Going Crazy
Mingyu x Wonwoo | Meanie
Rated T
Romance | Family | Friendship(?)
©jxngwoo
Warn: Yaoi/BoysLove/Typo(s)/Absurd language(?)
Don't be so serious guys~
.
Kau tak mengenalku. Tapi aku mengenalmu.
.
Memperhatikan salah satu siswa kelas sebelah yang sedang berolahraga di tengah lapangan sekarang menjadi kegiatan rutin Kim Mingyu setiap hari rabu semenjak kenaikan kelas hingga sekarang. Ia akan mengamati lewat jendela lantai dua kelasnya dan tersenyum-senyum sendiri. Masa bodoh dengan teman sekelasnya yang bergidik saat menatapnya tersenyum sendiri. Lagi pula, jam kosong sering terjadi di kelasnya, membuatnya bebas melakukan apapun bahkan menatapi pujaan hatinya.
Siswa yang tengah diperhatikan Mingyu sekarang tengah berlari mengelilingi lapangan dengan beberapa anak kelas C yang memiliki jadwal olahraga yang sama. Banyak yang bilang wajah siswa bernama Jeon Wonwoo itu sedikit menyeramkan karena sifat pendiam dan dinginnya itu. Namun tidak bagi Mingyu.
Bagi Mingyu, wajah Jeon Wonwoo itu termasuk manis. Tipe uke idamannya.
Tuk.
"Aw!"
Mingyu meringis pelan saat kepalanya dilempar bola kasti oleh temannya. Ia menoleh sebentar pada temannya yang melempar dan melengos begitu saja. Kembali memperhatikan jendela.
"Apa kau tak ada kerjaan lain selain memperhatikan Jeon Wonwoo itu, Kim Mingyu?"
"Tidak."
Soonyoung berdecih malas. Ia dengan seenaknya duduk di atas meja Mingyu dan ikut memperhatikan kearah jendela. "Kenapa tak menembaknya saja?"
"Huh?" Mingyu melirik Soonyoung dengan alis terangkat. "Siapa?"
"Kau menembak Wonwoo tentu saja."
Heol.
Mingyu memutar bola matanya malas. "Kau pikir dia akan menerimaku?"
Soonyoung bergidik. "Tidak. Tapi kenapa tak mencobanya?"
"Kau saja sana tembak Jihoon."
"O- oy!" Soonyoung ingin sekali melempari Mingyu dengan bola kasti yang tadi dilemparnya namun ia urungkan niatnya. "Sudahlah. Anak unggulan seperti Wonwoo dan Jihoon tak akan melirik kita."
Mingyu mendelik. "Kita? Kau saja sana. Aku ogah." Mingyu menyeringai saat wajah kesal Soonyoung terlihat.
Soonyoung mendengus. "Kalau tak berniat menembaknya, kenapa tak mendekatinya? Waktu kita tak banyak, bung."
"Kau pikir mendekati anak kelas A yang gengsinya tinggi itu gampang? Apalagi tipe-tipe seperti dia. Lagi pula sifatnya itu hanya berbeda sedikit dengan Jihoon." Mingyu menjawab malas.
Soonyoung badmood seketika. Perkataan Mingyu itu benar dan ia meringis mengingatnya. Buru-buru ia menggeleng dan melompat dari meja. "Stop galau-galauan hari ini. Lebih baik bantu aku cari Minghao dan kita bisa mengerjai Mr. Choi nanti. Minghao bawa beberapa permen karet dan kita bisa menempelinya di kursi guru nanti."
Mendengarnya membuat Mingyu menyeringai hingga menunjukkan taringnya.
"Ayo!"
-00-
"Melamun, Jeon Wonwoo?" seorang pemuda dengan senyum lebarnya menyenggol Wonwoo dan duduk di sampingnya, memberikan sebotol air putih yang sengaja ia bawa untuk Wonwoo.
Wonwoo menerimanya dan langsung meminumnya. "Makasih."
"Tidak ikut lari lagi dengan yang lain?" tanya pemuda bernama Seokmin itu. Matanya memperhatikan kearah teman-teman sekelasnya dan teman sekelas Wonwoo yang bersemangat untuk mengelilingi lapangan kembali.
"Kakiku sedikit terkilir asal kau tau." Wonwoo menjawabnya datar. Seokmin beralih menatap Wonwoo. "Mau kuantar ke ruang kesehatan?"
"Tidak perlu."
Seokmin hanya bergidik mendengarnya dan kembali meminum minumannya. Sudah terlalu biasa jika Wonwoo berkata datar atau semacamnya. Berteman dengan Wonwoo dari sekolah menengah pertama hingga sekarang berada di tahun terakhir sekolah menengah atas, membuatnya kebal dengan sifat Wonwoo walaupun sekarang mereka beda kelas.
"YA ANAK NAKAL! KEMBALI KALIAN BERTIGA!"
Teriakan dari Mr. Choi di koridor serta derap langkahnya membuat Wonwoo dan Seokmin berjengit ngeri. Mata keduanya memperhatikan Mr. Choi yang berlari mengejar tiga murid lainnya, melihatnya membuat Seokmin menahan tawa.
"Pft, mereka berulah lagi."
"Mereka siapa?" Wonwoo menaikkan sebelah alisnya dan mendapat tatapan datar dari Seokmin. "Serius Jeon Wonwoo, ini tahun ketiga kau disekolah ini dan tidak hapal orang-orang di angkatanmu sendiri? Itu menyedihkan, ck."
Wonwoo segera saja memberikan tinjuan di bahu Seokmin yang meringis setelahnya. "Oke, oke. Yang berambut blonde dan bersimpuh itu Kwon Soonyoung, yang lagi mohon ampun ke Mr. Choi itu Minghao, pacarnya si Junhui tuh. Dan yang tinggi dan dijewer itu Kim Mingyu. Mereka semua anak kelas E."
"Kumpulan anak-anak kurang, begitu?" Wonwoo memberikan penekanan pada perkataannya dan menatap meremehkan pada ketiga siswa yang sudah ditangkap Mr. Choi. Seokmin memutar matanya malas. "Bisa dibilang begitu. Tapi mereka enggak kurang-kurang amat kok. Soonyoung itu bisa di bidang seni, Minghao di bidang biologi, Mingyu di bidang sastra. Ya, walaupun mereka itu iconnya kelas E, sih."
"Bocah onar, hm."
"Walaupun begitu, mereka terkenal loh. Soonyoung dan Minghao ikut klub dance dan Mingyu ikut klub basket. Mereka yang biasanya jadi alasan para siswi disini berteriak histeris setiap eskul basket atau dance dimulai. Apalagi Mingyu, siswa berstatus uke juga sering meneriakinya." Seokmin memberikan penjelasan panjang lebar. "Dan mereka itu bocah-bocah asyik asal kau tau."
Wonwoo bergidik sebagai balasan. Well, dia tidak terlalu peduli dengan penjelasan Seokmin tentang icon kelas E.
Bukan sombong atau apa, tapi Wonwoo sudah punya pandangan sendiri tentang anak kelas E yang terkenal dengan masalahnya dan juga nilai-nilai akademik mereka. Berbeda dengan Wonwoo yang berada di kelas A, sudah dapat dipastikan jika dia salah satu dari siswa rajin dan pintar di kelasnya. Setidaknya, Wonwoo akan masuk peringkat lima besar setiap semester dari seluruh kelas. Sedangkan peringkat pertama di kelas E itu sebanding dengan peringkat kelimabelas di kelas D, campuran anak biasa dan juga anak bandel.
Dan ngomong-ngomong, Wonwoo juga cukup kenal dengan Minghao yang notabenenya adalah kekasih dari anak kelas B bernama Wen Junhui, sahabatnya dari sekolah dasar.
Wonwoo berdiri dan menepuk-nepuk celananya. "Aku ganti baju duluan. Bye!"
-00-
"Mr. Choi sialan!"
Itu umpatan yang keluar dari mulut Mingyu dengan gerakan tak ikhlas mengepel lantai toilet. Soonyoung dan Minghao yang tengah membersihkan salah satu bilik dan wastafel hanya mendengus. Minghao berancang-ancang melemparkan sampah yang menyumbat wastafel pada Mingyu. "Berhenti bicara atau aku akan melemparkan sampah sialan ini, Kim Mingyu."
Oh, berteman dengan Mingyu membuat pemuda China itu mempelajari banyak kata-kata umpatan jika mau tau.
Soonyoung keluar dari salah satu bilik dengan wajah masamnya. "Kalian terlalu berisik, bocah." Desisnya. Ia mengambil alih pel dari tangan Mingyu dan mengerjakannya dengan cepat.
"A-ah, toilet baru saja dibersihkan?"
Pertanyaan tiba-tiba itu terdengar saat seseorang membuka pintu toilet dan hendak masuk, namun diurungkan niatnya saat melihat tiga siswa dengan masing-masing alat pembersih di tangan mereka.
Minghao tersenyum cerah. "Wonwoo hyungie!"
.
Tolong cabut nyawa Mingyu sekarang.
-00-
"Aku pulang."
Mingyu membuka sepatunya dan melangkah dengan malas ke ruang tengah. Setelah insiden terbengong-di-depan-gebetan dan mengakibatkan dirinya harus diseret paksa oleh Soonyoung dan Minghao, kini Mingyu seperti tak bernyawa. Please, ketahuan oleh gebetanmu sendiri sedang dihukum membersihkan toilet itu enggak banget untuk Mingyu.
Senakal-nakalnya Mingyu, dia masih punya malu di depan gebetan sendiri bro.
.
Mingyu mengernyit saat didapati kedua orangtuanya serta noonanya tengah terduduk di ruang tengah. Well, jika hanya noonanya yang di rumah mungkin ia tak akan heran. Namun kini kedua orangtuanya berada di rumah dan menyuruhnya untuk segera duduk.
Mingyu memicing. "Kenapa ada di rumah?" tanyanya sarkastis. Perempuan muda yang berada di sampingnya menjawab dengan malas. "Please Kim Mingyu, apa yang salah jika orangtuamu ada disini?"
Dan Mingyu mendapat jitakan manis. Ia meringis kecil. "Aku, kan, cuma bertanya noona."
Tuan Kim yang dari tadi diam hanya menghela nafas dan mulai membuka suara.
"To the point saja. Ayah akan ditugaskan ke Jepang setidaknya untuk setahun ini dan–"
Mata Mingyu membelalak dan memotong perkataan Ayahnya cepat. "Aku tidak mau ikut pindah jika Ayah menyuruhku."
"Yang suruh kamu ikut pindah juga siapa, bocah?" Noonanya menyahuti kembali.
"Duh Kaeun, jangan mulai dong." Nyonya Kim kini mengeluh. Mingyu menyeringai tampan pada Kaeun.
Tuan Kim mulai melanjutkan kembali, "Dan kau tak perlu ikut pindah, Gyu-ah."
Mingyu mengernyit dengan pose 'Oke, terus?' pada sang Ayah.
"– Tapi sebagai gantinya kau akan Ayah titipkan pada teman Ayah. Dia baik kok, terus–"
Brak.
Itu Mingyu yang refleks menggebrak meja.
"AYAH YANG BENER AJA DONG! MASA IYA MAU NITIPIN AKU KE ORANG LAIN?! OGAH!"
"ASTAGA NAK! SANTAI!"
"ENGGAK BISA! POKOKNYA OGAH!– HECK PLEASE NOONA! JANGAN INJAK KAKIKU!"
"KAMUNYA JANGAN IKUT TERIAK DONG MAKANYA!"
"NENEK SIHIR SIAL–"
"KALIAN TENANG BISA GAK?!"
Nah. Nyonya Kim sudah mengaum membuat ketiga manusia yang seruangan dengannya jadi ciut. Mingyu dan Kaeun yang hampir jambak-jambakan sudah duduk manis kembali.
"Duh gusti, kenapa punya anak gak pernah akur gini sih." Nyonya Kim memijat keningnya pelan. "Bisa-bisa ada kerutan nantinya. Duh, gak mau tau musti facial habis ini."
Tuan Kim dan anak-anaknya face palm.
"Ekhem– jadi Kim Mingyu, gak ada penolakan. Menolak? Ayah jodohin kamu sama Kimmy."
Kimmy itu kucing tetangga sebelah ngomong-ngomong. Sering nangkring di depan rumah sebelah jika Mingyu lagi mengeluarkan motornya lalu mengeong centil saat Mingyu melesat di depannya.
Seketika Mingyu membayangkan dirinya berdiri di altar dengan Kimmy disampingnya.
"Please Kim Mingyu, kamu mikirnya kejauhan tau gak? Ayah gak bakal mau juga punya menantu kucing centil kayak gitu." Kaeun berkata datar, membuyarkan lamunan adiknya yang mulai kemana-mana.
Mingyu manyun. "Kenapa musti dititipin coba? Kayak aku gak punya rumah aja– Dan please, aku sudah delapan belas, bisa tinggal sendiri disini. Gak perlu numpang di rumah orang lain. Lagi pula nanti Noona bakal sendiri. Mending aku temani–"
"Bicaramu di rem dulu dong, nak. Ayah mau ngejelasin jadi susah kan." Protes Tuan Kim. Ia melanjutkan, "Jadi, kenapa kamu musti Ayah titipin? Soalnya Ayah mau aja. Mau jadi apa ini rumah kalau Ayah ninggalin kamu sama Noonamu? Belum sehari ditinggal mungkin ini rumah tinggal kenangan kali kalian bakar."
Mingyu memutar matanya bosan. Ayahnya berlebihan. Mingyu tidak sejahat itu kok buat ngebakar rumahnya.
Ya, kecuali jika Kaeun benar-benar mengajaknya perang dengan api, sih.
"Lagi pula, teman Ayah ini punya tiga anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Yang perempuan umurnya sama seperti Noonamu. Yang laki-laki seangkatan denganmu walaupun lebih tua satu tahun dan yang terakhir setahun dibawahmu, masih junior."
Fyi, Mingyu itu kecepatan sekolah, jadi dia sekarang sekelas dengan orang-orang yang lebih tua setahun darinya– pengecualian untuk beberapa orang seperti Minghao dan Seokmin yang seumuran dengannya.
"Dan anaknya yang seangkatan denganmu ini pintar. Kelewat pintar malah. Kau bisa banyak belajar dari dia. Beberapa bulan lagi kau sudah ujian, nak. Lalu berjuang di test kuliah nanti."
Duh, Mingyu jadi teringat dengan Wonwoo, nih.
Mingyu menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya. "Terus Noona gimana? Mau dititipkan juga?"
"Enggak. Noonamu bakal tinggal disini sama Bibi Lee."
Mingyu mencibir. "Selalu aja adik yang kena, cih."
Kaeun menyeringai dan mencubiti pipi Mingyu gemas. "Setahun tanpamu pasti hidupku akan tenang, Gyu-ah. Ucuk ucuk."
"Itu menjijikkan, noona." Mingyu menepis tangan Kaeun dari wajahnya. Ia kembali menatap Ayah dan Ibunya bergiliran.
"Teman Ayah sudah setuju? Kapan aku pindah?"
"Sangat setuju malah! Akhir minggu ini kau akan pindah, nak!"
.
Mingyu bersumpah melihat seringai samar di wajah kedua orang tuanya!
-TBC-
Ehm, hai?.-.
Oke balik lagi sama aku hahay;33 aku bawa ff svt nih, lagi keracunan mereka soalnya apalagi jeonwoo huhu;(
Key, anggap aja ini prolog. Dan btw, ini keinspirasi sama itazura na kiss tapi bedanya disini wonu yang bakal jadi naoki /fangirling/ yahabis gimana ya, muka mingyu itu cocoknya jadi anak bloon dari pada pintar /AMPUN MING AMPUN/
Tapi tenang, wonu yang tetap jadi uke disini. tsundere pula ADUH AKU LEMAH SAMA UKE TSUNDERE MACEM WONU JIHUN PLS /gegulingan/
Dan btw, ff bangtan kayaknya aku hiatus dulu atau discontinue mungkin/? ya liat kedepannya deng wk;33
Ayo kritik sama sarannya come to mamah/?
No more bacot deh, review pls?^^
