Disclaimer :
Assassination Classroom hanya milik Matsui Yuusei
Termasuk character di dalamnya (ㄒoㄒ)
Karma dan Manami : 21 tahun
Warnings : College Life, OOC, gaje, typo, penggunaan nama pertama, fic pertama
.
.
Read and Review
.
.
Manami menghela nafas. Lagi. Entah sudah keberapa kalinya dalam hari ini. Tidak tahu kenapa nasib sial sedang menggandrungi dirinya hari ini. Tadi pagi, rok Manami terciprat lumpur yang menggenang di pinggir jalan oleh sebuah mobil sedan. Yah, sebagian memang salahnya karena berjalan sambil melamun. Tapi, hey, bukankah seharusnya siapapun yg menyetir mobil itu bisa melihat ada genangan lumpur serta seorang gadis berjalan tak jauh dari situ, dia harusnya berfikir untuk mengurangi kecepatan mobilnya, supaya gadis itu tidak terkena cipratan, ya kan? Untung hanya sedikit bagian roknya yang terkena, jadi Manami bisa membersihkan dengan sapu tangan yang dibawanya. Meskipun membersihkannya sambil mengutuk pengemudi itu.
Lalu saat ada ujian praktek kimia tadi siang, seharusnya semua berjalan sesuai dengan perkiraannya. Tapi Manami salah mencampurkan Sodium bicarbonate dengan Sodium peroxide. Nilainya tak perlu diumumkan, tetapi Manami sudah bisa menebak hasilnya. Padahal ujian kali ini menentukan apakah Manami bisa lulus tahun ini. Kuliah di Teknik Kimia yang berada di kota B membuat Manami harus menempuh perjalan yang cukup jauh dari rumahnya. Maka dari itu Manami tinggal sendiri di apartemen yang disewanya. Jaraknya juga lumayan dekat dengan kampus, dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi kali ini Manami ingin sekali pulang ke rumahnya sebentar. Ia ingin beristirahat setelah ujian terakhirnya hari ini.
Kesialan yang terakhir adalah saat dia berjalan pulang menuju halte bus, tiba- tiba hujan turun dengan deras seperti tadi malam. Hujan bulan September memang terkenal dingin di Tokyo. Panik, Manami cepat-cepat berlari menuju halte sambil menutupi kepalanya dengan tas yang dibawanya. Untung tas yang dibawanya ringan.
Sesampainya di halte, tak hanya Manami saja yang berteduh, ternyata banyak orang yang bernasib sama dengan dirinya. Kehujanan dan cuacanya bertambah dingin karena matahari sudah beranjak dari tempatnya. Kacamata yang dipakainya berembun karena sehabis berlari tadi. Baju Manami juga sudah basah karena dia hanya melapisi bajunya dengan memakai jaket tipis merah serta rok selutut berwarna hitam. Rambut yang panjangnya sudah hampir mencapai punggung dan dikepang satu mulai lembab. Sneakers yang dipakainya juga sudah mulai mengeluarkan air. Bus yang ditunggunya pun juga baru datang 2 jam lagi. Kalau begini, cepat atau lambat, Manami akan terkena flu. Lihat, dia sudah mulai bersin-bersin dan menggigil. Alamat sakit sambil liburan besok. Padahal Manami sudah menunggu liburan ini sejak sebelum ujian.
Rencananya dia mau duduk sambil menunggu, tapi semua kursinya sudah penuh. Hari ini memang benar-benar penuh kesia-
"Okuda-san?"
-lan.
Manami langsung menoleh ke belakangnya.
"Karma.. -kun?"
Terlihat seorang laki-laki berambut merah yang tengah menyisir rambut basahnya menggunakan jari. Baju kaosnya yang dilapisi kemeja kotak-kotak juga terlihat basah meskipun tidak separah Manami. Penampilannya memang berantakan terkena air hujan. Justru itu malah membuatnya tampak lebih keren. Pemikiran terakhir itu membuat Manami bersemu merah.
"Wow, aku tak menyangka bisa bertemu denganmu ditempat seperti ini. Apa kau sering kemari? Rasanya aku baru melihatmu hari ini, padahal aku setiap hari ke sini lho", ucap Karma.
"E-eh? Ahahaha.. aku hanya sesekali kemari kok. Rasanya ingin saja naik bus hari ini ke rumah. Ternyata malah hujan", sesal Manami. "Tapi tidak apa-apa kok. Aku jadi bisa bertemu dengan Karma-kun", lanjutnya.
"Hm-mm", Karma mengangguk. "Terakhir kita bertemu kapan ya? Rasanya sudah lama sekali".
"Rasanya saat perpisahan SMA kan? Oh, bukan. Saat pemutaran film terbarunya Kaya- Ah, Akari-chan".
"Kau benar. Apa kabar Okuda-san? Kau kuliah dimana? Aku benar-benar lupa menyakan ini saat pertemuan terakhir kita kemarin".
"Aku kuliah di Universitas S di kota B. Kalau Karma-kun?".
"Benar kah? Aku juga kuliah di sana lho. Jurusan HI. Tapi kok kita jarang bertemu ya?"
"Tentu saja Karma-kun. Fakultas kita kan memang berjauhan".
"Hee~ begitu," Karma menyeringai. "Kapan-kapan kita jalan yuk. Yaa, sekalian nostalgia. Sudah lama juga kan kita tidak berjalan bersama?", ajaknya.
"Mm-hm", angguk Manami. "Boleh saja".
'Bus tujuan prefektur X telah tiba. Mohon berbaris di belakang garis kuning. Bus tujuan prefektur...'
" Oh, itu bus jurusanku. Sebaiknya aku segera pergi. Kau tidak apa-apa sendirian menunggu?", tanya Karma khawatir.
"Ti-tidak apa-apa Karma-kun. Aku bisa menunggu sen-"
Manami bersin.
Lagi.
Oh sial
Karma makin khawatir.
"Kau yakin? Maksudku, kau tidak ingin pergi ke tempatku?", Manami mulai memerah, "Bukan ke apartemenku, kalau itu yang kau khawatirkan, tapi ke rumahku. Bukan cuman aku saja, tapi semua keluargaku yang datang", jelas Karma.
"Ti-tidak apa-apa Karma-kun. Kau pulang saja duluan. Kau ada acara besarkan, sampai keluarga besarmu berkumpul? Lagi pula, aku tidak ma-", ucapan Manami dipotong oleh Karma.
"Masih keras kepala seperti biasa, eh, Okuda-san? Apa aku harus menggendongmu supaya kau mau ikut denganku, hm?", tanya Karma sambil menyeringai.
Perkataan Karma seperti itu makin membuat Manami memerah. "Ahahahaha.. Aku hanya bercanda. Tapi ayo berangkat sebelum busnya pergi". Tanpa menunggu persetujuan Manami, Karma segera menggenggam tangan kiri Manami menuju pintu tengah.
"Ka-karma-"
"Aah. Lihatlah, kita tidak kebagian tempat duduk jadinya. Kau tidak apa-apa kan kalau berdiri?", tanya Karma sambil berjalan tanpa melepaskan genggaman tangannya menuju pegangan yang berada di dekat pintu belakang.
"Okuda-san pegangan yang dipinggir saja ya. Biar aku yang memegang di atas", jelas Karma sambil berdiri di depan Manami. "Nah, dengan begini kan Okuda-san aman. Aku juga tidak khawatir jadinya," ucap Karma sambil tersenyum lembut.
"A-ah. Ma-maafkan aku, Karma-kun. A-aku hanya tidak ingin merepotkanmu," ungkap Manami.
"Tidak. Okuda-san sama sekali tidak merepotkanku kok. Justru aku malah senang bisa membantumu." Well, siapa sangka orang seperti Karma bisa berkata seperti itu.
Duh, diperlakukan seperti itu oleh orang yang pernah disukai, meskipun sudah berlalu, masih membuat jantung Manami berdegup kencang. Posisinya dengan Karma makin dekat karena banyak penumpang yang masuk ke bus. Semoga saja, bunyi berisik jantungnya tidak terdengar sampai ke telinga lelaki bersurai merah itu.
Well, sebenarnya bukan sebuah rahasia , tetapi hanya sedikit orang-orang yang mengetahui tentang perasaan Manami terhadap pemuda Akabane itu. Manami hanya menceritakan itu kepada dua sahabatnya sedari SMP, Akari dan Yukiko. Ah, ingatkan dia untuk menceritan kejadian ini kepada mereka berdua nanti.
Tapi kalau objek yang dimaksud berdiri kurang dari 50 cm, serta bertampang berantakan-tapi-sayangnya-justru-makin-keren, bagaimana Manami bisa yakin kalau perasaannya yang terdahulu hanya sebatas cinta monyet?!
Manami memang bertambah tinggi, sekarang ia sudah 160 cm. Karma pun demikian bertambah. Tinggi Manami sekarang (masih)hanya sebatas bahu Karma saja. Ironis. Muka Karma juga nampak berbeda dari saat SMA. Kalau dulu ia masih suka berbuat usil, makanya saat SMA, ia masih seperti anak SMP. Sekarang ia nampak lebih tampan karena sudah dewasa, meskipun seringai Karma masih seperti dulu. Rambutnya juga sudah dipotong pendek rapi, justru membutnya lebih tampan, tidak mengikuti tren zaman sekarang. Sepertinya bukan Manami saja yang berfikir kalau lelaki yang berada di depannya ini sangatlah tampan. Terbukti banyak perempuan, entah masih berseragam atau sebayanya, bercuri pandang. Dan tidak sedikit pula yang tidak suka melihat dirinya berdekatan dengan lelaki bermata merkuri itu.
'Tolong tenanglah sedikit jantung', batin Manami seraya mengelus dadanya.
"Eh? Kenapa Okuda-san? Kau sakit? Mukamu juga merah sekali. Demam ya? Sebentar lagi kita sampai kok ", tanya Karma di hadapan muka Manami. Sekarang muka mereka hanya berjarak kurang dari 10 cm.
Manami berjengit.
"E-eh tidak apa-apa Karma-kun. Hanya memikirkan waktu sudah sangat cepat berlalu. Termasuk dalam mengubah seseorang", Manami merutuki kejujuran mulutnya. "Oh ya, Karma-kun masih tetap bertukar kabar dengan siapa?".
"Pastinya sih sama Nakamura", Karma menyeringai. "Dia kan teman sejurusanku bersama Gakushuu-kun".
'Gakushuu-kun? Asano-san maksudnya?'
"He-heh? Yang benar? Karma-kun sama Asano-san sudah tidak bermusuhan lagi?", tanya Manami tidak percaya.
"Tentu saja sudah tidak. Yaah, walaupun sesekali juga tidak akan menyakiti siapapun".
"Bagaimana bisa bermusuhan, kalau Gakushuu-kun sudah memiliki pelindung sendiri? Dia kan sudah berpacaran dengan Nakamura semenjak tahun kedua", lanjutnya.
Oke, informasi baru ini membuat Manami tidak bisa berkata-kata. Speechless.
Manami bengong.
Karma mengibas-ngibas tangannya di depan muka Manami.
"Haalllooo. Bumi kepada Okuda-san. Apa kau bisa mendengarku? Haallooo".
Manami mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Ha-hahahahah. Kau bercanda ya Karma-kun? Candaanmu kali ini lucu sekali", Manami tertawa tidak percaya.
"Serius deh. Wah coba Okuda-san lihat muka Gakushuu-kun saat itu", Karma tersenyum sendiri mengingatnya. "Epic bangetlah pokoknya. Pasti tidak ada yang menyangka seorang Gakushuu-kun bisa berbuat demikian demi Nakamura".
"Memangnya apa yang Asano-san lakukan?", Manami mulai penasaran.
Karma tersenyum misterius. "Kapan-kapan akan aku ceritakan".
"Tujuan selanjutnya Kota P, dimohon untuk berdiri di belakang pintu. Tujuan selanjutnya.."
"Nah, itu tujuan kita. Ayo", ucap Karma sambil menggenggam tangan Manami.
.
.
"Haah~ aku lelah sekali. Ingin cepat-cepat mandi dan ganti baju", gerutu Karma. "Berjalan sedikit saja tidak apa-apa kan Okuda-san? Rumahku 2 blok lagi kok".
"Iya, tidak apa-apa kok. Karma-kun, tidak apa-apa kalau aku ikut ke acara keluarga Karma-kun?", Tanya Manami khawatir.
Mereka berdua sedang berjalan di bawah taburan bintang-bintang. Jalanan yang mereka lalui masih basah bekas terkena hujan.
"Tidak apa-apa. Santai sajalah. Aku bisa menjelaskan ini nanti kepada mereka".
Karma mengadah ke atas.
"Bintangnya bagus ya Okuda-san? Aku bisa melihat rasi Orion dari sini", ucap Karma sambil menerawang.
"Hm-hm".
Binatang malam sudah mulai berkeluaran. Mereka seolah saling mengadu suara, siapa yang paling keras. Semilir angin berhembus, ditambah hanya mereka berdua yang masih berjalan di luar menambah kesan dingin.
Tak lama kemudian, mereka sampai ke kediaman keluarga Akabane. Terlihat dari plat nama yang berada di pagar.
Karma memencet bel.
"Kuharap kau tidak terkejut dengan sepupu-sepupu ku ya Okuda-san".
Berselang beberapa saat terdengar banyak bunyi langkah kaki mendekat. Pintu menjeblak terbuka.
"KAAARRRMMMMAAA-NIII.. AKUU KKKAAAA-", teriakan seorang anak perempuan kecil berumuran 5 tahun terhenti.
Wajahnya kaget.
"OKAA-CHHHAAANNN, OBBAA-CHHAANNN.. KAAARRRMMMAA-NII PULANG BAWA PAACCAAARRR", teriak anak tadi sambil berlari masuk kembali.
Karma menahan diri untuk tidak facepalm.
"Seharusnya kau buka dulu pagarnya sebelum berlari ke dalam, Keiko-chan", gumamnya.
Karma menoleh ke arah Manami. "Dan Okuda-san. Selamat datang di kediaman Akabane".
.
.
.
.
TBC
Um. Halo.
Ahahahahahahhaaha.
Apa. Yang. Baru. Saja. Aku. Tulis?
Semuanya mohon bantuannya ya. Ini karya aku yang pertama di fandom AC. Sekaligus yang pertama aku publish. Aku juga udah berlabuh di KarmaxManami, jadi aku pikir kenapa nggak sekalian ditenggelemin aja? /?
Mohon kritik dan sarannya ya. Tentang cerita ini, aku usahain biar nggak lebih dari threeshoots.
Jaa.
