We are MARRIED or NOT?


Main Cast: GS!Sehun, Kai

Support Cast: Kris, GS!Chanyeol, Suho, GS!Kyungsoo, GS!Yixing, Yunho (Papa/Grandpa Yun), GS!Jaejoong (Mama/Grandma Jae)All exo member, another boyband/girlband member, oc, dll

Rating: M

Warning: Mature content in some parts

Genre : Romance, AU, OOC, yadong, genderswitch for uke, comedy, family, friendship, dll

Length: Chaptered

Bahasa: Indonesia campur aduk

Summary Lengkap: Park Sehun, bungsu dari tiga bersaudara. Bekerja sebagai WO memberinya banyak keuntungan, lingkar pertemanan dengan orang-orang sukses, para klien papan atas dan bisnis barternya laris manis. Jika kita gambarkan, rute hidup Sehun adalah kantor-belanja-nongkrong-kantor-belanja-nongkrong-dan-belanja lagi. Si maniak belanja yang tak pernah bisa tahan godaan kalau lihat kata 'DISKON' terpampang besar-besar di depan matanya. Seluruh hidupnya dia habiskan untuk memikirkan obral tas dan sepatu hingga dia tak sempat cari cowok. Sangat boros juga yaaah… bisa dibilang, matrealistis. Namun rute hidupnya berubah ketika di ultah yang ke-28, seorang Pria tak diundang bernama Kim Kai tiba-tiba datang ke acaranya dan memberi dia buku 'Manfaat Kerang Bagi Kehidupan'. WTF?!

Sehun yang tadinya ogah menikah malah tergila-gila dan bersedia membuka paha lebar-lebar demi Tuan Kim Kai Yang Terhormat. Demi memuaskan sisi liar terpendam pria itu. Biarpun mereka baru kenal beberapa hari, biarpun Kai pelit dan terlalu hemat. Tapi bukan Sehun namanya kalau tidak silau sama sesuatu yang serba wow. Paket liburan ke Laut Karibia? Seminggu? Bersama suami? Oh, No…

Sehun tidak punya suami! Dia juga sudah terlanjur menolak lamaran aneh Kai. Terus sekarang dia harus bagaimana?! Apa Kai masih berminat melamarnya? Apa Sehun berhasil mendapatkan paket liburan fantastisnya? Well, semoga.


Chapter 1

Tak, tak, tak.

Aku mengetuk-ngetukkan sol high heelsku di lantai. Sepuluh abad telah berlalu dan wanita ini masih belum bisa memutuskan tema apa yang akan dia gunakan saat hari-H nanti.

Berusaha tetap bersikap professional, aku melemparkan senyum cerah merekah padanya. "Maaf, kalau boleh saya sarank—"

"Tolong beri saya waktu." sambarnya tajam, tatapannya menghujam langsung ke mata dan nyaris membuatku terlempar seratus kilometer.

Ya Tuhan. Kenapa hari ini klienku menyebalkan semua sih? Oke. Aku harus sabar. Ini duniaku. Apa gunanya pengalaman lima tahun menjadi Wedding Planner kalau aku tidak bisa menguasi keadaan? Meski sebenarnya aku ingin sekali berteriak: "Untuk apa kau jauh-jauh datang kesini kalau masih repot-repot berpikir sendiri? Omong-omong, kemana calon suamimu yang sok sibuk itu?" Huh! Seandainya aku bisa. Atau kusampaikan saja ya? Barangkali dia bisa mengerti dan bersikap lebih lunak—

Tidak. Perempuan setengah siluman ini tidak akan mengerti. Dia pasti akan menggigit leherku sampai putus.

"Tentu saja. Anda boleh melihat-lihat dulu. Dan segera beritahu saya jika anda sudah memutuskan pilihan." tukasku memasang senyum sabar palsu. Mau tidak mau aku terpaksa menonton dia membolak-balik halaman katalog lagi untuk kedua puluh juta kalinya.

Aku ikut terpaku ke lembaran demi lembaran yang diamati Sandeul. Biarpun telah berulang kali melihat buku katalog itu, anehnya aku tidak pernah merasa bosan. Apalagi berbagai macam dekorasi dan ide unik di dalamnya seringkali berhasil membuat pikiranku terhanyut hingga melayang ke tempat yang sangat jauh. Ke bagian paling terdalam dari diriku yang selama ini selalu memancing orang untuk melontarkan pertanyaan-pertanyaan basi: "Apa sudah ada pria yang melamarmu?" dan "Kapan kau akan memberiku cucu?". Dua kalimat sakti yang sangat ampuh untuk membungkam mulut dan tidak pernah gagal meruntuhkan moodku sampai ke dasar jurang paling dalam.

Semua orang tahu aku sudah banyak berjasa membantu para calon mempelai mewujudkan impian kecil di kepala mereka menjadi sesuatu yang menakjubkan dan patut dikenang seumur hidup. Tapi kalimat sindiran berikutnya yang selalu kudengar adalah: "Sehun kecil yang malang, repot-repot mengurusi pernikahan orang tapi dia sendiri malah terlantar." Terlantar? Demi Tuhan! Apa masalahnya sih orang-orang sirik ini?! Okelah usiaku dua tujuh. Okelah aku masih single. Tapi bukan berarti aku terlantar. Kalau mereka memang berpikir begitu, sekalian saja kuseret pengamen tampan di pinggir jalan lalu kuakui sebagai tunangan biar mereka tutup mulut. Tapi jelas sekali bukan itu inti pernikahan. Bukan. Aku sudah banyak melihat kegagalan dalam hubungan berumah tangga. Bahkan aku pernah menemukan salah satu mantan klienku berpergian sendirian ke Mall tanpa kehadiran sang suami. Cek-percek ternyata mereka baru pisah ranjang. See? Pernikahan tidak sesimpel yang mereka kira. Itulah yang membuatku lebih selektif dalam memilih. Aku ingin lebih berhati-hati. Pokoknya urusan pasangan hidup tidak boleh terburu-buru. Percuma saja menikah asal-asalan atau karena paksaan pihak lain. Yang akan menjalani kehidupan berumah tangga kan aku. AKU. Dan saat ini moodku berkata aku belum siap dan belum betul-betul berpikir kesana. Kesimpulannya: aku sedang tidak mood. Ya sudah. Jangan memaksa.

Lagipula aku agak malas kalau harus memikirkan tetek bengek pernikahan. Ribet! Aku sudah bahagia saat ini. Karierku lancar jaya, penghasilanku lumayan, kalau mau apa-apa tinggal beli sendiri, tidak perlu terikat peraturan konyol, punya banyak teman yang begitu care, orangtua yang sangat sayang padaku, dan kakak-kakakku sangat perhatian. Gaji mereka juga besar, kalau suatu saat aku terlilit utang, aku tinggal minta pada mereka. Yang tentunya kasus seperti itu tidak akan pernah terjadi meski kiamat sekalipun, sehingga aku tidak perlu repot-repot mengemis kiri-kanan. Aku wanita mandiri dan sangat percaya diri. Lantas, apa gunanya suami?

Bukannya aku benci pernikahan. Come on, aku bahkan punya boneka pasangan pengantin Romeo-Juliet bikinan nenekku. Aku juga pernah menggunakan taplak meja sebagai cadar waktu aku dan kakakku bermain sebagai mempelai. Tapi menikah beneran disaat karirku sedang bersinar? Aku lebih suka menjilati jempol kakiku di depan umum.

Well, mungkin aku hanya mengagumi gaun putih cantik, dekorasi, iringan orchestra, lampu-lampu indah dan kue pengantin berhias permata yang bersusun-susun. Tidak kebayang bagaimana kehidupan para pengantin bahagia itu selanjutnya. Tidak kebayang juga bagaimana jadinya Romeo dan Juliet jika mereka benar-benar menikah dan tidak jadi bunuh diri. Apakah mereka akan meributkan siapa yang tukang kentut dan siapa yang napasnya paling bau?

"Maaf, maaf, saya terlambat. Tadi harus membeli beberapa pesanan nyonya besar." Seorang pria bersetelan jas rapi datang tergopoh-gopoh sambil membawa setumpuk kantung belanjaan, "Aku tidak melewatkan sesuatu kan?"

"Tidak. Sama sekali tidak. Anda pasti Tuan Cha Sunwoo." Aku berdiri sebentar untuk menyalami pria itu.

"Ya, panggil saja Baro." Pria itu balas menjabat tanganku.

"Kebetulan sekali, Tuan Baro. Kami belum—"

"Wuaaah! Kau hebat, darling! Kau berhasil mendapatkan semuanya?" tiba-tiba Sandeul berteriak norak dan membuat separuh departemen menoleh kaget, "Terima kasih, sayang. Aku benar-benar menikahi pria yang tepat." Dia memeluk kekasihnya dengan wajah berbinar-binar. Tampang wanita penyihir jahatnya lenyap entah kemana.

Diam-diam aku memutar bola mata. Ternyata daritadi dia berwajah masam gara-gara memikirkan barang-barang belanjaannya yang belum juga tiba. Yaah… kalau aku jadi dia aku juga pasti akan merasa cemas. Apa cowokku tidak membeli barang yang keliru? Apa cowokku berhasil mendapatkan tas Christian dior yang sedang sale 70%? Apa cowokku akan tiba di Factory Outlet pada waktunya? Ya Tuhan! Betapa bahagianya punya kekasih yang benar-benar mengerti kebutuhan pribadi kita. Apalagi sampai rela menjebloskan dirinya diantara kerumunan ibu-ibu beringas pemuja diskon. Berani bertaruh, tidak ada yang bisa mengalahkan keberingasan mereka. Bahkan Godzilla sekalipun. Betapa beruntungnya Sandeul, pacarnya pengertian dan kelihatannya super lugu. Jadi bisa diperalat… eng, maksudku, dimintai tolong. Serius lho, jarang-jarang ada pria seperti Baro yang mau disuruh-suruh mengangkat bertumpuk-tumpuk belanjaan tanpa mengomel. Padahal tadi dia nyaris menabrak pintu masuk gara-gara kantung plastik Gucci menutupi wajahnya.

Mataku terpaku dan seluruh sarafku mati suri saat melihat brand-brand terkenal yang tertera di tumpukan kantung belanjaan.

Burberry, Matthew Williamson, Dolce & Gabbana, Chanel, Gucci, Louis Vuitton, Giorgio Armani, Anya Hindmarch, Temperley, Prada dan Jimmy choo?! Mereka memborong seisi toko?!

Oh-my-god.

Aku ingin punya kekasih seperti Baro!

"Sebenarnya aku masih punya satu kejutan lagi untukmu sayang." Baro melebarkan senyum nakalnya, "Dan kau pasti akan pingsan setelah melihat ini."

Sandeul menggenggam tangannya penuh harap, "Oh ya? Masih ada? Apa itu?"

"Tadaaaa!" Baro mengguncang-guncangkan kantong besar dan lebar dengan tulisan VERA WANG di depannya.

Aku dan Sandeul kompak menahan napas seperti orang tercekik.

"Ini… kau… benar-benar…" Sandeul meraih bungkusan itu kemudian mengeluarkan isinya.

Aku tercengang hebat saat menyadari gaun pengantin cantik yang digenggaman Sandeul terasa familier. Oh… tidak… itu kan…

"Gaun yang dipakai Blair Waldorf pemeran Gossip Girl di season 5 episode 11? No way!" ujarku setengah memekik. Good job. Sekarang aku kepingin menikah juga. Mereka berhasil membuatku iri setengah hidup.

Baro mengangguk dan melebarkan senyum bangga, "Ya, bukan sesuatu yang mudah didapatkan. Mengingat rancangan yang itu edisi musim gugur 2010. Itu artinya aku harus banting tulang dulu demi satu gaun pengantin edisi lima tahun yang lalu."

"Oh pasti, itu sangat indah sekali. Barangkali sudah laku terjual di pasaran hanya dalam waktu sepuluh hari," tukasku berusaha untuk tidak meneteskan air liur.

Sandeul berputar di tempat sambil menempelkan gaun itu di tubuhnya, "Aku akan terlihat menakjubkan."

Aku masih terpukau oleh A-line Chantilly lace gaun itu yang tampak bergelombang besar dan sedikit tak beraturan tapi justru disitulah letak daya hipnotisnya. Belum lagi bagian atasannya dipermanis dengan ornamen bunga-bunga cantik. Perpaduannya sungguh spektakuler.

Sekelebat bayangan tentang nuansa pernikahan classic romantic melintas di pikiranku. Jutaan ide-ide fantastis berkeliaran di udara dan hanya aku yang bisa melihatnya.

"Kau akan terlihat… sempurna." komentar tulus itu meluncur keluar begitu saja dari mulutku.

"Terima kasih," untuk pertama kalinya aku melihat Sandeul tersenyum.

"Kami ingin pesta pernikahan yang hebat dan tentunya sanggup membuat orang-orang terpukau," ucap Baro penuh tekad.

"Ya, dan jangan pikirkan soal budget. Karena kami benar-benar telah menabung dari jauh-jauh hari," Sandeul menimpali.

Bagus! "Serahkan saja semuanya pada kami. Aku berjanji akan mewujudkan pernikahan kalian menjadi sesuatu yang paling hebat dan memorable bagi semua orang." Aku suka pasangan-pasangan seperti Baro-Sandeul. Setidaknya mereka tidak saling melirik waspada kemudian berbisik di telinga hanya untuk menanyakan: "Apa kami bisa minta dekorasi sederhana dan lebih murah?". Bukan berarti aku tidak bisa membuat sesuatu dengan budget terbatas. Tapi… sederhana? Murah? Irit untuk moment sekali seumur hidup? Yang benar saja! Mending tidak usah menikah sekalian.

"Kami punya link-link dengan beberapa vendor ternama dan terbaik di Seoul. Seperti wedding photographer dan layanan katering yang biasanya melayani event-event besar. Tapi kalau kalian punya rekomendasi sendiri, saya bisa memasukkanya dalam daftar."

Baro menggeleng, "Sebenarnya kami belum merencanakan soal katering, fotografer, band dan florist."

"Ya, dan haruskah kami menyewa bartender juga?" tanya Sandeul.

"Tentu saja, Sandeul-ssi. Malah pesta pernikahan tanpa bartender dan limun menurut saya agak hambar. Terus…" aku mengamati tulisan cakar ayamku. Sepertinya aku telah melewatkan sesuatu, "Oh iya… bagaimana dengan pembawa cincin? Jika anda ingin sesuatu yang lebih memorable, saya sarankan kalian menyewa pembawa cincin dari Nettie's party and zoo."

Sandeul memelototiku seakan-akan aku makhluk hijau dari luar angkasa, "Party zoo? Hewan maksudnya? Pembawa cincin kami hewan?"

Lho? Memangnya salah? "Coba bayangkan kuda putih yang telah dihias sedemikian rupa membawakan anda cincin sambil menyusuri karpet menuju altar. Lalu setelah kalian mengucapkan janji suci, kalian bisa berkelana menaiki kuda mengelilingi padang bunga yang luas. Tidakkah itu romantis?"

Baro tersenyum geli sambil menggelengkan kepala, "Boleh juga sih. Tapi sayangnya kami ingin yang indoor saja. Lagipula ini musim dingin, bukan waktu yang tepat untuk berkuda."

Oh iya. Tentu saja sekarang musim dingin! Orang idiot macam apa yang mau mati konyol di hari pernikahannya gara-gara kedinginan saat berkuda? Ck! Ya sudahlah. Toh aku juga sudah punya gambaran akan seperti apa jadinya indoor wedding untuk mereka.

"Rencananya tamu-tamu yang hadir nanti ada sebanyak 300 orang. Tidak kurang dan tidak lebih," tambah Sandeul.

Tiga ratus? Aku harus menciptakan sesuatu yang wow untuk tiga ratus pasang mata.

"Apa kalian tertarik dengan tema Winter Blossoms? Tentu saja semuanya harus serba putih, atau mungkin ada sedikit aksen emas, silver atau pastel. Di ruang resepsi kita bisa pakai kursi kayu dengan pita putih dan bunga krisan putih yang terikat dibagian belakangnya. Meja prasmanan panjang dengan taplak berbahan linen, lilin-lilin tinggi dan vas bunga. Lampu-lampu lentera berbentuk teratai merah yang menggantung rendah di langit-langit. Tirai-tirai putih yang menjuntai disana-sini dipadu bunga-bunga cantik dalam berbagai warna. Miniatur ferris wheel diatas meja sebagai wadah untuk meletakkan kue-kue. Menara cupcake mini. Dekorasi pohon-pohon kurus bertangkai putih yang melengkung seperti gua di sepanjang jalan menuju altar. Kolam dan air mancur yang dipenuhi mangkuk lilin-lilin terapung, itu bisa kita tambahkan sendiri di areal taman. Cermin-cermin besar berfigura emas dengan ukiran vintage yang unik sebagai penghias di beberapa sudut ruangan lain. Dan jangan lupa kue pengantin lima susun dengan inisial nama mempelai yang terukir cantik di tengah-tengah kue ke-3. Bagaimana menurut kalian?"

Sandeul menelan ludah dan Baro masih diam tanpa kata saking terpesonanya. Atau penjelasanku yang terlalu sulit dicerna otak manusia? Ah, biarkan saja. Mungkin dengan sketsa bisa lebih jelas. Tidak sia-sia kuliah di arsitektur selama tiga tahun.

"Kenapa harus teratai?" Baro akhirnya buka mulut setelah pulih dari bisu mendadak.

Perfect. Mulutku sudah berbusa-busa menerangkan dan yang dia tanyakan cuma: "Kenapa harus teratai?"

"Karena teratai merah melambangkan cinta dan kasih sayang. Atau biasanya untuk melambangkan keindahan dan keterbukaan hati," jelasku mengutip ucapan kakak iparku yang keturunan cina saat dia menerangkan makna-makna teratai waktu kapan hari.

"Kedengarannya bagus." Sandeul menyunggingkan senyum lebar. Lihat kan? Dia suka ideku!

"Terus untuk photographer pre-wed, kami biasanya kerja sama dengan Classio atau The Photoplasm. Vendor yang paling laris di Loverly Royal. Ini hasil jepretannya, siapa tahu kalian tertarik untuk meng-hire mereka." Kalau aku pribadi sudah pasti bakal menyewa mereka. Siapa sih yang tidak mau diprotret di tengah-tengah lembah pegunungan Everest atau padang pasir di Kairo? Mau yang agak sedikit anti-mainstream? Coba lihat gambar kedua mempelai yang berfoto di bawah laut Karibia lengkap dengan busana pengantin mereka serta hiu yang mulutnya terbuka lebar dan siap melahap kepala si mempelai pria.

Sandeul dan Baro tampak serius mengamati hasil jepretan foto-foto dari kedua vendor rekomendasi dan beberapa vendor lain yang juga hasil karyanya tak kalah menakjubkan. Sambil sesekali berbisik-bisik dan terkikik menunjuk beberapa foto yang mereka anggap terlalu 'unik'.

"Hei, lihat sayang. Aku tertarik sama yang ini." telunjuk Sandeul tiba-tiba berhenti diatas sebuah foto pasangan mempelai yang berbusana nyentrik seperti pemeran figuran dalam film 'Wanderlust'. Mempelai prianya memangku gitar kayu klasik dan si wanitanya bersender di bahu. Mereka duduk di ambang pintu mobil van kuning jadul yang sudah dihias dengan lampu-lampu kecil. Serta pohon besar di belakang mobil juga dihias lampu-lampu kecil. Di depan mereka ada api unggun sungguhan yang semakin mempertegas kesan 'Love Nature' -nya. Lalu latar belakang langit malam bertabur bintang dengan meteor kecil yang numpang lewat. Nuansa hippiesnya kental sekali. Simpel but cheesy.

"Yang itu Pie's Click, memang sih tarifnya agak wow. Tapi menurut saya sangat sebanding dengan hasil."

Baro juga ikut kagum dengan hasil-hasil jepretan dalam album milik vendor Pie's Click, "Tidak masalah. Sudah kami tekankan budget bukan masalah."

"Menurut pengalaman yang sebelum-sebelumnya, mereka juga meng-hire fotografer untuk photo booth dilokasi pesta pernikahan. Jadi para tamu bisa sepuasnya ber-narsis ria di tengah-tengah rangkaian acara makan siang. Ditambah lagi jika ada lantai dansa dan band jazz sebagai pengiring."

"Setuju sekali, photo booth, band jazz dan lantai dansa." Sandeul manggut-manggut.

"Terus pas acara santai, barangkali kalian mau mengkhususkan untuk sanak keluarga saja dan teman-teman terdekat saja? Dan Sandeul-ssi bisa pakai gaun cocktail warna pink cerah, kemudian gaun warna broken white saat makan malam…" Sementara kami terus berdiskusi panjang lebar, tanganku juga aktif mencatat berapa banyak kartu ucapan yang harus dibagikan, kombinasi makanan apa saja yang tepat untuk resepsi, acara santai, dan makan malam. Daftar vendor-vendor yang bisa digaet untuk kerja sama, detail-detail yang harus ditambahkan diatas meja tamu, busana pengiring pengantin wanita, busana pengiring pengantin pria, dresscode para tamu undangan, gaun yang akan dikenakan bocah pembawa cincin, musisi band jazz dan artis lokal yang akan diundang untuk berpartisipasi, serta permasalahan tetek-bengek lainnya.

Setelah semuanya fix, aku kembali menuangkan imajinasi-imajinasi dalam kepalaku dalam bentuk sketsa diatas kertas putih dan bagaimana jadinya ruangan-ruangan Venue yang membosankan itu jika disulap menjadi sesuatu yang lebih romantis dengan pohon natal…

Eh iya, pohon natal! Apa jadinya Winter tanpa pohon natal? Atau sekalian saja pohon natal raksasa! Dan… kembang api? Ya, itu dia! Gabung saja keduanya.

"Jika boleh saya sarankan, bagaimana jika ada pohon natal raksasa setinggi 32 meter? Lalu saat seluruh rangkain acara telah usai, penyalaan lampu pohon natal raksasa bisa dibarengi dengan kemunculan kembang api merah, biru dan putih yang meledak secara beruntun di udara. Pasti tidak hanya tamu-tamu undangan anda saja yang terpukau. Tapi seluruh warga Korea Selatan yang kebetulan belum tidur malam itu. Saya berani bertaruh pasti akan spektakuler sekali. Di pagi hari nama anda berdua akan muncul di Koran dan—"

"Waah, aku suka sekali, sayang. Pohon natal raksasa! Foto-foto kita bakal muncul di media massa dan orang-orang akan membicarakannya terus." Sandeul mengguncang-guncang bahu pasangannya super heboh.

Foto-foto kita? Palingan yang masuk koran hanya foto pohon dan kembang apinya saja.

"Aku tahu, sayang. Pesta pernikahan kita akan jadi yang paling amazing tahun ini!" Baro balas memeluk Sandeul. Ekspresi mereka sungguh sangat bahagia. Pelukan sambil menari berputar-putar mengelilingi sofa. Well, agak norak sih sebenarnya. Tapi masa bodoh. Selama mereka sanggup bayar lunas dimuka, plus ada bonus akhir tahun yang memuaskan. Tahun lalu aku hanya dapat sedikit dari atasanku si jalang pelit dan itu kurang cukup buat sepatu Christian Louboutin bahkan yang sudah didiskon sekalipun. Jadi jalan satu-satunya adalah dengan memainkan beberapa 'trik pintar' agar aku bisa dapat 'sesuatu' sebagai ganti uang tunai.

"Ehmm…" aku berdehem keras dan dua celeb-wannabe itu berhenti menari-nari. "Maaf, bukannya bermaksud mengganggu kesenangan kalian. Tapi apa kalian pernah lihat tas Chloe baby pink metallic dengan tali rantai berwarna emas?"

.

.

.

.

Yeaaahhh! Sandeul punya tas Chloe incaranku! Demi Tuhan aku suka bisnis ini! Tiada uang barang pun jadi. Sandeul bahkan sudah berjanji akan mengirimiku besok pagi, langsung ke alamat rumah. Yihaaaa! Sekarang gantian aku yang menari-nari mengelilingi sofa.

Sebenarnya aku pernah lihat tas Chloe dengan model serupa warna abu-abu milik Chanyeol, kakak sulungku. Itu oleh-oleh waktu suami tersayangnya, Kris, liburan ke Indonesia. Angkanya sungguh fantastis. 25.187.750 IDR atau setara dengan 2.165.283 Won Korea. Enam angka dibelakang titik yang baru dipandangi saja sudah bikin kepalaku pusing-pusing selama dua minggu.

Bukannya gajiku sangat kecil dan aku tidak sanggup beli sendiri. Tapi jika kalian bisa dapat secara cuma-cuma, kenapa harus pusing? Terlebih jika tasnya masih baru dan baru digunakan sekali.

Itulah gunanya punya banyak koneksi. Yaa, lihat-lihat dulu sih jenis kliennya seperti apa. Kalau klienku milyuner seperti pasangan Baro-Sandeul yang kemana-mana naik mobil mewah, sudah jelas tas segitu tidak akan berarti apa-apa buat mereka. Hilang satu muncul seribu. Lain halnya jika mereka orang kampung yang jauh-jauh datang pakai motor vespa keluaran jaman batu, mungkin aku hanya akan minta uang tip kecil untuk segelas coklat panas dari Starbucks ditambah Mangoo smoothie bubble dari Sharetea untuk minuman iseng di sore hari. Tidak ada yang sanggup menolak karena pekerjaanku selalu memuaskan dan mengundang decak kagum. Jadi kurasa aku lebih dari pantas diberi 'bonus' atau… 'penghargaan'? Contoh lain, kemarin salah satu klienku memberikan parfum Anna Sui Lavie De Boheme sebagai ucapan terima kasih. See? Dengan bermain 'trik pintar' seperti ini saja aku sudah berhasil menghemat pengeluaranku sebanyak delapan puluh persen.

Licik? No, no, no! Kalian salah besar! Ini namanya barter. Taktik baru dalam dunia perbisnisan. Mottoku sekarang: Ada barang, ada jasa!

Hei, apa salahnya sih? Mestinya kalian bisa mengerti. Aku 'kan sudah bersusah payah banting-tulang demi mewujudkan pernikahan impian orang-orang. Moment sekali seumur hidup yang tak akan bisa terulang lagi. Yah, kecuali kau ingin menikah dua kali. Tapi kan sensasinya pasti beda.

"Permisi."

Aku menoleh dan mendapati pasangan muda lain sedang nyengir dibelakangku.

"Perkenalkan, saya Chen." Pemuda kurus itu mengulurkan tangan.

"Dan saya Minseok." Gadis berambut panjang dan berpipi tembam di sebelahnya juga mengulurkan tangan.

"Kami berdua penggemar The Walking Dead." Chen memulai curhatannya.

"Ya, kami ingin pesta pernikahan yang unik dan beda dari pasangan-pasangan kebanyakan." Timpal Minseok mengangguk-angguk mantab.

The walking dead? Oh, film zombie berseri yang sedang laris manis itu ya?

Aku sudah bisa membayangkan bagaimana jadinya foto pre-wed mereka nanti. Chen memanggul bazooka di pundaknya dan Xiumin menggenggam tongkat bisbol penuh darah. Mereka memakai baju pengantin resmi dengan pose 'Ready to dead'. Biar lebih dramatis akan ada efek hujan deras dibarengi dengan petir menyambar-nyambar pepohonan. Sedangkan tamu-tamu undangan mereka adalah zombie-zombie jelek berkulit hijau yang menjulurkan tangan kesana-kemari, siap menerkam isi kepala siapa saja. Terus latar belakangnya gereja tua yang atap-atapnya sudah gosong karena terbakar habis. Kobaran api, zombie berlumuran darah dan hujan petir. Baru dibayangkan saja sudah bikin bulu kudukku merinding semua. Oh, aku bisa merasakan itu! Pasti bakal seru sekali! Memberikan arti baru bagi frase "sampai kematian memisahkan kita."

Ketika tanganku bergerak untuk menyalami mereka, tiba-tiba saja tatapanku terpaku kebawah. Kearah kaki-kaki Minseok. Aku terdiam. Memandangi kedua kaki Minseok bergantian.

Tidak, tidak. Aku bukan lesbian dan sama sekali tidak tertarik pada kaki Minseok. Ada hal lain yang menarik perhatianku. Sepatu ankle bot koboi Gianvito Rossi ber-hak persegi, warnanya coklat muda dan dilengkapi risleting. Wow. Kalau dipikir-pikir aku belum punya yang seperti ini di rumah. Gianvito Rossi adalah perancang sepatu legendaris dari Italia dan bot koboi ini baru muncul di Vogue edisi minggu lalu, dibawah judul 'The Most Wanted Stuff in 2016'.

Mendadak aku ingin naik kuda sambil pakai sepatu bot koboi. Persetan cuaca dingin! Persetan badai salju!

Baiklah. Here we go again. Aku memasang senyum paling menyilaukan sepanjang sejarah peradaban manusia. "Jangan khawatir, itu bisa diatur. Saya berjanji akan melakukan yang terbaik untuk kalian."

.

.

.

.

Aku segera menyambar ponselku yang tergeletak begitu saja di meja rias. Nama 'K-eonni' berkedip-kedip di layarnya.

"Halo, adik kecilku sayang. Apa kabar?" sapa kakak nomor duaku dengan nada paling ria dari biasanya. Pasti ada sesuatu yang tidak beres. Firasat buruk. Kyungsoo eonni tidak pernah terdengar seriang ini. Berarti ada 'sesuatu'. Entah apa. Yang jelas 'sesuatu' itu bukan hal yang baik.

"To the point saja. Ada apa sih?" aku memutar bola mata sambil menghempaskan diri diatas ranjang empuk.

"Hari ini ada diskon Holiday The Body Shop dengan pembelian diatas dua ratus lho. Dapat tas make up gratis sama bonus super volume maskara produk terbaru lagi!" ujarnya berpromosi.

Jantungku berdegup cepat bagaikan kereta api listrik melaju di lintasan rel hanya mendengar kata 'diskon', 'gratis' dan 'bonus'.

"No way! Kemarin aku kesana dan diskon-diskon itu belum ada. Kau tidak sedang bercanda kan?"

"Ya, tadi siang aku kesana dan The Body Shop center lagi ramai-ramainya. Kau harus keluar sekarang juga! Kalau perlu naik roket supaya cepat sampai. Buruan! Jangan sampai kehabisan!" Kyungsoo eonni berapi-api sekali. Dia jadi mirip instruktur senam kesehatan manula di Tv-Tv. Aneh sekali Kyungsoo eonni yang menjunjung tinggi falsafah hidup 'Marilah kita berhemat setiap hari' tiba-tiba menelpon adiknya yang paling boros sedunia (baca: aku) lalu mengabari soal diskon.

Meski dalam hati aku masih merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi berhubung The Body Shop lagi diskon besar-besaran akhir tahun, okelah, masa bodoh dengan firasat.

"Chanyeol eonni juga tadi baru dari sana dan dia bilang stoknya hampir habis," tambah Kyungsoo eonni yang membuat aliran darah ke otakku mendadak tersendat di telinga.

Oh Tuhan, Oh Tuhan! Aku harus kesana secepatnya! Aku mau tas make up gratis dan maskara baru! Kalau Chanyeol eonni yang suaminya kaya raya saja rela antri demi maskara gratis, kenapa aku tidak? Kebetulan body butter di kamar mandi sudah sangat menipis. Otomatis aku perlu persediaan dua body butter baru untuk tiga bulan kedepan. Yah, mungkin beli bedak dan parfumnya juga sekalian untuk kumpul-kumpul poin. Lagipula hari ini kan ulang tahunku! Aku akan dapat potongan harga ulang tahun. Yippiee!

Ketika melongok ke jendela, cahaya matahari bersinar terang sekali. Benar-benar cuaca yang bagus untuk duduk di Black Canyon dan memesan secangkir cappuccino setelah berbelanja.

Kayaknya aku tidak perlu berganti baju lagi. Tidak sempat. Begini saja sudah keren. T-shirt Mango putih dipadu dengan vest hitam Calvin Klein dan rok pendek biru navy. Cukup ganti sepatu hitam membosankan dengan sepatu hak tinggi Moschino-ku yang baru. Sip. Aku siap beraksi! Maskara baru, mommy datang menjemputmu.

.

.

.

.

"Surprisee!" pekik jerit menyambutku begitu aku membuka pintu apartemen lebar-lebar. Bagai narapidana yang tertangkap basah, aku menjatuhkan semua barang-barang belanjaan ke lantai, lalu beringsut menjauh sedikit. Seolah-olah kantung-kantung belanjaan itu tak punya hubungan sama sekali denganku.

Walaupun sudah menantikannya, aku benar-benar kaget melihat begitu banyak wajah yang kukenal. Papa, Mama, Chanyeol eonni, Kyungsoo eonni dan suami-suami hot mereka—Kris oppa dan Suho oppa—lalu anak-anak mereka yang cakep-cakep dan menggemaskan, Zhuyi yang duduk di bangku kelas lima, Dennis yang baru kelas tiga dan Sophia yang resmi jadi penghuni Taman kanak-kanak lima bulan lalu (semuanya murni hasil pergulatan 'panas' Kris oppa dan Chanyeol eonni diatas ranjang), kemudian Junkyu (putra semata wayang Suho oppa dan Kyungsoo eonni, hasil bulan madu manis mereka di Portugal). Tak ketinggalan pula sahabat terbaikku, Yixing.

Aku dan Yixing sudah berteman sejak SMA. Sekarang dia bekerja sebagai penulis untuk kolom rekomendasi hotel-hotel mewah dari seluruh dunia. Yixing itu jurnalis di kantor Majalah pesawat 'Asian & World Travel'. Itu lho, Majalah yang selalu terselip di belakang kursi penumpang bersama dengan kantung muntah dan petunjuk penyelamatan diri. Biasanya hanya dibaca agar penumpang tidak merasa mual-mual atau mati kebosanan karena susah tidur. Jadi Yixing sering keliling dunia untuk menulis tentang kelebihan-kelebihan hotel ini dan hotel itu. Kadang-kadang juga dia menulis tentang wisata kuliner di tiap Negara. Aku paling suka melihat artikel Yixing yang membahas tentang hotel-hotel bintang lima. Selalu terpukau dengan keindahan kolam renang berhias panorama indah sebagai latar belakang atau luxury room yang bagaikan kamar permaisuri raja. Gara-gara dia aku sempat tergoda untuk melamar di kantor majalah pesawat terbang juga. Meski akhirnya ditolak dengan alasan aura-aura jurnalisku katanya kurang kental.

"Wow!" aku dihinggapi rasa shock bercampur terharu, "Apa-apaan ini… kalian semua…"

"Ini acara syukuran ulang tahunmu!" Chanyeol eonni berbinar-binar gembira.

Kyungsoo eonni lari-lari kecil menghampiriku, "Kejutan! Kena kau!"

"Honey, kau belanja banyak lagi ya?" Mama menatap tumpukan barang di kakiku sambil berdecak-decak.

"Marc Jacobs? LK Bennet? Kukira kau hanya butuh maskara baru Body Shop?" Kyungsoo eonni memeriksa belanjaanku sambil terkikik geli. Kalau saja ini bukan hari ulangtahunku, dia pasti sudah mengomel tentang betapa banyaknya cewek-cewek di Afrika yang mati kelaparan karena kurang makan sementara aku disini malah belanja gila-gilaan. Lho? Itu kan salah pemerintah Afrika. Bukan salahku!

Aku gelagapan mules, "Engg… yaa… itu… tadi ada tas Marc Jacobs keren diskon lima puluh dan beberapa tas dari LK Bennet semuanya diskon enam puluh hanya untuk tahun ini."

"Terus ini parfum dan bedak? Bukannya minggu lalu kau sudah beli bedak dari NYX dan The Face shop? Memangnya kau butuh berapa bedak lagi sih?" Yixing malah ikut-ikut menyatroniku.

Aku meremas rambutku gemas, "Bedalah! Yang dari NYX kan bedak anti-uv. Aku juga butuh bedak Angel Skin The Face Shop untuk menjaga kelembapan kulit!"

"Nah anak-anak, jangan tiru bibi kalian yang itu ya?" Chanyeol eonni menunjukku.

"Goddamnit! Tujuan kalian kesini mau mengomentari belanjaan atau merayakan ulang tahunku sih?" pekikku frustasi.

"Sudah, sudah. Daripada ribut-ribut mending kita langsung ke inti acara lalu bersenang-senang." Oh, aku suka sekali Kris oppa. Diantara semuanya cuma dia yang tidak pernah menceramahiku tentang kebiasaan belanjaku yang super duper parah atau mengataiku 'Hun si maniak belanja'.

"Maaf, maaf. Ayo sini. Biar kutunjukkan ruang pestanya" Chanyeol eonni menyeringai kemudian menggiringku ke ruang duduk.

Aku tidak percaya melihat ruang apartemenku sudah dihias sedemikian rupa. Padahal rasanya aku baru meninggalkan rumah selama sejam. Cepat juga pergerakan mereka. Sejauh mata memandang ada balon-balon warna perak dan emas tergantung dimana-mana, tulisan 'HAPPY BIRTHDAY AUNTIE SEHUN!' terpajang di tembok, kue tar besar bertengger ditengah-tengah meja makan dengan berbagai hidangan dan kue-kue enak lainnya, tumpukan kado di sudut ruangan, serta botol-botol sampanye di wadah berisi es batu.

"Aduh…" suaraku bergetar dan aku bersusah payah menahan tangis, "Ini benar-benar…"

"Jangan menangis, sweety!" sergah Mama sambil menyeka air mataku.

"Ini minum dulu." Papa menyodorkan gelas ke tanganku.

"Seharusnya kita tidak mengagetkan dia." Chanyeol eonni terlihat agak khawatir, "Sudah kubilang, dia bakal… kaget berat."

"Kau benar-benar kaget, Hun?" Yixing merangkulku dengan senyum geli tertahan.

Aku mengangguk-angguk, "Sangat."

"Surprise kita berhasil, daddy mommy! Bibi Hunnie kaget!" Sophia melonjak-lonjak kegirangan. Kris oppa meraih putri bungsunya lalu mendudukkan gadis kecil itu diatas pundaknya. Tiap kali melihat Kris oppa, otakku selalu refleks membayangkan jika suatu saat aku punya suami idaman seperti dia yang tidak hanya hebat di kantor, tapi juga hebat dalam mengurus anak.

"Kau belum melihat semuanya," tukas Suho oppa setelah buru-buru menghabiskan segelas sampanye pertama, "Oke, semua, berbaris! Dalam hitungan ketiga, buka jaket kalian." Dia memberi aba-aba dan dalam hitungan detik, para rombongan sirkus bahagia itu telah berderet rapi membentuk barisan paduan suara.

"Satu… dua… tigaa!"

Semua orang, mulai dari Papa hingga Junkyu menyibakkan jaket mereka. Dan dibaliknya, mereka semua kompak mengenakan kaos putih seragam yang kayaknya sengaja dipesan dari jauh-jauh hari dengan tulisan:

HAPPY 28 YEARS OLD. WE LOVE YOU, SEHUN! YOU ROCKOS!

Mendadak aku terserang penyakit gagap. Mereka tampak seperti fans-fansku yang sedang antri menunggu giliran tanda-tangan. Tapi… tunggu dulu…

Kok Rockos? Semestinya 'Rocks' ya kan? Atau itu memang bahasa Spanyol?

"Oh ini…" Chanyeol eonni cengengesan mewakili semuanya, "Tenang saja, cuma kesalahan dari tukang sablon sialan."

Pantas. Ternyata memang salah cetak.

"Duduklah, honey. Kita makan-makan dulu." Mama menggiringku kembali ke sofa lalu menyodorkan piring berisi kue dadar bebek peking, "Ini buatan Kyungsoo eonni. Dia baru belajar resep baru kemarin dari Mommynya Kris."

"Iya, itu semua kumasakkan khusus demi kau, lho!" ujar Kyungsoo eonni, "Harus dihabiskan ya? Aku tidak mau melihat ada setitikpun sisa di piring-piring itu."

Aku mencibir. Huh. Selalu cerewet seperti biasanya.

"Ayo anak-anak, berikan kado-kado kalian pada Bibi Hunnie," tukas Chanyeol sambil menggiring anak-anaknya ke depanku.

"Selamat ulangtahun, Bibi Hunnie." Zhuyi menyerahkan kado berukuran besar.

Aku mengguncang-guncang isinya, "Apa ini? Bukan koleksi senjata robot gundam kan?"

Tawa menggelegar terdengar di seantero ruangan dan Zhuyi tampak malu-malu kucing dengan pipi merah padam. Aw, dia manis sekali! Wajahnya begitu mirip Kris oppa waktu kecil.

"Ini buatmu, Bibi!" Dennis selalu tampak ceria dan suka tersenyum lebar seperti Ibunya.

"Terima kasih, dear." Aku mengusap-ngusap kepala Dennis. Kadonya berukuran sedang. Sepertinya Chanyeol eonni sengaja mengatur besar kado anak-anaknya sesuai urutan kelahiran mereka.

"Bibi Hunnie, Bibi Hunnie, ini kadoku. Nanti punyaku dibuka duluan ya?" Sophia kecil tergopoh-gopoh membawakan kado mungil yang sama mungilnya dengan ukuran telapak tangannya.

Aku mencubit pelan pipi Sophia, "Oke! Beres deh, tuan putri! Pasti kubuka duluan."

Giliran Junkyu yang maju, "Bibi, aku punya barang menarik dalam kado itu. Lebih menarik dari punya Sophia. Punyaku saja yang dibuka duluan," cerocos Junkyu dengan suara cemprengnya. Junkyu dan Sophia seumuran dan aku selalu merasa mereka seperti sengaja bersaing atau apa. Soalnya dua bocah itu selalu terlibat adu mulut tidak jelas setiap kali bertemu.

"Tidak boleh! Pokoknya kadoku yang lebih bagus dan harus dibuka duluan!" Sophie bersungut-sungut kesal, nyaris mewek.

Tuh kan. "Hei, sudah jangan berkelahi. Bibi akan buka punya kalian duluan secara bersamaan. Nih, lihat." Aku mulai merobek bungkusan kado-kado mungil milik Sophia dan Junkyu dibawah sorot tajam algojo-algojo kecil itu.

Wow. Ternyata kedua-duanya memberiku…

Gelang kerang?

Gelang kerang dengan bentuk yang sama.

"Itu buatan tangan Junkyu dan Sophia, mereka diajari oleh guru TK mereka cara membuat kerajinan tangan dari hasil budidaya laut dan langsung mempraktekannya untuk kadomu," jelas Chanyeol eonni memamerkan deretan gigi-giginya yang terawat.

"Kami sepakat membuat sendiri hadiah-hadiah kami karena kau pasti sudah memborong seluruh toko di Korea," Mama menimpali.

"Ya, tidak ada lagi yang tersisa untuk kami beli," ungkap Papa yang langsung mengundang tawa seisi ruangan.

Aku senyam-senyum salah tingkah.

Begitu kubuka kado punya Dennis, ternyata isinya gelang kerang lagi! Hanya saja yang ini bentuknya lebih besar dan lebih colorful…

Oh, tidak… jangan-jangan…

Mereka tidak beramai-ramai memberiku gelang kerang, kan?! Dalam rangka apa ini? Hari laut nasional?!

"Trims, anak-anak. Gelang-gelang ini membuatku kepingin tiduran di pasir Hawai."

Yixing terkekeh, "Jangan begitu. Kau kan belum lihat yang lain. Nah, silahkan buka kadoku." dia meletakkan bingkisan segiempat dihadapanku dan aku merobek kertas pembungkusnya dengan harap-harap cemas. Aku bersumpah jika isinya gelang kerang lagi, aku akan mengamuk dan membubarkan pesta ini.

"Wow," gumamku ketika melihat isinya. Ini indah sekali! Ternyata bukan gelang kerang. Melainkan bingkai foto yang sangat apik, terbuat dari kayu yang dicat warna pink pastel, dengan figura yang diberi hiasan bintang laut, mutiara plastik, dan… kerang lagi…

Tidak ingin putus asa dulu, aku buru-buru merobek bingkisan kado dari Suho oppa. Tebak apa isinya? Handuk murah yang ditempeli gambar monster kerang besar. Mulai putus asa, aku membuka kado dari Kyungsoo eonni dan ternyata isinya sepasang sendal mandi yang ada hiasan kerangnya.

Oke. Demi penguasa laut. Akan kubunuh guru TK Sophia dan Junkyu! Rupanya kita sedang memperingati hari budidaya kerang nasional, bukan ulang tahunku!

Aku memelototi Kris oppa dan Chanyeol eonni bergantian, "Apa kalian akan memberiku kaos kaki dari ekstrak kulit kerang?"

Sial! Mereka malah tertawa.

"Hei, Hun, tahu tidak? Mau keluar sebentar? Ada yang ingin kami perlihatkan." Jempol kanan Kris oppa mengarah ke pintu.

Aku menyipitkan mata curiga, "Apa?"

"Sudah, ikut saja." Chanyeol eonni keburu menarikku paksa sebelum aku sempat protes.

"Eitss, tunggu!" Yixing mendekatiku sambil cengengesan jahil. Aduh apalagi ini? Mereka menutupi mataku seluruhnya dengan kain hitam. Lalu pelan-pelan menuntunku entah kemana. Aku tidak percaya masih ada kejutan lain di luar sana. Semoga mereka tidak menyiapkan yang aneh-aneh.

Chanyeol eonni berhenti menuntunku dan para bocah terkikik melihatku kebingungan seperti orang buta. "Nah, Sehun. Inilah kado dari kami yang sesungguhnya."

Hah? Jadi kado serba kerang tadi tipuan?

"Tadaaaa!"

Begitu penutup mata tersibak, aku langsung tercekat dan melongo hebat.

Wow. Bukan main! Mobil siapa ini? Jangan bilang ini kado untukku? Mobil Hyundai Eon warna putih?

Baiklah. Kayaknya sebentar lagi aku bakal pingsan.

"Kami semua sepakat kongsi-kongsi untuk membeli ini setelah melihat perjuangan kerasmu mondar-mandir mengurus semuanya sendiri hanya dengan bermodalkan taksi," tukas Papa sembari menepuk-nepuk lembut puncak kepalaku.

Aku masih tidak percaya. Diam-diam keluarga dan sahabatku berkomplot dibelakang untuk beli mobil sebagai kado ulangtahun?

Kyungsoo eonni tersenyum, "Ya, dan mulai besok kau tidak perlu kehujanan lagi di pinggir jalan gara-gara menunggu taksi."

Aku memandangi mereka semua dengan mata berkaca-kaca. Fantastis! Mereka semua… keluargaku… mereka…

"Terima kasih. Ini… sangat… bagus." Air mataku merebak dan aku tak berhenti menggeleng kagum.

"Kau suka kan, sayang?" Mama membelai rambut panjang kecoklatanku.

Aku mengangguk antusias, "He-eh, suka banget." Aku sudah lama kepingin punya kendaraan pribadi tapi tidak pernah kesampaian karena uang tabunganku selalu habis tanpa pernah terkumpul banyak. Begitu menemukan mobil ini terdampar diantara deretan mobil-mobil raksasa lainnya dalam pameran otomotif tahun lalu, entah kenapa aku langsung jatuh cinta. Habis bentuknya imut-imut dan sangat feminim. Kecil sih. Tapi masih lebih lumayanlah daripada taksi.

"Nah, Sehun. Jika kau tahu cara menabung yang baik dan benar, mungkin kau bisa beli sendi—" Suho oppa buru-buru membekap mulutnya begitu dipelototi Kyungsoo eonni, "Yah, maksudku, santai saja. Pergunakan mobil ini dengan sebaik-baiknya. Karena ini sekarang milikmu."

"Tentu saja. Sekali lagi terima kasih." aku berbinar-binar cerah dan nyaris memeluk mereka satu-persatu. Senangnya punya orang-orang yang care seperti mereka. Bahkan Papa-Mama yang sudah jadi pensiunan pun ikut patungan demi mobil ini. Juga Yixing yang baru-baru mengeluh soal gaji pegawai di kantornya. Lalu Kyungsoo eonni yang irit dan Suho oppa yang pelit. Kemudian Kris oppa dan Chanyeol eonni yang tidak pernah gagal membuatku iri habis-habisan. Mereka semua memikirkan aku.

"Bibi Hunnie…" Zhuyi menarik-narik ujung rokku, "Kau tadi belum buka kado milikku kan?"

Aku mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Sebenarnya ini kado yang sesungguhnya dari kami semua—aku, Dennis, Sophia dan Junkyu. Ini hasil patungan uang jajan kami selama sebulan. Mungkin tidak sebagus mobil. Tapi kuharap Bibi akan menyukainya juga."

Astaga. Bahkan anak-anak ini…

"Silahkan dibuka." Zhuyi menyodorkan bingkisan kado besarnya tadi.

Perlahan aku merobek bingkisan kado dan terpesona mendapati sepasang boneka Barbie Edward Cullen dan Bella Swan mejeng manis di dalam kotak boneka yang cantik dan elegan. Ini kan boneka Barbie edisi Twilight limited edition yang pernah kutaksir di e-bay tiga hari yang lalu?! Bagaimana mereka bisa tahu aku menginginkan Edward mini dan Bella mini duduk di meja riasku?

"Kemari kalian." Aku memeluk keponakan-keponakanku penuh rasa haru.

God. Aku betul-betul cinta keluarga ini! Dan kuharap suatu saat nanti jika aku punya anak, anak-anakku akan semanis mereka.

Tiba-tiba aku dihinggapi rasa malu karena hanya membeli satu jepit rambut angry bird sebagai hadiah ulangtahun Sophia.

"Kayaknya kita melewatkan sesuatu tadi." Chanyeol eonni merangkul pinggang Kris oppa, lalu ditatapnya wajah sang suami tercinta.

Kris oppa manggut-manggut, "Kau benar, sayang. Sehun kan belum tiup lilin dan make a wish."

"Ya sudah, ayo kita masuk dulu, perutku juga lapar." Papa menggandeng tangan Mama penuh semangat dan mereka terhuyung-huyung menuju pintu masuk utama.

"Yeee! Kue tart!" Sophia meloncat-loncat riang.

"Aku mau mencicipi kue buatan Grandma Jae!" seru Dennis.

Aku mengamati mereka semua sambil tersenyum geli. Benar-benar potret keluarga bahagia. Sesuatu yang belum kumiliki sampai sekarang. Betapa beruntungnya Kyungsoo eonni dan Chanyeol eonni.

"Hai." Sekonyong-konyong, seorang pria berkulit agak kecoklatan datang menghampiriku lalu menyalami tanganku seenak udelnya. Siapa sih orang ini?

"Kau pasti Park Sehun adik ipar Kris Wu kan? Saya Kim Kai, mitra kerjanya yang baru. Selamat ulangtahun, maaf terlambat. Ini kado untukmu. Kris bilang aku tidak boleh datang kalau tidak bawa sesuatu."

Aku menatap Kris oppa penuh tanda tanya. Dia malah buang muka dan berpura-pura tertarik memandangi lumut-lumut di dinding.

"Eh iya, terima kasih." Ragu bercampur penasaran aku menerima kado pemberian pria itu. Seumur-umur baru kali ini aku dapat kado dari orang asing.

"Sudah, tidak usah malu-malu segala. Dibuka saja kadonya." Yixing mati-matian menahan tawa melihat muka heranku.

Malu-malu katanya? Siapa juga yang malu-malu!

Aku merobek bungkusan kado dari pria mencurigakan ini sambil menatapnya penuh rasa waswas. Apa yang sedang direncanakan Kris oppa sih? Dia tidak beralih profesi jadi Mak Comblang lagi kan?

Mataku spontan melebar kaget ketika melihat isi kadonya. Ternyata Tuan Kim Kai memberiku buku… Manfaat Kerang bagi Kehidupan?!

"Maaf, mestinya ini kuberikan tadi. Tapi karena saya datang terlambat dan bukunya sudah terlanjur dibeli, jadi ya sudah. Kan sayang kalau dibuang. Hahahah!"

Krik-krik-krik. Hening.

Aku memandangi Papa, Papa memandangi Mama, dan Mama memandangi pria aneh itu dengan kening terlipat.

What the hell…?!

"Ayo, anak-anak! Siapa yang mau kue jahe?" Kyungsoo eonni memecah kesunyian horror disekeliling kami.

Para bocah memekik, "AKUUU!"

Aku melangkah cepat-cepat, menjejeri langkah panjang Kris oppa kemudian berbisik tajam ke wajah datarnya, "Kau berutang satu penjelasan, Yang Mulia."

Dia malah tersenyum menyebalkan sambil menepuk-nepuk pundakku sok asik, "Simpel saja. Kau sudah terlalu tua dan kalian sama-sama lajang. Selesai. Forum ditutup."

Herghhhhh! Tuh kan! Dasar seenaknya sendiri! Dia memang berniat menjodohkan aku dengan orang itu!

Aku menoleh kebelakang. Mengamati Kai yang sibuk mengutak-atik ponselnya. Dari kacamata wanita dewasa, dia tampak seperti laki-laki mapan baik-baik. Dengan kaos polo putih, celana chino coklat dan sepatu oxford berbahan suede warna krem. Jika dilihat sekilas, penampilannya biasa saja, tidak berlebihan, tapi keren. Seolah dia memiliki daya magis kuat yang ampuh menghilangkan rasa kantuk di mata.

Oh, ya ampun. Aku baru sadar ternyata orang ini lumayan juga. Ralat, bukan lumayan, dia lebih dari itu! Tampan, tinggi, dan bertubuh tegap.

Hm, boleh juga. Barangkali dia tidak se-awkward yang kukira.

.

.

.

.

Kai menahan senyum melihat tingkah laku gadis yang baru dikenalnya selama dua menit. Beberapa detik yang lalu Sehun kelihatan hampir ngiler menatapnya, dan sekarang gadis itu justru mencoba segala cara untuk menghindari kontak mata dengan dirinya.

Interesting. Selama beberapa saat, Kai selalu tergoda untuk curi-curi lirik kearah Sehun. Menilai gadis itu, mulai dari ujung rambut hingga ujung jari-jari kakinya. Untuk keseluruhan, Sehun kelihatan seperti cewek-cewek kota kebanyakan yang kemungkinan besar akan mati kehabisan napas jika sehari saja tidak berkeliling di Mall. Okelah, dia memang cantik, berpenampilan modis, tubuhnya 'berlekuk-lekuk' seperti gitar spanyol, pintar merawat diri serta memiliki tungkai panjang yang indah. Tapi… ketahuan borosnya! Yaa, matrealistis, maybe? Come on, berapa orang sih di dunia ini yang dapat kado mobil saat mereka ulang tahun? Bisa dihitung jari. Dan gadis ini mendapatkan fasilitas mewah itu di hari spesialnya. Berani bertaruh harga baju-baju dan sepatu-sepatunya mungkin punya angka nol lebih dari lima.

"Sehun dear, bisa tolong bantu Mama cuci piring?" Jaejoong berteriak dari arah dapur.

"Tunggu dulu Ma, kuteks merahku belum kering!"

Fuh, egois.

Kyungsoo beringsut menjauh dari Suho lalu mendekati Sehun yang lagi sibuk menjemur tangan-tangan berpolesnya dibawah kipas angin, "Hun, hari minggu siang mau temani aku berbelanja di pasar Namdaemun? Kau bisa menemukan barang-barang bagus setengah harga."

Sehun mengedikkan bahu, "Entahlah, aku tidak janji. Jadwalku lumayan padat di hari minggu, apa kita akan naik mobil?"

Yap. Manja.

Kai menghela napas dalam-dalam. Kenapa sih cewek-cewek cantik di dunia ini selalu sama? So bloody typical. Sama-sama tidak beres! Apa dia juga akan menjerit histeris bila kuku-kuku cantiknya patah? Bagaimana nanti kalau punya bayi? Apa dia mampu merawat anak-anaknya?

Oh, stop. Belum apa-apa Kai sudah kepikiran soal bayi. Mungkin ini efek karena terlalu banyak minum.

.

.

.

.

Setelah acara makan-makan usai dan anak-anak telah terbang ke dunia-dunia fantasi mereka di alam mimpi, Yunho menyalakan mp3 player di ponselnya dan irama musik yang asik mengalun memenuhi ruangan tengah. Membuat bokong semua orang gatal untuk ikut bergerak. Semua orang kecuali Sehun yang 'asik sendiri' dengan di pojok sana dan Kai yang 'sibuk sendiri' di pojokan lain.

Yunho dan Jaejoong asyik bergoyang dengan pipi merona merah dan senyum berseri-seri. Kyungsoo berdansa dengan sebelah tangan merangkul leher Suho dan tangan lainnya menggendong Junkyu yang tiba-tiba terbangun dan ogah tidur lagi. Yixing berdiri canggung di tepi lantai dansa sambil sesekali menggoyang-goyangkan kepala dan mengobrol dengan suami bulenya lewat telpon.

Chanyeol mengenakan gaun pink berpotongan pendek dan (sebisa mungkin) berusaha mengimbangi gerakan Kris yang begitu terlatih. Chanyeol agak payah berdansa dan sudah sepuluh kali menginjak jempol kaki Kris. Yunho dan Jaejoong baru saja melenggang melewati mereka sambil melambaikan tangan. Chanyeol balas melambaikan tangan sambil meringis ngeri. Pasalnya Yunho dan Jaejoong lebih parah lagi dari Chanyeol. Mereka benar-benar tidak bisa joget. Jaejoong memegal-megolkan pinggulnya asal-asalan, sama sekali tidak sesuai irama, dan Yunho meninju-ninju udara seperti sedang berkelahi dengan tiga siluman raksasa.

Huuu! Goyangan mereka jelek sekali. Kenapa sih kakek-nenek yang sudah uzur selalu payah dalam berjoget? Mendadak pikiran menakutkan menguasai Chanyeol. Dua puluh tahun kemudian dia akan jadi kakek-nenek uzur, dan anak-cucu mereka akan menunduk malu melihat mereka berjoget. Tidak. Itu tidak boleh terjadi!

Chanyeol melepaskan diri dari pelukan Kris dan mempraktikkan manuver gerakan meliuk-liukkan tangan seperti gurita dan mengejang-ngejang seperti robot salah urat. Ini adalah tarian terbaru yang pernah Chanyeol lihat di video musik Rap waktu nonton Mtv bersama Dennis dan Zhuyi.

Kris menganga bingung, "Sayang? Kau sedang apa?"

"Ini namanya hiphop! Freestyle, you know? Aku sedang mempelajari gerakan-gerakan keren biar suatu saat nanti tidak malu-maluin didepan anak-cucu kita."

Jaejoong berhenti bergoyang dan mendekati putri sulungnya dengan raut cemas, "Chanyeol dear, kau kenapa? Tanganmu keram lagi ya?"

Ck! Keluarga ini buta tren musik hiphop ya?

Chanyeol terpaksa menghentikan aksi gerakan kejang-kejangnya. "Geez, aku tidak apa-apa, Ma. Hanya sedang berjoget. Tidak usah panik begitu."

Kris tertawa renyah. Istri tersayangnya ini selalu berhasil membuat dia terhibur, "Ayolah, Nicki Minaj. Freestyle-nya kapan-kapan. Kita berdansa biasa saja ya?" dia kembali merangkul pinggang Chanyeol. Mereka mulai berdansa pelan dan lambat seirama dengan alunan musik slow yang romantis.

Yunho dan Jaejoong keluar dari arena dansa dan mulai menemani Yixing mengobrol sebelum yeoja itu jatuh ketiduran karena bosan. Pasalnya, Sehun malah asik sendiri mengukir kuku sambil chatingan di laptop dengan klien-kliennya. Biasalah. Bisnis barter. Apalagi kalau bukan itu?

Kai? Jangan khawatir. Dia sedang asik melihat-lihat pemandangan (baca: belahan dada seseorang) yang tereskpos jelas dari jarak pandangnya. Sehun tidak sadar ada hidung belang yang terobsesi dengan 'melon-melon' indahnya. Dia terlalu hanyut dalam dunianya sendiri.

Kris geleng-geleng kepala lihat kelakuan para jomblo mengenaskan itu. Yang satu Workaholic gila, yang satu Shopaholic sinting. "Apa menurutmu ini akan berhasil?"

Chanyeol mendongak, memandangi wajah Kris yang sok misterius. "Apanya?"

" 'Itu'. Masa kau tidak tahu?"

"Oh." Chanyeol baru konek, "Semoga. Kalau tidak, aku tidak tahu harus mencarikan dia yang seperti apa lagi. Tiga orang temanmu sebelumnya juga angkat bendera putih duluan kan?"

Kris mendengus geli mengingat nasib tiga mitra kerjanya dulu. Apalagi ketiganya serentak menyembah-nyembah mohon ampun, mundur teratur, angkat kaki dan berjanji tidak akan mengganggu Sehun lagi setelah tahu sifat asli sang adik ipar. Kalau dipikir-pikir, Sehun lebih cocok dijuluki Shopamonster daripada Shopaholic.

"Well, let's see how this works. Entah kenapa aku punya firasat bagus pada Kai," jawab Kris optimis.

Chanyeol membenamkan kepalanya di dada bidang Kris. "Agree with you."

"Hei, baby…" bisik Kris terdengar sangat intim dan menggetarkan seluruh saraf di tubuh Chanyeol, "Ngomong-ngomong, aku sudah memikirkan matang-matang perkataanmu tadi siang."

Chanyeol pura-pura tidak tahu, "Soal apa?"

"Adik perempuan untuk Sophia."

Senyum Chanyeol melebar, "Benarkah? Kau tidak keberatan?"

"Keberatan? Sama sekali tidak. Aku bahkan sudah memikirkan nama untuk calon bayi kita."

Senyum Chanyeol makin lebar, dia mainkan kerah baju Kris dengan gaya bitchy. "Wah, aku saja belum berpikir sampai kesana. Memang namanya siapa?"

"Yichan."

Alis Chanyeol naik sebelah, "Yichan?"

"Ya, gabungan dari nama kecilku dan nama depanmu. Bagus kan? Wu Yichan." Kris makin memperdalam pelukannya.

"Bagus, sayang. Kebetulan sekali, saat ini aku sedang… berovulasi." Chanyeol balas berbisik.

Kris menatap Chanyeol kurang yakin, takut salah dengar. "Apa? Tadi kau bilang apa?"

"Ayo sayang. Ayo kita membuat bayi," Chanyeol mempertajam bisikan mautnya. "Sekarang… cepat~! Mumpung semua orang sedang asik sendiri." Chanyeol sengaja mendesah seksi dan memasang wajah horny yang susah ditolak. Wow. Kris tak sabar ingin melucuti pakaian dalam istri cantiknya sekarang juga. Kalau kebetulan Chanyeol sedang tidak pakai, malah lebih bagus lagi kan? Mereka bisa langsung masuk ke 'inti acara' tanpa perlu meributkan penghalang.

"Nah, itu baru ide bagus." Mata Kris berkilat buas ketika Chanyeol mulai membuka dua kancing atas bajunya dan menggerakkan jari-jemarinya di dada Kris dengan gaya sensual.

Chanyeol memejamkan matanya, menghirup aroma aftershave Kris yang begitu menggoda. Adrenalin dan hormon-hormon yang menderu di dalam tubuh kedua sejoli itu membuat mereka 'kepanasan'.

"Cepat~ Aku sedang ingin sekali, sayang~" lagi-lagi Chanyeol merayu dengan nada manja. Sesuatu di balik dressnya sudah gatal ingin merasakan belaian kasih sayang. Atau… jilatan kasih sayang?

Napas hangat Kris menyapu kulit leher Chanyeol. Dia jelas sedang kepingin begituan juga. "Fine. Let's do it, baby." Kris membopong Chanyeol ala princess dan semenit kemudian mereka sudah berpindah 'tempat dansa' di dalam kamar.

Sehun berdecak sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua banteng mesum tadi. Ckckck. Sudah punya anak tiga masih kurang puas juga.

Ketika mengedarkan pandangannya kedepan, Sehun tersentak kaget mendapati Kai begitu puas memelototi 'melon-melon' sempurnanya. Kurang ajar! Sehun buru-buru membenarkan posisi duduk dan menarik kemben tanktopnya yang melorot. Sekalian dia comot scarf milik Kyungsoo terus dia lilitkan di bagian atas tubuhnya sebagai pelindung. Ha! Rasakan! Enak saja dia mau menikmati ini! Tidak gratis, tahu!

Di seberang sana, Kai cengengesan geli melihat reaksi dan tatapan dingin Sehun. Shit. Perempuan satu itu malah bikin dia semakin penasaran.

.

.

.

.

Saat membuka mata keesokan paginya, aku terkejut bukan main mendapati Papa dan Mamaku tidur menghimpitku di kiri dan kanan. Seolah-olah aku anak balita yang ketakutan tidur sendiri (aku dikeloni orangtuaku sepanjang malam!). Begitu turun dari kasur, aku menemukan Suho oppa tergeletak di karpet persis mayat korban pembunuhan yang tinggal diangkut pergi. Lalu saat keluar kamar, aku mendengar suara byar-byur-byar-byur dan gumaman rendah seorang wanita yang kukenal di kamar mandi luar. Pasti Kyungsoo eonni! Suaranya betul-betul khas dan di keluargaku tidak ada lagi yang bisa menyanyi sebagus dia. Meski ujung-ujungnya bakat penyanyi broadway-nya itu sia-sia, toh dia cuma jadi dosen universitas.

Kamar tamu terkunci rapat. Tapi aku sudah bisa menebak seperti apa posisi tidur manusia-manusia di dalam sana (tahun lalu aku pernah menerobos masuk kamar saat Kris oppa dan Chanyeol eonni sedang tidur dalam kondisi setengah telanjang dan posisi berciuman).

Hanya Yixing dan keponakan-keponakanku yang raib. Entah mereka bersembunyi dimana. Sudah kucari-cari keseluruh ruangan sampai dapur, barangkali tidak sengaja menemukan Dennis di lemari bumbu atau Yixing tertidur di dalam kulkas, tapi mereka semua tidak ada dimanapun.

"Pagi."

Aku memekik kaget mendengar suara laki-laki tiba-tiba muncul dari arah belakang. Goddamn! Kai?! Dia juga menginap disini dan… tubuhnya basah…

Jangan bilang mandi bareng Kyungsoo eonni?!

"Aku tadi pakai kamar mandi di kamarmu," ungkap Kai seperti sedang membaca pikiranku, "Terpaksa. Aku sedang buru-buru, ada meeting jam tujuh dan tidak punya pilihan lain."

Dia… APA?!

"Kenapa?" tanya Kai dengan ekspresi paling lugu yang pernah kulihat.

Oh, tidak, tidak! TIDAK! Dia tidak boleh mandi disitu! Ada banyak barang-barang 'sakral' di dalam sana yang tidak layak dilihat oleh mata pria dewasa. Apalagi pria asing aneh ini baru kukenal semalam. Karena dia sudah mandi disana, otomatis dia sudah melihat semuanya. SEMUANYA! Keranjang sampah penuh gumpalan pembalut kotor, bra berenda warna pink yang tergantung dibelakang pintu, celana dalam warna hitam berkain transparan yang kubiarkan tergeletak di dekat wastafel, pencukur bulu ketiak, pantyliner yang masih ada noda putih-putihnya… arrggghhhh!

"Heloo, apa kau lihat dimana tas ransel Kris?"

"Kau mandi di dalam kamar mandi wanita lajang yang baru kau kenal!?" nada suaraku melengking tinggi dan mataku melotot habis-habisan.

Kai mengibaskan tangan, "Ya, ya, aku tahu kau masih lajang, tidak usah diperjelas segala."

"Bukan itu maksudnya! Kau tidak boleh mandi disitu! Kau tidak boleh pakai kamar mandiku seenaknya!" bentakku tanpa sempat kutahan.

Kai mengernyit. "Relax, nona. Aku hanya mandi. Tidak mencuri pakaian dalammu."

DIA SUDAH LIHAT!

Wajahku merah padam antara emosi bercampur malu, "Keluar! Keluar dari sini!"

Kai kelihatan sangat tidak rela, "Apa? Aku belum selesai. Tadi hanya sempat gosok gigi."

"Aku-tidak-perduli! Pokoknya KELUAR!" hardikku sambil menghentakkan-hentakkan kaki ke lantai. Jika aku Haruno Sakura, pasti gedung apartemen ini sudah terbelah jadi dua.

"Oke, oke tenang," Kai mundur selangkah sambil mengangkat dua tangannya kedepan, "Setidaknya biarkan aku pakai baju dulu, oke?"

Aku mendadak bungkam dan berhenti ngomel waktu sadar ternyata pria dihadapanku hanya memakai selembar handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

Pria itu berputar cepat dan hinggap di tiap sudut ruangan sambil celingukan mencari tas ransel. Kelihatan tak merasa berdosa sama sekali, "Di dalam situ pasti ada baju-baju cadangan Kris, dia selalu begitu kalau kemana-mana. Bawa baju seperti orang pindahan."

Aku tidak tertarik dengan omongan Kai. Bukan. Bukan itu yang membuatku mendadak terpaku dan kehilangan kemampuan berbicara. Tapi punggung, lengan, perut dan sesuatu yang menyembul sedikit dibalik handuk putih itu…

Refleks otakku bekerja menciptakan bayangan Kai sedang gosok gigi dalam pose menantang. Otot-otot bahu dan lengannya tampak menonjol dan bergerak-gerak seirama dengan sikat yang naik turun di giginya… ooh~

Shit!

Sial! Sial! Sial! Kenapa Kim Kai harus seseksi ini!? Dan baru kali ini aku merasa bergairah hanya dengan membayangkan seseorang gosok gigi.

"Hun, ada apa sih? Masih pagi sudah berteriak-teriak." Kyungsoo eonni keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap. Sekilas dia tampak kaget juga melihat Kai berputar-putar di ruang tengah dengan kondisi tubuh yang menggoda iman. Tapi Kyungsoo eonni punya kontrol emosi yang lebih baik dariku, di detik berikutnya dia malah tersenyum ramah dan bersahabat, "Pagi, Kai. Sedang mencari sesuatu?"

"Tas ransel Kris. Apa anda melihatnya?"

"Oh, tadi malam aku lihat tergeletak di dekat meja bar, coba cek di sekitar dapur." Kyungsoo eonni terlihat sangat anteng meski sebenarnya diam-diam dia sempat menelan ludah dua kali. Apalagi waktu Kai mengangkat tangannya untuk memeriksa diatas lemari buku. Bulu-bulu ketiaknya itu lho. Lumayan lebat juga ternyata. Pria dengan bulu ketiak adalah yang terba—

Stop, Sehun! Stop! Kendalikan dirimu, oke?

"Eonni, kau tidak perlu bermanis-manis dengan orang ini! Dia sudah pakai kamar mandiku seenaknya! Daerah teritorialku. Tanpa seizinku!" aku mencoba mengajak Kyungsoo eonni berkomplot untuk mengusir Kai dari sini.

"Memangnya kenapa?"

Iuugh! Rasanya aku ingin membakar Kyungsoo eonni hidup-hidup. Apa dia tidak tahu perasaan seorang wanita lajang ketika kamar mandinya dimasuki pria tak dikenal?!

Tidak. Kyungsoo eonni tidak akan pernah tahu. Dia kan sudah punya anak dan suami. Terlebih Chanyeol eonni yang sedang sibuk bikin anak keempat. Atau Mama yang sudah bertahun-tahun menikahi Papa dan sudah punya banyak cucu. Tidak ada yang bisa memahami perasaanku! Tidak ada!

"Tenang saja, Hun. Lagipula semalam Mama sudah membersihkan kamar mandimu jika memang itu yang kau khawatirkan," tukas Kyungsoo eonni yang membuatku kontan bernapas lega.

Syukurlah…

Tapi kelakuan Kai benar-benar tidak bisa ditoleransi. Aku tidak terima! Pokoknya dia harus keluar dari sini!

"Ketemu!" seru Kai melongokkan kepala dari balik meja counter.

Aku mendengus jengkel melihat dia melenggang santai melewatiku seolah-olah aku makhluk tak kasat mata. Kurang ajar! Apa orang ini tuli?! Berani sekali dia!

"Eh, eh, mau kemana? Bukannya sudah kusuruh pergi?" sergahku galak.

Kai berputar menghadap ke wajahku, "Aku belum pakai baju, nona. Memangnya kau mau melihatku ganti baju disini? Baiklah kalau itu maumu."

What?! Orang gila! Dia mau melepas handuk di depan dua orang wanita yang bukan anggota keluarganya?!

"Cukup, cukup. Hentikan! Baiklah. Pakai saja kamar mandi sialan itu! Pakai saja!"

Kai batal melepas handuknya dan melempar seringai lebar seakan-akan dia berhasil memenangkan piala olimpiade dunia. Jerk! Cowok sinting! Menyebalkan! Brengsek, brengsek, brengsek!

Kyungsoo eonni bergeser dari pintu kamar mandi dan membiarkan Kai masuk dengan entengnya.

"Apa?" tanyaku ketus saat Kyungsoo eonni memandangiku.

Dia mengendikkan bahu, "Tidak apa-apa. Baru kali ini aku melihatmu uring-uringan begitu."

Ya Tuhan. Wanita yang sudah berumah tangga juga sama-sama menyebalkan!

Aku hanya mengusap wajahku gemas lalu melangkah kearah dapur. Kyungsoo eonni mengekor dibelakang, saat aku membuka kulkas, dia duduk di bar stool sambil tetap mengamatiku.

"Eonni… kemana Yixing dan anak-anak?" tanyaku sehabis menenggak air mineral dingin dalam botol. Rasanya agak canggung diam-diaman begini. Kyungsoo eonni kan tidak bersalah. Aku tidak berhak ngambek padanya.

"Aku sudah minta tolong dia untuk mengantar anak-anak pulang duluan subuh-subuh tadi. Mereka kan masih harus ke sekolah."

Yixing yang malang. Selalu sukarela jadi babysitter di keluarga kami.

"Hari sabtu kau akan pakai dress apa ke acara pernikahan Tao dan Jiyeon?"

Saking sibuknya aku sampai lupa kalau akan ada satu lagi teman baikku yang bakal melepas status lajangnya dan berubah jadi orangtua membosankan. "Aku belum tahu. Mungkin dress chiffon kuning Chanel yang kubeli saat paskah. Lalu sepatu Charlotte Olympia. Masih tersimpan rapat di lemari sampai sekarang." aku punya satu sepatu rancangan Charlotte Olympia, dan terus terang agak sayang memakainya. Habis aku suka sekali! Bagian sol dan heel dengan warna emas memberikan kesan yang sangat elegan sekaligus mewah. Aku tidak mau kemewahan itu dirusak oleh percikan lumpur atau debu. Kali ini aku berniat memakai itu karena acaranya di gereja rapi dekat rumah orangtuaku. Gereja yang memiliki taman-taman indah di halaman belakang dan rumputnya seperti sudah ratusan kali dipangkas. Pasti aman dari lumpur.

Mata Kyungsoo eonni membulat antusias, "Bagus! Apa aku boleh pinjam yang lain? Semua gaunku sedang di laundry dan aku tidak mungkin datang pakai piyama tidur."

Aku mencibir, "Sepertinya aku pernah mendengar alasan itu."

"Ayolah, kumohon. Tidak akan kelunturan lagi kok. Aku janji. Cukup celana dalam Victoria Secret." Fyi, Suho oppa dan Kyungsoo eonni adalah pasangan dosen yang gajinya empat kali lipat lebih besar dari gajiku. Tapi mereka sangat irit setengah mampus. Kyungsoo eonni selalu meminjam barang-barangku dan baru dikembalikan saat aku sudah lupa kalau dia pernah meminjam sesuatu. Tidak hanya baju atau sepatu, celana dalampun dia embat juga. Contohnya celana dalam Victoria Secretku yang warna biru laut, begitu dikembalikan warnanya berubah jadi biru turquoise pudar. Oke. Aku memang lagi kepingin punya celana dalam biru turqoise. Tapi bukan karena kelunturan!

"Kayaknya aku punya mini dress hitam Versace. Ngepas badan sih, tapi akan sangat cocok untuk badan eonni yang mungil." Aku memang tidak pernah bisa menolak permintaan kakak-kakakku. Apalagi setelah mereka membelikanku Mobil. Kurasa aku berutang pelayanan barang seumur hidup pada mereka.

Wajah Kyungsoo eonni bersemu cerah, "Oke, no problem. Kapan bisa kuambil?"

"Sekarang saja. Tapi langsung dikembalikan, tidak usah dicuci." Aku takut gaun itu kelunturan juga.

"Wuaahh terima kasih, Sehunnie! Kau memang adik kecilku yang paling pengertian!" Kyungsoo eonni menubrukku lalu mengeluarkan jurus pelukan beruang kutub.

"Pagi, anak-anak. Kenapa kalian peluk-pelukan? Apa aku melewatkan sesuatu?"

Ternyata Mama sudah bangun. Dia menunduk-nunduk di sekitar ruang tengah sambil memunguti sampah-sampah pesta yang berserakan. Ada gelas plastik, remah-remah kue, confetti, sobekan kertas Koran dan sebagainya.

"Biar kubantu." Kyungsoo eonni berhenti memelukku dan ikut beres-beres.

"Tadi kalian membahas soal apa?"

"Bukan apa-apa, hanya soal pesta pernikahan Tao," jawab Kyungsoo eonni mewakiliku. Mulutku gembung besar gara-gara melahap kue muffin bulat-bulat, aku absen bicara dulu.

Mama menoleh dan menatapku prihatin, "Oh sayang, kuharap kau bisa berlapang dada."

Apa? Apa maksudnya?

"Apa sih, Ma?" gumamku dengan mulut penuh sehingga yang terdengar ditelinga menjadi, "Olo si Mo?"

"Kau dan Tao, kalian kan… yaah, kalian kan dulu pernah…"

Astaga. Sampai kapan Mama mau membahas itu?

Buru-buru kukunyah kue muffin di mulutku kemudian kutelan sekuat tenaga. Pfuh! Aku selamat dari embel-embel tersedak. "Aku baik-baik saja, Ma. Sudah kubilang diantara Tao dan aku tidak ada apa-apa. Tidak ada! Kenapa semua orang tidak percaya padaku? Kami hanya berteman baik. Hanya itu. Jika kalian masih mau menyinggung-nyinggung ciuman rahasia di balik pagar tanaman, well, perlu kutegaskan sekali lagi. Itu bukan ciuman rahasia kami! Bukan. Dulu Tao sangat payah dan cupu jadi dia minta aku untuk mengajarinya berciuman. Jelas?" repetku memberi klarifikasi.

Untuk lebih jelasnya, aku dan Tao memang tidak pernah berpacaran. Tidak pernah! Suka setitikpun tidak. Entahlah kalau dia, tapi aku sih jelas-jelas akan menjawab aku tidak pernah suka padanya. Kami hanya pernah tetanggaan dari kecil dan sempat akrab karena satu sekolah terus. Mengenai insiden ciuman rahasia, sebenarnya waktu itu Tao datang ke kamar dan mengemis-ngemis di bawah kakiku gara-gara ditolak seorang gadis karena dia payah berciuman. Merasa iba, aku langsung menyeret dia kebelakang pagar kebun tomat milik Ibunya lalu kami mencoba berbagai macam jenis ciuman mulai dari Passionate Kiss sampai French Kiss. Tutorial ciuman kilat itu akan lancar-lancar saja jika seandainya Ren—adik perempuan Tao yang bermulut ember—tidak datang dan memergoki kami. Tapi rumor sudah terlanjur tersebar luas dan ketika melangkah keluar dari pintu keesokan paginya, tiba-tiba aku sudah bertransformasi jadi cewek gatal tukang nyosor duluan di mata orang-orang. Berita buruknya, ibu-ibu tetangga selalu melirikku dengan pandangan 'berbeda'. Berita baiknya, gara-gara imej 'bad girl' yang terlanjur melekat kuat di jidat, geng senior cewek paling populer di sekolah mendatangiku dan menawariku bergabung. Nah, lihat kan? Jadi 'Bad Girl' tidak buruk-buruk amat kok. Dan sampai sekarang kami masih berteman akrab, Yixing adalah salah satu anggotanya. Memang sih mereka seniorku, tapi aku tidak pernah memanggil mereka pakai embel-embel 'eonni' karena mereka sendiri yang minta.

Ibuku masih kurang yakin, "Bukan tidak percaya, tapi yaa… kalian kan melakukan itu… apa tidak ada sedikitpun perasaan—"

"Ya ampun," aku gemas sekali ingin mencabik-cabik seseorang, "Kalau kubilang tidak ya tidak! Lagipula pola pikir para orangtua memang selalu begitu. Dikiranya orang berciuman karena memang mereka saling suka. Kan tidak mesti dua anak manusia yang mau berciuman harus punya rasa suka dulu baru bisa melakukannya."

Kyungsoo eonni menyipitkan mata sambil berkacak pinggang, kelihatan tak sependapat denganku. "Tidak mesti katamu? Dengar ya, anak muda. Waktu pernah kali menyerahkan ciuman pertamaku pada Suho, aku yakin sekali jantungku berdebar-debar dan aku benar-benar suka padanya."

Baiklah. Berarti cuma aku yang bisa mencium orang lain tanpa perasaan suka.

"Selamat pagi, Nyonya Park."

Mama menoleh anggun. Kalau tidak salah lihat, tadi kedua bola matanya tampak berbinar-binar terang. Ck! Pertanda buruk.

"Pagi, nak Kai. Sudah mau berangkat ya?" tanya Mama ekstra ramah.

Kai sudah berpakaian rapi kali ini. Rambut basahnya disisir kebelakang. Kemeja dan celana kainnya terasa sangat familier. Ya jelaslah, itu kan punya Kris oppa.

"Iya, pagi ini saya ada meeting di dengan beberapa rekan kantor Kris mengenai proyek migas di Meksiko," ucap Kai kelihatan sopan dan 'normal' kali ini.

Mama ber-Ooo panjang, raut wajahnya super duper bersahabat. Sudah kubilang ini pertanda buruk. Aku sudah terlalu lama mengenal orangtuaku, terlebih Mama. Jika Mama sudah memasang wajah begitu, yakin seratus persen biasanya pasti ada udang dibalik batu.

"Meksiko? Wah, hebat dong! Dengar-dengar kau ini kepala riset di Guatemala ya?"

Kai mengangguk sopan. Tampak sangat berwibawa dan rendah hati. Apa dia sedang memainkan peran 'calon menantu dan suami idaman'? Pfrrt. Jangan harap aku bakal terkesan!

"Ya, tapi saya berada di Divisi kerjasama hubungan luar, jadi lebih menitik-beratkan ke riset lapangan untuk membantu perusahaan-perusahaan asing maupun lokal."

Aku pernah dengar Kris oppa sempat menyinggung-nyinggung peranan ahli geologi di depan Chanyeol eonni. Katanya mereka sangat berjasa dalam membantu perusahaan migas melakukan kegiatan eksplorasi dalam rangka pencarian titik-titik potensial baru yang menghasilkan cadangan migas. Para ahli geologi mengetahui kondisi tanah, melakukan pemetaan, mengumpulkan data, menentukan lokasi pengeboran dan mempelajari apakah batuan yang terkandung dalam lahan tersebut memiliki sifat-sifat sebagai batuan sumber, reservoir, atau hanya batuan yang tidak penting.

Masuk akal kenapa Kris oppa menggaet orang ini sebagai mitra kerjanya. Rupanya dia ahli geologi. Sangat cocok dipartnerkan dengan orang-orang seperti Kris oppa yang berkecimpung di dunia pertambangan. Yup. Tepat sekali. Kris oppa memang bekerja di perusahaan migas korea. Malah menurutku, diantara semua orang di keluarga ini, profesinya-lah yang paling keren. Direktur Eksplorasi dan Pengembangan di Kogas (Korea Gas Corporation). Keren kan? Tidak perlu dipertanyakan lagi darimana semua uang-uang itu mengalir deras ke dalam dompet-dompet tebalnya (bukannya mencoba untuk berlebihan, tapi Kris oppa memang punya dompet lebih dari dua dan tebal-tebal semua!). Itu baru yang ada di dalam dompet. Entah berapa angka dibelakang titik yang tersimpan dalam rekening banknya. Kris oppa sering sekali melanglangbuana ke luar negeri demi memperluas kontrak kerjasama, memenangkan tender dan menguntungkan perusahaan. Karena keseringan mondar-mandir di Negara orang, Chanyeol eonni sampai punya lima belas rekening di lima belas Negara berbeda. Termasuk Namibia dan Bangladesh.

Jika suatu hari Kris oppa membuka semacam audisi pencarian istri kedua, aku akan berdiri paling depan dalam barisan pendaftar. Lalu Chanyeol eonni akan berubah wujud jadi makhluk bertaring panjang dan berambut liar kemudian berteriak murka: "LANGKAHI DULU MAYATKU!".

"Hebat dong, ya. Terus dengar-dengar juga katanya kau teman kuliah Kris di Cambridge?"

What?! Jerk sinting ini lulusan Cambridge juga?! Sungguh sulit dipercaya!

Kai mengangguk-angguk khidmat lagi, "Ya, Nyonya Park. Saya teman se-geng, teman satu asrama dan teman dalam klub panahan."

Orang ini bisa memanah?

"Kadang-kadang bila sedang liburan, kami sering menghabiskan waktu berdua di Hutan Kilimanjaro."

Okey… too much information. Hutan Kilimanjaro?! Berdua? Ngapain? Bertapa? Mungkin diam-diam mereka pengikut sekte misterius yang suka tinggal di dalam piramid dan menjuluki kepala suku mereka sendiri dengan nama konyol 'ular berbulu'.

"Apa yang kalian lakukan?" Syukurlah Kyungsoo eonni mau mewakiliku lagi. Aku terlalu malas berbasa-basi dengannya.

"Ya… bisa dibilang ekspedisi kecil-kecilan. Kris dan aku suka bertualang sekaligus berteman dengan alam."

Pfftt… berteman dengan alam? Kedengarannya menarik. Aku membayangkan Kai, Kris oppa dan anak-anak kecil suku pedalaman saling bergandengan tangan dan bernyanyi riang mengitari pohon.

"Tapi paling sering kami melakukan Munro Bagging."

Kyungsoo eonni melongo, "Mun—apa?"

"Munro Bagging, hikingdi pegunungan Skotlandia yang ketinggiannya di atas 1.000 meter di atas permukaan laut."

Ooo… hiking toh.

Mama kelihatan sangat terkesan. Matanya berbinar-binar penuh pemujaan dan sebentar lagi dia akan berkata…

"Sehun kerja di Royal Event. Kantornya searah kok. Mungkin kalian bisa—"

Aku buru-buru melengos pergi, "Sudah punya mobil sendiri, Ma. Bye bye, Kai." Ha! Biar tahu rasa dia! Siapa suruh bersikap seenaknya!

.

.

.

.

Ke: Jung Jinyoung

Judul: Panduan pernikahan

Hi there Foxy^^, ini 'beberapa' list untuk adik sepupumu yang berencana menikah tahun depan. Sudah kususun secara lengkap dan KOMPLIT!

Mudah-mudahan bisa membantu

Oh iya, kalau dia bersedia menyewa jasaku, akan kuberi potongan harga 20%. Hitung-hitung balas budi kiriman voucher belanjamu tempo hari

Tertanda,

Your bestie

6-12 Bulan Sebelum Hari-H

Tetapkan hari dan tanggal pernikahan

Tentukan ANGGARAN PERNIKAHAN dan GAYA PERNIKAHAN yang diinginkan

Temui WEDDING ORGANIZER (WO) terpercaya (misalnya: Loverly Royal), bila perlu (tapi sepertinya harus)

Bikin daftar FOTOGRAFER PERNIKAHAN (WEDDING PHOTOGRAPHER) danWEDDING VIDEOGRAPHER segera

Tentukan jumlah tamu yang akan diundang

Pesan tempat, lokasi, gedung untuk resepsi PERNIKAHAN

Cari MOBIL PENGANTIN jika dibutuhkan

Buat daftar tamu-tamu penting, hingga yang biasa

Tentukan pengiring PENGANTIN WANITA, pengiring PENGANTIN PRIA dan pengiring-pengiring lainnya

Temui dan kunjungi DESAINER, tentukan dan pilih GAUN PENGANTIN

Pilih dan pesan CATERING untuk WEDDING-mu

Putuskan tujuan honeymoon, lakukan pemesanan tempat dan transportasi

4-5 Bulan Sebelum Hari-H

Selesaikan daftar tamu penting hingga biasa

Hubungi pastur / pendeta, tentukan waktu dan tempat pemberkatan

Pilih dan pesan kartu undangan segera

Tentukan tema warna GAUN PENGANTIN yang akan dikenakan serta bunga-bunga dekorasi

Beritahukan kepada Ibu dan calon mertua agar mereka merencanakan gaun yang akan dikenakan sesuai dengan tema warna yang dipilih

Pilih dan beli/sewa gaun untuk pengiring pengantin wanita

Pilih jas untuk pengantin pria dan pengiringnya

Pilih dan tentukan dekorasi pelaminan / ruang pesta

Pastikan pilihan dan deal dengan WEDDING PHOTOGRAPHER dan VIDEOGRAPHER

Bikin FOTO PRE WEDDING dengan FOTOGRAFER pilihan

Pilih dan pesan kendaraan pengantin dan panitia

Pilih dan pesan kue PENGANTIN

Booking MC dan music pengiring

Pesan CINCIN KAWIN

2-3 Bulan Sebelum Hari-H

Ambil formulir pendaftaran pernikahan, dan siapkan dokumen-dokumen yang diperlukan

Lakukan pengecekan kesehatan pra-nikah

Konfirmasikan honeymoon (buat paspor bila perlu)

Hubungi desainer untuk waktu mengepas gaun

6-8 Minggu Sebelum Hari-H

Tulis dan atur pengiriman undangan

Selesaikan menu makanan dengan pihak catering

Pesan minuman anggur untuk resepsi jika dikehendaki

Siapkan bingkisan untuk para pengiring

Kunjungi penata rambut, putuskan model yang diinginkan. Booking PERIAS PENGANTIN untuk hari pernikahan

Lakukan test make-up dengan PERIAS PERNIKAHAN yang sudah deal

Tentukan musik pengiring pernikahan, konsultasikan dengan MC dan pemain musik

4-5 Minggu Sebelum Hari-H

Kirim kartu undangan

Ambil pesanan cincin kawin, pastikan grafir inisialnya benar

Pesan traveller cheque/mata uang asing untuk honeymoon

2-3 Minggu Sebelum Hari-H

Susun jadwal acara pernikahan, gandakan dan berikan masing-masing: keluarga pengantin, para pengiring, panitia, supir, petugas photo dan video

Konfirmasikan jumlah undangan dan hal-hal lain yang diinginkan kepada pengurus gedung dan catering

Konfirmasikan semua pesanan dan detail untuk bunga, sewa kendaraan, photographer, videographer dekorasi, kue, mobil, pemain musik dan lainnya

Mencoba gaun pengantin lengkap dengan aksesorisnya

Periksa ukuran, kenyamanan dan lainnya, bila ada yang harus disempurnakan. Biasakan menggunakan sepatu yang akan digunakan di hari pernikahan agar terasa lebih nyaman

Siapkan barang-barang yang akan dibawa ke rumah baru

Lakukan facial dan lulur ke ahlinya

1 Minggu Sebelum Hari-H

Bersantailah, yakinkan semuanya akan beres

Konfirmasikan sekali lagi semua pesanan yang telah dilakukan, sekedar untuk mengingatkan

5 New Notifications Mail

Love Your Body loveyourbody

Kesehuna_park

Des 17 pada 00:01 AM

EXCLUSIVE BODY CARE GIFTS FOR YOU 10% OFF FOR LYB MEMBER

Make Every Wish Come True. Wujudkan keinginan orang-orang tersayang dengan pilihan Gifts yang menakjubkan. Manjakan mereka dengan kelembutan dan keharuman yang sensasional di momen Natal yang mewah ini.

Strawberry Gift Deluxe (76,682 ₩)

Moringa Gift Deluxe (51,093 ₩)

Honey Gift Medium (59,623 ₩)

Shea Gift Medium (59,623 ₩)

Olive Gift Small (32,327 ₩)

Mango Gift Small (32,327 ₩)

Fuji Green Tea Gift Bag (23,798 ₩)

Berikan para pria yang istimewa di hidup Anda hadiah yang tak akan pernah mereka lupakan. Tersedia dari wewangian beraroma maskulin hingga paket grooming yang modern. They're gonna love it!

Kistna Gift Trio (59,623 ₩)

White Musk For Men (59,623 ₩)

Maca Root Gift Duo (34,033 ₩)

Activist Gift Trio (59,623 ₩)

Maca Root Gift Shaving (42,563 ₩)

BIG BANG REDEMPTION PERIOD: 26 DEC 2015 – 6 JAN 2016. CHECK YOUR POINTS AND COLLECT MORE EVERYTIME YOU SHOP ONLINE

SHOP NOW!

...

Xiu_Xiu Min

Ke: sehuna_park

Des 17 pada 00:45 AM

Sehun sayang, hanya ingin memberitahumu kalau sepatu Archie Swann-ku bakal ditawar orang lain dengan harga yang lebih tinggi

Tidak ada sepatu Jimmy Choo

TIDAK ADA SEPATU BOT KOBOI UNTUKMU

Trims

Selamat berkuda

Lee Sandeul

Ke: sehuna_park

Des 17 pada 01:20 AM

Hei, kami sudah menerima detail dekorasi ruang-ruang acara dari temanmu.

Terus terang aku suka sekali idenya.

You're the best!

Tasnya mungkin akan tiba dua hari lagi

Jung Jinyoung

Ke: sehuna_park

Des 17 pada 06:04 AM

Wow… itu benar-benar… KOMPLIT! Akan kuperlihatkan ke Sungjong. Dia bakal senang sekali

Eh, hari ini di Avenue ada diskon for all stuff lho! Pembelian diatas seratus bakal dapat voucher potongan harga di Crème de la Mer

Promosinya cuma berlaku TIGA HARI! Kuharap kau tak melewatkan ini.

Kita bisa pergi bersama untuk paket pijat Thai, creambath, meni-pedi, cuci kaki aromatik dan totok wajah

PS: SELAMAT TAMBAH TUA! Maaf ya kemarin aku tidak bisa datang ke acaramu . Ibuku demam tinggi dan sudah dua hari aku bolak-balik jenguk dia ke rumah sakit.

Btw, nikahnya kapan? hehe

Dunkin' Donuts

Kesehuna_park

Des 17 pada 07:30 AM

Hi Sehun,

To celebrate your next birthday, we'll send you a coupon for a free medium beverage of your choice

Simply update your DD Perks profile with your mailing address and add your birthday. Then we'll send your coupon good for a free coffe, latte, tea, Coolatta or hot chocolate straight to your mailbox

UPDATE YOUR INFO

Hope to see you soon,

The Dunkin' Perks Team

.

.

.

TBC—

Cerita yang udah saya buat dari tahun lalu, saya gak pede dan gak pernah posting karena ini gs alias genderswitch yow. Takut gak ada yang suka karena bukan yaoi (-.-;). Akhirnya saya upload aja daripada sayang ngumpet di laptop gak ada yang baca, untuk menuh-menuhin ffn juga. Ceritanya rada geje pula. Tapi emang sih cerita saya geje-geje semua. HAHAHA (kok bangga?). Belum ada niat ngelanjutin yang lain karena masih sibuk. FF yang ini juga beneran baru nyampe chapter tiga. Saya udah keburu diserang penyakit malas. Cuma diedit dikit, tambahin summary dll. Upload deh.

Disini Sehun matre, boros, penuh ambisi, kelewat pede dan tricky. But hope you like him eh.. her. Heheh

Btw, Junkyu itu gabungan dari nama Junmyeon dan Kyungsoo, karena saya gak nemu nama anak kecil yang mirip kyungsoo dan suho di google. Kalau chanyeol, kris, Sehun, Kai sih ada. Dennis dan Zhuyi itu ulzzang baby yang mirip Kris dan Chanyeol. Terus kalau yang pernah nonton film dramanya Kris pasti tahu siapa itu Sophia.