'Tetangga Memang Begitu'

Kuroko no Basket by Fujimaki Tadatoshi

This Story by Akashiki Kazuyuki

Rated : T

Genre : Humor

Warning : OOC. TYPOS. GAJE. BAHASA NYELENEH. M-PREG. YAOI

.

.

.

~Happy Reading~

.

.

.

Minggu ini cerah seperti biasa. Terlalu cerahnya sampai membuat bang Okamura kipas-kipasan di depan rumah dengan hanya mengenakan kolor kebesaran bermotif polkadot. Terlalu cerahnya sampai membuat makhluk berambut ungu menyantap 5 mangkok es campur tanpa ada rasa puas. Terlalu cerahnya hingga membuat Chihiro mengademkan dirinya di dalam rumahnya yang full AC. Terlalu cerahnya hingga membuat sang pemeran utama dalam fanfict kali ini terpaksa harus menyolok selang airnya ke keran depan milik tetangga sebelahnya.

Akashi Seijuurou namanya. Itu dulu. Sekarang sudah berganti menjadi Aomine Seijuurou. Meskipun hidupnya sudah tidak kece seperti waktu ia TK dulu, tapi tampangnya sekarang tetap oke. Siapa juga yang bilang kece kalau hidupnya setiap hari harus nyolokin selang air ke keran tetangganya.

"Daiki, sudah kamu pasang kan selangnya ke rumah Tetsuya?"

"Hn," Daiki, pria yang ngakunya punya kulit seksi hanya mengangguk pelan untuk menghemat suara. Hari libur begini dia pinginnya bersantai ria di kasur sambil dilayani sang istri. Bukannya malah ngangkut-ngangkut selang buat dia colokin ke rumah tetangganya. Memang sudah beberapa hari ini air di rumahnya sudah mengalami kekeringan. Sebenarnya ia tidak begitu mempermasalahkannya, toh ia sendiri bisa betah meskipun tidak mandi selama seminggu. Tapi yang jadi masalah istrinya. Sudah tahu air di rumahnya kering, tapi mandi yang biasanya dua kali malah bertambah jadi tiga kali. Alasannya sih kegerahan. Tapi tahu diri dikitlah sama tetangga yang dia mintain airnya.

Sembari menunggu Seijuurou mandi, Daiki menonton acara TV yang pembawa acaranya seksi. Tidak peduli apa isi acaranya. Yang penting ia bisa melihat dada besar milik sang pembawa acara.

Cklek!

Pintu kamar mandi terbuka. Seijuurou sudah mengenakan kaus hitam dengan lengan sesiku dan celana pendek putih sambil menghanduki rambutnya yang masih basah. Aomine hanya melirik sebentar. Tapi setelah itu refleks ia mematikan TV, takut juga kalau istrinya ngelihat dia nonton acara yang ada wanita seksinya.

"Lapar," Aomine mengelus perutnya. Melirik ke sang istri meminta perhatian.

"Belum makan? Kenapa nggak makan?" nada bicaranya tak menunjukkan sedikit pun rasa kasihan kepada sang suami yang kelaparan. Dirinya sibuk mengeringkan rambut merahnya dengan hair dryer baru yang ia beli di online shop.

"Emang ada nasi?" sang korban lapar kembali bertanya malas. Tangannya yang semula mengelus-elus perut hitamnya kini beralih menggaruk pantat.

"Kan kamu bisa masak sendiri nasinya," masih tak peduli. Matanya bahkan enggan melirik ke arah sang suami yang kelaparan.

"Lah kamu belum beli beras,"

Krik...Krik...

Seijuurou baru ingat, uangnya sudah habis kemarin buat ia belikan berbagai macam benda tajam yang kebetulan sedang promo kemarin di supermarket.

"Tunggu sebentar ya, aku tanya dulu," Akashi akhirnya iba juga.

Daiki mengangkat alis tak paham. Tapi ia menunggu istrinya juga akhirnya. Seijuurou mampir sebentar ke sebelah kanan rumahnya. Mematikan keran air di rumah Tetsuya karena air di bak mandinya sudah terisi penuh. Kebetulan Tetsuya sedang ada di depan rumah memberi makan anjingnya.

"Tetsuya sudah masak?" bukan bilang terima kasih, Seijuurou justru menanyakan topik lain. Basa-basi dulu baru nanti ia to the point.

"Tadi sih sudah, tapi makanannya sudah Taiga-kun dan Atsushi-kun makan habis Tatsuya-san sedang tidak masak,"

Tetsuya sudah hafal betul acara basa-basi si surai merah. Seijuurou hanya memutar bola matanya tak senang dengan jawaban yang diberikan Tetsuya. Jawaban yang diberikan Tetsuya membuat Seijuurou mencoret dua orang sekaligus dalam daftar yang akan ia mintakan makanan. Manik heterochrome Seijuurou melirik ke rumah yang berada tepat berhadapan dengannya. Sang empunya rumah disana masih asyik mengipasi tubuhnya dengan hanya mengenakan kolor polkadot.

Okamura yang tak sengaja mencuri dengar pembicaraan mereka sadar kalau ia akan dijadikan korban berikutnya. Bukannya tak mau berbagi, tapi Okamura hanya seorang mahasiswa pas-pasan yang lebih baik uang kiriman dari orang tuanya ia tabung dibandingkan ia gunakan untuk beli bermacam-macam lauk-pauk.

Sebelum Seijuurou lebih dulu melangkah menuju rumahnya, dengan cepat Okamura masuk ke dalam rumahnya yang minimalis, mengunci rumahnya, dan berpura-pura tak mendengar apa yang pemuda rambut merah itu katakan.

Seijuurou hanya mengangkat sebelah alisnya melihat Okamura yang kalang kabut masuk ke rumahnya. Pede sekali ia, kalau Seijuurou mau minta makan ke mahasiswa melarat macam dia.

.

.

.

Seperti hari lainnya, setiap pagi Tatsuya pasti sudah rapi di depan rumahnya, siap untuk menjualkan berbagai macam makanan manis di rumahnya. Sedang sang suami tercintanya, pagi-pagi sudah harus pamit untuk kembali mengurus restaurant keluarga miliknya. Untuk menambah kebutuhannya, maka dari itu Tatsuya memutuskan untuk menjual kue buatan suaminya di depan rumahnya sendiri. Tidak perlu membutuhkan banyak tempat. Tatsuya hanya perlu menyediakan sebuah etalase untuk meletakkan kue hasil buatan suaminya.

Pagi-pagi begini, Okamura sudah datang untuk membeli macam-macam kue untuk menemaninya mengerjakan tugas kuliahnya. Hari ini hari Sabtu, jadi Okamura bisa santai.

"Libur?" di tengah keasyikannya sang mahasiswa memilih makanan manis di depan etalase, seseorang sudah berada di sampingnya sambil menggaet putra semata wayangnya dengan tatapan tak ramah.

"Um," Okamura hanya mengangguk pelan. Tak mau banyak berurusan dengan tetangga galak macam Seijuurou. Bahkan Pak RT Shintarou pun takut padanya.

"Bagus kalau begitu,"

Glek! Okamura harus menelan ludah. Perkataan Seijuurou selanjutnya benar-benar tak mengenakkan hatinya.

"Aku titip Ryota," ujarnya singkat, jelas, dan padat. Menyerahkan sang rambut dengan warna mencolok ke hadapan Okamura.

"Ehh? Tak mau-ssu. Aku tak mau dengan Om Gorilla ini. Aku mau ikut mama saja-ssu," sang anak mengelak. Jari mungilnya menggenggam baju merah Seijuurou erat. Enggan untuk berpisah dengan orang tuanya –atau lebih tepatnya tak mau dengan si muka gorilla.

"Ryota, mau dikasih gunting atau mau dikasih kue?" Seijuurou menawarkan dengan muka senyum andalannya.

"Ku-Kue-ssu,"

"Anak pintar," Seijuurou mengacak-acak surai kuning anaknya yang entah diturunkan oleh siapa. Kemudian manik heterochromenya beralih ke Okamura yang masih diam terpaku tak rela hari libur tercintanya harus ia bagi-bagi dengan si kuning berisik.

"Tatsuya-san mau ikut?" si baby blue menyusul di belakang. Di sampingnya ada si Dim yang memasang wajah tertekuk. Pasalnya ia kalah suit dengan si Bakagami dan berakhir harus mengantar orang-orang ini berberlanja. Bukan hanya itu, ia yakin pasti ia yang akan disuruh membawa seluruh belanjaan mereka.

Bukan hanya Daiki saja, Okamura sendiri mulai keringat dingin merasakan nasibnya hanya sampai disini.

"Eh tapi..." suaranya terdengar ragu.

"Tak apa, kan ada Okamura-kun yang menjaga kue-kuenya," Tetsuya berkata datar. Okamura kepingin menjedotkan kepalanya.

"Benar juga ya," Tatsuya berkata kalem. Melepas celemek ungu yang dikenakannya, lalu memberikannya tanpa ada rasa segan. "Tolong ya,"

Mau menolak pun tak bisa. Tatapan mematikan Seijurou sudah keburu menciutkan nyalinya.

"I-iya," menerima celemek ungu dengan tangan kanannya, sedang tangan kirinya menggaet si pirang.

"Kalau begitu, tunggu apalagi,"

.

.

.

Chihiro mengintip dari jendela rumahnya. Mobil sedan hitam baru saja melintas di depan rumahnya tanpa permisi ataupun niatan mengajaknya. Songong-songong begini ia juga kepingin belanja bareng mereka. Tapi ya sudahlah jika memang tak ada yang peduli dengan kehadirannya.

Nijimura Chihiro berlalu menggelepar di atas tempat tidurnya. Ia adalah salah satu warga perumahan yang dianggap warga songong di perumahan tempat tinggalnya. Tapi sesombong-sombonya Chihiro tidak akan mampu mengalahkan sombongnya Yang Mulia Aomine Seijuurou.

"Pi, aku mau main sama Ryota ya," Shogo anak semata wayangnya masuk ke kamarnya. Chihiro melirik malas.

"Jangan," ucapnya datar lalu kembali membuka novel yang tadi sempat terabaikan.

"Gara-gara aku entar jahilin Ryota lagi?"

"Bukan," Chihiro menghela nafas. "Kasihan entar Pak RT harus diemin anak cengeng itu lagi,"

.

.

.

TBC or THE END (?)

.

.

.

A/N :

Hanya keisengan saya saja dalam mengisi liburan kok. Biar bikin fict nggak serius-serius terus jadi diselingin fict humor kayak gini. Btw, cerita ini kisah nyata dari para tetangga author loh. Oke, terima kasih bagi yang mau menyempatkan diri membaca cerita yang super-super gaje ini.

_Akashiki Kazuyuki_