Disclaimer Naruto milik Masashi Kisimoto.

Pairing : Naruto x Shion

Genre : Romance/Humor/Friendship/Family/Hurt&Comfort/Supranatural.

Rate : M

.


Pagi pun menjelang. Makhluk-makhluk yang sedang beristirahat di masing-masing tempat peristirahan mereka mulai terbangun. Kota Konoha yang sedang beristirahat dari keramaian pun mulai aktif lagi.

Di bagian timur kota Konoha pada salah satu rumah yang ada di antara deretan rumah lainnya, bercat hijau, memiliki pekarangan yang sederhana, tanaman-tanaman hias beraneka ragam bentuknya berjejer rapi menghias pekarangannya.

Seorang lelaki setengah baya, bertubuh jangkung dengan bahu lebar, sedang berdiri di depan pintu hendak pamit pada perempuan yang ada di depannya.

Lelaki itu adalah Jiraiya, berumur hampir setengah abad. Kerutan-kerutan di wajahnya sudah cukup menandakan bahwa pria itu telah banyak menelan pengalaman hidup. Memiliki rambut panjang berwarna putih seutuhnya. Model rambutnya agak acak-acakan terkesan jarang diatur. Sudah beristri dan punya anak, tepatnya perempuan di depannya ini adalah istrinya, Tsunade. Sudah lebih dari dua puluh tahun mereka menikah. Dan segala tetek bengek kehidupan rumah tangga yang mereka jalani tidak selalu berjalan dengan mulus.

Mereka berdua berasal dari Suna. Ada darah Sinigami yang mengalir dalam darah mereka, karena orang tua mereka adalah Sinigami. Tetapi karna darah Sinigami tersebut, membuat mereka melarikan diri, menikah tanpa persetujuan orang tua dan menetap di Konoha.

"Aku berangkat dulu ya, sayang..." pria itu pamit dan akan berbalik, tetapi perempuan itu malah menghentikan keinginannya.

"Apa kau tidak melupakan sesuatu?" Tsunade mencoba mengingatkannya tentang kebiasaannya. Wanita itu bersidekap sambil memicingkan matanya.

"Apa?" tanya pria itu tidak mengerti. Selang beberapa detik kemudian dia pun teringat akan kebiasaannya.

"Hehehe... Maaf." katanya. Dia pun mendekat dan memberikan kecupan ringan di kening wanita itu.

"Aku berangkat dulu sayang. Dah...," pamit pria itu mengulangi.

"Hati-hati di jalan." Tsunade berpesan sambil melambaikan tangannya pada pria itu sambil tersenyum. Setelah pria itu menghilang, ia masuk dan menutup pintu. Berjalan melewati sofa dan berhenti tepat di hadapan sebuah pintu.

Klek

Dia membuka pintu tersebut dan masuk, lalu menyalakan lampu. Dia diam sebentar memandangi seorang pemuda yang masih terlelap di atas kasur, Naruto, pemuda dengan perawakan sedang. Mempunyai rambut pirang ke emasan. Kulitnya kecoklatan. Ada tiga goresan melintang di ke dua pipinya. Usianya sudah menginjak sembilan belas tahun.

Wanita itu memandanginya sesaat dengan iba. Terbayang lagi dalam benak perempuan itu, masa-masa kecil Naruto yang setiap kali mengingatnya, dia merasa bersalah.

Helaan napasnya menjadi panjang dan matanya mulai berair.

Dia kemudian tersenyum seraya menghapus air mata yang nangkring di sudut matanya. Akhirnya ia pun melangkahkan kakinya kembali menghampiri kasur dan berniat membangunkan pemuda yang menjadi anaknya tersebut.

Tsunade, ibu si pemuda, wanita setengah baya berkulit putih mulus. Tidak nampak penuaan pada kulit wajah wanita itu. Penampilannya berbeda dari umur yang sebenarnya. Rambutnya panjang berwarna pirang pucat dikuncir satu ke belakang. Dan bentuk tubuhnya tidak gendut dan tidak kurus.

Setelah sampai di samping kasur ukuran sedang itu, wanita itu pun membangunkan pemuda bersurai ke emasan tersebut.

"Bocah malas. Ayo bangun." kata Tsunade sambil mengguncangkan tubuh pemuda itu, tapi pemuda sama sekali tak menggubris panggilannya.

"Ayo bangun, Naruto!" wanita itu mencoba lagi dengan suara yang sedikit lebih keras sambil menggoyang lebih keras tubuh pemuda itu.

Tidur pemuda itu tampak terganggu. Dia bergerak-gerak dan berbalik membelakangi perempuan itu.

"Naruto! Bangun!" wanita itu berteriak sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Naruto.

"Uh..." Naruto membuka matanya, mengerjapkannya berulang kali, lalu mengucek-uceknya sambil bangkit. "Haaah..." desahnya dengan mata setengah terpejam dan mulut setengah terbuka.

"Oi! Bangun!"

Pemuda terkesiap. Segera dibukanya matanya lebar-lebar dan berbalik ke belakang. "Kaa-san?" katanya tanpa minat.

Tsunade memicingkan matanya. "Sudah pagi. Mandi sana." suruhnya dengan nada memerintah.

"Iya, iya, Kaa-san. Hoaammm..." Naruto menguap sembari menggeliatkan tubuhnya. Dia beringsut turun dari atas kasur.

Tsunade melangkah meninggalkan kamar sambil berkata tanpa menatap pemuda itu. "Kaa-san ke dapur dulu mempersiapkan sarapan..."

"Iya, iya, Kaa-san." sahut Naruto malas seraya berjalan ke arah kamar mandi yang terletak dua meter di samping kiri kasurnya berdekatan dengan pintu masuk.

Sesudah ia membasuh muka dan menyikat giginya, ia diam beberapa lamanya memandangi bayangan dirinya di cermin sambil memegang wastafel. Berpikir sebentar tentang apa yang akan dilakukannya di pagi yang indah ini.

'Olahraga pagi saja ah.' batinnya memutuskan, lalu ke luar dari kamar mandi dan melangkah mendekati lemari yang ada di pojok ruangan.

"Hah... Hah... Hah..."

Setelah menghabiskan waktu 45 menit lamanya berlarian menelusuri jalan kota Konoha, Naruto pun berhenti di sebuah jalanan yang agak sepi. Tidak terlalu banyak perumahan di daerah itu. Napasnya terengah-engah dan peluh yang bercucuran di keningnya bergulir deras mengaliri wajahnya. Beristirahat membungkuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

Setelah cukup tenang ia pun menegakkan tubuhnya pelan, kemudian menggerakan tubuhnya melakukan senam pagi.
Setelah merasa cukup Naruto berbalik pulang dengan berjalan santai menyusuri tepi jalanan itu.

Tak terasa kini ia sudah berada di taman Konoha. Duduk menikmati pagi yang indah itu beralaskan rumput di taman tersebut. Menyandarkan punggungnya ke sebuah pohon sambil melipat ke dua tangannya ke belakang kepalanya. Matanya terpejam merasakan semilir angin pagi yang membelai wajahnya. Sesekali kakinya sedikit dihentakkan mengikuti irama lagu yang berdendang di sebelah telinganya.

"Ternyata kau ada di sini." suara seorang gadis yang nyaring menyadarkan Naruto dari ke asyikannya.
Ia membuka matanya sedikit, kemudian menyunggingkan senyum menatap seorang gadis yang sedang berdiri semeter dari tempat duduknya. Rambutnya lebat dan memanjang sampai ke pantatnya, warnanya pirang pucat. Penampilannya menarik dan memiliki tubuh sedang dan molek. Parasnya cantik dan anggun. Dagunya lancip, hidungnya mancung, bibirnya indah berwarna merah muda alami, seperti warna daging jambu yang baru matang.

"Duduklah di sini." kata Naruto menyuruh perempuan itu, kemudian menutup matanya lagi melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu tadi.

Gadis itu berjalan mendekatinya dan mengambil tempat duduk di dekatnya.

Gadis itu memandanginya penuh perhatian. Kornea matanya yang berwarna violet hanya tertuju pada wajah Naruto. Katanya, "Aku mencarimu ke rumahmu, tapi tidak ada orang di sana. Lalu aku berjalan-jalan saja ke sini. Siapa tahu kau ada di sini, ternyata dugaanku tepat." rajuknya sambil mengembungkan pipinya kesal dan mengalihkan pandangannya memandangi rerumputan.

Naruto membuka matanya lagi dan tersenyum ke arah gadis itu. Setiap kali gadis di sampingnya berada dekat dengannya, setitik kehangatan selalu terasa di hatinya. Ia mengacak pelan puncak kepala gadis yang sedang cemberut itu dengan gemas. "Ada apa kau mencari ku pagi-pagi begini, Nona manis?" tanya Naruto sambil menatap penuh minat wajah gadis itu yang berjarak dekat dengan wajahnya.

Gadis itu menggerak iris violetnya, menatap Naruto melalui sudut matanya. Pipinya sedikit memerah mendapat perhatian pemuda itu. "Tidak ada. Aku hanya merindukanmu," kata gadis itu manja. Kemudian beringsut merapatkan jarak mereka.

"Kau ada masalah lagi ya dengan pria itu?" gadis itu mengangguk pelan menjawab pertanyaan Naruto.

Naruto merentangkan tangannya melewati punggung dan berhenti di pundak kiri gadis itu. Kemudian ditariknya tubuh gadis itu hingga kepala gadis itu mendarat di bahunya. Lalu katanya, "Yah, aku tidak bisa bilang apa-apa. Kau boleh bersandar sepuasmu di bahu ku jika itu bisa membuatmu lebih baik, Nona." jelas Naruto sambil memandang poni yang mengitari kening gadis itu.

Gadis itu tidak menjawab, hanya saja dia lebih merapatkan tubuhnya sembari memeluk pinggang Naruto.

Ke duanya diam setelah itu. Mata mereka terpejam rapat menikmati udara pagi yang menyapu tubuh mereka. Burung-burung berkicauan dan menari-nari di udara, menyambut pagi yang cerah itu dengan kicauan mereka. Ke duanya hanya berdiam seakan tenggelam dalam kehangatan yang menaungi hati mereka.

Bermenit-menit telah berlalu, namun ke duanya masih tampak asyik dengan kegiatan mereka.

"Bagaimana kabarmu sekarang? Tak terasa sudah seminggu berlalu ya?" tanya Naruto sambil mencubit-cubit pelan pipi kiri gadis itu yang agak mengembung dan memerah menggunakan tangan kanannya.

"Baik." kata gadis itu singkat. Ke dua tangannya lebih erat memeluk pinggang Naruto. Kemudian menggesekkan pipinya pada bahu pemuda itu. Menghirup dalam-dalam aroma jeruk yang menguar dari tubuh pemuda itu.

"Hei," Naruto tiba-tiba membuka suara. "Aku lapar. Ayo ke rumahku," ajaknya.

Gadis itu masih enggan memisahkan diri dari tubuh pemuda itu. Malah semakin memperat pelukannya. "Jangan pergi dulu... Ku mohon..." rengek gadis itu dengan manja.

Naruto menghela pas mendengar rengekan sang gadis. Perutnya mulai berdemo minta jatah.

Akhirnya, etelah 10 menit seperti itu si gadis membuka matanya dan mendongak menatap rahang Naruto. "Aku sudah selesai." ujarnya seraya melepas pelukannya dan merapikan rambutnya yang tadi sempat di acak Naruto.

Mereka bangkit, lalu berjalan beriringan meninggalkan taman tersebut menuju rumah Naruto.

Gadis itu meraih perlahan pergelangan tangan Naruto kemudian menelusupkan jari-jarinya ke dalam celah jari tangan pemuda itu dan menggenggamnya.

Naruto menyunggingkan sebuah senyuman seraya menengok ke pada gadis itu.
Hubungan mereka tidak jelas. Di bilang kekasih bukan, di bilang sahabat juga bukan.

Sesampainya mereka di rumah...

"Aku pulang!" teriak Naruto, tapi tak ada yang menjawab. Tanpa pikir panjang lagi Naruto membuka pintu dan masuk ke dalam rumah sambil menarik tangan gadis itu.

Setelah masuk, Naruto mempersilahkan gadis itu untuk duduk di sofa.

"Tunggu sebentar ya. Aku akan membuatkan minuman untuk Putri." pesannya ramah seraya melengos pergi menuju dapur.

Belum setengah jalan, ia berbalik menghadap gadis itu. "Anda mau makan apa, Nona?"

Gadis itu tersenyum, menyembunyikan tawanya ketika mendapat pelayan Naruto.
"Tidak perlu repot-repot Naruto-kun." jawabnya sambil cekikikan.

"Tidak perlu sungkan, Tuan putri. Melayani Anda adalah bagi saya. Harap jangan menolak. Saya akan tersinggung. Tunggu sebentar ya." dia berbalik dan kembali melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu di ruang tamu.

Sepuluh menit berlalu. Naruto muncul sambil membawa sebuah nampan di tangan kirinya, tingkahnya seperti seorang pelayan restoran.
Tatkala sudah sampai di samping gadis itu, ia membungkuk dan memberikan gelas berisikan jus dingin yang ada di atas nampan, lalu mengambil minuman serta cup ramen yang ada di atas tempat itu.

"Silahkan dinikmati, Nona." ujarnya, lalu duduk di samping gadis itu.

Naruto membuka cup ramennya, berhenti sebentar mengalihkan pandangannya pada gadis itu. "Mau?" tawarnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Ya sudahlah." Naruto mengendikkan bahunya sembari menyumpit makanan itu.

KRIUK..

Suara itu muncul dari perut gadis yang ada di samping Naruto.

"Bwahahahahaha." ledakan tawa pun langsung menyembur dari mulut setelah mendengar bunyi perut.

Ceet

Perempuan itu menundukkan wajahnya, malu karna ketahuan dia juga belum sarapan.

"Ini" Naruto mengarahkan sumpitnya yang dipenuhi mie pada mulut gadis itu.

Gadis itu memandang mie yang mengitari sumpit Naruto. Tak berapa lama kemudian dia membuka mulutnya dan melahap mie itu. Sekilas pipinya memerah karena mendapat perlakuan manis tersebut. Sambil mengunyah makanannya, matanya terus memandang wajah Naruto.

Naruto menyumpit kembali mie ramennya dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Mengunyahnya sambil membalas pandangan mata gadis itu. Begitu terus hingga makanan itu hampir habis dan tiba giliran gadis itu.

CKLEK

Pintu pun dibuka. Tsunade memasuki rumah, tapi langkahnya terhenti ketika pandangannya tertuju pada muda-mudi yang sedang asyik dengan acara suap menyuap mereka.
Pipinya pun bersemu merah melihat adegan bermesraan itu. "Ehem... Jangan pedulikan aku." katanya lalu beranjak meninggalkan mereka dengan langkah terburu-buru.

Naruto kembali menyodorkan makanannya kepada gadis itu yang sudah membuka mulutnya.

BRAAKKK

Suara dobrakan pintu itu mengejutkan ke duanya.

"Kusho!" teriak Naruto kesal karena terkejut dengan dobrakan pintu itu. Sebuah perempatan muncul di pelipisnya.

"Hime! Hime! Hime!" teriak Jiraiya memanggil istrinya sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai.

"Urusai!" sebuah teriakan terdengar dari arah dapur. Pria itu pun langsung melesak keluar rumah menyisakan keringat sebuah sweadrop bercucuran di belakang kepala muda-mudi itu.

To Be Continued...


AN: Publish Ulang dari fic Cinta Pertama dan Cinta Sejati... Keberatan Review?