Hi ... I'm back with the last chapter. Butuh waktu satu bulan lebih untuk menyelesaikan chapter ini. sebenarnya jika harus jujur, seharusnya Chapter ini sudah beres dari dua minggu yang lalu. namun karena komputer kena virus kemudian kesulitan dalam installulang ms. office. Lalu file breath yang tiba-tiba hilang, membuat penulis harus memulai menulis lagi dari kata pertama padahal waktu itu sudah mencapai 9 lembar. tapi ya sudahlah.. yang penting chapter ini rilis dan beres.

jadi author tak punya hutang lagi ya ... untuk epilog, nanti author akan fikirkan. bagaiman permintaan kalian para pembaca saja.

OK ... selamat membaca ... semoga semua bahagia dengan chapter terakhir ini.

BREATH

Disclaimer : Masasahi Kishimoto

Pair : (Naruto x Hinata)

Warning : AU, Typo (s) dan segala kekurangan lainnya

DON'T LIKE! DON'T READ!

Chapter 16

Hinata sedang menyisir rambut ketika sebuah tangan mengambil alih sisir itu. Dia memutar tubuhnya untuk melihat siapa pelaku pengambilan sisirnya. Hinata menemukan suaminya yang hanya mengenakan celana panjang dengan rambut yang masih meneteskan air, handuknya tersampir di bahu si pria. Hinata tidak sadar jika Naruto sudah keluar dari kamar mandi.

Tanpa aba-aba, sang suami memutar tubuhnya kembali menghadap kaca di meja rias di depan kursi yang sedang di dudukinya. Suaminya itu dengan telaten menyisir rambutnya dan Hinata hanya bisa tersenyum menikmati sikap memanjakan Naruto yang akhir-akhir ini sering di lakukannya itu.

Rambutnya sudah rapih, dan dia berinisiatif untuk membalas kebaikan sang suami dengan cara mengeringkan rambutnya yang masih basah. Namun Naruto sudah berbalik, masuk ke walk in closet. Entah apa yang akan di lakukan pria bersurai kuning itu. tak lama Naruto keluar dengan membawa sesuatu di tangannya.

Naruto memegang bahu Hinata, menyuruhnya untuk duduk kembali, namun kali ini berhadapan dengannya. Suaminya itu berjongkok di hadapannya kemudian mengeluarkan sesuatu yang ternyata adalah kaos kaki.

"Ini akan membuatmu merasa hangat, udara di luar cukup dingin" Ujar Naruto sambil memakaikan kaus kaki berwarna putih di kaki kanan Hinata. Sang wanita hanya bisa tersipu malu dengan perlakuan suaminya.

"Na-naruto ... kau tidak usah berbuat seperti ini. Aku bisa melakukannya sendiri" Hinata berusaha mencegah saat Naruto akan memakaikan kaus kaki di kaki kirinya.

"Hm ... " Hanya itu jawaban yang di keluarkan sang pria yang sedang konsentrasi menyelesaikan pekerjaannya memakaikan kaus kaki. Tak peduli dengan protes yang di keluarkan sang istri.

Naruto mengajak Hinata bangkit kemudian memutar tubuhnya menghadap cermin. Di sana terlihat refleksinya yang memakai Komon berwarna ungu muda becorak bunga Sakura. Rambutnya sengaja dia biarkan tergerai begitu saja. Dia tidak menggunakan make up selain bedak tipis dan lipbalm. Tak ingin terlihat terlalu mencolok.

Hinata merasakan tangan suaminya yang melingkari perutnya. Memberikan usapan lembut berulang-ulang di atas bagian tubuhnya yang tertutupi obi berwarna biru tua itu.

"Anak dady tidak boleh rewel hari ini OK. Biarkan mommy mu menikmati pesta" Ujar Naruto di belakang telinga Hinata. Membuat permohonan pada si jabang bayi yang sedang bergelung nyaman di perutnya.

Hinata menaruh tangannya di atas tangan sang suami, meremasnya pelan. Membuat kedua tangan itu terdiam di atas perutnya.

"Baby pasti akan jadi anak patuh pada dady. Jadi dady tidak usah khawatir" Jawabnya seolah membalas permohonan Naruto.

Naruto tersenyum kemudian membalikan telapak tangannya untuk meremas balik tangan Hinata. Pria itu mengecup pelan pipi sang istri. Mengirimkan getaran-getaran yang menyenangkan di hati wanita itu.

"Kau mau menunggu di luar atau akan membantuku memakai pakaian sayang?" Tanya Naruto kemudian. Terselip senyum jahil di wajahnya. Pria itu tahu jika istrinya sangatlah pemalu. Wanita itu tak akan mampu memperhatikannya yang tengah berganti baju. Entahlah padahal Hinata sudah tahu setiap jengkal bagian tubuhnya itu.

"A-aku menunggu di luar saja" Hinata segera memutar badannya berusaha menjauh dari Naruto. Dia tak ingin menjadi bahan ledekan suaminya itu, namun dirinya tak dapat melangkah ketika lengannya di genggam erat oleh sang suami.

"Kenap sayang? Buk ... "

"Tok ... tok ... tok" Suara pintu memotong kalimat Naruto, membuatnya menggeram. Siapa gerangan yang mengganggu kesenangannya.

"Kakak ... " Hah ... tentu saja tak lain dan tak bukan sang adik ipar sekaligus pengganggu kehidupannya selama beberapa hari ini, Hanabi Hyuga.

Semenjak Naruto mengajak Hinata untuk menginap di rumah keluarga Hyuga 3 hari yang lalu, kehidupan rumah tangganya serasa terus di ganggu oleh si iblis kecil Hanabi Hyuga. Gadis itu bahkan membuatnya terpaksa harus tidur kedinginan tanpa pelukan hangat dari Hinata.

Istrinya itu di culik untuk tidur bersama sang adik, dengan alasan bahwa dia merindukan kakaknya. Dan siapa Naruto sampai bisa melarang permintaannnya jika sang istri sudah mengeluarkan puppy eyes no jutsu, agar keinginan adiknya itu di kabulkan. Dia berjanji suatu saat dia akan membalas perlakuan adik iparnya itu.

Saking terlalu serius memikirkan kira-kira apa balasan yang cocok untuk sang adik ipar. Naruto tidak sadar bahwa Hinata sudah melepaskan diri dari cengkramannya. Wanita itu berjalan menuju pintu, membiarkan sang adik untuk masuk ke kamar pribadinya.

"Kakak ... bantu aku memakai kimono ini. Ini merepotkan sekali" Hanabi membenarkan Yukata yang di pakainya.

"Hah ... aku tak percaya di zaman semodern ini masih saja seseorang yang menjadikan kimono sebagai dress code sebuah pesta. Pasti orang EO keluarga uzumaki itu kuno sekali" Hanabi terus mendomel tak merasakan aura di sekitarnya semakin menurun beberapa derajat.

Naruto yang memperhatikan dari jarak tak cukup jauh, tersenyum evil. Sepertinya dia akan menyaksikan pertunjukan seru. Harus kalian ingat jika wanita yang sedang hamil itu sangat sensitif. Tak ada satu orang pun yang boleh menghina otoritasnya. Dan sepertinya sekarang adalah giliran sang adik iparlah yang akan menerima kemurkaan dari istrinya itu.

.

.

.

.

Naruto memandang Hinata, matanya bersinar, melirik ke sana kemari. Kebahagiaan jelas terpancar dari wajah istrinya itu. Kemarahannya pada sang adik tadi langsung lenyap tanpa bekas saat melihat pemandangan yang terpang-pang di depan matanya. Pohon-pohon bambu buatan yang di hiasi lampu-lampu yang menjulur ke jalan, menjadi pagar hidup yang menghiasi jalan menuju gerbang Mansion Uzumaki. Dia hanya tersenyum mendapati pemandangan itu membuat istrinya mengabaikan keberadaannya yang duduk di depan kemudi.

Jika dengan melihat dekorasi jalannya saja sudah membuat ekspresi Hinata seperti ini. Naruto jadi penasaran bagaimana reaksi istrinya itu saat melihat halaman mansion yang sudah di sulap dengan indah oleh orang-orang EO yang di sewanya.

Meskipun Hinata merupakan pencetus dekorasi pesta ini. Namun dia sama sekali belum melihat seperti apa dekorasinya. Naruto sengaja melarangnya untuk ikut andil dalam persiapan pesta. Dengan alasan dia takut istrinya itu kelelahan. Tapi tentu saja alasan itu bukan yang sebenarnya. Naruto sengaja menyiapkan beberapa kejutan untuk sang istri. Maka dari itu dia mengajak Hinata menginap selama beberapa hari di mansion Hyuga. Dan sekarangpun kedatangan mereka sedikit terlambat dari jadwal pesta di selenggarakan. Bukan tak sengaja tentunya.

"Naru ... cepatlah aku sudah tak sabar melihat dekorasi di Mansion. Lagi pula kenapa kau bisa-bisanya lupa memeriksa mobil sih. Jadi kita terlambat kan" gerutu Hinata,

Istrinya terlihat masih sedikit kesal dengan kleteledorannys. Saat mau berangkat dia pura-pura baru teringat bahwa ban mobilnya pecah jadi harus di ganti. Jadi mereka terpakas menunggu seorang pelayan mendongkrak mobilnya. Naruto menolak memakai mobil milik keluarga Hyuga, dengan alasan itu bisa mencemarkan nama baiknya sebagai menantu.

"Hm ... tenang sayang, pesta tak akan berkahir tanpa sang tuan rumah" Jawabnya santai.

Naruto melihat Hinata mempoutkan bibirnya kemudian memalingkan muka. Dia tersenyum dengan sikap istrinya yang seperti anak kecil itu.

"Lihatlah sayang kita sudah sampai, tidak usah marah seperti itu " Naruto menghentikan mobilnya, mereka sudah berada di depan gerbang dengan simbol pusaran air berada di tengah gerbang tersebut.

.

.

.

.

"Lihatlah sayang kita sudah sampai, tidak usah marah seperti itu "

Kata itu seperti mantara ajaib bagi Hinata. Dia yang dari tadi melihat ke samping langsung memalingkan mukanya menatap ke depan lagi. Namun ada yang aneh.

"Naru ... sepertinya ada yang aneh"

"Huh ... " Naruto menatap Hinata bingung

Ingin rasanya Hinata berteriak di depan wajah suaminya itu. Kadang dia tidak habis fikir dengan ketidak pekaan suaminya terhadap sekitarnya. Pria yang menjadi suaminya itu tidak lihat apa?! Mansion Uzumaki terlihat gelap gulita. Ini aneh bukan? Sewajarnya, di belahan dunia manapun jika di suatu tempat terdapat pesta, pasti tempat di selenggarakan pesta tersebut akan terang benderang dengan lampu-lampu hias kemudian di dekor dengan indah dan dengan suara musik berdentum-dentum. OK ... Ok ... dia tahu tak semua pesta seperti itu, tapi setidaknya tidak segelap dan sesunyi ini juga. Bukankah tadi di sepanjang jalan dia melihat pohon-pohon bambu dengan lampu-lampu hias yang menjuntai ke jalan untuk memberi penerangan. Pemandangan yang membuatnya terpana sampai melupakan kemarahannya pada sang adik. Awalnya dia fikir pasti suasana di dalam akan lebih meriah. Namun yang dia temukan sama sekali jauh dari perkiraannya. Ahh bahkan gerbangnya saja tertutup.

Hinata yakin, mereka tidak sedang salah alamat. Ada apa gerangan? Jangan-jangan ... Oh tidak bagaimana jika sedang terjadi perampokan di dalam, seperti yang terjadi di film-film aksi yang pernah beberapa kali dia tonton. Sebuah pesta yang berujung perampokan oleh segerombolan mafia. Bagaiman nasib sanak saudara beserta sahabat-sahabatnya.

Suara pintu mobilnya yang terbuka membuat Hinata berjengit kaget. Dia hendak berteriak namun mengurungkannya ketika menemukan sosok Naruto yang sudah berdiri di sampingnya. Dia tidak sadar jika Naruto sudah keluar dari mobil.

"Na-Naru ... Apa yang kau lakukan di luar?" Hinata bertanya gugup.

"Huh ... Apa maksudmu sayang? Tentu saja untuk menikmati pestanya" Ujar Naruto cuek. Mengulurkan tangan, mengajak Hinata keluar dari mobil.

"Ada apa? Ayo ... bukankah tadi kau semangat sekali ingin segera datang ke sini?" Naruto kebingungan ketika Hinata tak kunjung menyambut uluran tangannya.

"Na-Naru ... Bagaimana jika ... "

"Sudahlah sayang ayo cepat masuk" Naruto menarik lengan Hinata, membuat wanita itu terpaksa keluar mobil.

Wanita itu langsung melingkarkan tangannya di lengan kokoh sang suami berusaha berjalan di belakang suaminya itu. dia tak sadar sudut-sudut mulut Naruto membentuk sebuah senyum, mengetahui rencananya dan beberapa orang yang terlibat cukup berhasil.

KRIET ... suara gerbang seperti menguarkan aroma ketidak nyamanan di hatinya. Belum lagi angin yang berhembus membuat buluk kuduknya meremang. Dia terus memanjatkan do'a, berharap tidak ada hal buruk yang sedang berlangsung. Tanpa sadar genggaman tangannya menguat. Matanya terpejam. Dia merasakan Naruto berhenti. Ada apa ...?

"Open your eyes dear!" Naruto berujar di telinganya

Hinata membuka matanya pelan-pelan mengikuti perintah suaminya. Saat matanya terbuka sepenuhnya, dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Halaman Mansion terlihat berbeda dengan apa yang dilihatnya tadi. Suasananya sudah terang benderang dengan dekorasi indah yang membuat mulutnya terbuka saking takjubnya. Pohon-pohon sakura dengan bunga-bunganya yang bermekaran berwarna pink berdiri kokoh di setiap sudut, seolah pohon-pohon itu memang sudah seharusnya tertanam di sana. Lampu-lampu lampion menggantung indah di dahan-dahannya. Terdapat lampu-lampu berbentuk bunga teratai yang bersinar berwarna-warni di kolam air mancur. Meja-meja bundar berwarna putih bertebaran dimana-mana. Melingkari meja-meja itu, para tamu yang sedang berdiri di depan kursi-kursi berwarna serupa menatap ke arah dirinya dan Naruto. Lalu kamera-kamera yang berada di beberapa sudut, di lengkapi para kru Televisi?. Hinata mengernyit dibagian ini, dia tidak tahu jika keluarga Uzumaki mengundang orang-orang haus berita seperti mereka.

Kemudian matanya jatuh pada sebuah panggung yang berdiri di depan, dilengkapi dengan beberapa jenis alat musik. Ada layar digital yang membuat Hinata berkaca-kaca karena menyaksikan apa yang sedang di tayangkan disana.

Hinata langsung memeluk Naruto. Menyembunyikan wajahnya di dada prianya itu. dia tidak mau orang-orang melihatnya meneteskan air mata. Ini hari bahagianya, seharusnya dia menebar senyum pada setiap mata yang sekarang melihatnya. Namun karena ini terlalu membahagiakan membuat dirinya tak sanggup menahan air mata ... air mata bahagia tentu saja.

"Hei ... kenapa menangis" Hinata merasakan elusan tangan Naruto di kepalanya. Dia hanya menggeleng

"Maafkan aku ... " Lirih Naruto, membuat Hinata langsung menatap suaminya itu. "Aku seharusnya melakukannya dari dulu" Tangan tan terulur menyeka air mata dari pipi pualam Hinata.

"Ti-tidak Naru ... kau tidak melakukan kesalahan appapun. Aku bahagia sekarang. Jadi jangan ganggu kebahagiaanku ok" Hinata kembali menghadap ke arah panggung yang sedang menayangkankan prosesi pernikahan mereka Dia tidak tahu jika Naruto merekam prosesi pernikahan mereka yang tertutup.

Hinata selama ini bahagia, namun saat ini kebahagiaannya terasa lengkap. Wanita yang sedang mengandung 4 bulan itu tak menyangka jika pesta ini di buat untuk mempublikasikan pernikahan mereka. Dia hanya berharap dengan ini tak akan ada lagi orang yang berbicara yang bukan-bukan tentang mereka terutama sang suami. Wanita itu mengenggam erat tangan suaminya sambil menyaksikan prosesi pernikahannya sendiri di depan layar.

.

.

.

.

Tidak ada kebahagiaan lain yang bisa kita rasakan selain melihat orang yang kita cintai bahagia bersama kita. Itu adalah istilah yang cocok untuk suasana hati Naruto saat ini. Melihat sang istri yang tertawa bahagia, membuat hatinya menghangat. Dulu dia memang tak menyadari perasaannya pada Hinata. Namun kali ini Naruto bisa dengan lantang mengatakan bahwa dia sangat ... sangat mencintai wanita itu. Tak ada hal apapun yang dapat merubah perasaannya pada wanita itu.

Pria bersurai kuning itu menggenggam tangan Hinata, membawanya ke bibirnya untuk kemudian di kecup dengan lembut.

"Cie ... cie ... cie " Serempak teriakan itu menggema.

Hah Naruto lupa bahwa dirinya dan Hinata sedang berada bersama sahabat-sahabatnya. Mereka semua berkumpul melingkari satu meja. Ino dan Sai duduk berdampingan, lalu di sebelahnya ada Kiba dan Shino, mereka tak membawa pasangannya. Di samping Shino ada Sakura dan Lee, ya setelah insiden kemarin Sakura mulai bisa menerima pria itu, meskipun mereka terlihat agak kaku. Disebelah Lee ada Neji yang duduk berdampingan dengan Tenten, dari cara mereka bersikap, Naruto yakin ada sesuatu diantara mereka berdua. Chouji duduk di sebelah Tenten, pria itu membawa sang tunangan Karui. Kemudian ada si pemalas Shikamaru yang duduk di sebelah Temari, wanita maniak kipas itu sedang mengobrol dengan sang adik, Gaara Sabaku, si Jomblo berkualitas unggul. Mungkin si mata jade masih mengharapkan istrinya, tapi tentu saja Naruto tak akan membiarkannya. Syukurlah si rambut putih aka Toneri tidak ada di sini, jika tidak dia pasti kerepotan.

Naruto melirik Rolex yang melingkar di tangannya.

"Show time... " Dia yakin tak lama lagi sang MC akan memanggilnya untuk naik ke atas panggung.

"Baiklah hadirin ... Kita akan memanggil seseorang yang katanya sangat mencintai wanita yang hadir di kehidupannya. Sehingga dengan berani akan mempersembahkan sebuah lagu di atas panggung ini. Baiklah untuk mister yang sedang di mabuk cinta, this stage is yours" Vokalis yang tadi menyanyi mempersilahkan seseorang untuk naik ke atas panggung.

Ya meskipun yang memanggilnya bukan sang MC tapi itu tak merubah rencananya. Naruto bangkit dari tempat duduknya, membuat setiap mata yang awalanya memandang berkeliling untuk mecari siapa gerangan- si mister yang sedang mabuk cinta- menjadi terarah padanya.

"Na-Naru ... kau mau kemana" Hinata bertanya saat Naruto bangkit.

"Duduklah di sini princess dan nikmatilah apa yang akan kau lihat ... "Ujarnya sebelum berjalan menuju panggung acara.

Naruto sampai hanya dalam beberapa langkah, dia menaiki tangga menuju ke atas panggung berdiri di depan sebuah microphone. Suasana seperti in sebenarnya bukan hal yang baru bagi dirinya. Dia sudah terbiasa berdiri di depan orang banyak, ketika mempresentasikan proyeknya pada client misalnya. Tapi menyanyi? Ya sudahlah ... lagi pula dia sudah sedikit latihan. Semoga saja suaranya tidak fals-fals amat.

"Ekhm ... Terimakasih untuk panggungnya" Naruto membuka suara "Baiklah langsung saja ... sebuah lagu untuk wanita tercantik yang ada di dunia ini" Matanya menatap langsung ke arah Hinata yang sekarang sedang di terangi oleh lampu yang menyorot wanitanya itu.

Musik berjalan pelan. Naruto mulai menutup mata

If I had to live my life without you near me
The days would all be empty
The nights would seem so long

Matanya masih tertutup. Meresapi setiap lirik lagu yang bukan hanya sekedar ucapan dari mulutnya saja. Melainkan kata-kata itu adalah ungkapan yang sesuai dengan lubuk hatinya yang paling dalam.

With you I see forever oh so clearly
I might have been in love before
But it never felt this strong

Naruto membuka matanya, memandang lurus pada Hinata yang memandangnya balik. Dia bisa melihat mata wanita itu yang berkaca-kaca

Our dreams are young and we both know
They'll take us where we want to go
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you

Dia melihat istrinya tersenyum. Naruto turun dari panggung menuju ke tempat Hinata berada

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you

Naruto sampai di hadapan Hinata, membawanya bangkit dari duduknya.

If the road ahead is not so easy
Our love will lead the way for us
Like a guiding star
I'll be there for you if you should need me
You don't have to change a thing
I love you just the way you are

Pria itu menyeka air mata yang mengalir dari mata indah wanitanya itu.

So come with me and share the view
I'll help you see forever too
Hold me now
Touch me now
I don't want to live without you

Naruto menggengam erat tangan istrinya, membawanya berjalan perlahan menuju panggung.

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you

Pria itu melingkarkan tangannya di pinggnag sang istri. Bisa merasakan keberadaan dan memiliki wanitanya ini, merupakan salah satu anugrah terindah dalam hidupnya.

Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
The world may change my whole life through
But nothing's gonna change my love for you
Nothing's gonna change my love for you
You ought to know by now how much I love you
One thing you can be sure of
I'll never ask for more than your love

Musik berhenti bersamaan dengan lirik laguya yang sudah habis. Tepuk tangan bergemuruh diikuti dengan para tamu yang berdiri. Dia merasakan pelukan hangat yang di berikan oleh istrinya itu. sekali lagi wanitanya menangis di pelukannya.

"Aku mencintaimu Hinata. Tak ada hal apapun yang akan merubah perasaanku padamu. Believe it!" Bisiknya di telinga Hinata.

Naruto merasakan anggukan Hinata di dadanya. Dan jawaban itu cukup meyakinkannya untuk membawa sang wanita di pelukannya ke dalam sebuah ciuman hangat yang memabukan. Dia tak lagi peduli terhadap puluhan pasang mata yang menyaksikannya di bawah panggung.

T he End


*Komon : kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas dari kimono jenis ini adalah bermotif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang. Komon dikenakan untuk menghadiri pesta makan malam, reuni, bertemu dengan teman atau menonton pertunjukan digedung.

Lagu berjudul "Nothing's Gona Change My Love for You" yang di populerkan oleh westlife ...

semoga perasaan yang terdapat dalam cerita ini sampai pada para pembaca dan kalian juga bisa merasakan apa yang author rasakan saat menulis chapter-chapter pada cerita ini. senang sekali telah menulis cerita ini ... sampai jumpa kembali di cerita Naruhina selanjutnya.

Ide mentahnya udah ada. Tapi entah kapan akan di tuangkan dalam tulisan ... semoga tidak ada yang bosan dengan author ngaret seperti saya ya !

Jaa nee ...