HEARTLESS

.

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

And OCs

.

ChanBaek (GS)

Romance, Hurt/Comfort

.

DON'T LIKE DON'T READ!


FINAL CHAPTER

.

Warn: Mature content bertebaran!

.

Happy Reading!


.

Sebentuk hawa dingin menyapu telapak kaki Baekhyun, menggelitik perlahan, membuat si empunya setengah mengernyit dalam tidurnya. Mata yang semula terpejam mulai mengerjap. Setengah terjaga saat ia menatap langit-langit kamarnya, kemudian beralih pada gorden yang berterbangan tertiup angin.

Gelap masih bertahta, sunyi setia mengudara.

Baekhyun masih belum sepenuhnya terjaga ketika netranya bermain arah dengan hat-hati, hembusan napas hangat yang hinggap di puncak kepalanya membuat gadis itu waspada.

"Goodnight.."

Suara Baritone memenuhi gendang telinga, Baekhyun menelan kering, masih belum berani menengadah meski pada kenyataannya ia mulai tersadar bahwa tangannya melingkar pada perut telanjang serta kepalanya berbantalkan lengan kekar.

Walaupun sukar dipungkiri bahwa menurut Baekhyun itu adalah bantal yang begitu nyaman.

Baekhyun menggigit bibir bawah, dengan kaku ia menengadah dan sepasang mata sayu berbingkai alis tebal menyambutnya dengan tatapan sukar terdefinisi.

Kornea Baekhyun melebar sebelum kemudian ia memutuskan untuk mengerjap pelan, tanpa sadar tangannya meremas perut si lelaki.

Park Chanyeol, ia meringis geli.

Baekhyun masih bungkam seraya menatap Chanyeol tak percaya. Mulutnya terbuka hendak melontarkan kata namun urung terjadi.

Sebelah alis Chanyeol terangkat, "Ini bukan mimpi. Jika kau beranggapan seperti itu." Katanya dengan suara setengah berbisik.

Baekhyun mecerna satu-persatu kata yang terlontar dari mulut Chanyeol, hingga beberapa detik setelahnya ia mengerti bahwa apa yang terjadi beberapa saat lalu ialah nyata, lelaki itu nyata dan dia ada di sampingnya saat ini.

Praktis Baekhyun bangkit dari posisi tidurnya. Namun sesaat kemudian ia menyesali perbuatannya, bagaimana tidak? Tubuh telanjangnya terekspos tepat di depan wajah Chanyeol.

Lelaki itu memiringkan kepala seraya menelisik pemandangan di hadapannya.

Baekhyun masih dalam keadaan terkejut seketika tersadar dan secepat kilat menarik selimut guna menutup tubuhnya, namun lagi-lagi ia harus menyesali perbuatannya itu. Kini tubuh telanjang lelakinya terekspos tepat di hadapannya.

Mata Baekhyun membulat sempurna, memandangi tubuh Chanyeol tanpa berkedip. Perlahan rona merah merambat pada wajah gadis itu, oh ya betapa memalukannya. Sadar tidak ingin membuat wajahnya tampak konyol karena kian memerah layaknya kepiting rebus, Baekhyun mengalihkan netra, kemudian duduk membelakangi Chanyeol. Kepalanya tertunduk, betapa malunya saat ia mengingat apa yang telah dilakukannya dengan lelaki itu beberapa saat lalu.

Tidak ada yang lebih disukai Chanyeol selain tingkah polos yang selalu menjadi ciri khas Byun Baekhyun. Lelaki itu mengulum senyum dan berusaha menahan kekehannya agar tidak membuat gadis itu semakin malu.

Oh betapa menggemaskannya.

Chanyeol bangkit, posisinya kini duduk menghadap Baekhyun. Tangannya melingkar pada tubuh gadis itu, mendekapnya dengan cara posesif.

Awalnya Baekhyun sedikit terkejut namun rasa nyaman dan hangat mengusir segala ketakutannya.

"You still scared of me?"Tanya Chanyeol memberanikan diri sebelum kemudian mengecupi bahu mulus Baekhyun.

Baekhyun tidak tahu harus menjawab apa, karena ia sendiri merasa bingung. Kemana perginya perasaan takut luar biasa saat ia melihat lelaki itu beberapa minggu lalu? Mengapa justru kini Baekhyun merasa sangat aman berada dalam dekapan Chanyeol?

Hening beberapa jenak, hanya hembusan napas keduanya yang memenuhi udara.

"Did I hurt your feelings?" Akhirnya Baekhyun buka suara dengan nada pelan, sebentuk rasa bersalah kembali menjalar di hatinya. "I didn't mean it when I said that was you..um about my sister..you know I'm just.. "Gadis itu menukas lesu, menggantung kalimatnya berkali-kali, rasa sesak di dada seolah menghalau segala kata yang hendak ia lontarkan. Mata Baekhyun perlahan memanas, segala sesuatu tentang Baekhee memang selalu menjadi hal yang membuatnya sangat sensitif. "I missed her." Napasnya tercekat. Isakan kecil mengiringi kalimat yang terlontar.

"Ssshh..." Chanyeol berbisik seraya menggeleng pelan. "I know you do." Ujarnya semakin mengeratkan dekapannya. Napasnya kian memburu sebelum kemudian memberanikan diri untuk kembali berkata. "I'm sorry about her." Ucapnya terdengar serius. "And I'm sorry for what I did in the past. Will you forgive me?" Tanyanya dengan suara parau.

Baekhyun berbalik, mata basahnya menatap Chanyeol dan kemudian ia melihat itu, ketulusan yang terpancar dari kedua iris kelam lelakinya. Namun dengan sengaja Baekhyun melemparkan ekspresi pahit.

"I'm Byun Baekhyun."

"Of course it's you."

"Are you sure you're not mistaken?"

Chanyeol mengangguk tersenyum, tangannya terulur mengusap noda basah pada wajah Baekhyun. Sebentuk sikap sederhana namun mengandung begitu banyak emosi di dalamnya. Aku tidak mungkin salah orang untuk kedua kalinya.

Sejenak Baekhyun merasa seluruh tulang dan sendinya luruh saat melihat senyuman lelaki itu. Tidak menyangka bahwa Chanyeol akan terlihat semakin menawan ketika tersenyum. Dan ajaibnya perasaan Baekhyun mulai membaik. Gadis itu berdehem, menyembunyikan kegugupannya. "You want me dead, remember?" Kata Baekhyun sembari merengut. Terdengar merajuk.

Chanyeol menunduk sejenak, menghirup oksigen dengan susah payah. "Im really sorry." Katanya terdengar bersungguh-sungguh.

Baekhyun menaikkan kedua alisnya, apakah yang ia hadapi saat ini benar-benar Park Chanyeol? Mengapa lelaki itu bersikap sangat lembut? Tangan Baekhyun terulur, mengusap garis rahang lelakinya. "Apa ini benar-benar dirimu?" Tanyanya polos.

Chanyeol nyaris terkekeh sebelum kemudian mengangguk, meraih tangan Baekhyun dan mengecupnya berkali-kali.

"Lantas bagaimana bisa kau ada di sini?" Baekhyun kembali bertanya.

"Bukankah seharusnya kau menanyakan hal itu tadi? Sebelum…" Chanyeol menggantung ucapannya, kemudian menyeringai. Menggoda Baekhyun Hingga membuat rona merah kembali merambat di wajah gadis itu. "You little pervert!" lanjutnya kemudian setengah berbisik.

Baekhyun menautkan kedua alisnya, kemudian menampakkan wajah protes. "Aku.. tidak." Elaknya, meskipun sesaat kejadian intim bersama Chanyeol tadi terlintas di benaknya. "Hei, jawab pertanyaanku." Lanjutnya dengan menuntut.

Chanyeol menghembuskan napas pelan, "It's a long story, Baby." Sahutnya bermain dengan rambut Baekhyun.

"Tell me. I'm all ears." Baekhyun semakin menuntut.

Chanyeol tersenyum, menahan diri untuk tidak melahap bibir mungil di hadapannya.

"Kau bertemu Oppa? Oh ya, Oppa!" Baekhyun baru sadar bahwa saat ini Kris bisa saja memergokinya dengan Park Chanyeol dalam posisi seintim itu. Gadis itu hendak bangkit dari ranjang, namun Chanyeol menahannya.

"Mereka belum kembali." Kata lelaki itu.

"Darimana kau tahu?" Baekhyun melirik jam dinding, jarum pendek bertengger pada angka sepuluh.

"Staminaku cukup bagus untuk tetap terjaga setelah—

"Pervert!" Baekhyun menyela dengan cepat seraya menyentil bibir Chanyeol.

Lelaki itu tergelak sebelum kemudian merengkuh tubuh Baekhyun, membuat gadis itu berbalik dan memangkunya. "Alright. I'll tell you." Katanya seraya membenamkan wajahnya di leher Baekhyun.

Baekhyun ingin berontak namun tubuhnya tidak sejalan dengan apa otaknya pikirkan. Gadis itu mencoba untuk tidak melenguh meski pada akhirnya lenguhan itu lolos dari mulutnya. "Tidak dengan posisi seperti ini, Park Chanyeol-ssi" Katanya dengan sedikit meremas rambut lelakinya.

Chanyeol bergumam tak jelas di sela-sela kegiatan mengeksplor leher mulus Baekhyun dengan lidahnya. "Aku akan menceritakannya setelah ini." Sahutnya berbisik tepat di depan telinga Baekhyun sebelum kemudian mengulumnya lembut.

"Setelah ap—Akkhhh.."

Kalimat Baekhyun terpotong saat Chanyeol sedikit mengangkat tubuhnya dan menurunkannya kembali, namun pada saat yang sama sesuatu meluncur masuk ke dalam dirinya, terasa penuh.

Dalam pangkuan lelakinya, Baekhyun meringis pelan.

"Apa masih terasa sakit?" Tanya Chanyeol seraya menangkup wajah Baekhyun.

Baekhyun menggeleng kemudian mengangguk. Matanya mulai menatap sayu,"It's so big." Kalimat itu terlontar begitu saja, sangat polos namun ekspresi wajahnya terlihat amat sensual di mata Chanyeol.

Lelaki manapun akan senang mendengar pengakuan tersebut, Chanyeol tersenyum senang, menikmati bagaimana miliknya berada dalam gadis itu.

Ini menyenangkan, dan biarkan seperti itu untuk sejenak.

Jika sosok iblisnya yang dulu tidak akan segan-segan melakukannya dengan sangat kasar tanpa mengikutsertakan hati nurani kepada setiap wanita jalang hingga membuat ereksinya mengamuk, kali ini tidak. Chanyeol ingin benar-benar menikmatinya, lagi. Dengan cara yang berbeda, maka ketika tangan Baekhyun melingkar di lehernya dengan seduktif pada saat yang sama Chanyeol mulai bergerak.

Baekhyun melenguh, menikmati perbuatan Chanyeol dengan cara yang amat seksi, kepalanya mendongak, mulutnya terbuka, tangannya meremas rambut lelaki itu. Sadar atau tidak ia mulai ikut serta, menaik turunkan tubuhnya seirama.

"Yeah, ride me. Baby.." Chanyeol menukas sensual, kepalanya tertunduk menuju tulang selangka Baekhyun, menyapukan lidahnya ke bawah sebelum hinggap di atas lingkaran lembut berwarna merah muda. Maka dilahapnya dengan rakus layakanya seorang bayi.

Bagai disengat beribu volt aliran listrik, tubuh Baekhyun bergetar. Dia melenguh panjang, remasan pada rambut Chanyeol menjadi semakin intens.

Dan siapa sangka hal itu malah menghasut sosok buas dalam diri Park Chanyeol keluar, lelaki itu menggeram sebelum kemudian merengkuh tubuh Baekhyun dan membaringkan gadis itu dengan cara praktis, sangat praktis sehingga kedua kaki Baekhyun sudah melingkar di pinggulnya.

Chanyeol menghentaknya keras, desahan Baekhyun kian mendominasi.

Ini nikmat dan Chanyeol tidak ingin berhenti, lelaki itu membenamkan wajahnya di dada Baekhyun, sementara pinggulnya menekan semakin dalam, semakin keras, tak terkendali hingga membuat punggungnya menjadai sasaran cakaran Baekhyun, oh ya gadis itu bahkan mengigit bahunya.

Chanyeol menganggap betapa hal itu sangat seksi. Ia mengangkat wajah, menatap mata sayu Baekhyun sebelum kemudian menyeringai.

Ekspresi yang terlihat begitu licik dan seksi secara bersamaan, menurut Baekhyun. Hingga membuat gadis itu melahap bibir Chanyeol dengan gemas.

Chanyeol dengan senang hati membalasnya.

Desahan keduanya tertahan oleh pagutan bibir.

Demi Tuhan mereka tidak bisa berhenti, mereka tidak ingin semua ini berakhir.

Baekhyun tidak pernah tahu akan secandu ini. Jika yang pertama tadi Chanyeol melakukannya dengan penuh kehati-hatian, pelan, serupa musik indi dalam petikan akustik yang mengiringi lagu rindu, maka yang kedua ini layaknya musik cadas beraliran Hardcore metal, begitu keras, berbagai emosi tumpah, membuat titik peluh semakin berkejaran. Baekhyun tidak keberatan, maka ia pasrah ketika Chanyeol membalikkan tubuhnya, membuat lutut dan kedua tangannya bertumpu hingga punggungnya bergesekan dengan dada bidang lelaki itu.

Chanyeol semakin merapat di antara kedua kaki Baekhyun yang terbuka sebelum kemudian kembali menenggelamkan miliknya pada gadis itu. Lantas meracau tak jelas.

Sial, kekasihnya begitu ketat.

Chanyeol mencengkram pinggul Baekhyun sebelum kemudian mendorong tubuhnya ke depan hingga membuat miliknya meluncur lebih dalam, membuat keintiman itu terasa lebih nikmat. Desahan panjang pun lolos dari mulut Baekhyun. Gadis itu menoleh dan kemudian di sambut oleh ciuman singkat.

Chanyeol memejamkan mata, mendekatkan mulut pada telinga Baekhyun. "I can't stop, Baby" Bisiknya setengah mendesah.

"I'm yours.." Kata Baekhyun dan demi apapun suaranya yang didominasi desahan terdengar begitu merdu di telinga Chanyeol.

Sial.

Mendengar kalimat itu semakin membuat Chanyeol menggila.

Ya, Byun Baekhyun adalah miliknya.

Chanyeol menaikkan tempo hingga beberapa saat kemudian Baekhyun menggeleng keras, pertanda bahwa gadis itu sudah di ambang puncak.

Tidak.

Ini adalah moment berharga, mereka melakukannya atas dasar cinta, dan kerinduan yang mendalam. Chanyeol tidak akan membiarkan kekasihnya mencapai puncak kenikmatan seorang diri. Maka ketika milik Baekhyun mulai berkontraksi dan mencengkeram kuat di dalam sana, Chanyeol kembali membalik tubuh gadis itu tanpa melepas penyatuan mereka. Punggung Baekhyun terhempas pada permukaan ranjang, rambutnya tersebar di sekitar bantal, raut wajah yang begitu sensual, memerah, indah, serupa definisi nyata tentang dewi kecantikan dari dongeng mitologi. Chanyeol semakin menggila dibuatnya, ia menindih lantas menghentaknya kembali dengan keras, mendorong semakin dalam, lagi dan lagi hingga detik berikutnya erangan kedua insan itu mengudara.

Chanyeol menggeram tertahan saat ia meledak di dalam sana, memuntahkan panas dalam sebentuk kelegaan sebelum kemudian kepalanya terjatuh dan terbenam pada leher kekasihnya.

Kaki Baekhyun mengerat pada tubuh Chanyeol. Tangannya mencengkeram bahu si lelaki. Seluruh tubuhnya mengepal kencang dan kaku.

Setelah denyutannya mereda, Chanyeol menarik wajah lantas menatap Baekhyun dengan mata sayunya. "That was so.." Lelaki itu menggantung kalimat tatkala menyaksikan pemendangan di bawahnya, wajah Baekhyun yang memerah lelah, mulutnya setengah terbuka, lantas terengah. Matanya yang sayu menatap Chanyeol dengan cara sensual.

Sial. Chanyeol benar-benar mencintai gadis itu.

Tangan Baekhyun terulur, menyeka bulir keringat di dahi lelakinya. Chanyeol menunduk dalam, mengecup dahi Baekhyun sebelum kemudian membaringkan tubuhnya di samping gadis itu, merengkuhnya, membawanya ke dalam sebuah dekapan erat. Posesif.

"Sekarang aku percaya." Kata Baekhyun seraya melingkarkan tangannya pada perut Chanyeol.

"Hm?"

"Stamanimu cukup bagus." Tutur Baekhyun tanpa berpikir panjang. Jangan bilang dia tidak tahu apa yang diucapkannya?

Chanyeol tergelak. "Tidak, sekarang aku sangat lelah. Gadis kecil mesum menguras habis tenagaku."

Baekhyun menengadah dan mendelik lucu pada lelakinya. "Aku tidak mesum!" Protesnya.

"Kau mendesah."

"Aku—

"Dan orgasme."

"Apa—

"Kau mencakar punggungku."

"Stop!"

"Menggigit bahuku."

Baekhyun bungkam, wajahnya yang memerah malu merengut sempurna.

Chanyeol menggaruk tengkuk, Baekhyun tidak pernah terlihat semerajuk itu. "Akh, punggungku. Bahuku, sakit sekali. Akh." Lelaki itu meringis, berpura-pura.

Tidak mempan, Baekhyun masih merengut.

Chanyeol memutar otak kemudian teringat akan sesuatu. "Akh perutku, Kris memukulku terlalu keras." Gumamnya kemudian kembali berpura-pura meringis.

Baekhyun mengernyit. "Oppa memukulmu?" Raut wajahnya berubah cemas.

Chanyeol bersorak dalam hati.

Lelaki itu mengangguk. "Dia memukulku di sini." Menunjuk perut. "Di sini." Kemudian rahang. "Akh, sakit sekali." Lanjutnya terdengar seperti anak kecil yang mengadu kepada ibunya bahwa ia telah diganggu oleh kakak kelasnya.

"Apa kau memukul Oppaku?"

Wajah Chanyeol berubah datar, bukankah Baekhyun seharusnya mencemaskannya?"

"M-maksudku.. kau tahu, kau itu kurang sabar, sedikit pemarah.. dan," Baekhyun tergagap saat netra Chanyeol masih menatapnya datar. Gadis itu kemudian meringis. "Sorry.." Kemudian tangannya terulur dan mengusap rahang Chanyeol. "Syukurlah tidak ada luka memar." Lanjutnya setelah menelisik dengan teliti.

"Kau tahu apa yang aku lakukan selama tiga minggu ini?" Tanya Chanyeol mengarah pada Baekhyun.

Baekhyun bergerak, tangannya bertumpu pada dada bidang Chanyeol. Kemudian menggeleng pelan.

Chanyeol menghela panjang. "Aku berusaha mendapatkan maaf dari Kris." Menatap Baekhyun nanar. "Menghubunginya tanpa lelah dan nyaris membuatku menyerah." Ia tersenyum tipis. "Kau tahu? Dia selalu mengancam akan membunuhku jika berani mengganggumu lagi. Padahal aku sangat merindukanmu. Ingin melihatmu hingga membuatku menggila. Aku ingin memohon ampunan darimu. Dan tanpa ijin dari Kris semua itu terasa mustahil." Tangan Chanyeol membelai pipi Baekhyun. "Aku berniat berbuat nekat, mendatangimu dan membawamu pergi kemanapun, hanya kita berdua." Lelaki itu terkekeh lesu. "Namun pada saat itu aku sadar, aku hanya akan membuatmu semakin takut padaku." Napas Chanyeol tercekat. "Dan aku berpikir, 'ahh haruskah aku menyerah dan merelakanmu' ?"

Baekhyun menggeleng keras. Tidak menyukai kalimat terakhir itu.

Chanyeol tersenyum lembut. "Tidak, karena Kris menghubungi siang tadi. Dan memintaku untuk datang ke Beijing. Aku meninggalkan semua kesibukanku di Korea untuk menemui Oppa-mu itu" Tutur Chanyeol terdengar malas di akhir kalimat.

Baekhyun tersenyum, tangannya membelai wajah Chanyeol dengan lembut.

"Dia bercerita ada seorang gadis merana, dan mengurung diri di kamar selama tiga minggu." Chanyeol menukas dengan ekspresi serius. "Apakah menurutmu gadis itu merindukan seseorang?"

Baekhyun mengigit bibir bawahnya, "Aku rasa, ya. Sepertinya gadis itu merindukan seseorang setengah mati." Katanya seraya memasang wajah berpikir.

Chanyeol mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Tentu saja, mengingat betapa bersemangat dan menggairahkannya dia tadi— akh.." Chanyeol meringis diselingi tawa saat Baekhyun mencubit pinggangnya.

"Okay, okay. Aku serius." Kata Chanyeol seraya mengangkat kedua tangan layaknya seorang tahanan saat melihat Baekhyun melempar tatapan menuntut penjelasan. Lelaki itu kembali menghela napas. "Kris begitu mencemaskanmu." Mengelus rambut Baekhyun. "Dia tidak suka melihatmu begitu merana karena merindukanku." Lanjutnya terdengar percaya diri.

Baekhyun mengangguk setuju, kemudian wajahnya tersipu malu.

"Apa kau pikir Kris langsung mengijinkanku untuk menemuimu begitu saja?" Tanya Chanyeol.

"Lantas?"

Chanyeol mengangkat bahu. "Aku diperbolehkan menemuimu hanya jika dia menghajarku lebih dulu. Dan demi dirimu, aku menyetujuinya." Chanyeol terkekeh renyah. "Setelah memukul perut dan rahangku dengan segala makian yang memang sudah sepantasnya aku dapatkan, Kris akhirnya memaafkanku dan mengijinkanku untuk bertemu dengamu" Chanyeol memejamkan mata, menikmati setiap belain tangan Baekhyun.

Baekhyun menautkan kedua alis. "Oppa keterlaluan." Tukasnya.

Chanyeol menggeleng. "Tidak, aku bahkan pantas mendapatkan lebih dari itu. Kris melakukan hal yang benar. Itu tidak sebanding dengan apa yang aku perbuat, dulu." Lelaki itu tersenyum miris. "You know, Baby I'm not more than just a monster."

Baekhyun mendekatkan wajah, kemudian menggeleng pelan."No, you're not. Because I know you're not that cruel." Tuturnya meyakinkan. "Just.. Forget everything that ever happened." Lanjutnya seraya tersenyum.

Senyuman yang mendatangkan kebahagiaan bagi siapapun. Termasuk seorang Paark Chanyeol.

Lelaki itu mengikis jarak, kemudian meraup bibir Baekhyun dengan lembut. Baekhyun menarik napas, merasakan bibir lelaki itu di atas bibirnya. Ciuman mereka begitu lembut, namun begitu banyak menumpahkan segala emosi di dalamnya, seperti tengah menegaskan bahwa keduanya saling mencintai, seolah tengah membasuh luka dan rasa sakit yang tersisa.

Suara deru mobil berhasil melepas pagutan mereka, lantas keduanya bertukar pandang dengan ekspresi yang mulai menampakkan keterkejutan.

"Oppa!/Kris!"

.

.


-Heartless-


.

Beijing Capital International Airport.

Setelah melalui perdebatan panjang dengan Luhan dan Baekhyun, Kris memilih untuk mengalah.

Ya, membiarkan Chanyeol membawa adiknya itu kembali ke Korea.

Ini gila.

Mengapa pula Luhan lebih membela Chanyeol dengan mengatasnamakan cinta?

Park Chanyeol itu iblis, haruskah Kris menenkankan kalimat itu berulang kali?

Iblis yang sayangnya membuat adiknya jatuh cinta begitu dalam. Oh Kris bahkan masih tidak percaya Baekhyun menegurnya hanya karena Kris melempar tatapan sengit kepada Chanyeol.

Gadis itu mulai tidak adil.

"Ingat dengan baik, aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuh Baekhyun."

Aku bahkan sudah bercinta dengannya dua kali tadi malam, dengan sangat keras, panas, dan menggairahkan. Bunuh saja aku jika kau bisa. Chanyeol menyahut dalam hati.

"Ayolah, Oppa.." Baekhyun terdengar menegur, lagi.

"Sudahlah Kris, kita sudah sepakat dengan hal ini." Luhan ikut menengahi, namun menampakkan wajah sinis kepada Chanyeol saat lelaki itu menyeringai singkat kepadanya. Oh ya, ekspresi yang mengingatkannya pada kejadian dimana Chanyeol hendak memperkosanya, dulu.

Dia memang bajingan sinting.

Namun Luhan yakin, lelaki itu telah berubah. Mendengar dari apa yang Yoora ceritakan, setidaknya Luhan bisa mempercayakan Baekhyun kepada lelaki itu mulai sekarang.

"Aku akan menjaganya dengan baik, Kris." Chanyeol kemudian buka suara.

Kris hendak memaki jika tidak melihat kesungguhan dari wajah Chanyeol.

Baekhyun memeluk Kris, "Aku akan baik-baik saja."

Kris balas memeluk. "Jika bajingan itu melakukan hal yang tidak-tidak, hubungi Oppa. Mengerti?" Bisik Kris.

Baekhyun mengangguk seraya tersenyum maklum, kemudian mendekat pada Luhan yang tengah menggendong Sophia, Baekhyun mencium bocah kecil itu dengan gemas sebelum kemudian memeluk Luhan. "Aku akan merindukanmu."

"Eonni akan mengunjungimu sesering mungkin, jaga dirimu dengan baik." Luhan mengelus punggung Baekhyun.

Baekhyun tersenyum sebelum kemudian berjalan kearah Chanyeol, menggandeng lelaki itu, menyempatkan diri melambaikan tangan kepada Luhan dan Kris sebelum kemudian berbalik dan menjauh.

"Kau tidur di mana tadi malam?" Tanya Baekhyun kepada Chanyeol saat mereka berjalan menuju Boarding Room .

"Di kamarmu, dan kita bercinta dua kali. Kau lupa?"

Baekhyun mencubit pinggang Chanyeol, sementara wajahnya mulai menampakan semburat merah. Chanyeol tertawa pelan dan sejurus kemudian mencium puncak kepala Baekhyun.

.

.


-Heartless-


.

Baekhyun menghirup udara lalu menghembuskannya. Matanya menyapu seluruh ruangan, lantas mengembungkan pipi.

Oh yang benar saja, ia tidak pernah merasa sebosan ini.

Akhinya ia memilih bangkit dari ranjang dan mendekati sebuah lemari kaca berukuran cukup besar.

Gadis itu tersenyum.

Satu hal menjadi jelas, bahwa Park Chanyeol adalah penggila Action Figure. Terbukti betapa banyaknya mainan itu memenuhi seisi lemari kaca tersebut.

Siapa sangka? meskipun Park Chanyeol yang eksistensinya kerap kali mengancam lini kehidupan, namun lelaki itu tetaplah manusia yang pernah mengalami masa kecil berjuta cerita.

"He's cute.." Baekhyun bergumam diiringi kekehan pelan.

Gadis itu kemudian berjalan mendekati cermin panjang yang praktis membuat refleksi dirinya terpampang jelas di sana. Ia menampilkan ekspresi menilai saat melihat dirinya yang sudah menyerupai liliput, karena pakaian Chanyeol nyaris menelan seluruh tubuhnya.

Baekhyun menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.

Ah ralat, bukan aroma tubuhnya melainkan aroma khas seorang Park Chanyeol. Semuanya membaur dalam tubuh Baekhyun.

Dan gadis itu menyukainya.

Baekhyun masih berdiri di depan cermin saat kemudian ia teringat sesuatu, wajahnya berubah sedikit ragu namun akhirnya ia meraih ponsel di atas nakas lalu menekan Speed Dial. Ia menunggu dengan sabar hinnga suara Baritone kekasihnya terdengar—

—sibuk. "Baby, I'll call you later. Okay?"

"Umm okay.." Sahut Baekhyun seraya mengangguk seolah Chanyeol dapat melihatnya.

Setelah panggilannya terputus, Baekhyun menghempasnya tubuhnya ke atas sofa. "Kau sibuk sekali." Gumamnya sembari memainkan ujung pakaian.

Tentu saja, Park Chanyeol adalah orang yang super sibuk.

Ya, setidaknya hal itu menjadi semakin jelas setelah sebentuk kehilangan Baekhyun rasakan tadi pagi.

Dua hari berlalu sejak ia menginjakan kakinya kembali di Mansion Chanyeol, tidur di kamarnya, dan tentu bersama lelaki itu. Well setidaknya kemarin pagi Baekhyun masih merasakan hangatnya dekapan Chanyeol saat ia membuka mata, namun pagi tadi berbeda. Baekhyun menemukan samping ranjangnya kosong.

Hanya menyisakan berantakan serta tubuh polosnya yang terbalut selimut.

Baekhyun tidak harus merasa keberatan akan hal itu, ia mengerti Chanyeol memiliki kesibukan dan tanggung jawab yang mengharuskannya menjadi sosok professional dengan datang ke kantor tepat waktu.

Suara ketukan pintu terdengar.

Baekhyun bangkit dan berjalan menuju pintu sebelum kemudian membukanya. Ia tersenyum saat mendapati Jung Ahjumma berdiri di depan pintu.

"Agasshi, di bawah ada tuan Sehun."

Terimakasih Tuhan.

Baekhyun berbinar senang lantas mencium pipi Jung Ahjumma sebelum kemudian berlari menuruni tangga.

Akhirnya ia bisa terbebas dari kejenuhan.

"Sehuunn.." Seru Baekhyun sembari memeluk Sehun.

"Whoa, calm down girl!" Sehun terpekik pelan.

Baekhyun menengadah. "Aku bosan. Kau tahu? Chanyeol melarangku menyentuh apapun yang ada di dapur, dia tidak mengijinkanku memasak dan membantu Jung Ahjumma. Dia bahkan mengancam akan memecat semua orang jika aku ketahuan melakukan pekerjaan rumah." Gadis itu berceloteh panjang lebar dengan nada merajuk, layaknya seorang anak yang mengadu kepada ayahnya.

Sehun terkekeh gemas. "Baiklah, aku akan mengusir rasa bosanmu. Bagaimana kalu kita keluar hari ini?"

Baekhyun mengangguk semangat. "Aku bersiap dulu." Katanya sebelum kemudian berlari menaikki tangga.

Setelah selesai dengan penampilannya, Baekhyun meraih ponsel dan mengetikkan sebuah pesan.

To: Chan

Aku pergi dengan Sehun.

Baekhyun memasukkan ponselnya ke dalam tas lantas berlalu menuju lantai satu.

"Ngomong-ngomong kita mau kemana?" Baekhyun bertanya kepada Sehun saat keduanya sudah berada di dalam mobil.

"Lihat saja nanti." Sehun tersenyum lebar.

Baekhyun mengangguk-anggukan kepalanya paham.

"Are you really that bored?" Tanya Sehun kemudian.

"Ya, Chanyeol tidak mengijinkanku melakukan apapun selain diam dan duduk manis. Aku bahkan bukan seorang puteri." Sahut Baekhyun terdengar masam.

"Dia hanya tidak tahu."

"Hm?" Baekhyun mengernyit.

"Ini pertama kali untuknya." Sehun menyahut sementara tangannya dengan lihai membelokkan kemudi. "Mempunyai seorang kekasih." Lelaki itu menangkat bahu.

"Setahuku dia mempunyai banyak wanita, dulu."

Sehun menggeleng keras. " Kau tahu, mereka semua hanyalah teman satu malamnya saja. Chanyeol tidak pernah benar-benar memilik perasaan kepada siapapun selama aku mengenalnya."

Baekhyun mengubah posisnya menyamping, menghadap Sehun. "Really?" Tanyanya terdengar tertarik dengan topik pembicaraan.

Sehun mengangguk. "Dia bahkan tidak pernah berpacaran selama hidupnya." Kemudian ia tertawa.

Baekhyun membola tidak percaya.

"aku bersungguh-sungguh, B. Tapi sekarang dia memiliki dirimu, jadi kuharap kau mengerti. Chanyeol tidak bermaksud mengurung atau mengekangmu, dia hanya tidak tahu bagaimana caranya membuatmu tetap aman dan baik-baik saja. Dia pernah kehilanganmu, ingat?" Sehun melirik Baekhyun dan tersenyum maklum. "Jadi dia seperti itu, melarangmu melakukan ini dan itu dengan cara yang menurutnya benar. Kau tahu Park Chanyeol seperti itu bukan?" Sehun kembali tertawa.

"Apa aku melukainya begitu besar?" Tanya Baekhyun. "Kau tahu, saat aku pergi.. dan.." Lanjutnya terbata.

Sehun tersenyum sebelum kemudian satu tangannya terulur mengelus bahu Baekhyun. "Dia bahkan lebih merana dari seorang Romeo yang mengetahui fakta bahwa Julietnya telah tiada." Sehun terkikik.

"But Juliet is not really dead. She's still alive."

"Ya, dan beruntung Chanyeol mengetahuinya, jika tidak nasibnya akan sama seperti Romeo. Dia akan benar-benar merasa hampa sebelum kemudian memutuskan untuk menyusul Julietnya ke Akhirat."

"Aku benar-benar jahat jika itu sampai terjadi." Kata Baekhyun, perasaan bersalah kembali menghantuinya.

"Karena kau menghindarinya?" Tanya Sehun.

Baekhyun bungkam, ia hanya menghela napas panjang.

Sehun tersenyum. "Kau tahu? Terkadang bersembunyi adalah pilihan terbaik ketika semua keadaan sudah tidak mampu kita hadapi." Katanya dengan penuh perhatian. "So, stop blaming yourself. Look what happened after everything you have been through, it's not that bad right?"

Baekhyun termenung sebelum kemudian mengangguk setuju. Semua yang terjadi dalam hidupnya serupa definisi nyata dari ungkapan 'Semua akan indah pada waktunya'.

"Thanks, Hunnie." Baekhyun tersenyum lebar, salah satu hal yang ia syukuri adalah mempunyai teman seorang Oh Sehun.

Setelah berbincang cukup lama di dalam mobil, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

Baekhyun terpekik girang saat mendapati dirinya berdiri di depan rumah Minseok, lantas gadis itu berlari menuju halaman dan mengetuk pintu berkali-kali. Lagi-lagi ia kegirangan saat melihat Kyungsoo dari balik pintu.

"Eonni!" Seru Kyungsoo dan secepat kilat memeluk Baekhyun.

"Kyungie-a.. Aku merindukanmu." Baekhyun berujar dramatis.

"Kau tidak merindukanku?"

Sebuah suara lain menyapa telinga Baekhyun, gadis itu berbinar senang saat netranya menatap sosok orang tua dari dalam rumah Minseok. "Kakek!" Baekhyun berkaca-kaca kemudian menghampiri sang kakek dan memeluknya erat. "Tentu aku merindukan kakek, sangat. Sangat."

"Kalian sudah datang?" Itu Minseok. Wanita itu terlihat begitu cantik seperti biasa.

Baekhyun menggandeng sang kakek dan duduk di atas sofa, lalu di ikuti oleh Sehun dan Kyungsoo. "Apa ini? kalian sengaja melakukan ini untuk mengejutkanku?" Tanya Baekhyun sembari memicingkan matanya.

Semua orang terkekeh pelan.

"Aku sengaja mengundang kakek untuk melihat beberapa bunga yang aku tanam, B." Minseok menyahut dari dapur. Sepertinya wanita itu tengah sibuk menyajikan beberapa makanan ringan.

"Benar, Eonni." Kyungsoo mengangguk, membenarkan.

"Apa kakek baik-baik saja? Bagaimana pinggang kakek? Masih sering sakit?" Baekhyun memberondongi kakek dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, wajahnya menampakan kecemasan.

"Kakek baik-baik saja, nak." Sang kakek mengelus bahu Baekhyun.

"Oh maafkan aku belum sempat mengunjungimu, aku baru dua hari berada di Korea." Tutur Baekhyun terdengar memelas.

Kakek tertawa pelan sebelum kemudian menggeleng penuh maklum.

"Kyungsoo-a bisa bantu Eonni sebentar?" Minseok berseru.

"Baik, Eonni." Kyungso bangkit dan menghamoiri Minseok ke dapur.

"Eonni, dimana Jimin?" Baekhyun bertanya pada Minseok.

"Oh, dia keluar dan akan pulang sebelum makan malam. Kau harus tinggal dan makan malam bersama kami. Mengerti?"

"Tentu saja, aku sudah sangat merindukan masakanmu." Baekhyun menyahut antusias.

Sementara Minseok dan Kyungsoo berada di dapur, Baekhyun dan juga Sehun serta kakek berbincang-bincang di ruang tamu. Tidak ada topik khusus, hanya membahas hal-hal Random namun terkesan begitu mencairkan suasana karena obrolan ketiganya diselingi canda dan tawa.

.

.


-Heartless-


.

"Kau yakin semuanya sudah teratasi?" Tanya Chanyeol kepada Jongdae yang saat ini tengah menghadapanya.

"Ya, Sajangnim."

"Bagaimana project pembangunan Resort baru di Jeju?"

"Sejauh ini terkendali dan tidak ada masalah, Sajangnim."

Chanyeol mengangguk singkat. "Kalau begitu, kosongkan agendaku untuk tiga hari ke depan."

Jongdae bungkam beberapa saat sebelum kemudian mengangguk patuh. "Baik, Sajangnim."

Chanyeol mengibaskan tangannya pelan. "Kau boleh pergi."

Jongdae menundukkan kepala sebelum kemudian berlalu dari ruangan Chanyeol.

Chanyeol menghela napas berat, punggungnya bersandar nyaman pada kursi kerja, kepalanya menengadah seraya menutup mata. Setidaknya beberapa masalah di perusahaan sudah berhasil ia tangani selama dua hari ini, meskipun ia harus mengorbankan waktunya bersama Baekhyun.

Ah ya, gadis kecilnya itu.

Chanyeol membuka laci meja dan mengambil ponselnya, ia mengangkat sebelah alis saat membaca pesan dari Baekhyun. Kemudian mengetikan balasan.

C: Pergi kemana?

B: Rumah Minseok Eonni.

C: Kau meminta ijin melalui sebuah pesan?

B: Lantas?

Chanyeol mengernyit mendapat balasan sesingkat itu. lalu dengan gemas ia mengetik.

C: Kau bisa meneleponku, sayang.

B: Sajangnim, saya sudah menelepon sebelumnya tapi anda mengabaikan saya.

C: Apa? Darimana kau belajar berbicara seperti itu?

Chanyeol mengetukkan jarinya di atas meja, Baekhyun tak kunjung membalas. Hingga kesabarannya lenyap.

C: Apa ini? kau mengabaikan kekasihmu? Ahh, apa kau sedang bersenang-senang dengan Sehun?

B: He's my friend. Okay? Lagipula di sini bukan hanya Sehun, ada Kyungsoo, Minseok Eonni dan kakek.

"Aish!" Chanyeol berdecak, kemudian melempar ponselnya ke atas meja kerja. Matanya kembali terpejam hingga beberapa saat kemudian ponselnya kembali berbunyi.

B: Don't mad..

Entah apa yang salah Park Chanyeol hingga sebaris kalimat tersebut mampu membuatnya tersenyum. Namun ia memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Byun Baekhyunnya tersebut untuk beberapa saat hingga ponselnya kembali berbunyi.

B: You there?

B: Honey?

Park Chanyeol tertawa pelan, tidak ada yang lebih membuatnya menggila selain Byun Baekhyun.

Gadis itu benar-benar menggemaskan.

.

.


-Heartless-


.

Baekhyun tidak ingin membuka matanya, ia tidak ingin bangun selama merasakan dekapan posesif seorang Park Chanyeol. Tubuhnya terkunci dalam kungkungan lelaki itu.

Hangat dan nyaman.

Baekhyun akan selalu berterimakasih kepada Tuhan jika pagi harinya terus ia lewati seperti ini.

"Good morning sleepyhead."

Suara Chanyeol menggelitik telinga Baekhyun. Dan akhirnya Baekhyun membuka mata, dengan gerakan cepat berbalik menghadap Chanyeol, lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang lelaki itu.

Dan Chanyeol dengan senang hati merengkuh tubuh mungil kekasihnya lalu mengecup puncak kepalanya berkali-kali.

"Aku pikir ini mimpi." Baekhyun berujar.

"Hm?"

Baekhyun itu menengadah. "Kau meninggalkanku kemarin pagi." Lalu merengut.

Chanyeol terkekeh ringan. "Apa ini? kau merajuk?"

"No. I'm not."

"Really?"

"To be honest, umm little bit.." Sahutnya kembali menenggelamkan wajahnya pada dada Chanyeol.

"Oh maafkan aku, ada beberapa masalah di perusahaan." Ucap Chanyeol tulus.

"Aku tahu. Tidak apa-apa."

Chanyeol tersenyum. "Apa kau bersenang-senang kemarin?"

Baekhyun mengangguk semangat. "Aku menghabiskan waktu dengan Kyungsoo, kakek, Minseok Eonni, Jimin dan Seh.." Baekhyun menggantung kalimatnya saat mendapat Chanyeol menaikkan sebelah alis. Oh jangan bilang dia masih cemburu kepada Sehun?

Tidak. Justru diam-diam Chanyeol berterimakasih kepada Sehun.

Ya, tidak ada yang tahu bahwa Chanyeol merasa bersalah saat mengabaikan telepon dari Baekhyun kemarin, dan akhirnya ia meminta Sehun untuk mengajak Baekhyun keluar.

Baekhyun memeluk Chanyeol dan menyembunyikan wajahnya di lehar lelaki itu, karena jujur ia tidak ingin merusak paginya yang indah hanya karena mungkin saja Chanyeol benar-benar tengah cemburu. "Bisakah kau memelukku sedikit lebih lama?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Bisakah kau memelukku sedikit lebih lama?

Chanyeol merasa dejavu.

"Tidak." Tukasnya singkat.

Baekhyun kembali menengadah dengan rengutan sempurna di wajahnya.

Chanyeol tersenyum, mengelus rambut Baekhyun.

"Kita harus bersiap-siap. Aku tidak ingin ketinggalan pesawat."

"Huh? Memangnya kita mau kemana?

Chanyeol memasang wajah berpikir. "Umm, Honeymoon?" Ujarnya dengan santai sebelum kemudian tertawa ketika mendapati Baekhyun mendelik lucu kepadanya.

.

.

.

Satu hal yang Baekhyun tahu, Chanyeol benar-benar bersungguh-sungguh dengan ucapannya ketika mengatakan bahwa mereka akan pergi 'Honeymoon'.

Dan lelaki itu membawa Baekhyun ke salah satu Resort miliknya di Jepang.

Oh ya, Baekhyun tentu tahu apa itu 'Honeymoon'.

Setidaknya dulu Baekhee pernah memberitahunya. Honeymoon itu adalah sesuatu yang selalu identik dengan perjalanan liburan ke suatu tempat yang dilakukan oleh pasangan yang telah menikah dan melakukan apapun yang biasa dilakukan oleh suami istri pada umumnya.

Ya, apapun.

Masalahnya Baekhyun dan Chanyeol bahkan belum menikah, namun lelaki itu membuat keduanya lebih dari sepasang suami istri.

Park Chanyeol adalah pengacau sempurna.

Aroma hangus memenuhi seisi Pantry, Tteokbokki yang Baekhyun masak terlihat mengerikan. Satu hal yang harus Baekhyun ingat, bahwa tidak peduli selelah apapun ia tidak boleh mengabaikan penampilan, jangan sampai melupakan pakaian dalam, dan kenakan baju tertutup. Ya, dan jauhi memasak hanya dengan mengenakan blus longgar saat sedang bersama seorang Park Chanyeol.

Jika tidak, dia akan berakhir seperti sekarang ini.

Tangannya bertumpu pada meja makan, sementara erangan terus keluar dari mulutnya saat Chanyeol sibuk mencumbunya dari belakang.

Lelaki itu melingkarkan tangannya di sekitar perut Baekhyun, temponya meninggi sementara desahan keduanya semakin intens.

Baekhyun melemparkan kepalanya ke belakang, ia merintih keras saat satu hentakan terakhir diterimanya.

Chanyeol merapatkan tubuh, kepalanya terkulai pada punggung Baekhyun. Lelaki itu bertahan di posisinya beberapa saat sebelum kemudian menaikkan kembali celananya.

Baekhyun masih terengah ketika Chanyeol membopongnya menuju kamar, gadis itu menenggelamkan wajahnya pada leher Chanyeol.

"Aku ingin tidur." Gumam Baekhyun dengan nada lelah dan mengantuk yang kentara.

Chanyeol tersenyum, ia menggunakan bahunya untuk mendorong pintu kamar, "Baiklah, selamat tidur tuan puteri." Lelaki itu membaringkan tubuh mungil kekasihnya ke atas ranjang, dikecupnya kening Baekhyun dengan lembut dan setelahnya keluar dari kamar tersebut.

.

.

.

"B, kau melihat dompetku?" Chanyeol bertanya dari dalam Dressing Room. Lelaki itu mengernyit ketika tak mendapati jawaban, setengah telanjang ia berjalan menuju kamar dan mendapati Baekhyun tengah melamun menghadap jendela.

Baekhyun menoleh, kemudian menggeleng.

Chanyeol kembali menautkan kedua alisnya, ia masih terheran-heran dengan Baekhyun, sejak gadis itu bangun tidur dia tidak berbicara satu patah katapun dan terus mendiamkan Chanyeol. "Hei, apa yang terjadi?" Tangannya terulur hendak membelai wajah Baekhyun namun gadis itu menepisnya.

"Jangan sentuh aku." Ujar Baekhyun terdengar dingin.

"Apa yang salah denganmu, hum?" Chanyeol masih bernada lembut.

Baekhyun menatap Chanyeol tajam. "Jangan sentuh aku, enyahlah!" Tuturnya dengan kasar.

Chanyeol memiringkan kepalanya pelan, perlahan matanya menyorot dalam, rahangnya mulai mengeras namun sesaat kemudian ia memilih bangkit dan berlalu, meninggalkan Baekhyun.

Sesaat setelah Chanyeol pergi, Baekhyun menghela napas kemudian mengatur pasokan oksigennya sebaik mungkin.

Oh, Park Chanyeol terlihat marah.

Itu menakutkan hingga membuat Baekhyun meremas dadanya karena sesak.

.

.

Chanyeol masih mengemudikan kendaraannya tak tentu arah, berputar mengelilingi kota dan tanpa sadar ia sudah melakukannya selama berjam-jam.

Sebenarnya apa yang salah dengan Baekhyun?

Chanyeol yakin tadi siang mereka masih baik-baik saja?

Oh bukan ini yang Chanyeol harapakan, seharusnya saat ini ia tengah menikmati pemandangan malam di atas puncak gunung Hakodate-san bersama Baekhyun.

Chanyeol memang belum pernah kesana, tapi Sehun bilang tempat itu cukup bagus untuk..

Mendadak Chanyeol teringat sesuatu, kemudian merogoh saku mantelnya. Lelaki itu bernapas lega saat kotak kecil itu masih berada di sana.

Chanyeol melirik jam di pergelangan tangannya, kemudian mengumpat kasar, sudah nyaris tengah malam dan ia sudah meninggalkan Baekhyun selama itu?

Brengsek, seharusnya ia bisa menahan dirinya untuk tidak merasa tersinggung dengan ucapan Baekhyun, karena bisa saja kekasihnya itu tengah sensitif.

Chanyeol menginjak pedal gas dan membawa kendarannya dengan kecepatan tinggi, hingga perjalanan menuju Resort hanya memakan waktu sebentar.

Hal pertama yang ia dapati saat memasuki ruang tamu adalah sunyi.

Mungkin Baekhyun masih berada di kamar dan tidak keluar sama sekali.

Akhirnya Chanyeol berjalan menuju kamar, namun ia tak mendapati Baekhyun berada di sana.

"B.." Chanyeol mulai kalut dan terus memanggil Baekhyun berulang kali, perasaan tak enak mulai menyusup masuk ke dalam dirinya.

Bagaimana jika Baekhyun pergi?

Oh tidak, Chanyeol membuka semua pintu ruangan, namun tetap tak menemukan Baekhyun hingga kakinya melangkah menuju halaman belakang.

Ia mengernyit mendapati cahaya temaran di sekitar kolam renang, langkahnya melemah, netranya terkunci pada sebuah meja di mana di atasnya terdapat beberapa lilin sebagai penerangan, Chanyeol masih menampakkan ekspresi bingung hingga beberapa detik kemudian sebuah suara merdu menyapa indera pendengarannya.

Happy birthday to you..

Chanyeol mengalihkan atensinya, kemudian mendapati Baekhyun dengan penampilannya yang tidak biasa. Membawa sebuah kue berukuran sedang dengan lilin yang menyala di atasnya.

Happy birthday to you..

Lelaki itu menggaruk tengkuk kemudian terkekeh ringan sementara Baekhyun berjalan kearahnya.

Happy birthday Chanyeol Oppa..

Chanyeol tertawa pelan, darimana Baekhyun belajar bertingkah menggemaskan seperti itu?

Happy birthday to you..

Baekhyun berdiri di depan Chanyeol, tersipu malu dengan apa yang ia lakukan. "Make a wish, Oppa.." Tuturnya dengan rona sempurna di wajah.

Chanyeol kembali tertawa sebelum kemudian ia menutup mata sejenak dan meniup lilin setelahnya.

"Yeay! Happy birthday!" Baekhyun berseru, ia meletakkan kuenya di atas meja sebelum kemudian kembali menghadap Chanyeol, tangannya terulur menangkup wajah kekasihnya.

Dan Chanyeol dengan sigap mensejajarkan wajahnya dengan Baekhyun.

"Thanks to your mom for bringing you into this world." Ucap Baekhyun seraya mengecup dahi dan kedua mata Chanyeol. "Thanks for being the part of my life." Kemudian mengecup hidung dan kedua pipi Chanyeol sebelum kemudian menatap lekat lelakinya itu. "And I'm so thankful that you are Park Chanyeol. Thank you." Lantas menghujani bibir Chanyeol dengan kecupan bertubi-tubi.

Chanyeol tertawa lagi, ini menyenangkan. Tidak. Ini benar-benar membahagiakan, "Oh you are such a sweetie.." Lelaki itu merengkuh Baekhyun, merapatkan tubuhnya hingga tak berjarak.

"Apapun yang aku lakukan kepadamu hari ini, itu murni bagian dari peran." Baekhyun terkekeh ringan, "Maafkan aku, itu semua ide Kyungsoo." Lanjutnya sembari memelas.

Chanyeol menaikkan kedua alisnya. "Termasuk berpura-pura mendiamkanku selama seharian ini?"

"Hn."

"Dan memanggilku Oppa?"

"Hn."

"Dan memakai pakaian sepert ini?"

Baekhyun menelisik penampilannya, lantas mengangguk. "Kyungsoo bilang kau akan menyukainya jika aku memakai ini, dia bilang ini seksi. Apakah tidak?" Tuturnya polos.

Chanyeol terkekeh gemas, kemudian mengangguk pelan. "Kau terlihat seksi dan cantik." Katanya bersungguh-sungguh. "Tapi lain kali jangan pernah mengikuti saran gadis burung hantu itu." Lanjutnya terdengar masam.

"Kenapa begitu?" Baekhyun mengernyit.

"Dia sesat! Seharusnya dia menyarankanmu untuk telajang." Sahutnya dengan wajah mesum.

Baekhyun menyentil bibir Chanyeol.

"Kenapa? Kau malu? Seingatku tadi siang kau bahkan tidak memakai dalaman sama sekali." Chanyeol semakin gencar menggoda Baekhyun. Kemudian ia berbisik, "Apa kali ini kau juga tidak memakainya?"

"Aku memakainya, untuk apa tidak memakai dalaman?" Baekhyun menyahut dengan cepat sementara wajahnya kembali memerah malu. Dia mungkin hanya memakai gaun pendek berbahan dasar tipis, namun Baekhyun masih waras untuk tidak melupakan pakaian dalam lagi dan membuat sosok mesum dalam diri Park Chanyeol menjadi-jadi seperti tadi siang.

Chanyeol mengangguk-anggukan kepalanya paham, "Eiiyy itu tidak seksi namanya." Tuturnya terdengar sangat menyayangkan.

"Mesum!" Kata Baekhyun sembari menyembunyikan wajahnya di dada Chanyeol.

"Baiklah, baiklah." Ujar Chanyeol masih diiringi tawa pelan. Menggoda Baekhyun terasa begitu menyenangkan.

"Apa tadi kau benar-benar marah? Aku hanya bersandiwara tapi kau benar-benar pergi." Kata Baekhyun terdengar manja.

"Maaf, aku hanya tidak ingin bertengkar denganmu." Sahut Chanyeol mencium puncak kepala Baekhyun berulang kali.

Mereka berdua masih bertahan di posisi, Baekhyun masih betah bersandar pada dada Chanyeol, dan lelaki itu mendekapnya dengan erat, hingga tanpa sadar tubuh keduanya terayun pelan, berdansa tanpa iringan musik, hanya keheningan yang menguar di udara. Namun tidak sama sekali mengurangi suasana romantis di antara mereka.

"Bagaimana kau tahu hari ini ulang tahunku?"

"Aku tahu segalanya tentangmu."

"Benarkah? Lantas apa warna pakaian dalamku saat ini?"

Baekhyun menengadah, "Kenapa membahas pakaian dalam terus?"

Chanyeol tersenyum mesum, "Kau ingin tahu warna pakaian dalamku?"

"Tidak juga." Baekhyun bersiaga dengan wasapada.

"Baik, akan aku akan menunjukannya."

Baekhyun memekik pelan saat Chanyeol membopongnya serta melingkarkan kakinya di sekitar tubuh lelaki itu, lantas membawanya menuju kamar. Di samping itu bibir keduanya sudah saling memagut, Baekhyun melingkarkan tangannya pada leher Chanyeol, sementara lelaki itu menahan tubuh Baekhyun saat kakinya menaikki satu-persatu anak tangga.

Chanyeol melepas pagutan sebelum kemudian membaringkan Baekhyun ke atas ranjang, lelaki itu tersenyum saat mendapati ekspresi Baekhyun yang tampak kalangkabut, ia tahu kekasihnya telah dipenuhi kabut gairah, begitupun dirinya.

Chanyeol suka saat bagaimana Baekhyun memperhatikan dirinya yang tengah menanggalkan satu-persatu pakaian yang dikenakan.

Baekhyun sempat terkejut saat Chanyeol melemparkan mantelnya ke ujung ranjang. Namun sesaat kemudian ia menggigit bibirnya sambil tersenyum ketika lelaki itu mulai merangkak naik dan berlutut di atas ranjang. Chanyeol membuainya dengan ciuman panas, sementara tangannya sibuk mengeksplorasi setiap inci tubuh Baekhyun hingga tanpa sadar ia merobek gaun yang dikenakan kekasihnya tersebut.

Baekhyun melenguh saat Chanyeol memanjakan titik sensitifnya dengan lihai, lelaki itu mencumbu leher Baekhyun hingga tulang selangka, ia tidak puas dan terus bergerak ke bawah, menyapukan lidahnya di atas perut mulus Baekhyun.

Napas Baekhyun memburu dengan cepat, ia mengangkat tubuhnya saat Chanyeol berusaha meloloskan pakaian dalamnya.

Chanyeol merangkak lebih rendah dan Baekhyun merenggangkan kedua kaki, lelaki itu semakin gencar menyapukan lidah di sekitar paha mulus Baekhyun hingga ia berhadapan dengan targetnya, titik pusat kekasihnya.

Sebelumnya Chanyeol tidak pernah melakukan ini kepada siapapun, selain tidak etis itu juga bukanlah hal yang higienis, namun Baekhyun adalah sebuah pengecualian, tanpa ragu Chanyeol membiarkan lidahnya bercinta di sana.

Sial, begitu basah dan lembut.

Baekhyun mengerang, tangannya meremas rambut Chanyeol. Chanyeol menikmatinya, ia suka ketika bagaimana kedua paha Baekhyun mengapit kepalanya, ia suka suara Baekhyun saat menyebut namanya berulang kali, begitu merangsang, aromanya bahkan membuat Chanyeol menggila layaknya binatang buas, kembali lidahnya menggosok, mencumbu dari ujung ke ujung, mencium semakin dalam, menjilatnya berulang kali.

"Ya.. ya.. Honey.." Baekhyun menengadah, pahanya mengencang di kepala Chanyeol, matanya tertutup dan mulutnya terbuka, meneriakan rintihan panjang.

Sementara Chanyeol semakin gencar memainkan lidahnya ketika Baekhyun menarik-narik rambutnya, dan Chanyeol tahu kekasihnya sudah sampai di sana. Lelaki itu menarik diri, kemudian ia terpana melihat wajah Baekhyun yang masih digelayuti sisa-sisa orgasme.

Baekhyun menatap Chanyeol dengan mata sayunya. Diam-diam ia memohon.

Chanyeol mengerti kemudian memposisikan tubuhnya di antara kedua kaki Baekhyun yang terbuka.

Lagi, Baekhyun merintih.

Chanyeol menekan miliknya begitu kuat, hingga membuat Baekhyun menggeleng berkali-kali. Lelaki itu menunduk lantas meredam desahan Baekhyun dengan ciuman panas, keduanya saling memagut mesra.

Chanyeol menarik lantas menekan kembali. Berulang kali.

Sial! Ini luar biasa.

Baekhyun sangat licin namun ketat secara bersamaan, membuat Chanyeol terus mendorongnya ke depan. Lelaki itu bertumpu pada sisi kepala Baekhyun, menikmati bagaimana wajah sensual Baekhyun terpancar, dia begitu indah dan Chanyeol lupa diri. Terus mendorongnya dengan cepat tanpa ampun.

Chanyeol tidak tahan untuk tidak mengerang, dia mengaitkan tangan di bawah lutut Baekhyun, kemudian mengangkatnya ke atas bahu.

"Oh.. Ya Tuhan. Park Chanyeol.." Baekhyun menutup matanya erat, ia merasa semakin mengetat dan tidak sanggup menampung semua kenikmatan yang diterimanya.

"Yeahhh.. Sebut namaku." Lelaki itu menyeringai tampan, kemudian satu tangannya terulur pada mantel dan meraih sebuah kotak kecil di dalam sakunya. "Baby, open your eyes.." Bisiknya diiringi desah. Hentakannya semakin intens. Tubuh keduanya saling bertumbukan.

Mata Baekhyun terbuka sayu, kemudian netranya menangkap sebuah benda bulat berkilauan tertanam di sebuah kotak kecil di tangan Chanyeol. Sebuah cincin, begitu indah, lalu beralih pada Chanyeol yang menatapanya penuh damba. Sementara mulutnya masih mengeluarkan erangan kecil dan tubuhnya masih terombang-ambing.

Chanyeol menunduk, mengecup singkat. "Menikahlah denganku.. Byun Baekhyun.." Lelaki itu terus menghujam semakin dalam."Ku,ahh..Astaga, kumohon jadilah istriku.." Ia menggila, keras dan cepat.

Sekilas ada haru yang berkilauan di mata Baekhyun sebelum kemudian ia mengangguk diselingi lenguhan. "Aku mencintaimu, Park Chanyeol." lalu mencium lelakinya singkat, tubuhnya kembali kaku, kukunya menancap dalam pada punggung Chanyeol kemudian rintihan tercekat lolos dari bibirnya.

Satu hentakan terakhir dan Chanyeol menegang lalu mengerang keras, ia memuntahkan puncaknya di dalam Baekhyun, kenikmatan panas dan kebahagiaan membanjiri kekasihnya hingga meluap. Lengannya melemas dan badannya jatuh sempurna di atas Baekhyun, membiarkan wajahnya terbenam di leher sang kekasih.

"Demi Tuhan. Aku juga mencintaimu, Byun Baekhyun."

.

.

.

THE END

.

.

AN:
Hmm.. Okay. Ini harus mulai darimana? Keburu netes duh :"(

Raisa gak tau harus ngomong apa coba? Makasih. Iya makasih banget buat kalian semua yang ngikutin Heartless dari awal :'( Ini gak rela banget sebenarnya ngelepas Heartless *kitati* pokoknya makasih banget yang selalu ngedukung, yang sabar, yang ngebawelin, yang sayang sama Heartless, yang gak suka sama Heartless. Yang fav/follow/review! I love you so much guys T.T gak bisa sebutin satu-satu tapi Raisa tau kalian semua.

Aduh gak ngerasa banget kan udah kelar aja, padahal Raisa masih inget pas pertama kali publish Heartles :')
Tapi, namanya juga cerita fiksi kan, endingnya pasti ada aja. Dan Raisa mengerahkan seluruh kemampuan Raisa buat bikin Final Chapter ini semaksimal mungkin dan gak mau bikin kalian kecewa. Dan semoga kalian semua suka ya...

By the way, Raisa sengaja update Final Chapter ini pas hari ultahnya mas CY biar berkesan hihi (Sekali lagi Selamat Ulang Tahun ya mas :* )

Well, untuk kesekian kalinya Raisa ucapkan terimakasih dan mohon maaf atas segala kekurangan. Karena kesempurnaan bukanlah milikku :V wkwk

And yeah, it's time to say goodbye to this story T.T I will miss B so much (meskipun kepolosannya lenyap karena bergaul sama iblis mesum cem Park C itu) huhuuu T.T

Tapi yang terpenting mereka bahagia, yekan?

Once again, I love you guys.

.

-Heartless (06/03/2016 – 27/11/2016)-

Raisa.

Chu~