alooohaaaaaa~~~
hihihhi
author kembali lagi di FFN..
kangen gak kangen gak? #kepo
.
sebenernya ini bukan cerita baru. tapi cerita yg sudah di publish di AFF. mengingat kemungkinan banyak readers yg g punya akun AFF dan gak bisa baca disana, maka author menimbang menilai dan memutuskan (ini apaaa -,-) untuk mempublish Kekasih Sepenggalah di situs ini juga ^^
.
kalau respon dari readers positif akan trus dilanjutkan secara berkala publisa cerita ini..
tenaaaang. untuk SULUR harap ditunggu yaa debutnya~~ aku lagi sibuk bener ini
.
.selamat menikmati
.
.
Kekasih Sepenggalah
.
.
Surat Pernyataan Tagihan
.
Tak.
Lembaran putih tak berdosa itu tercecer di meja kaca menyusul teman-teman lain yang telah mendahuluinya. Dapat dilihat tumpukan kertas berbagai jenis dan ukuran berserakan di sekitaran meja dan kursi kerja sebuah ruangan. Ruangan yang sangat luas untuk ukuran tempat kerja nampaknya tak lagi memiliki kesan idah dan intelek. Kini ruangan itu sama suramnya dengan di pemilik. Ruangan yang harusnya memberikan kehangatan malah makin terlihat suram karena sejak seminggu yang lalu pemiliknya tak pernah mengizinkan siapapun untuk membuka tirai besar yang membawanya melihat sinar surya.
Cho Kyuhyun. Begitulah nama yang tercetak jelas di sebuah papan nama yang bertengger malas di atas meja yang sudah tak karuan bentuknya. Pria berusia 28 tahun yang kini menjadi seorang pemilik resmi perusahaan garmen ternama di Negara Korea Selatan. Ayahnya, Cho Yonghwan mendaulatnya menjadi pemimpin perusahaan sebagai pengganti dirinya yang telah wafat tiga tahun silam. Kyuhyun adalah pemuda berbakat dengan kemampuan yang luar biasa di bidang seni. Bahkan sejak usia 22 tahun ia telah berhasil mendirikan studio music untuk rekaman para penyanyinya. Ya. terlalu beresiko jika ia terjun langsung ke dunia hiburan. Ayahnya dijamin tak akan pernah merestuinya. Jadilah sebagai pelampiasan terhadap minat dan bakatnya, ia mendirikan studio rekaman dan bertindak sebagai produser music disana. Untuk beberapa saat kehidupannya baik-baik saja, terkesan sempurna malah. Ia tampan, berbakat, kaya, dan memiliki kekasih yang hampir sempurna dalam kriteria wanita idaman. Ayahnya pun tak pernah keberatan dengan hobi dan pekerjaannya itu. Selagi Kyuhyun tak membantah ayahnya untuk ikut mengurus perusahaan meskipun hanya menjadi seorang manajer lini pertama. Kyuhyun sangat puas dengan jabatan itu, karena ia memang tak ada hati meneruskan usaha ayahnya di bidang garmen, ayahnya pun belum bisa mempercayai anak sulungnya itu untuk menduduki jabatan penting di perusahaan yang sejak nol dirintisnya.
Namun semuanya berubah semenjak kejadian tragis tiga tahun silam. Saat ia baru saja menghabiskan liburan bersama kekasih hati di Swiss, ayah, ibu dan adik tercinta mengalami kecelakaan lalu lintas. Ibunya meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit, sedang ayah dan adiknya dinyatakan kritis. Bagai petir di siang bolong, Kyuhyun seperti tak mengenal dirinya saat itu. Dengan berurai air mata, meski dalam prinsip hidupnya- laki-laki pantang untuk menangis, putra sulung Cho ini berlari menuju ruang gawat darurat bak orang kesetanan dengan nafas tersengal dan penampilan yang jauh dari kata tampan, seperti ia biasanya. Ibunya meninggal, ayah dan adiknya sedang berjuang di dalam sana. Kyuhyun menangis sejadinya. Hanya kekasih tercintalah yang menjadi penopang tubuhnya saat itu.
.
"Kyuhyun-sshi, Tuan Cho ingin bertemu dengan Anda" Kyuhyun terjaga. Entah sejak kapan ia tertidur di kursi tunggu luar ruang gawat darurat. Langkahnya gontai memasuki ruangan serba putih dengan bau obat dan darah yang menguar kuat. Ayahnya telah siuman. Harusnkah ia tenang sekarang?
"Kyu-ah" suara itu sarat akan kesakitan. Pria muda yang sedari tadi mati-matian menahan tangisnya menghambur ke dalam pelukan sang ayah.
"Kyu-ah. Waktuku tak banyak lagi. kau jagalah adikmu Kyu. Appa sudah tak bisa menjaga dan menemani kalian , nak! Lanjutkan perusahaan ayah. Jadilah seorang Cho yang tangguh. Ayah tahu ini berat, tapi ayah mohon jagalah perusahaan dan adikmu"
"tidak! Ayah akan baik-baik saja. aku dan ayah akan bersama-sama menjaga Kyuri! Lihat? Ayah sehat kan? Buktinya ayah masih bisa meme-"
"Kyu dengarkan ayah, nak! Banyak orang di luar sana yang hendak menjatuhkan keluarga kita. Kau harus jadi Cho penenusku yang sebenarnya. Mianatha uri aegy.. mianatha nae sarang. Ayah mencintaimu dan Kyuri"
"APPA! APPA! IREONA APPAAAAA!"
.
Kyuhyun memijit pelipisnya yang berdenyut akibat ingatan masa lalu. Kata-kata terakhir yang diucapkan ayahnya sebelum menyusul sang ibu yang sudah lebih dulu menantinya di alam baka.
Banyak orang di luar sana yang hendak menjatuhkan keluarga kita.
Kata-kata mutlak yang keluar dari mulut pria tua it uterus menghantuinya dan semuanya terbukti. Kyuhyun dengan segala kejeniusannya tak mampu mempertahankan perusahaan peninggalan ayahnya. Sejak hari pertama ia menjabat, perusahaan ini kentara sekali tak sehat. Entah Kyuhyun yang tak becus mengurusnya atau banyak orang yang diam-diam menggerogotinya dari luar maupun dalam. Mulai dari permintaan di pasaran yang memburuk, ketersediaan bahan baku dari pemasok yang ogah-ogahan, sampai nilai saham perusahaan yang makin hari makin menurun. Kyuhyun menyesal, mengapa dulu ia sangat mementingkan egonya untuk meraih cita-citanya sebagai seorang musisi dan sangat puas menjabat sebagai manajer lini pertama yang tak tahu apa-apa soal kebijakan keuangan dan pengawasan perusahaan.
"tuan Cho" seorang pria paruh baya, mungkin 10 tahun di atasnya, memasuki ruangan temaram itu. Ia menatap iba pada anak Cho Younghwan mantan bos sekaligus guru yang mengajarinya arti kehidupan dan kejamnya dunia bisnis di Korea.
.
Surat Pemutusan Hubungan Kerja Sama
.
Begitulah tulisan yang disodorkannya pada CEO muda yang tertunduk lesu di kursi keagungannya.
"lagi?"
"maafkan saya tuan, saya tak bisa mempertahankan KJ Group sebagai pemasok utama saat ini. Mereka beralasan perusahaan kita tak dapat memproduksi sesuai kapasitas standard an saham di pasar juga sangat lemah"
Ya. pemuda Cho itu meraup wajahnya kasar. Ia tak kuat. Kenapa jadi begini? Kenapa semenjak ayahnya tiada semua menunjukkan belangnya dan perlahan menghancurkan kehidupan keluarga Cho yang damai.
"aku tak kuat, paman" ujarnya lirih. Dalam satu siang ini, sudah dua perusahaan yang mengundurkan diri jadi mitra kerjanya.
"jangan begini! Kita pasti menemukan cara un-"
"cara cara cara dan cara! Cara apalagi paman? Kau bahkan yang sudah bekerja hampir separuh hidupmu untuk ayah dan perusahaan ini saja tak dapat berbuat banyak. Sedangkan aku? Aku yang anak pembangkan dan tak pernah ada niatan untuk meneruskan perusahaan ini? Aku tak kuat paman! Aku tak kuat!"
"Cho Kyuhyun!" bentakan itu membungkam mulut seorang Cho muda yang sedari tadi meracau frustasi.
"kau adalah seorang Cho! Apapun yang terjadi darah Cho Younghwan mengalir di tubuhmu. Beliau adalah orang yang sangat ku cintai selain ibuku sendiri! Dia telah mendaulatmu sebagai penerus perusahaan ini. Perusahaan ini bukan lagi milik Cho Younghwan. Ini milikmu! Camkan itu Cho!"
Brak. Pintu itu tertutup kasar. Jung Il Woo nama pria paruh baya yang memang hampir separuh hidupnya telah mengabdi di keluarga Cho. Dia bukan orang asing bagi Kyuhyun. Dia bahkan sudah seperti pamannya sendiri. Orang kepercayaan sang ayah yang bahkan rela mengesampingkan kehidupan pribadinya hanya demi mengabdi pada keluarga Cho. Kyuhyun terhenyak. Benar ini perusahaannya. Entah dengan kebodohan apa ayahnya memberikan perusahaan yang dirintisnya dari nol itu hanya untuk anak tak berbakti seperti dirinya. Kenapa ayah tak memberikannya pada Il Woo saja? sudah jelas bukan, pria paruh baya itu sangat sigap dan matang untuk jadi penerusnya.
.
.
"op..oppa? eungh!"
"ssttt! Istirahatlah chagii" Kyuhyun mengelus pucuk kepala seorang gadis belia yang baru saja terjaga dari tidur tenangnya.
"anniya! Bagaimana pekerjaanmu di kantor, oppa?" Tanya gadis itu basa-basi. Dilihatnya wajah sang kakak yang makin hari makin tak manusiawi. Pucat dan tirus.
"tentu saja lancar! Hahaha. Oppa tampanmu ini kan jenius!" Kyuhyun, pemuda itu memaksakan tawanya. Ia tak ingin kondisi sang adik yang memang buruk menjadi lebih buruk lagi.
Cho Kyuri. Anak kedua keluarga Cho yang ikut terlibat dalam kecelakaan maut itu sudah tiga tahun sangat akrab dengan suasanan rumah sakit. Kondisinya yang selalu drop membuat ia harus rela menjadikan tempat bau obat ini sebagai rumah keduanya. Sejak satu tahun silam gadis cantik ini dinyatakan mengidap kangker sumsum tulang belakang akibat kecelakaan tragis itu, bagaimana Kyuhyun? Jangan Tanya! Dengan keterpaksaan yang sangat untuk menjadi penerus pimpinan perusahaan, perusahaan yang jatuh operlahan-lahan dan ditambah pula kondisi sang adik yang sangat dicintainya seperti sedang dipermainkan Tuhan! Haruskah ia marah pada penciptaNya?
"oppa!" gadis bernama Kyuri itu setengah berteriak, membuat Kyuhyun terbangun dari lamunannya. "akhir-akhir ini oppa selalu saja begini"
"oppa baik-baik saja chagii"
"tidak! Oppa tidak baik-baik saja. oppa selalu murung dan melamun. Dan lihat itu kerutan yang ada di dahimu? Kemana Cho sulung yang selalu membanggakan pesona dan ketampanannya yang menjadi incaran wanita huh?" Kyuri bersungut-sungut menghardik sang kakak. Kyuhyun? Bukannya tersinggung, ia malah tersenyum.
"yak! kenapa malah senyum-senyum sendiri huh?"
"oppa senang melihatmu merajuk, chagii. Mirip lumba-lumba Hahahaha"
"oppaaa!"
Inilah keluarga Cho. Meski mereka menyimpan kepahitan masing-masing, tapi jika bertemu kepahitan itu seolah sirna jika melihat dan merasakan kehadiran satu sama lain. Kyuhyun yang menderita batin karena tekanan akan tanggung jawabnya, dan Kyuri yang menderita karena penyakit keras yang dialaminya.
"Kyuhyun-sshi!" sapa seseorang dari belakang. Sontak membuat duo Cho yang sedang bercengkerama ini menoleh ke belakang.
"uisa-nim / oppa! " kedua kakak beradik itu menyahut bersamaan. Kyuhyun menatap selidik pada satu-satunya wanita yang ada di ruang rawat ini.
"jelaskan padaku tentang sebutan oppa-mu setelah aku berbicara padanya, Cho!" Kyuri sedikit merinding mendengar bisikan halus berupa ancaman dari kakaknya. Ia hanya nyengir kuda.
.
.
"apa yang ingin anda bicarakan pada saya. Uisa-nim?" ujar Kyuhyun sopan. Sebenarnya Kyuhyun tak perlu menyebutkan dengan panggilan sesopan itu, namun berhubung sang adik sepertinya terpesona akan tampilan sang dokter, Kyuhyun yang memang sangat posesif terhadap sang adik, perlu mewaspadainya.
"kau masih saja memanggilku begitu. Padahal sudah satu tahun aku menjadi pengampu adikmu." Pria itu tersenyum. Lee Donghae, begitulah nama yang tertera di kartu identitas yang tersemat di jas kerjanya.
"Kyuhyun-sshi, entah kau siap atau tidak dengan berita ini, tapi aku harus"
"katakan!" timpal Kyuhyun mutlak.
"Kyuri sudah setahun ini tak beranjak dari kamar inapnya. Beberapa kali ia harus dilarikan ke ICU karena tekanan-tekanan dari dalam yang semakin membesar. Kurasa terapi saja belum cukup untuk mengurangi rasa sakitnya. Dan, sudah saatnya Kyuri menjalani Kemoterapi tahap kedua, untuk biaya-"
"lakukan yang terbaik Donghae-sshi! Lakukan yang terbaik. Buat Kyuri ku baik-baik saja!" jawab Kyuhyun tegas. Tak peduli berapapun biaya yang harus ia keluarkan, asalkan adiknya tetap bertahan.
"baiklah" Donghae ikut menghembuskan nafas beratnya. Meskipun orang di depannya ini terkesan dingin dan menutup diri, ia tahu putra sulung Cho ini sangat menyayangi dan melindungi keluarga sematawayanngnya.
.
.
"cek lagi?" Jung Il Woo mengernyitkan dahinya melihat selembar kertas yang diserahkan Kyuhyun padanya. Ya. Kyuhyun memanggilnya beberapa menit lalu.
"Kyuri butuh pengobatan ekstra, paman, dua hari lagi ia harus menjalankan kemo tahap kedua" ujar Kyuhyun dengan wajah datarnya.
"tapi baru beberapa hari yang lalu kau minta uang untuk pengobatan Kyuri, Kyu"
"apa paman meragukanku? Apa menurut paman uang itu kugunakan untuk bersenang-senang?" timpal Kyuhyun sengit. Ia merasa pria ini tengah menuduhnya sebagai penghambur uang perusahaan untuk keperluan pribadinya.
"bukan begitu Kyu-ah!" Il Woo menghembuskan nafasnya. "kau tahu sendiri perusahaan ini sedang mengalami krisis keuangan yang kompleks. Kita masih memiliki tanggungan hutang yang tinggi dan beban gaji karyawan. Tapi jika ini berkaitan dengan kondisi Kyuri akan paman usahakan." Il Woo tersenyum hangat pada anak sulung mantan bossnya. Meskipun usia mereka hanya bertaut 10 tahun, dar dulu Kyuhyun enggan memanggilnya Hyung. Ia lebih merasa nyaman memanggil pria ini dengan sebutan paman.
Astaga! Aku bahkan hampir melupakan kondisi perusahaanku yang makin melemah! Tuhan bantu aku! batinnya.
Kyuhyun meringis menatap figura besar yang terpajang apik di dinding seberang ruang kerjanya. Kyuri, oppa harus bagaimana?
.
.
Kyuhyun menatap pernak pernik berwarna pink yang ada di dalam sebuah toko pinggiran kawasan Gangnam. Ya, kawasan itu memang menjadi pusat mode di Korea. Sebentar lagi valentine, Kyuhyun ingin memberikan hadiah special pada Kyuri dan kekasih hatinya yang telah menemaninya selama lima tahun ini. Kyuhyun begitu mencintai wanita yang sejak zaman kuliah dulu menjadi incaran nomor satu pria di kampusnya. Dalam keadaan terpuruk pun wanita itu selalu berada disampingnya dan memberikan semangat.
"aku mau yang ini!" ujarnya singkat setelah memberikan dua buah benda yang akan dihadiahkannya pada dua wanita paling berarti di hidupnya. Sebenarnya Kyuhyun mempunyai niatan untuk mengikat sang kekasih dalam hubungan pertunangan. Ia masih belum punya nyali jika ingin langsung melamar, mengingat kondisi perusahaan dan Kyuri yang harus menjadi fokus utamanya saat ini.
Jaena pasti senang menerima tas yang diidamkannya minggu lalu. Kyuhyun tersenyum menenteng dua handbag berisikan hadiah untuk Kyuri dan kekasihnya. Sejenak ia melupakan kepenatan kantornya. Pria itu setengah berdendang sambil menyusuri jalanan malam kota Seoul hingga seketika langkahnya terhenti.
"hallo!"
"kau dimana chagii?"
"di rumah sakit. Aku baru saja menemani Kyuri tidur"
"benarkah? Aku akan kesana menjemputmu pulang"
"tak perlu. Aku akan pulang sebentar lagi. kau urus saja pekerjaanmu, ne. aku yakin kau sibuk"
"benarkah? Baiklah kalu begitu. Saranghae chagii"
"hemm, nado"
Tut. Tut. Tut. Panggilan itu diakhiri. Kyuhyun tertawa hambar.
"kau berbohong Jaena-ya"
Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya mengiringi langkah gontai pemuda Cho. Bisakah kita menyebutkan patah hati sekarang? Wanita yang telah menemaninya selama lima tahun ini dengan mudahnya meluncurkan kata-kata kebohongan padanya. Apakah ini kali pertama wanita itu berbohong padanya?
.
"loh, Kyu? Kukira kau sedang makan siang di luar bersama kekasihmu. Tadi aku melihatnya bersama pria di kafe pinggiran Gangnam"
"aku pergi ke rumah sakit menemani Kyuri!"
"tidak ada. Kekasihmu belum muncul seharian ini Kyuhyun-sshi. Mungkin ada urusan yang tak bisa ditinggalkannya"
"aigoo,, sudah lama sekali kau tak kesini nak, oh iya mana kekasihmu yang cantik itu?
"dia sedang sibuk dengan butiknya, bapa"
"aniya. Nona Jaena sudah dua hari pergi berlibur ke Jeju, tuan Cho!
.
Kyuhyun tersenyum. Betapa bodohnya ia selama ini. Ternyata banyak bukti yang ditampikknya selama ini. Song Jaerin bukan baru-baru ini meninggalkannya.
"sejak kapan Jaena-ya?"
Kyuhyun meringis. Nasibnya begitu memilukan. Disaat ia membutuhkan sandaran, penopangnya justru menghianatinya. Pria tak boleh menangis- batinnya. Di ujung jalan terdapat sebuah boks telepon yang telindung dari hujan. Sesedih apapun ia tak boleh melupakan hadiah untuk Kyuri adiknya. Benda di dalam handbag ini harus terlindung dari hujan. Dengan langkah lebar ia berlari menuju boks telpon itu.
"haisshh ada-ada saja! disaat aku tengah berduka, hujan sialan ini seolah tak kompromi denganku. Kyuri bisa marah jika tahu hadiahnya basah kuyup seperti ini." Kyuhyun menggerutu mencoba mengalihkan pikirannya meski tak bisa.
Tok. Tok. Tok. Kyuhyun mendongak. Seorang pria meminta izin untuk dibukakan pintu agar bisa berlindung bersama. Kondisi pria itu juga tak kalah buruk dengan dirinya. Dengan sigap Kyuhyun membukakan pintu untuk pria yang tak dikenalnya itu. Kyuhyun agak bergeser agar memberikan ruang yang cukup untuk mereka berdua.
"terima kasih" ucap pria yang baru masuk itu ramah. Kyuhyun hanya tersenyum sekilas. Keduanya lalu sama-sama terdiam. Terjebak dalam suasana canggung? Memang. Dua orang pria dewasa yang sama-sama memiliki tubuh tinggi tegap, yah walaupun Kyuhyun lebih kecil dari pria disampingnya, mengingat beban mental yang berhasil menguras bobot tubuhnya , tidak saling kenal. Apalagi mereka terjebak di ruangan yang utungnya muat untuk ditempati berdua. Tak ada pembicaraan disana, sampai suara deringan salah satu ponsel milik kedua pria ini berdering.
"ya, Donghae-sshi? APA? Aku akan segera kesana. Kerahkan semua kemampuanmu Donghae-sshi!" kyuhyun menutup panggilannya kasar, ia terlihat sedikit gemetar saat mengambil bungkusan yang sengaja ditaruhnya di lantai tadi. Hujan di luar masih menangis dengan derasnya, tapi Kyuhyun tak peduli. Adiknya membutuhkannya saat ini.
"tunggu!" sebuah tangan kekar mencengkeram pundaknya. "kau meninggalkan ini" ujar pria yang berada satu ruangan dengannya. Kyuhyun melirik bungkusan itu sekilas.
"ambil saja. untukmu" secepat kilat kyuhyun keluar dari boks telepon itu. Ia berlari menembus hujan dengan bungkusan kecil yang disembunyikannya di balik mantel kerjanya. Semoga dapat melindungi hadiah itu.
.
Selamat hari kasih sayang :)
.
Pria itu tersenyum membaca tulisan yang ada di dalam bungkusan besar itu. "kau memberikan sebuah tas wanita pada pria"
.
.
"kondisinya makin hari makin memburuk Kyuhyun-sshi. Meski kami telah memberikan perawatan terbaik, tubuh Kyuri tak dapat bertahan lama"
"lakukan apapun Donghae-sshi! Kumohon! Selamatkan adikku!"
"jika Kyuri tak dapat mengikuti kemoterapi tahapan ini, hanya ada satu pilihan terakhir. Operasi!"
.
Kyuhyun meringkuk di atas sofa panjang ruang kerjanya. Entah sudah berapa lama ia tak pulang ke rumahnya. Setiap hari selalu seperti ini. Jika tak di rumah sakit, ia akan meringkuk seperti ini di sofa panjang itu. Baju yang ia pakai masih seperti semalam saat ia kehujanan. Baju itu kering di badan. Saat tiba di rumah sakit, yang ia lihat adalah wajah kesakita sang adik yang tak berhenti muntah-muntah. Namun saat melihat sang kakak, Kyuri masih sempat-sempatnya tersenyum sebelum jatuh pingsan. Kyuhyun menangis? Tentu. Hati siapa yang tak sakit melihat satu-satunya yang yang tulus mencinta dan dicintainya tengah berjuang keras melawan penyakit yang dideritanya.
.
"lakukan kalau begitu!"
"tidak semudah itu Kyuhyun-sshi. Aku harus mencari donor untuk melakukan operasi itu!"
"aku! Ambil tulangku! Aku yakin tubuhku 80 persen cocok dengan organ milik Kyuri!"
"meskipun begitu kami tidak bisa gegabah Kyuhyun-sshi. Kami harus mengadakan pemeriksaan lebih lanjut tentang tubuh anda. Dan juga-
"dan apa dokter?"
"biayanya sangat mahal Kyuhyun-sshi. Kudengar perusahaanmu-"
.
"hufthh!" Menghembuskan nafas keras. Secepat itukah berita ini beredar? Dalam hitungan hari perusahaannya akan benar-benar dinyatakan gulung tikar. Dokter muda itu benar, sebentar lagi dia akan menggelandang. Lalu Kyuri? Bagaimana dengan pengobatannya?
Brak. Lagi-lagi pintu ruang kerjanya terbuka kasar. Kyuhyun hapal betul siapa pelaku satu-satunya. Jung Il Woo.
"yaakk! Anak malas! Cepat bangun! Tak tahukah kau sebentar lagi perusahaan ini tinggal nama huh?"
Kyuhyun enggan menanggapi. Semangatnya hanya tinggal kenangan.
"bangun ku bilang! Ini lihat ini !" Il Woo menggeram marah pada anak mantan bos nya itu. Ia menyerahkan berkas yang cukup tebal untuk Kyuhyun periksa. "aku telah menyelidiki keanehan yang terjadi di perusahaan kita. Kau tahu ternyata pelakunya orang dalam" Kyuhyun mengernyit. Ia mulai tertarik dengan percakapan ini. Dengan tenaga yang tersisa ia mencoba untuk duduk dengan posisi senormal mungkin, membuka lembaran demi lembaran yang terlampir di berkas itu.
"Lee Kiseop ?"
"ya dia adalah auditor internal di perusahaan ini. Ternyata bajingan itu yang menyebar isu solvensi dan likuiditas kita yang memburuk sehingga permintaan barang dan pasokanpun menurun drastis."
"apa motivnya melakukan ini, paman?"
"tentu saja kekuasaan, babo! Dengan saham yang anjlok kau akan gulung tikar karena tak dapat memenuhi kewajiban membayar hutang perusahaan selama dua tahun ini. Dan dia akan membeli saham-saham itu dan menjadikan perusahaan ini miliknya!" Kyuhyun menggeram. Pemimpin macam apa dia ini hingga bisa ditusuk dari belakang oleh pegawainya sendiri. Ia sedikit bersyukur karena ada Il Woo yang selalu siap sedia di belakangnya.
"bukankah semua bukti yang kau kumpulkan ini kuat, paman? Kita bisa meyakinkan pada investor dan pemasok bahwa perusahaan kita sebenarnya sehat! Ini hanya window dressing dari bajingan itu saja!" Kyuhyun berkata penuh harap. Ia sangat ingin Il Woo ngatakan, Ya.
"terlambat" satu kata itu berhasil mematahkan hati Kyuhyun untuk kesekian kalinya. "para investor sudah menarik diri dari perusahaan kita Kyu, dan para Kreditor juga semakin meneriakkan suaranya untuk menyelesaian hutang-hutang kita di perusahaannya"
Kyuhyun memijit pelipisnya. Kenapa semua ketahuan disaat perusahaannya benar-benar diambang kehancuran? Kyuhyun merutuki dirinya yang selama ini hanya berfokus pada pelanggan dan kesehatan Kyuri, tanpa mencari tahu biang masalah, seperti Il Woo.
"hanya saja-" kalimat menggantung itu menegakkan kepala pimpinan perusahaan ini.
"hanya apa, paman?" Tanya Kyuhyun penasaran. Melihat wajah tegang pamannya.
"sebenarnya ada cara untuk menyehatkan keuangan kita, Kyu. Tapi-"
"tapi apa paman? Aku akan melakukan apapun agar bisa mengembalikan perusahaan kita!" desak Kyuhyun. Ia melihat masih ada harapan disana.
"tidak Kyu! Aku melarang keras yang satu ini!" wajah Il Woo penuh penyesalan. Ia menyesal telah berani ingin mengutarakan opsi terakhir itu.
"KATAKAN PAMAN! Jika kita mendapat kucuran dana, bukan hanya dapat menyehatkan keuangan kembali, ribuan pekerja pun bisa kita selamatkan dari resiko pengangguran. Dan Kyuri, Kyuri bisa menjalani operasi, paman!" Kyuhyun berteriak frustasi. Air mata yang selalu ditahannya di hadapan orang lain itu akhirnya lolos juga. Seorang pria yang menangis pilu meratapi kesialan yang seoalah bertubi-tubi dan enggan menjauhinya.
Il Woo membantu menegakkan tubuh Kyuhyun yang merosot ke lantai. Selama ini, seberat apapun cobaan yang dihadapai, Sulung Cho ini tak pernah terlihat semengenaskan ini. Il Woo tahu, meskipun Kyuhyun tak sehandal dirinya dalam mengurus perusahaan, pemuda ini sangat bertanggung jawab dan memegang janjinya.
"bangun Kyu, jangan seperti ini!" suara itu melembut.
"katakana paman, kumohon! Meski itu adalah hal berat sekalipun, akan kulakukan demi perusahaan ini. Demi Kyuri!"
"temui Choi Group!" kata final itu lolos dari mulut Jung Il Woo.
.
.
Dan disinilah Kyuhyun sekarang. Berdiri di sebuah gedung pencakar langit terbesar di korea. Dari tampilan luar pun, semua orang tahu, perusahaan ini merupakan salah satu dari raja-raja bisnis yang berkuasa di Korea.
"temui Choi Group! Dia adalah jawaban terakhir masalah kita"
Kyuhyun menarik nafasnya dalam, dan menghembuskannya perlahan. Ia berusaha member ketenangan untuk dirinya sendiri. Tadi, sebelum menjejakkan kaki di tempat ini, pemuda itu menyempatkan untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian formal terbaiknya. Orang yang akan ditemuinya ini bukan orang sembarangan. Ia adalah CEO dari Choi Group. Kyuhyun ingin memberikan kesan estetika yang tinggi saat pertemuan pertama mereka.
Dengan sedikit menebar pesona pada resepsionis yang ada di hall utama, Kyuhyun dipermudah untuk mendapatkan izin berbicara dengan sekretaris utama perusahaan itu. Ya, prosedur disini sangatlah berbelit bagi Kyuhyun. Berbeda dengan perusahaan miliknya.
"beruntung tuan Choi memiliki waktu 10 menit untuk anda, tuan Cho!" senyuman ramah itu dilontarkan oleh sekretaris utama yang mengantar Kyuhyun menuju lantai paling atas yang ada di gedung ini. Di lantai 40 itu, hanya ada satu ruangan besar bertuliskan Choi Group's CEO.
Aigoo, niat sekali membuat ruangan. Sampai-sampai satu lantai ini hanya milik CEOnya. Batin Kyuhyun dalam hati.
"silahkan, tuan Choi sudah menunggu anda" wanita muda yang lumayan cantik- bagi Kyuhyun, menunjuk pintu tebal di seberang pintu lift yang baru saja mereka tumpangi. Kyuhyun mengangguk tipis dan berjalan tegap menuju pintu penghubung dirinya dan CEO Choi.
Apakah aku harus membungkuk dalam ketika menyalami orang tua ini? Batin Kyuhyun. Jujur saja ia sangat gugup sekarang. Jawaban Ya, dari CEO Choi ini adalah penyelamat terakhir hidupnya.
Cklek. Kyuhyun membuka pintu tebal itu dengan hati-hati. "selamat siang Tuan Choi, senang dapat bertemu anda langsung!" ucap Kyuhyun dengan segala hormat tapi tak menjatuhkan harga dirinya.
"duduk!" jawaban itu mutlak. Terkesan sangat dingin. Bolehkan Kyuhyun mengaku kalau saat ini dia agak gentar mendengar suara muda yang angkuh itu? Tunggu! Muda?
Kyuhyun menegapkan kembali tubuhnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah pimpinan Choi Group itu bukanlah kakek tua. Ia muda. sangat muda untuk menjadi raja pebisnis di Korea. Mungkin hanya beberapa tahun di atasnya, atau malah seumuran. Kyuhyun mematung di tempatnya, ia masih tak percaya dengan fenomena ini.
"apa kau tidak melihat ada tempat yang cukup empuk untuk bokongmu disana, tuan Cho?" sindir CEO itu menyadarkan Kyuhyun dari keterkejutannya
"ah. Ya. maafkan saya." Kyuhyun segera menyamankan dirinya di salah satu sofa empuk yang ada di ruangan itu.
"wine?"
"ehm, ya!"
Pimpinan Choi itu meletakkan segelas wine putih untuk dirinya dan Kyuhyun di atas meja. Dia duduk di sofa sebrang yang menghadap langsung ke Kyuhyun. Dengan gugup Kyuhyun menenggak setengah dari volume gelas bening itu.
"jadi apa yang membuat seorang Cho repot-repot datang ke kantorku?" ucap pimpinan itu to the point. Kelihatan sekali ia orang yang tak suka basa-basi.
"kurasa anda tentu tahu maksud kedatanganku kemari Tuan Choi, mengingat desas-desus dipasaran yang tersebar cepat" Kyuhyun tersenyum kecut. Ia menyerahkan sebuah map berisikan bukti-bukti kesehatan perusahaannya. "rumor akan likuiditas perusahaanku semuanya bohong. Itu ulang orang dalam yang hendak menguasai perusahaanku. Sayangnya aku terlambat menyadari, oleh karena itu aku-"
"rupanya kau jiga orang yang tak suka berbasa-basi tuan Cho" senyuman itu lebih mirip seringaian. Kyuhyun akui ia juga sama seperti Tuan Choi ini, sering menyeringai. Tapi entah ketakutan darimana, Kyuhyun merasa seringaian itu lebih mematikan dibanding miliknya.
"aku dapat apa?"
"ya?"
Kyuhyun terkesiap. Sekian menit mereka saling diam, karena CEO Choi itu sibuk memperhatikan berkas-berkas yang disodorkan Kyuhyun, sekarang ia meecahkan kecanggungan mereka dengan suara berat miliknya.
"aku dapat apa?" ulangnya sekali lagi tanpa berminat melihat langsung Kyuhyun.
"tuan Choi aku kemari untuk meminta bantuanmu menyegarkan kembali keuangan perusahaanku, aku berjanji akan membalikkan keadaan secepat mungkin. Aku berjanji akan melunasi pinjamanku dalam lima tahun atau secepat yang aku bisa. Aku-"
"tubuhmu!"
"ya?"
"aku mau tubuhmu!"
.
.
naaah ditungu tanggapannya yaa readers kkkkkk... kalo banyak yg minat maka Kekasih Sepenggalah juga akan mulai di publish di FFn hihihih
