima kasih. Silakan datang kembali."
Tetsuya memandang disekelilingnya. Ah, itu dia tempat kosong. Tetsuya mendudukkan diri di kursi kosong dan mulai meminum vanila milkshakenya. Enak sekali. Lagi asik-asiknya minum tiba-tiba saja ada yang main duduk begitu saja di depannya tanpa permisi sama sekali. Lho? Anak SMA didepannya kan Kagami Taiga. Oh ya, Seirin memang tidak begitu jauh dari gedung apartemen dimana keluarga Tetsuya tinggal sih.
"Kita bertemu lagi, Kagami-kun," sapa Tetsuya.
"Argh!" Kagami tampak kaget melihatnya. "Kau! Kapan kau muncul?"
"Aku dari tadi duduk disini," balas Kuroko, "kau saja yang tidak sadar."
"Kau temannya Kise kan?" Kagami menatapnya. "Kalau tidak salah, namamu Kuroko kan?"
Ternyata Kagami masih mengingatnya. "Benar, Kagami-kun."
Kalau tadi Kagami kaget melihat Tetsuya, Tetsuya malah kaget melihat porsi makan Kagami. Banyak sekali burger yang dipesan Kagami. Kagami benar-benar mengingatkan Tetsuya akan Aomine.
"Apa kau satu SMA dengan Kise?" tanya Kagami penasaran.
"Kise-kun dan aku dulu satu SMP."
"EHH? Kau dari SMP Teikou?"
Tetsuya mengangguk.
"Apa kau pemain basket juga?"
"Iya," jawab Tetsuya. "Aku dulu masuk klub basket SMP Teikou." Dengan jawabannya yang barusan, Tetsuya yakin bahwa Kagami cuma menganggapnya sebagai anggota klub basket biasa dan bukannya regular di Teikou.
Kagami memberinya pandangan penuh penilaian. "Kalau begitu, aku mau bertanya. Seberapa kuat Generation of Miracles itu? Aku dulu tinggal di Amerika sampai kelas dua SMP. Pas balik ke Jepang, ternyata pemain basket disini payah sekali," kata Kagami. "Lalu aku mendengar tentang Generation of Miracles yang katanya tim basket SMP paling hebat. Harus kuakui, Kise lumayan. Bagaimana dengan yang lainnya?" tanya Kagami dengan penuh minat.
"Mereka sangat kuat. Lima orang pemain basket yang jenius," jawab Tetsuya dengan mata menerawang. "Mereka berlima sekarang ada di lima SMA yang berbeda. Tapi pada akhirnya hanya ada satu pemenang."
"Heh. Menarik sekali," gumam Kagami penuh semangat. "Aku sudah tidak sabar mau melawan mereka."
"Levelmu yang sekarang masih belum bisa mengalahkan mereka."
"Apa katamu?"
Memang Kagami memiliki bakat dan tim Seirin sangat hebat dalam hal kerja keras, kerja sama tim dan semangat tapi dengan kemampuan Kagami saat ini, mereka pasti kalah. Kise dan tim basket Kaijo terlalu meremehkan SMA Seirin sehingga mereka tidak bersiap sama sekali.
"Kagami-kun perlu banyak berlatih."
"Aku jadi semangat," ucap Kagami. "Kau lihat saja nanti, aku pasti akan mengalahkan Generation of Miracles."
Tetsuya tersenyum. "Aku akan menantikan hari itu, Kagami-kun." Hari dimana Aomine kalah sehingga dia berhenti dengan perilaku 'yang bisa mengalahkanku hanyalah diriku sendiri' dan kembali ke Aomine yang mencintai basket. Tapi yang paling Tetsuya nantikan adalah hari dimana Akashi Seijuurou kembali menjadi Akashi Seijuurou yang dulu.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Ketika Tetsuya tiba di asrama keesokan harinya, Seijuurou ternyata sudah sampai duluan.
"Seijuurou-kun kapan datangnya?"
"Tadi siang."
Seijuurou kelihatan baik-baik saja. Tapi dulu, Seijuurou juga selalu kelihatan baik-baik saja. Kalau Midorima tidak bercerita dan Seijuurou sendiri tidak memberitahu, tidak ada yang akan tahu betapa banyaknya tuntutan yang diberikan oleh Akashi Masaomi untuk anak semata wayangnya itu. Belajar nonstop setiap hari, belajar musik, belajar bahasa asing. Baik nilai sekolah dan kegiatan olahraga harus menjadi yang terbaik. Dan ketika Seijuurou beranjak remaja, setiap liburan yang cukup panjang dia akan dikirim magang di berbagai divisi anak usaha Akashi Financial Group.
"Kau melamun, ada apa Tetsuya?"
"Aku memikirkan Seijuurou-kun," balas Tetsuya terus terang.
"Heh? Memikirkanku?" Seijuurou menyeringai. Lengan kanan Seijuurou meraih pinggang Tetsuya dan menarik Tetsuya kedalam pelukannya. "Tetsuya manis sekali."
"Aku tidak manis," bantah Tetsuya.
"Aku selalu benar Tetsuya," ucap Seijuurou yang lalu menciumnya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXX
Selepas libur Golden Week, latihan klub basket kembali dimulai. Apalagi mereka harus bersiap untuk babak penyisihan Interhigh.
"Terima kasih atas kerja kerasnya," ucap Tetsuya ketika latihan basket selesai.
Anggota klub basket lainnya membalas ucapannya sebelum satu persatu meninggalkan gym.
Hayama Kotarou menghempaskan diri ke salah satu kursi di pinggir lapangan. "Eh, siapa lawan pertama kita nanti di babak penyisihan?" tanyanya tak jelas entah pada siapa.
Nebuya Eikichi sibuk minum dan mengabaikan Hayama.
"SMA Fusha," jawab Mibuchi Reo akhirnya.
"Oooh," Hayama manggut-manggut. "Kita pasti menang, Reo-nee!" ujarnya sambil menyeringai lebar.
"Itu sudah pasti kan," Mibuchi membalas.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Beberapa hari kemudian, Tetsuya sedang mengerjakan PR ketika smartphonenya bergetar, menandakan pesan baru di applikasi chatting. Smartphone milik Seijuurou juga bergetar pada saat yang sama sehingga Tetsuya langsung tahu bahwa itu pasti pesan di grup mereka.
Kise Ryouta
Shutoku kalah melawan Seirin! 82-81!
Midorimacchi pasti shock berat!
Momoi Satsuki
Wah Midorin kalah.
Kise Ryouta
Itu hukum karma. Siapa suruh Midorimacchi mengolokku kemarin.
Midorima Shintarou
Mati saja kau, Kise!
Tetsuya menatap layar smartphonenya. SMA Shutoku kalah dari SMA Seirin? Pasti Midorima sangat kesal karena karena sebelumnya dia sangat memandang rendah Kagami Taiga dan Seirin. Tapi itu berarti bahwa kemampuan Kagami berkembang lebih pesat dari perkiraan Tetsuya. Bakat Kagami ditambah dengan kerja sama antara pemain Seirin dan rasa kecintaan mereka terhadap olahraga basket mampu untuk mengalahkan Midorima dan Shutoku.
"Shintarou kalah..." gumam Seijuurou yang juga membaca pesan di grup chatting mereka di smartphonenya sendiri, "Seirin...sekolah yang tadinya kau pilih kan, Tetsuya."
Tetsuya mengangguk, mata masih memperhatikan layar ponselnya.
"Apa kau menyesal masuk ke Rakuzan?" tanya Seijuurou, nada suaranya dingin.
Tetsuya mengangkat kepalanya. Wajah Seijuurou terlihat tidak senang. Tatapan matanya juga menusuk.
"Tidak. Aku memang dulu ingin masuk ke Seirin tapi aku tidak pernah menyesal masuk ke Rakuzan," jawab Tetsuya. " Aku sudah janji kan dengan Seijuurou-kun," lanjut Tetsuya lagi.
"Apa kau bisa memegang janjimu itu?" kata Seijuurou, "yang kau sukai itu adalah dia."
Tetsuya menghela napas. "Aku sudah pernah bilang kan, Seijuurou-kun adalah Seijuurou-kun. Tidak ada perbedaan."
Mereka menatap satu sama lain.
Ekspresi Seijuurou melembut. "Tetsuya adalah satu-satunya yang memahami kami." Ia meraih tangan kanan Tetsuya, membalik tangan itu dan mencium punggung tangannya dengan lembut.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Pertandingan penyisihan pertama untuk wilayah Kyoto bagi SMA Rakuzan akhirnya tiba juga. Lawan mereka adalah SMA Fusha. Ini juga adalah pertandingan resmi pertama bagi Tetsuya dan Seijuurou sebagai anggota klub basket Rakuzan. Sebagai kapten, tentu Seijuurou mengenakan kaos bernomor punggung 4 namun Tetsuya ternyata memperoleh kaos bernomor punggung 5 di Rakuzan.
"Lihat!" teriak seseorang.
"Itu Akashi Seijuurou!" kata penonton lain. "Kapten dari Generation of Miracle!"
"Hebat, dia tetap jadi kapten meskipun masih anak kelas satu."
"Rakuzan pasti menang!"
Sorak sorai penonton membahana, semua mengeluk-ngelukkan Rakuzan dan Seijuurou.
Mibuchi tampak geli menyaksikan semua kehebohan tersebut. "Wah, belum pernah pertandingan kita seramai ini," komentarnya.
"Reo-nee, lihat-lihat, banyak cewek manis yang datang hari ini," Hayama berkata, menatap barisan penonton dengan penuh semangat.
"Mereka pasti datang melihat Sei-chan."
Selain murid-murid perempuan Rakuzan, banyak juga murid perempuan dari sekolah-sekolah lainnya. Hal tersebut kelihatan dari seragam sekolah mereka yang berbeda-beda.
"Wah, Akashi, kau populer sekali," kata Hayama dengan kagum.
"Cukup bercandanya," kata Seijuurou, "kita harus pemanasan sekarang."
"Okay, Akashi."
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Setelah pertandingan awal itu, masih ada beberapa pertandingan lagi yang semuanya dimenangkan dengan sangat mudah oleh Rakuzan. Perbedaan kemampuan antara Rakuzan dan tim basket lainnya sangat mencolok, bagaikan langit dan bumi. Dan semua itu makin membuat Seijuurou semakin populer di arena pertandingan basket maupun sekolah.
Waktu terus berlalu dan akhir Mei telah tiba, kegiatan klub diliburkan selama seminggu karena sekolah tengah memasuki ujian tengah caturwulan. Hampir semua sekolah di Jepang dibagi menjadi tiga periode waktu. Caturwulan pertama dimulai dari April hingga Juli, caturwulan kedua dimulai dari September hingga Desember dan caturwulan ketiga berlangsung dari Januari ke Maret. Terdapat ujian akhir di setiap caturwulan dan ujian tengah di caturwulan satu dan dua. Ujian dilangsungkan untuk mata pelajaran bahasa Jepang, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan bahasa Inggris. Mata pelajaran lain seperti olahraga, kesenian, home economics dan komputer tidak ada ujian.
Beberapa hari setelah ujian, hasil tes dibagikan. Selain itu,nilai dari semua murid juga ditempel didinding sekolah.
"Bagaimana hasil tes mu?" tanya Seijuurou.
"Aku dapat 96 untuk bahasa Jepang, 81 untuk matematika," kata Tetsuya. Untung dia memiliki Seijuurou untuk mengajarinya matematika, kalau tidak pasti nilai ujiannya bakal jelek. Bukan hanya matematika, Seijuurou juga mengajarinya ilmu pengetahuan alam dan bahasa Inggris. "Lalu 83 untuk ilmu pengetahuan alam, 91 untuk ilmu pengetahuan sosial dan 88 untuk bahasa Inggris."
Seijuurou mengangguk puas. Mungkin dia merasa tidak sia-sia menjadi guru Tetsuya.
"Bagaimana dengan Seijuurou-kun?" tanya Tetsuya.
"100 untuk semua mata pelajaran," jawab Seijuurou.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Di pertandingan mereka yang berikutnya melawan SMA Teita, Seijuurou mengejutkan mereka semua dengan berkata bahwa dia tidak akan bermain.
"Eh?"
"Kenapa, Sei-chan?"
"Apa tidak apa-apa, Pelatih?"
"Aku percaya dengan Akashi," jawab pelatih Shirogane Eiji.
"Kemampuanku belum dibutuhkan saat ini," jawab Seijuurou, "aku yakin bahwa kita pasti menang bahkan tanpa kehadiranku."
Hayama menggaruk kepalanya. "Yah, memang benar sih," dia mengaku.
"Tenang saja, Sei-chan," kata Mibuchi, "kita pasti menang."
"Bagaimana dengan Kuroko?" tanya Hayama.
"Tetsuya akan maju di babak pertama," kata Seijuurou.
Karena Seijuurou sebagai kapten tidak maju maka Tetsuya sebagai wakil kapten yang akan menggantikannya.
"Ayo jalan," perintah Seijuurou.
"Baik!" anggota klub basket Rakuzan menjawab dengan serempak.
Mereka berjalan memasuki lapangan basket dan melakukan pemanasan terlebih dahulu.
Hayama begitu bersemangat seperti biasa.
"Kau akan jadi kapten, Te-chan!" seru Mibuchi. "Tenang saja, Rakuzan pasti menang."
Kedua tim bersiap di lapangan. Dari Rakuzan ada Tetsuya, Hayama, Mibuchi, Nebuya dan Higuchi. Karena Seijuurou tidak bermain maka Higuchi yang menggantikan posisi Seijuurou sebagai point guard.
Sejujurnya, Tetsuya tidak begitu senang dengan sikap Hayama, Mibuchi dan Eikichi kalau mereka merendahkan lawan. Meskipun memang dari segi kemampuan, Rakuzan jauh di atas tim basket sekolah lain dan Tetsuya harus mengakui itu. Tetsuya tidak ingin agar Rakuzan menjadi Teiko yang kedua.
"Aku ingin agar kita bermain dengan serius," kata Tetsuya.
"Kuroko?" tanya Higuchi bingung.
"Siapapun lawan kita, kita tidak boleh meremehkan mereka," lanjut Tetsuya, "aku ingin agar kita mengeluarkan semua kemampuan yang kita miliki." Ia menatap mereka satu per satu. "Apa kalian mengerti?"
Mibuchi terpana sesaat sebelum akhirnya ia bersuara. "Wow, Tet-chan. Aku tak menyangka. Ternyata kau bisa bicara seperti itu."
"Karena kau bilang begitu, mari kita tunjukkan kemampuan Rakuzan yang sebenarnya!" kata Eikichi lantang.
"Ayo!" Hayama jadi ikut bersemangat.
"Baiklah," kata Higuchi.
Wasit memberi tanda agar kedua tim berkumpul.
"Pertandingan antara SMA Rakuzan dengan SMA Teita akan segera dimulai!" seru wasit.
"Silakan kedua kapten berjabat tangan!"
Tetsuya melangkah maju dan mengulurkan tangan kanannya.
Kapten SMA Teita tampak kebingungan melihatnya. Pasti dia mengharapkan Seijuurou.
"Pertandingan dimulai!"
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Rakuzan menang telak dengan skor 177-15.
"Kerja bagus semuanya," kata pelatih Shirogane setelah pertandingan selesai.
Mereka sedang bersiap-siap untuk pulang sekarang. Bagi yang tinggal di asrama sekolah, sudah disediakan bis jemputan sedangkan yang tinggal dirumah boleh pulang duluan.
"Aku mau beli minum dulu," ujar Tetsuya.
"Jangan terlalu lama," ucap Seijuurou.
Tetsuya mengangguk kecil dan berjalan keluar. Seingatnya ada mesin penjual minuman yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat mereka menunggu bis. Ah, itu dia mesinnya. Tetsuya memasukkan koin dan memencet tombol untuk membeli Pocari Sweat. Segar sekali minum Pocari Sweat dingin sehabis pertandingan basket.
Dia teringat pertandingan tadi. Memang Tetsuya yang meminta agar semuanya bermain dengan serius. Tetsuya tidak ingin peristiwa Teiko ketika bertanding dengan Meiko berulang lagi. Setiap teringat raut wajah Ogiwara, teman masa kecilnya, ketika itu, Tetsuya selalu merasa sakit hati, marah dan sedih. Tapi dengan bermain serius, skor yang ada sangat timpang. Tim lawan bisa jadi malah kehilangan motivasi karena menganggapn lawan terlalu kuat. Ia menghela napas. Apa yang harus ia lakukan?
Guk! Guk!
Lho. Bunyi apa itu? Tetsuya berjalan ke sumber suara. Kotak kardus? Tetsuya membuka kotak kardus itu dan menemukan seekor anak anjing yang manis. Astaga. Anak anjing itu pasti dibuang oleh pemiliknya. Tetsuta mengelus-ngelus kepala anak anjing itu dan dibalas dengan gonggongan senang. Ekor anak anjing itu juga bergerak dengan gembira.
Tetsuya jadi bimbang. Anak anjing itu kan dibuang oleh pemiliknya jadi Tetsuya pasti boleh memilikinya. Tapi mau dia pelihara dimana, kan dia tinggal di asrama sekolah sekarang. Anak anjing itu menatapnya dengan tatapan memelas. Tanpa pikir panjang Tetsuya mengangkat anak anjing itu dari kardus dan memutuskan untuk mengambilnya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
"Apa itu, Tetsuya?" tanya Seijuurou dengan tangan bersidekap di dada ketika dia muncul dengan seekor anak anjing di pelukannya.
"Anak anjing," jawab Tetsuya, "seperti yang Seijuurou-kun bisa lihat sendiri."
Seijuurou menatap Tetsuya,lalu anak anjing itu dan kembali menatap Tetsuya lagi. "Dan mau kau apakan anak anjing itu?"
Tetsuya merasa sedang disidang sekarang. Dia jadi terdakwanya, Seijuurou jadi hakim dan anggota tim basket Rakuzan lainnya adalah penonton persidangan.
"Mau kupelihara."
"Kita tinggal di asrama, Tetsuya. Dilarang mempunyai hewan peliharaan."
"Aku janji akan mengurus anjingku."
"Tetap tidak bisa."
"Seijuurou-kun kan ketua OSIS, berikan keringanan kali ini saja." Tetsuya memohon. "Kalau Seijuurou-kun yang bicara pasti diizinkan."
"Tidak, Tetsuya."
"Tapi, Seijuurou-kun," dan dia menatap Seijuurou dengan wajah memelas.
"Ya ampun, kalian berdua kelihatan cute sekali," Mibuchi berkomentar.
"Mata anak anjing itu mirip denganmu, Kuroko!" seru Hayama.
"Betul juga!" gumam Eikichi.
Semua anggota klub basket Rakuzan yang tersisa sibuk mengerubungi Tetsuya dan anak anjing itu sekarang.
Mibuchi tertawa kecil. "Anak anjing itu Te-chan yang kedua."
"Beri nama Nigou saja, Kuroko!" usul Hayama.
"Nigou, ya?"
"Boleh juga usulmu," komentar Mibuchi.
"Tumben otakmu jalan," kata Eikichi.
"Hey! Apa maksudmu hah? Dasar gorilla!"
Mengabaikan yang lain, Tetsuya berfokus untuk membujuk Seijuurou. Memang dia juga tahu bahwa asrama melarang mempunyai hewan peliharaan tapi Tetsuya janji akan mengurus anak anjingnya dengan baik. Jadi tidak masalah kan. Dia akan memberi makan Nigou dengan teratur dan juga akan menjaga kebersihan Nigou serta mengajak Nigou jalan-jalan.
"Seijuurou-kun..."
Akhirnya Seijuurou mengalah juga. "Kalau kau berhasil memperoleh persetujuan dari seluruh penghuni di asrama mengenai anjing ini, aku akan bicara pada pengurus."
"Terima kasih, Seijuurou-kun!" kata Tetsuya senang.
"Ada satu saja yang keberatan, maka buang anjing itu!"
"Jangan khawatir Seijuurou-kun, aku yakin pasti mereka semua setuju," balas Tetsuya. Dia sangat senang sekarang dan memberikan Seijuurou senyum lebar.
"Sudahlah, ayo kita pulang sekarang."
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Seperti yang Tetsuya perkirakan sebelumnya, semua murid penghuni asrama setuju. Seijuurou mau tidak mau menepati janjinya dan bicara pada pengurus asrama. Maka Nigou pun resmi menjadi anjing peliharaan Tetsuya. Untung saja, Nigou adalah anak anjing yang sangat lucu dan juga penurut. Dan entah kenapa Nigou suka sekali dengan Seijuurou. Nigou suka membuntuti Seijuurou dan menungguinya dengan ekor berkibas-kibas. Kabar tentang Nigou menyebar ke seantero sekolah dengan cepat. Apalagi Tetsuya sering membawa Nigou ke latihan klub basket maka makin banyak murid yang tahu tentang anak anjing itu. Anak-anak klub basket juga suka bermain dengan Nigou setelah latihan selesai. Boleh dibilang Nigou seperti maskot klub basket Rakuzan sekarang.
"Kau mau membawa Nigou bersamamu ke Tokyo?" tanya Seijuurou.
Tetsuya mengangguk. Untung Nigou masih kecil jadi bisa disembunyikan di dalam tas.
Sekarang adalah pertengahan bulan Juni dan seperti biasanya, dia akan pulang ke Tokyo minimal sebulan sekali. Alasan kenapa Tetsuya memilih tanggal ini adalah karena dia mau menonton pertandingan antara Seirin dengan Touou. Dan seperti biasa, Kise mau menemaninya. Kise juga sekalian mau memberikan oleh-oleh dari Bali yang dia beli untuk Tetsuya dan juga Seijuurou.
Tetsuya biasanya berangkat ke Tokyo pada malam Jumat namun karena ada kegiatan OSIS mendadak, dia terpaksa berangkat hari Sabtu pagi dan masih dengan mengenakan seragam Rakuzan. Untungnya hari Senin libur, jadi dia bisa beristirahat lebih lama dirumah.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Kise diluar dugaan menjemputnya di stasiun.
"Kurokocchi," Kise melambai-lambaikan tangannya dengan penuh semangat. "Kok kau pakai seragam hari ini?"
"Hi Kise-kun," sapa Tetsuya. "Tadi pagi ada acara OSIS lalu aku langsung jalan. Tidak sempat ganti baju lagi." Tetsuya memang masih memakai seragam. Kemeja warna abu-abu muda, blazer abu-abu tua, dasi hitam dan celana panjang hitam dengan sepatu kulit hitam.
"Tapi seragam Rakuzan itu cocok untuk Kurokocchi. Oh ya, ini oleh-oleh untukmu dan Akashicchi," kata Kise sambil menyerahkan dua buah kotak kecil.
"Terima kasih, Kise-kun," balas Tetsuya. Dia menunggu sampai mereka keluar stasiun baru membuka tas olahraganya.
"Guk! Guk!"
"Astaga, Kurokocchi!" Kise kaget. "Kau membawa anak anjing!"
"Ini Nigou, peliharaanku," kata Tetsuya. "Nigou, ini Kise-kun, temanku."
"Nigou?" Kise menatap Nigou lalu menatap Tetsuya dan menatap Nigou lagi dan kembali menatap Tetsuya. "Ah, ya rupanya Kurokocchi ichigou ya?" ujarnya sambil tersenyum. Kise menjulurkan tangan untuk mengelus kepala Nigou. "Mata kalian benar-benar mirip."
Nigou menggonggong senang.
"Ayo, Nigou." Tetsuya mengeluarkan Nigou dari dalam tas dan menaruhnya di tanah. Setelah dua jam lebih harus masuk dalam tas, Nigou senang sekali bisa menginjakkan kaki di tanah. Tetsuya lalu memasukkan oleh-oleh dari Kise ke dalam tasnya.
"Nanti dia harus masuk tasmu lagi, Kurokocchi," komentar Kise. "Kan tidak boleh bawa peliharaan di stadium."
Setelah berjalan kaki sebentar, mereka tiba di stadium tempat pertandingan antara Touou dan Seirin akan diselenggarakan. Nigou kembali bersembunyi dalam tas olahraga Tetsuya.
"Sebelah sini, Kurokocchi."
Tetsuya tersenyum kecil. Seperti dia tidak tahu jalan saja. Sudah berapa kali dia datang kesini dulu. Penyisihan pertandingan basket SMP kan diselenggarakan disini juga.
"Wah, ramai juga ya," komentar Kise.
"Iya."
"Duduk sini, Kurokocchi!"
Tempat duduk mereka cukup strategis, letaknya paling depan supaya pertandingan bisa jelas terlihat. Kedua tim sedang sibuk melakukan pemanasan sekarang. Tetsuya melihat kesekeliling.
"Midorima-kun juga datang. Dia bersama temannya."
"Mana?"
"Disana."
"Oh ya. Seperti biasanya, Midorimacchi datang bersama Takao."
"Takao?"
"Dia teman Midorimacchi di Shutoku. Mereka sama-sama anak kelas satu," jelas Kise. "Mereka sering main janken, yang kalah harus menarik gerobak. Tapi kau tau kan Midorimacchi selalu menang hal-hal seperti itu."
Tetsuya mengangguk kecil. Itu sih sama saja Midorima menipu Takao. Lagian menarik gerobak segala. Sejak kapan Midorima jadi suka mengerjai orang begitu. Ada-ada saja.
"Itu Kagamicchi disana," seru Kise. "Dan disitu ada Momoicchi, tapi Aominecchi mana sih?"
Benar juga. Kedua tim sudah lengkap di lapangan, tapi Aomine tidak ada. Tetsuya bisa melihat bahwa Momoi tampak kebingungan. Mereka semua tahu bahwa Momoi ikut masuk ke Touou karena gadis itu cemas dengan sahabatnya dari kecil itu. Gadis itu sibuk dengan teleponnya dari tadi. Pasti sibuk mencoba menghubungi Aomine. Ada satu orang pemain Touou yang sibuk marah-marah tapi yang lainnya tampak tidak terlalu peduli.
"Pertandingan antara SMA Touou dan SMA Seirin akan segera dimulai!"
Kedua tim saling berhadapan di lapangan.
"Astaga, Aominecchi tidak datang!" gumam Kise bingung. "Dia itu gimana sih? Buat apa dia masuk klub basket kalau tingkahnya begitu."
Tetsuya menghela napas. Apatisme Aomine makin menjadi-jadi nampaknya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Aomine baru datang setelah pertandingan berjalan setengah dan SMA Touou tak terbendung lagi. Mereka menang telak atas SMA Seirin. Kagami tampak terpukul ketika pertandingan selesai. Itu tidak mengherankan. Meskipun Kagami sudah pernah melawan Kise maupun Midorima, posisi mereka ketika bermain basket sebenarnya berbeda dengan Kagami. Lain dengan Aomine, yang benar-benar setipe dengan Kagami dan kemampuannya jauh lebih tinggi. Tapi Tetsuya yakin, kekalahan ini akan menjadi cambuk bagi Kagami dan Seirin untuk berlatih lebih keras lagi.
"Hanya dengan Aominecchi seorang saja, jalannya pertandingan berubah drastis," gumam Kise. "Dia benar-benar hebat meskipun dia tidak pernah latihan lagi."
Semenjak kelas tiga Teikou dulu, Aomine berhenti datang latihan klub basket. Ternyata kebiasaannya itu dilanjutkan sampai sekarang. Itulah sebabnya Aomine memilih masuk SMA Touou yang menonjolkan keunggulan individu. Tetsuya menghela napas. Aomine yang sekarang dan Aomine yang dulu selalu menemaninya latihan dan menyemangatinya bagaikan dua orang yang berbeda.
"Ayo, Kurokocchi."
Kise dan Tetsuya bangkit dari tempat duduk mereka. Kise berjalan mendekati Midorima, hendak memberikan oleh-oleh yang dia beli. Tetsuya mengikuti Kise dari belakang.
"Midorimacchi, ini oleh-oleh untukmu," kata Kise riang.
"Hmph, terima kasih. Bukannya aku senang menerima oleh-oleh darimu," balas Midorima.
Takao yang berada disamping Midorima tertawa terkikik-kikik. "Shin-chan pura-pura."
"Takao!" tegur Midorima kesal campur malu.
"Eh, siapa ini?"
Tampaknya, Takao baru menyadari keberadaan Tetsuya sekarang. "Kuroko Tetsuya, senang bertemu denganmu."
"Takao Kazunari, senang bertemu denganmu juga," balas Takao. "Kuroko? Lho, kau kan teman satu timnya Shin-chan dulu kan di Teiko. Shin-chan ada bercerita mengenai dirimu."
"Takao, kau diam saja!"
Kise tertawa. "Ah, dasar Midorimacchi selalu saja tsundere dari dulu."
"Hmph." Midorima menaikkan kacamatanya. "Sudah, aku mau pergi saja dari sini."
"Aku masih mau ketemu dengan Aominecchi dan Momoicchi dulu. Midorimacchi ikut saja," ajak Kise.
"Aku tidak mau," tolak Midorima.
"Shin-chan tidak menolak kok," kata Takao sambil melirik Midorima dengan jahil. "Dia sebenarnya senang bertemu kalian."
Ya ampun. Midorima benar-benar kena batunya dengan mempunyai teman seperti Takao sekarang di Shutoku. Tetsuya jadi geli melihat mereka berdua.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Akhirnya, mereka berempat pergi ke ruang ganti Touou. Maksud Kise sih mau menunggu Aomine dan Momoi setelah mereka bubar. Kise mau memberikan oleh-oleh, tapi ternyata malah Momoi duluan yang melihat mereka, atau melihat Tetsuya tepatnya.
"Tetsu-kun!" Momoi menerjang ke arah Tetsuya dan memeluknya dengan erat. "Lama tidak bertemu, Tetsu-kun."
Mereka jadi pusat perhatian segenap tim basket Touou sekarang. Bahkan anggota yang masih berada dalam ruang ganti pada berjalan keluar. Hawa keberadaan Tetsuya yang tipis tidak ada efeknya. Bagaimana bisa ada efek kalau Momoi bergelayutan di leher Tetsuya.
Beberapa menit berlalu dan Momoi masih memeluk Tetsuya. "Momoi-san..."
"Oi Satsuki, lepaskan Tetsu."
"Aomine-kun," Momoi merenggut kesal. "Aku kan sudah lama tidak ketemu Tetsu-kun." Kalau didepan orang-orang Momoi memanggil Aomine dengan Aomine-kun tapi kalau cuma ada mereka maka dia memanggil Aomine dengan Dai-chan.
"Aomine-kun," sapa Tetsuya.
"Tetsu." Aomine menatap Tetsuya lalu Kise dan Midorima. "Kalian bertiga datang rupanya. Pertandingan tadi sangat membosankan. Hey, Midorima, bagaimana kau bisa kalah melawan Seirin?"
"Apa maksudmu, Aomine?" Midorima tampak tersinggung.
"Apa kau jadi payah sekarang?"
"Aomine-kun!" tegur Momoi.
"Aku kan cuma bertanya," bela Aomine.
"Kau!"
"Aomine-kun, jangan memprovokasi Midorima-kun," tegur Tetsuya tegas.
"Cih!" Aomine membuang muka tapi dia berhenti bicara.
"Sudah-sudah," kata Kise, berusaha mencairkan suasana. "Oh ya, ini oleh-oleh untuk kalian Aominecchi, Momoicchi."
"Terimakasih, Ki-chan," sahut Momoi.
Aomine hanya mengangguk kecil.
"Wah, aku tidak menyangka," ucap seseorang yang Tetsuya kenali sebagai kapten basket SMA Touou. "Ternyata pertandingan Touou ditonton oleh anggota Generation of Miracles lainnya."
Bukan cuma kapten Touou tapi anggota tim inti Touou juga ada.
Midorima yang masih kesal tidak bicara sepatah kata pun.
Kise tersenyum, senyum yang biasa dia tunjukkan ketika berakting di depan kamera. "Yah, begitulah. Kami sudah mau pulag." Kise menoleh ke arah Tetsuya dan yang lainnya. "Kami mau ke Majiba dulu. Apa kalian mau ikut?"
"Tidak," jawab Midorima ketus. Rupanya dia masih kesal gara-gara pernyataan Aomine tadi. "Aku pulang duluan. Ayo, Takao." Dan dia melangkah pergi.
"Eh, Shin-chan!" Takao buru-buru menyusul Midorima. "Kami pamit dulu. Sampai ketemu lain kali semuanya."
"Ikut!" seru Momoi. Tidak mau membuang kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Tetsuya. "Aku dan Aomine-kun ikut."
"Oi, Satsuki jangan memutuskan seenakmu sendiri," protes Aomine.
"Kami permisi dulu," kata Momoi pada anggota tim basket Touou lainnya.
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
"Aku tidak menyangka ada yang bisa menegur Aomine," komentar Kosuke Wakamatsu sambil menatap punggung menjauh Aomine, Momoi , dan yang lainnya.
Imayoshi Soichi menoleh. Diantara mereka semua, Wakamatsu yang paling sering ribut dengan Aomine karena Aomine malas datang latihan.
"Apa kalian tidak melihat seragamnya?"
"Maaf, tapi seragam apa ya, maaf karena aku bertanya, maaf. Sekali lagi aku minta maaf," kata Sakurai Ryou.
"Itu seragam Rakuzan," jawab Imayoshi.
"Rakuzan?"
"Rakuzan yang itu?"
"Iya. Yang menegur Aomine itu Kuroko Tetsuya, pemain keenam bayangan Generation of Miracles. Akashi Seijuurou dan dia masuk ke Rakuzan, mereka adalah kapten dan wakil kapten Rakuzan."
Author's Note:
Hi, everyone!
Thank you for reading and please review.
Perjalanan ke Fuhismi Inari itu idenya dari perjalanan saya sendiri. Naik kereta dari Kyoto Station dan turun persis di depan jalan masuk ke Fushimi Inari, tinggal nyebrang jalan saja.
Marunouchi dan Otemachi di Chiyoda adalah kawasan bisnis paling elit di Tokyo, letaknya diantara Imperial Palace dan Tokyo Station. Gedung perkantoran di sana tidak ada pagar dan gedung parkir jadinya kelihatan rapi dan bagus. Saya sempat jalan kaki dari Imperial Palace sampai Tokyo Station. Lalu lanjut ke Ginza pake kereta, jalan kaki juga dekat sih tapi sudah malas. Oh ya, kalau ada yang menulis fic tentang bisnis, saham dll dan ga ngerti, bisa tanya saya lewat PM atau review soalnya saya liat, rata-rata pada keliru.