The Bad Student and The Jerk Teacher 3
KaiSoo Genderswitch
warn: This fic is mature rated with rude and smut content.
Happy Reading~
.
.
.
"Dengar dulu Kyungsoo, ak.."
"Nggak!" Kyungsoo cepat-cepat beranjak dari tempatnya, melangkahi sisa-sia anak tangga terakhir lalu berlari menuju kamarnya dan membanting pintunya keras-keras. Langkah Kyungsoo tak terkejar oleh Jongin sehingga lelaki itu hanya sampai di depan pintunya. Ia menghela nafasnya pelan. Bersandar pada dinding. Pikirannya kalut.
'I'll make you love me back, however.'
Ya, mereka hanya butuh waktu.
.
Setelah kejadian pengakuan cinta Kim Jongin pada Do Kyungsoo yang bagaikan drama. Keduanya menjalani hari demi hari tanpa sepatah katapun. Kyungsoo selalu menghindar ketika lelaki itu mencoba membuka suaranya pada Kyungsoo dan mendekatinya. Hanya beberapa hal penting yang akan membuat mereka saling bicara. Dan itu hanya terjadi di sekolah ketika Kyungsoo dan genk nya itu berulah. Ketika menyelesaikan kasus nya membully beberapa murid ataupun mengerjai guru-guru, membolos atau kabur pada saat jam pelajaran, ketahuan mencontek dan masih banyak lagi. Misalnya saja saat ia dan dua sahabatnya itu menerima hukuman karena pembullyan Sohyun kala itu.
"Apa-apaan ini? Aku hanya memotong rambutnya, kenapa aku harus membersihkan toilet?" Kyungsoo berteriak lalu menggeram menahan emosi untuk tidak bertindak lebih karena tak hanya Jongin, tapi guru konseling juga beberapa guru lain.
"'Hanya' kau bilang? Ulahmu itu membahayakan orang lain, aku tahu tak cuma Sohyun. Kau dan teman-temanmu itu melakukannya pada yang lain, bahkan lebih parah dari ini. Jangan membantah dan lakukan." setidaknya hanya percakapan semacam itu yang terjadi pada Jongin dan Kyungsoo. Sedang di rumah, mereka atau lebih tepatnya Kyungsoo selalu menghindari terjadinya percakapan. Dan sejauh masalahnya di sekolah, tak ada masalah lain yang mengganggu atau mengkhawatirkan Jongin. Tapi Kim Jongin bukan seorang yang begitu saja diam dan menyerah. meskipun tanpa saling bertukar dalam kata, Jongin tetap memperhatikan dan tetap berkutat konsisten pada usaha nya demi membuat Kyungsoo jatuh cinta padanya. Ia selalu melakukan hal kecil yang tak pernah Kyungsoo duga. Misalnya saja, ketika Kyungsoo pulang sekolah tanpa Luhan dan Baekhyun karena ia harus mendapat hukuman mengerjakan tugas di perpustakaan. Kala itu Kyungsoo sendirian dan kelaparan. Jongin tahu berapa kalipun ia menghubungi atau menampakkan diri di depan gadis itu, ia takkan pernah menggubrisnya. Sehingga ia hanya memberi perhatian dari jauh dengan seorang penjaga perpustakaan yang membawakannya makanan. awalnya Kyungsoo menolak ketika tahu Jongin lah yang memberikannya, tapi perutnya mengatakan sebaliknya. Beberapa kali pula Jongin membawakan makanan kesukaan Kyungsoo entah itu di rumah ataupun di sekolah, tetap dari jauh tanpa bertatap dengan gadis itu. Kyungsoo sedikit jengah awalnya, namun entah mengapa lama-lama ia menerima nya, karena makanan itu seolah mengerti ketika ia membutuhkannya. Jongin atau makanan yang mengerti, Kyungsoo tak peduli.
Atau, pernah suatu kali Kyungsoo yang dasarnya berandal namun tetap manusia mungil yang bisa ambruk seketika tubuhnya tak mampu bertahan pingsan ketika hendak berdiri menuju ruang ganti. Karena peralihan untuk mengikuti pelajaran olahraga. Sehingga gadis mungil itu tak bisa mengikuti pelajaran olahraga dan terbaring di ruang kesehatan. Seolah penolong yang datang di waktu yang tepat, Jongin lah yang membawa nya.
Kyungsoo terbangun ketika ia menyadari kepala nya pening dan entah ia berada dimana juga bagaimana ia bisa di suatu tempat yang terlihat seperti ruang kesehatan, sedangkan sebelumnya ia tengah berada di jalan menuju ruang ganti. Ia meletakkan telapak tangan pada keningnya dan terasa seperti terbakar. Sepertinya ia demam maka dari itu ia berada disini. Ia terlonjak dan matanya membulat ketika medengar suara kenop pintu dan pintu berderit juga langkah kaki. Ia memilih untuk pura-pura tertidur kembali, mungkin itu Luhan dan Baekhyun pikirnya. Ia tengah malas untuk mendengar celotehan mereka. langkah kaki itu semakin dekat dan seketika tirai terbuka. Aroma parfum menyeruak masuk ke hidung Kyungsoo. ia mengernyit dalam diam, ia merasa tak asing dengan aroma ini. Kyungsoo lalu merasakan sebuah tangan mengusap keningnya tapi itu tak seperti tangan Baekhyun ataupun Luhan. Tangan itu lebih besar dan hangat. Sepertinya Kyungsoo tahu siapa yang berada di sampingnya itu.
"Badanmu panas sekali. cepatlah sembuh ya, jangan membuatku khawatir Kyungsoo ya." Suara nya, Kyungsoo tak salah lagi. Namun, entah mengapa alih-alih bangun sekedar untuk melampiaskan emosi dan mengusir lelaki itu, Kyungsoo malah terdiam. Batinnya berkecamuk antara emosi dan nyaman?
"kenapa kau tak bangun, Soo ya? separah itukah? Bangunlah." Kyungsoo semakin berkecamuk dalam hatinya terlebih ketika ia merasakan sesuatu menetes di pipinya lalu suara sedikit terisak. 'apa? apa lelaki itu menangis? apa dia sebegitu khawatirnya?' pikirnya. Kyungsoo terhenyak, mengapa sampai segitunya. Jantung Kyungsoo berdetak sangat cepat berdentum tanpa mau sejenak memperlambat nya. Kyungsoo merasa sesuatu mendorong otaknya untuk mengesampingkan akal sehat. Ada gejolak yang merembes memenuhi otaknya. Tapi sejenak Kyungsoo menepis semua kecamuk itu ketika isakan itu tak terdengar lagi, malah langkah kaki menjauh dan suara pintu tertutup. Kyungsoo perlahan membuka matanya, mungkin lelaki itu telah pergi. Ia hanya beranggapan lelaki itu berlebihan, dan mungkin itu salah satu tekniknya, pencitraan. Tapi pencitraan dilakukan jika orang yang ingin dipengaruhi sadar, dan Jongin melakukannya dalam keadaan ia tak sadar. Ya meskipun itu pura-pura tapi Jongin tak tahu kan. Entahlah, kepalanya semakin berdenyut memikirkan delusi yang mennyerang otaknya. Dan ia bergitu terlonjak, matanya membulat heran melihat makanan, teh madu hangat serta beberapa obat dan yang paling menarik perhatiannya adalah sebuah kertas.
'Eat us please, i'll make you health. promise me don't get sick anymore.'
Kyungsoo tak tahu apa yang telah menghasut dan merasuki otaknya kali ini sehingga sudut bibirnya terangkat melihat isi pesan itu. Entah, bagaimana bisa sebuah makanan, minuman dan sebutir obat bisa berbicara begitu pikirnya. Tanpa ragu ia melahap makanan dan menghabiskan semuanya juga obatnya. Tanpa sadar, sebuah senyuman seorang lelaki telah menyungging di balik jendela mengetahui Kyungsoo menghabiskan semuanya dan juga tersenyum pada pesan yang ia tulis-Kim Jongin.
Semenjak insiden sakitnya Kyungsoo, ia sering memperhatikan lelaki itu diam-diam. Ia tahu ia sudah tolol. Tapi entah mengapa gejolak rasa ingin tahunya begitu besar. Namun, lama-lama seolah akal sehatnya kembali berkuasa, ia mencoba menghilangkan segala ras ingin tahu nya berkembang jauh dan jauh. Ia kembali membuat batasnya. Bayangan masa lalu dan kebencian menyelimutinya kembali tak ingin lagi terjatuh pada lubang yang telah ia tutup dengan semen dan tak ada yang boleh membuka lubang tersebut lalu menjatuhkannya.
Surya terbit dan tenggelam ke peraduannya berulang kali. Awan-awan serupa kapas berhamburan sesuka hati sehingga membentuk abstraksi terukir di setiap sisi langit. Namun, pekatnya warna malam seakan mengusirnya dan memanggil bintang-bintang untuk menggantikan awan mengukir langit. Terus, berulang-ulang seakan kaset yang sama yang berputar lalu kembali lagi dan berputar tanpa henti. Hari baru bergiliran untuk menghampiri tiap insan manusia yang berkutat pada egonya masing-masing. Sehingga tanpa sadar hari semakin berganti hari tanpa ingin menoleh ke belakang untuk kembali ataupun berhenti sejenak agar ia tak kelelahan. Tapi sang pencipta hanya menjalankan itu semua bagai mesin roda yang terus berputar agar mampu bergerak ke depan dan bukan ke belakang.
Seorang manusia diantara manusia lainnya berjalan seolah mengikuti peraduan sang surya, bergerak bagai mesin yang terus berjalan maju agar hari baru berganti dan terus berganti. Ia adalah seorang gadis dengan awan-awan kelam mengelilinginya, kehidupannya. Seolah terbentuk dengan sendirinya melalui kepingan-kepingan kebencian. Meskipun aura fisiknya memancarkan kebahagiaan dengan sinar cerah dari sorot matanya yang bulat bagaikan anak kecil yang menyebarkan ketulusan dan kepolosan, manik itu tetap berkedip menyimpan banyak hal di dalamnya. Kaki kecil nya melangkah dalam pekatnya warna hitam sang malam. Tubuhnya terbalut kaus putih yang jatuh hingga perut, dengan jaket destroyed jeans warna biru langit dengan banyak corak di beberapa bagian, bagian tubuh bawahnya terbalut ripped jeans pendek sebatas beberapa jengkal dari pinggulnya sehingga menampilkan bentuk paha dan kaki jenjang yang ujung telapak serta jari-jarinya tertutup oleh boots warna senada jaket jeans nya. Ia biarkan rambutnya messy dan jatuh hingga dada dan punggungnya. Ia tak melakukan banyak pada wajahnya, hanya bibir hati yang berwarna pink pekat serta eyeliner membentuk garis sudut matanya. Senyuman berwarna pink merekah membentuk hati ketika matanya menangkap sesuatu.
"Oh, Kyungie akhirnya kau datang" gadis pemilik nama itu langsung menghambur memeluk yang memanggilnya serta seorang di sebelahnya juga. Kedua sahabatnya.
"Kenapa kau lama sekali bodoh?" Kyungsoo cemberut.
"Aku berjalan dari pertigaan Cheongdam-dong."
"Yah, apa kau gila? Aish, jalang ini. Itu jauh, bodoh! Bagaimana jika ada hal jahat sepanjang jalan huh" Baekhyun mendengus.
"Aku tak mungkin turun bersama Lee ahjussi di depan sebuah bar kan? Dan jika ada hal jahat sekalipun itu pasti aku, Baekki jangan berlebihan" Kyungsoo memutar bola matanya.
"Kenapa Lee ahjussi? Bukannya orang tusmu bahkan tak akan tahu" Baekhyun bertanya seperti anak kecil yang tengah penasaran, sorot matanya penuh kepolosan. Kyungsoo hanya mendengus.
"Haish, kau ini Baek. Supirnya Kyungsoo itu lebih setia pada tunangannya jadi ia akan melaporkan." Luhan membantu mencerahkan rasa penasaran Baekhyun lalu menatap Kyungsoo dengan alis naik turun seolah berkata 'benar kan?' dan hanya ditanggapi tatapan membunuh dari Kyungsoo.
"Ah sudahlah aku tak ingin mendengar tentang bajingan itu. Bukannya kita disini untuk bersenang-senang?"
"Aku terkadang sangat ingin berterimakasih padamu karena bar ini milikmu Baek" Luhan tertawa puas pada ucapannya sendiri, Kyungsoo turut tertawa.
"Ya! Harusnya kalian ilegal. Dan membayar lebih untuk ini, huh!" jawab Baekhyun sekenanya. Lalu mereka tertawa bersama. Lekukan dan liukan tubuh serta deru suara keras berdentam-dentam menghambur menyatu. Tempat itu mulai penuh dengan manusia-manusia yang tengah lari dari hari baru yang seakan mendesak mereka. Dengan berada di tempat itu, seakan mereka mampu menghentikan hari dan menikmati hasrat duniawi menentang desakan rutinitas sang hari baru. Baekhyun dan Luhan bergabung bersama banyaknya manusia yang berlomba meliukkan tubuhnya mengikuti dentuman suara yang sangat keras. Kyungsoo hanya menggeleng kuat ketika kedua sahabatnya menyuruhnya ikut serta. Lebih dari dua jam bergerak-gerak dalam kerumunan membuatnya lelah dan dahaga. Namun, duduk sendiri justru membuatnya menerawang. Terlebih jika ia melihat beberapa pasangan yang tertangkap matanya bahkan sejak sebelum masuk bar. Ia mendengus lalu meraih sebotol whisky lalu menuangkannya pada gelas hingga penuh. Meneguknya, lagi, lagi, dan lagi. Ia telah dipengaruhi zat adiktif yang bercampur dengan emosi dan awan gelap yang menyelubunginya. Beberapa puluh menit berlalu, mata nya mulai tak mampu terfokus. Namun tubuhnya serasa ringan, melayang menembus langit. Kepalanya berdenyut dan seolah berputar atau mungkin sedang terjadi gempa? Pikiran Kyungsoo kalut. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mata sayu.
"Mana tas..ku..oh ya itu" gadis itu meracau, matanya memencar, sedang tangannya meraba-raba setiap sudut sofa dan menemukan barang yang ia cari. Lalu tas yang ia genggam bergetar. 'Apa ini? Apa benar-benar gempa hingga tas ku ikut bergetar' pikirnya. Sedetik kemudian ia merogoh ke dalam tas nya dan menemukan sesuatu yang bergetar lebih keras. 'Oh jadi ini penyebabnya' lalu ia menyeringai menatap kesal pada layar benda persegi di depannya. Mata nya tak terfokus membuat gerakan tangannya juga tak terkendali, ia menekan asal layar itu yang justru tersambung pada seseorang di seberang sana. Kyungsoo meracau dan memutar bola matanya.
"Hello..this is K-y-u-n-g-s-o-o i'm busy please don't call me ha..ha..ha hmm" Kyungsoo meracau tak karuan.
'Kau dimana huh? Cepat katakan'
"Yah! Aku tahu ini Kim jerk Jongin. Hahaha. Pergilah sialan! I hate you haha" Kyungsoo meraih kembali gelas nya yang terisi setengah lalu meneguknya.
'Kyungsoo jangan main-main. Kau pikir apa yang sedang kau lakukan hah? Dimana Lee ahjussi?'
"Bukan urusanmu, bajingan! Jangan ganggu aku. Jangan mendekati ku! Jangan me-ni-pu-ku! Kau pikir aku bodoh huh..hahahaha" seseorang di seberang sana terlihat geram dan menahan emosi. Ia menutup telpon dan melempar kotak berwarna hitam tersebut. Lalu segera melangkah dengan tergesa mencari sesuatu. Ia tahu dimana gadis itu dan apa yang tengah dilakukannya dari racauan dan suara latar belakangnya. Hanya saja begitu banyak bar di Seoul atau bahkan di Korea Selatan, dimana tepatnya gadis itu. Sorot matanya tajam dan gelap.
"Argh what the fuck you are." umpat Kyungsoo ketika teleponnya ternyata telah terputus. Ia lalu melempar ponselnya ke dalam tas dengan kasar. Tanpa ia sadari seseorang telah menatapnya seolah menelanjangi apa yang ditatapnya, menyeringai lalu mendekat setelahnya.
"Hai, cantik." Kyungsoo terlonjak mendengar suara bariton begitu dekat di telinganya, ia menoleh namun matanya sayu tak terfokus. Ia refleks mundur ketika pemilik suara itu mendekatkan wajahnya.
"Siapa kau. Apa yang kau lakukan disini?" tapi lelaki itu malah semakin mendekat dan menatap Kyungsoo intens.
"Kenalkan namaku Ken." lelaki itu terus menelanjangi Kyungsoo dengan tatapan seolah singa yang mendapatkan makanan di depannya. Kyungsoo masih tak terfokus, badannya kaku sehingga ia hanya mampu meracau tak tentu.
"Ken? Apa kau pacar Barbie?" Kyungsoo mengerjap bingung. Ken tertawa setelah mendengar kalimat gadis imut di depannya yang terdengar polos dan menggemaskan. Lelaki itu semakin tak sabar bagaimana jika mencicipinya. Lalu setelahnya ia mendekatkan wajahnya, tangannya ia letakkan di kedua sisi tubuh Kyungsoo, mengurungnya.
"Ap..apa yang kau" Kyungsoo hampir kehilangan keseimbangan dan kesadarannya. Namun, ia masih mampu melihat dan merasakan pergerakan lelaki di depannya yang hampir saja mendekatkan bibirnya pada bibir Kyungsoo. Gadis itu mendorong Ken keras lalu menendang lututnya tak beraturan. Ken memekik seketika namun menyeringai setelahnya dan seolah tak peduli pada gertakan gadis itu, ia kembali mendekat.
"Apa maumu bajingan!" Kyungsoo mengumpat, tangannya berusaha mendorong dada Ken, dan kakinya juga tak tinggal diam, mendorong perut lelaki itu.
"Aku menginginkanmu, sayang. Nikmati saja."
"Bajingan, brengsek! Minggir kau keparat! Lepas" Kyungsoo berusaha mendorong kuat lelaki itu. Memberontak sekuat tenaganya. Berusaha menghindari ketika wajahnya mendekat. Saling berontak terjadi beberapa lama hingga seluruh badan Kyungsoo sakit rasanya dan hampir kehilangan tenaganya. Lelaki di depannya menyeringai melihat gadis itu telah diam. Lelah rupanya. Tapi permainan belum dimulai. Ia lalu mengangkat Kyungsoo yang ternyata masih berusaha memberontak. Namun alkohol telah melemahkan tubuhnya, ia harusnya mampu menghajar lelaki bajingan yang telah berani menyentuhnya ini.
"Kyung..ie..mana Kyungie?"
"Eoh, dia di toilet mungkin."
"Omong kosong, lalu kenapa tas dan ponselnya disini." Baekhyun menatap Luhan dan sorot mata mereka dipenuhi kecurigaan dan kecemasan. Lalu setelahnya mereka beranjak ke toilet. Bahkan toilet wanita dan pria pun tak menampakkan sosok Kyungsoo.
"Astaga dimana dia Baek?"
"Jalang itu, dia tak ada di depan, dan di bar juga." lalu keduanya saling menatap, mata mereka membulat seakan mendapat sebuah pencerahan. Lalu setelahnya Luhan langsung bergegas, namun Baekhyun menepuk bahunya.
"I have a good idea." dahi Luhan berkerut tak mengerti. Namun ia seolah paham perlahan ketika Baekhyun merogoh ponsel dari dalam tas Kyungsoo.
"Lepaskan aku bajingan, tolol jalang shh argh"
"Diamlah, kau yang jalang bukan? Tak kusangka wajahmu berbanding terbalik dengan mulutmu!" Kyungsoo terus memberontak, menggerakan tangannya berusaha mendorong lelaki di depannya. Mereka kini telah masuk dalam sebuah ruangan seperti kamar tidur, mata Kyungsoo tak terfokus pada apapun. Namun setidaknya ia sadar apa yang akan dilakukan lelaki di depannya. Saling dorong dan saling berontak terjadi tak terelakkan hingga beberapa menit kemudian, lelaki bernama Ken itu telah berhasil mengurung Kyungsoo ke dinding, ia mencengkram pergelangan tangan Kyungsoo dengan satu tangan, badannya menjepit Kyungsoo di dinding, lalu mendekatkan bibirnya namun Kyungsoo terus megelakan kepalanya ke kanan ke kiri sehingga Ken mencengkram rahangnya lalu mencium bibirnya kasar. Kyungsoo berusaha mengunci dan merapatkan bibirnya sambil susah payah menggerakan kepalanya, ia berteriak dalam diam, matanya memanas ingin mengeluarkan sesuatu. Lelaki itu mencengkram nya kasar sehingga ia harus memekik kesakitan di sekujur tubuhnya akibat dorongan, tekanan dan cengkraman. Rahangnya pegal, bibirnya terus ditekan dan dipaksa membuka hingga terasa sangat menyakitkan nya. Dan ketika Ken hendak memasukan lidahnya ke dalam mulut Kyungsoo, terdengar bunyi dentuman keras lalu setelahnya bunyi tersebut semakin keras seiring pintu yang terbuka dengan paksa.
"Apa yang kau lakukan pada gadisku bajingan!" Ken terlonjak ketika seseorang masuk dan tiba-tiba menyerangnya dengan hantaman dan pukulan. Pukulan demi pukulan tak terelakkan. Kyungsoo hanya bisa mematung setelah merosot, kepalanya terasa sangat pening, badannya kaku dan sakit, air mata turun juga akhirnya di pipi tembam Kyungsoo. Ia merasa semakin tak mampu bergerak, dan kebingungan terlebih lelaki itu, bagaimana ia bisa berada disini. Sementara baku hantam terus terjadi, Baekhyun dan Luhan masuk mendekati Kyungsoo.
"Astaga Kyungie, kau tidak apa kan?" mereka menghambur saling memeluk.
"Dia belum melakukan apapun kan? Pakaianmu masih lengkap kok" Luhan hanya memberi tataoan death glare pada Baekhyun setelah ucapan gadis itu.
"S..songsaenim, sudahlah..hentikan" Luhan berusaha memecah baku hantam yang terjadi.
"Songsaenim hentikan, lebih baik kau mengurus Kyungsoo dari pada terus memukulnya. Ia bahkan sudah babak belur hampir mati." lelaki itu mendengus nafas kasar, mata nya menajam dan penuh emosi. Sekali lagi menghantam rahang lelski di depannya lalu ia menatap Kyungsoo yang tengah meringis tak berdaya. Ia lalu meraih Kyungsoo menariknya dan menggendong gadis itu.
"Kalian pulanglah, dan belajar! Kalian selalu berbuat ulah. Tidakkah orang tua kalian tahu kalian disini? Jangan coba-coba melakukan ini lagi. Aku akan membawanya pulang." Baekhyun dan Luhan hanya menunduk terdiam. Perasaan malu dan takut menyeruak. Mereka saling menatap dan ketika kedua orang tersebut tak terlihat lagi, Luhan memecah keheningan.
"Ini semua karenamu!"
"Yah, kenapa kau menyalahkanku, sialan!"
"Sudah kubilang jangan melapor pada Jongin saem. Apa kau kaki tangannya sekarang? Aish, kau lihat kan kita jadi kepergok seperti ini"
"Aish sudahlah..ayo pulang!" Luhan menatap Baekhyun bengis lalu mengacak rambut gadis itu dan melangkah keluar.
Sebuah mobil kini telah berhenti di depan sebuah rumah, seorang lelaki keluar dari pintu mobilnya lalu memutar menarik pintu lainnya. Kemudian menarik seorang gadis di dalamnya dan mengangkatnya. Gadis itu meracau tak karuan, menggelengkan kepalanya.
"Lepas..kan.." lelaki itu, Jongin. Hanya terdiam tanpa menatap gadis yang ada di gendonganya.
"Oh, kau! Kim jerk Jongin! Haha.. Yah, lepaskan aku."
"Kenapa kau datang dan menolongku, huh?"
"Aish aku bisa jalan sendiri."
"Diamlah Kyungsoo."
"Kenapa kau mau sih dijodohkan? Oh iya, kau bilang mencintaiku ya? Haha." Jongin menahan emosi nya dengan susah payah.
"Laki-laki tampan sepertimu pasti suka mempermainkan perempuan, apalagi kau mesum..haish" Kyungsoo terus-terusan meracau dan Jongin masih tetap berusaha terfokus memandang lurus ke depan, menaikki anak tangga demi anak tangga dengan Kyungsoo di gendongannya.
"Kau tampan, seksi, dan perhatian sekali. Tapi.." Kyungsoo berhenti sejenak ketika mereka hampir sampai di depan pintu kamar Kyungsoo. "Jatuh cinta pada orang sepertimu itulah yang bahaya." Jongin akhirnya terdiam dan menatap Kyungsoo. Mereka telah di depan pintu kamar Kyungsoo.
"You are a bad guy. I hate bad guys" Jongin tertohok, ia menatap mata Kyungsoo yang kini telah mengeluarkan cairan bening. Ia menangis. Jongin membuka kenop pintu lalu melangkah menuju ranjang Kyungsoo, membaringkan Kyungsoo perlahan, lalu mengusap air mata gadis itu yang masih terjatuh. Lebih menyakitkan melihat Kyungsoo menangis daripada penolakan dan umpatan kasar yang gadis itu berikan padanya. Ia lalu mengecup kedua mata Kyungsoo lalu ke kening gadis itu.
"Tidurlah, besok eomma dan appa mu pulang." tapi Kyungsoo malah terus terisak bahkan sedikit keras.
"Sst. Kyungsoo, jangan menangis. Please." Jongin terus berusaha menenangkan gadis itu yang terus meracau 'kenapa, aku membencinya' dan racauan tak jelas lainnya.
"Kyung, berhentilah menangis." Jongin kini memeluk Kyungsoo, mengelu surai nya lembut lalu mencium kening nya. Sebenarnya ia tak kuasa ingin mengeluarkan air mata pula melihat Kyungsoo yang menangis. Kata-kata penenangnya seolah ampuh membawa Kyungsoo terdiam perlahan. Terbukti gadis itu mulai tenang. Jongin lalu mengecup lagi kening Kyungsoo, dan perlahan melepas pelukannya. Tapi ia begitu terlonjak kaget seketika tangan Kyungsoo meraih pinggangnya dan menariknya kembali.
"Jangan pergi." lirih terdengar suara Kyungsoo yang tersembunyi di depan dada Jongin. Lelaki itu terkejut namun tersenyum lembut setelahnya. Ia mengerti lalu kembali memeluk Kyungsoo.
"Iya, aku disini. Tidurlah." Jongin menepuk-nepuk punggung Kyungsoo, ia tersenyum merasakan gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.
Sinar putih mencuri masuk lewat celah-celah jendela mencoba mengganggu dua manusia yang tengah pulas di atas kasur. Masih dengan posisi yang sama. Kyungsoo, salah satu manusia itu sedikit terganggu dari alam mimpinya, merasakan sinar putih perlahan masuk ke retina matanya yang masih tertutup. Ia mulai merasakan pening teramat sangat ketika mencoba membuka matanya. Ia lalu menggeliat merasakan sesuatu yang nyaman selain kasur empuknya. Jongin merasakan pergerakan di sampingnya. Perlahan matanya membuka dan menemukan sinar terang serta makhluk cantik yang juga seolah bersinar menggeliat di sampingnya. Mata Kyungsoo perlahan membuka dan mebulat sempurna melihat sesuatu di depannya.
"Selamat pagi" Kyungsoo terlonjak mendengar suara yang ia yakini itu adalah
"Yah! Kau! Apa yang ka.." ia lalu melihat ke arah selimut, membuka nya dan bernafas lega ketika menemukan keduanya berpakaian lengkap.
"Otakmu ternyata lebih mesum" telunjuk Jongin mendarat di pelipis Kyungsoo dan mengetuknya. Kyungsoo langsung terlonjak lalu duduk jauh dari Jongin. Kyungsoo tak mengerti degup jantungnya jadi bekerja lebih keras dari sebelumnya.
"Yah lihat wajahmu seperti tomat" Kyungsoo membulatkan matanya dan dengan cepat menyentuh pipinya. sementara Jongin terkekeh.
"Pergilah sialan!" Kyungsoo berusaha menetralkan nafas dan deru jantungnya. Ini aneh, kenapa Kyungsoo ingin tersenyum dan marah di waktu yang bersamaan.
"Tapi kau semalam memintaku jangan pergi" Jongin menyeringai lalu tersenyum lebar dan manis memperlihatkan deretan giginya. Jantung Kyungsoo bertarung dan berderu tak karuan. Nafasnya sedikit tercekat. Ada apa dengan jantungnya. Apa mungkin ia punya penyakit jantung? Pikirnya.
"Cepat pergi dari kamarku, kubilang. You jackass?!" Jongin mendengus, mungkin gadis itu akan lembut jika dalam keadaan tak sadar seperti semalam.
"Cepatlah mandi, sarapan, lalu minum obat jika kepalamu masih pusing." Kyungsoo hendak protes dan membuka suaranya namun, Jongin menghentikannya.
"Jangan protes, lakukan saja. Jangan terlihat berantakan, kau mau orangtua mu melihat mu kacau seperti ini hah? Jadi cepat bergegas sebelum mereka datang."
"Ah, dan..kau dan teman-teman brandalmu itu jangan sekali-kali melakukan hal bodoh seperti semalam! Demi Tuhan kalian masih 18 tahun bagiamana bisa..itu ilegal."
"Berhentilah berbuat onar, kau tak hanya membahayakan orang lain seperti Sohyun kemarin, tapi kecerobohanmu itu bisa membahayakanmu!"
"Cih, cerewet."
"Terserah. Yah! Apa kau hanya akan diam disitu atau mau aku memandikanmu?" mata Kyungsoo membulat. Jongin menyeringai
"Enyah kau mesum. Ya ya ya aku akan mandi! Cepat pergi" lalu ia mendorong Jongin ke arah pintu agar keluar dari kamarnya. Sejenak Kyungsoo menghela nafas dan menetralkan detak jantungnya setelah ia menutup pintu. Lalu mengetuk-ngetuk dadanya yang berdetak tak karuan. Lalu ia meraih pintu kamar mandi nya. Berharap mandi bisa menetralkan pikirannya.
Hari baru kembali berganti. Sang surya dan rembulan bergiliran melaksanakan tugasnya menemani dan mengisi cakrawala. Setiap hari yang berganti tak selalu sama. Kejadian damemi kejadian menghampiri para manusia yang menapaki kakinya mengejar hari. Begitupun Kyungsoo, gadis berusia 18 tahun yang sewajarnya mengisi hari-harinya dengan kewajiban rutinitas sebagai seorang siswi sekolahan. Namun, Kyungsoo berlaku tak selayaknya seorang pelajar yang kewajibannya adalah belajar, belajar dan belajar. Tapi seolah acuh tak acuh pada kewajibannya, gadis dengan tubuh mungil itu justru melanggar segala aturan dan kewajibannya.
"Kyungsoo, bagaimana sekolahmu?" wanita paruh baya terlihat di sebuah dapur tengah menyiapkan makanan membuka suaranya pada gadis bernama Kyungsoo.
"Entahlah." jawab Kyungsoo cuek dan santai lalu mengambil segelas susu dan meneguknya.
"Apa maksudmu Kyungsoo? Kau sudah kelas 3 kau sudah harus memikirkan perguruan tinggi." wanita itu menghentakkan sendok dan garpu ke atas meja sehingga menimbulkan bunyi keras menandakan emosinya membuncah.
"Kenapa? Apa harus? Bukannya kalian hanya akan menikahkanku? Untuk apa aku kuliah?" jawab Kyungsoo sarkastik lalu meninggalkan meja makan.
"Do Kyungsoo!" wanita itu terlihat mendengus kasar menahan amarah yang ingin ia keluarkan pada putrinya. Kyungsoo menghentikan langkahnya, memutar bola matanya malas, lalu berbalik seolah menatap 'apa lagi' pada wanita yang adalah ibunya. Namun sekali lagi wanita paruh baya itu mencoba meredam amarahnya, menghela nafas perlahan.
"Pikirkanlah ujian mu, minta bantuan Jongin untuk mementorimu. Kau tidak mungkin hanya jadi lulusan SMA." jelasnya menatap lembut mata Kyungsoo.
"Cih, tidak akan pernah terjadi. Mau aku jadi lulusan apapun jangan mengaturku, jangan terus mengaturku" mata Sooyoung, ibu kandung Kyungsoo itu membulat mendengar jawaban putrinya. Ia memang telah biasa dengan sikap putrinya ini, bahkan ia sendiri terkadang tak peduli. Namun, ia begitu terhenyak. Ia ingin putrinya itu berpendidikan tinggi, sesuai dengan strata keluarga Do dan juga Kim. Problema keluarga dengan status sosial tinggi, berlomba-lomba menjadi yang paling tinggi diantara yang lain, bahkan memaksakan kehendak demi ego dengan embel-embel strata, ekonomi. Kyungsoo yang hanya ingin merasakan udara bebas, tanpa beban ditanggungnya sehingga memgharuskannya terlihat fake as fool. Hell no. Dia lebih suka jadi Kyungsoo apa adanya.
.
Bunyi keras memekik di seluruh gedung dengan banyak manusia berseragam di dalamnya. Bunyi sebagai pertanda jam istirahat telah berakhir, dan berganti pada kelas selanjutnya.
"Kyungie, dimana si centil itu?" Kyungsoo tengah mengunyah roti, lalu menghentikan kegiatannya seketika Luhan bertanya dan ia hanya menggeleng pertanda tak tahu. Dimana lagi si jalang bereyeliner itu.
"Astaga..kemana sih dia." lalu Luhan meraih ponselnya, menekan layar dan meletakkannya di telinga. Telepon tersambung.
'Ha..lo..nghh.'
"Ha..yah! Dimana dan..apa yang kau lakukan bodoh?" tapi hanya terdengar suara erangan yang..sensual.
"Astaga Baekhyun! Ini sudah masuk jam pelajaran. Kau.. Argh jalang ini." Kyungsoo hanya memasang wajah tak mengerti dengan alis yang saling bertaut. Lalu bertanya pelan apa yang terjadi dan hanya dibalas pandangan horor yang sulit diartikan dari Luhan. Mata Kyungsoo membulat.
Sementara di suatu tempat, Baekhyun yang bodohnya baru saja mengangkat telpon mematikannya kembali. Ia melempar ponselnya asal. Kembali pada aktivitasnya yang menggairahkan. Tentu. Ia kini telah terpojok pada dinding dengan seorang lelaki yang menghimpitnya. Kaki ramping nya terangkat sebelah. Penampilan kacau berantakan, seragam yang telah saling terbuka. Rok yang tersingkap, dan gerakan yang sensual. Tak ketinggalan suara-suara yang mengiringi kegiatannya bersama seorang lelai tersebut.
"Chan..le..bih ce..pat..hhh..su..dah bel masuk arghh"
"Sebentar lagi sayang..aku nghh." hanya racauan demi racauan tak beraturan jika mereka mencoba berbicara. Mata Baekhyun hanya mampu terpejam, berbeda jauh dengan mulutnya yang terbuka mengeluarkan suara-suara merdu di telinga lelaki di depannya, Chanyeol. Birahi semakin mendesak pembuluh darah lelaki tinggi itu, membuatnya semakin gencar menggerakan pinggulnya menekan pinggul gadisnya. Bunyi kulit bertepuk menyatu dengan bunyi merdu erangan dan desahan. Keringat menetesi wajah keduanya, sesekali tangan nakal Chanyeol meraba dan meremas bagian tubuh Baekhyun atau bibirnya yang hinggap di ceruk leher dan payudara Baekhyun, menyesap rasa manis tubuhnya. Baekhyun hanya mampu memekik nikmat, melampiaskannya pada jari-jari dan kukunya yang bertengger di rambut juga punggung Chanyeol. Hingga pada beberapa kali tarikan dan dorongan, Chanyeol merasakan sesuatu menggelitik perutnya, mendesak hendak keluar. Baekhyun merasakan milik Chanyeol di dalamnya semakin membesar dan berdenyut. Ia sendiri merasakan gejolak di perutnya ingin keluar. Dan sejurus kemudian, mereka bersama saling merasakan puncak, melayang ke aliran kenikmatan paling menyenangkan yang pernah mereka rasakan. Keduanya terpejam, meraup udara sebanyak mungkin, menetralkan detak jantung masing-masing.
"Cepat..pakai seragammu Baekki, dan bersihkan ini di toilet."
"Aish, kau lama sekali keluarnya. Kita sudah telrlambat masuk kelas tahu!" Chanyeol hanya terkekeh lalu mengecup bibir Baekhyun dengan gemas, dan membantu gadis itu memakai kembali seragamnya.
.
"Ma..maaf songsaenim saya terlambat."
"Dari mana saja? Ini sudah 15 menit."
"Sa..saya tadi eh..itu..sakit perut jadi saya di toilet, saem." sang guru hanya mendengus.
"Cepat masuk." Baekhyun membungkuk lalu segera melangkah menuju meja nya. Luhan dan Baekhyun menatap horor padanya.
"Kau! Dasar jalang. Apa yang kau pikirkan bodoh? Kau melakukannya kan?" tanya Luhan.
"Hish, tidak. diamlah.."
"Hmm tapi aku mencium bau sperma."
"Yah, Kyungsoo..pelankan suaramu bodoh." Baekhyun menarik dan mencubit lengan Kyungsoo yang ditanggapi ringisan dari gadis itu. Lalu selanjutnya mereka tertawa, meskipun pelan tapi ternyata itu cukup terdengar dan mengundang seseorang di depan sana bersuara.
"Kalian bertiga! Mau di kelas atau bercanda di luar? Silahkan keluar jika tak ingin mengikuti kelas saya." suara bentakan itu cukup menyadarkan mereka dan menghentikan tawa seketika. Tapi mata Kyungsoo tetap menatap tajam pada sosok di depan itu, dan ia terlonjak, matanya membulat melihat lelaki itu menatapnya lalu mengedipkan sebelah matanya, lalu menyeringai. Astaga, betapa tololnya lelaki itu. Bagaimana jika seluruh kelas melihat. Pikirnya. Untung saja semua tengah menunduk fokus pada bukunya. Dan, jantung Kyungsoo lagi-lagi bekerja cepat. Logika nya berlarian kacau. 'What a Kim jerk Jongin'
Beberapa menit berlalu setelah pelajaran berakhir dan bel pertanda sekolah usai. Para murid berhamburan keluar dari kelas yang tengah diampu oleh Jongin. Kini hanya tersisa beberapa murid dan Jongin sendiri yang masih memeriksa tumpukan kertas di meja nya.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa hangout kali ini. Sehun mengajakku nonton film. Hehe maafkan yah..yah..yah!" tapi kedua gadis di depan dan di sampingnya hanya memberengut.
"Kalau begitu aku mau pulang bersama Channie juga ah."
"Yah! Yah! Byun Baekhyun! Kita tak jadi pergi? Lalu aku?"
"Maaf, Kyungie. Kau.." Baekhyun memotong kalimatnya dengan matanya yang mengarah menatap pada seseorang di meja guru. Lalu gadis itu menyeringai.
"Apa-apaan." Kyungsoo melotot tak suka, mencoba mengancam kedua sahabatnya lalu mencubit lengan mereka. Baekhyun hanya memekik sekilas, namun tertawa setelahnya. Dan dengan cepat mereka bergerak melangkah.
"Yah! Yah! You bitches! Kalian pikir mau kemana huh?" tapi kedua sahabatnya berlari dengan cepat menjauhi Kyungsoo yang mematung di depan meja guru lalu ia mendengus dan perlahan menggeser bola matanya ke arah samping. Dan begitu terkejutnya ia, matanya membulat. Laki-laki itu tengah menangkup wajahnya dengan sebelah tangan dan tersenyum ke arahnya. Sangat manis. Sialan, apa yang menghasut pikiran Kyungsoo. Manis apanya.
"Kalau kau memperhatikanku seperti itu nanti kau bisa cinta mati." Kyungsoo melotot.
"Dalam mimpimu bodoh! Lagipula kau yang memperhatikanku dari tadi." Kyungsoo mendengus
"Yah, sopan sedikit pada songsaenim! Kau tidak takut padaku, huh?" Jongin menggeretak, tak bermaksud serius. Hanya ingin menggoda Kyungsoo. Ia bahkan tersenyum menatap Kyungsoo.
"Oh, aku tak takut padamu Tuan Kim!" Jongin terkekeh.
"Hmm..kau memanggilku Tuan Kim di sekolah, kau tak takut ketahuan? Oh iya Kau tak takut." lalu ia bangkit dari kursinya. Melangkah mendekati Kyungsoo, beruntung seluruh murid telah keluar dari kelas itu sehingga Jongin dan Kyungsoo tak ragu bertingkah seperti itu. Kyungsoo hanya terdiam, namun matanya penuh antisipasi.
"Jadi kau tak takut kalau aku berbuat macam-macam padamu disini?" Jongin menyeringai, puas melihat Kyungsoo yang begitu antisipatif dan gugup.
"Kau mau apa sialan? Huh? Jangan main-main" Jongin terus melangkah mendekati tubuh Kyungsoo tanpa melepas seringaian di bibirnya.
"Tadi kau bilang tak takut, kenapa kau terlihat gugup?" Jongin terkekeh, entah mengapa dia puas melihat ekspresi gugup Kyungsoo dengan mata bulatnya yang membulat menggemaskan. Kyungsoo terus mundur, namun telah sampai pada batas ketika punggungnya menabrak dinding.
"Tetap disitu bajingan! Jangan mendekat atau aku.."
"Atau aku apa? Hm? Your lips looks so tasty" Jongin kini telah berada beberapa centi di depan Kyungsoo yang tengah menyilangkan tangannya di dada, bola matanya membulat, bergerak-gerak, sangat menggemaskan dan Jongin terkekeh.
"Enyah kau mesum!" Kyungsoo mencoba mendorong lengan Jongin yang kini mencengkram lengannya. Tapi Jongin justru tertawa seakan itu sebuah tontonan lucu. Kyungsoo memberontak dan mengumpat ketika lelaki itu mendekatkan wajahnya, Kyungsoo memejamkan matanya sambil tetap mencoba memberontak. Lalu kemudian Jongin mengecup kening Kyungsoo. Dan tertawa setelahnya. Kyungsoo mematung, pipinya memerah.
"Astaga pipi mu merah. kau lucu sekali, tau!" Jongin lalu mencubit pipi gemuk Kyungsoo. Kyungsoo mengelak lalu menatap tajam.
"Lucu huh?" Kyungsoo menghela nafasnya susah payah menahan rasa malu bercampur emosi. Ia lalu menyingkir dari lelaki itu dan melangkah menuju pintu.
"Yah, kau mau kemana?"
"Menurutmu?"
"Kau pulang bersamaku." Kyunhsoo lagi-lagi melotot. Lalu mendecih
"Jangan harap."
"Tidak, aku tidak berharap. Karena Lee ahjussi tak akan menjemputmu. Dan eomma mu pasti telah memberitahu." alis Kyungsoo bertaut, bibirnya mengerucut. Sangat imut. Ia bertanya-tanya apa maksud nya eomma nya memberitahu, dan mata nya membola seketika mengerti sesuatu. Seolah mampu membaca pikiran Kyungsoo, Jongin mengangguk.
"Hmm, aku akan mementorimu setiap pulang sekolah jadi jangan coba-coba kabur."
"Apa-apaan ini huh? Kau pikir aku mau? Cih, aku tidak mau. Aku mau pergi."
"Kau harus mau. Aku memaksa. Dan tidak ada penolakan." Jongin berucap sambil membereskan meja nya dan membawanya di lengannya. Kyungsoo ingin protes sekali lagi, namun Jongin memasang wajah tak peduli, pura-pura tak mendengar
"Tunggulah, aku ke ruangan dulu. Jangan coba-coba kabur. " Kyungsoo lagi-lagi protes dan mengumpat namun entah mengapa, ia tak mencoba kabur padahal ia bisa. Mungkin ia takut. Pikirnya.
Langit sore masih terlihat cerah ketika dua orang gadis tengah memasuki sebuah cafe. Luhan dan Baekhyun, keduanya memasuki cafe langganan mereka dan Kyungso dengan tawa canda yang tak lepas dari keduanya. Mereka duduk di sebuah meja setelah memesan minuman.
"Kau yakin akan melakukan ini pada Kyungsoo?" Luhan mengeluarkan suara nya. Dan hanya dibalas gumaman dari Baekhyun.
"Aish. Aku tak tega tahu membohongi nya. Apalagi jika dia memasang puppy eyes astaga. Kasihan kan, Baek " Baekhyun memutar bola matanya.
"Percayalah Lu, ini demi dia dan Jongin saem.."
"Kita bahkan tak tahu Jongin saem itu lelaki baik untuk Kyungsoo atau bukan. Kau mau dia semakin trauma, huh?"
"Entahlah, tapi aku yakin Jongin saem tak seperti si Kris bajingan itu. Dia dewasa dan..terlihat gentle..hmm" Baekhyun berucap sambil berbinar-binar dan Luhan memutar bola matanya malas lalu menepuk kepal Baekhyun.
"Yah! Dasar Byun. Kau sudah punya Chanyeol aih." Baekhyun memberengut lalu mereka tertawa setelahnya tak menyadari minuman mereka yang telah tiba di meja.
"Ngomong-ngomong tentang Kris, aku jadi ingat, aku sepertinya melihatnya beberapa waktu lalu." Baekhyun terlonjak setelah menyeruput minumannya.
"Apa? Aish dimana? Kapan? Astaga..yang benar saja? Tidak mungkin Lu, tidak. Bukannya sejak insiden itu dia pindah ke Beijing?"
"Yak aish.. Kau bicara seperti kesetanan. Aku tak tahu pasti, tapi itu memang terlihat seperti dia. Semoga itu bukan dia." Baekhyun mengangguk setuju.
"Yeah, aku tak mau bajingan sampah itu menampakkan diri pada Kyungie." kini Luhan yang mengangguk setuju lalu mereka kembali pada minuman masing-masing dan terdiam.
Kyungsoo keluar terburu-buru dari mobil, ia mengelak dan memberontak ketika Jongin menahan tangannya. Kening lelaki itu berkerut, wajahnya memandang dengan pandangan bertanya-tanya. Lalu setelahnya ia tersenyum dan melangkah mengikuti Kyungsoo.
"Jangan mengikutiku! Tetap disitu." Kyungsoo berbalik, menatap tajam, jari telunjuknya mengarah pada Jongin. Jongin tersenyum, cih senyuman itu. Sialan, jantung Kyungsoo lagi-lagi seperti kesetanan seketika melihat senyumannya. Kenapa ini, batin Kyungsoo terus berkecamuk. Lelaki itu justru mendekat tapi sejurus kemudian Kyungsoo mengantisipasi jarak mereka, mundur perlahan. Jongin semakin terkekeh dibuatnya
"Kita akan melakukan mentoring, Kyungsoo. Jangan coba menghindar." Kyungsoo mendengus tak suka.
"Aku kan sudah bilang, aku tidak mau!"
"Soo, jangan main-main. Ayo." Jongin lalu melangkah mendekati Kyungsoo lalu merengkuh bahu nya, membalikkan dan mendorongnya melangkah menaikki anak tangga.
"Y..yah! Ku bilang tidak mau! Yah lepas." tapi Jongin seolah tuli, ia hanya terkekeh dan tetap merengkuh dan mendorong Kyungsoo. Kyungsoo terus memberontak. Namun percuma, karena lelaki itu pemaksa, otoriter, 'argh..' Kyungsoo mendengus kasar. Lalu ia melongo seketika lelaki itu membuka pintu kamar Kyungsoo dan mencoba masuk.
"Yah! Kau pikir kau akan kemana bodoh?!" Kyungsoo melotot tak suka.
"Mementorimu tentu saja." jawab Jongin santai lalu tersenyum. Ya Tuhan, Kyungsoo rasanya ingin membuang jantungnya jauh-jauh. Kenapa setiap ia tersenyum. 'Tolol, jangan macam-macam, Kyungsoo' pikirnya.
"Apa kau akan melihatku seperti itu terus? Ah..aku tahu aku tampan, kau baru sadar ya?" Kyungsoo melotot lalu menatap ala 'satansoo' as always.
"Jangan mimpi! Dan keluar dari sini." tapi Jongin malah tetap melangkah masuk lalu duduk di sofa kamar Kyungsoo.
"Yah! Apa yang kau lakukan! Keluar ku bilang" Kyungsoo berusaha menarik Jongin yang justru tengah mencoba berbaring di sofa.
"Aku sudah bilang aku akan mementorimu, Soo." jawabnya santai. Kyungsoo melotot, wajahnya terkejut tak suka.
"D..disini?" 'sialan, Kyungsoo kenapa bicaramu gugup' tapi mata Kyungsoo semakin membulat ketika lelaki itu mengangguk lalu tersenyum. Gadis itu menggeleng. Sedari tadi kerja jantungbya tak beraturan dan berdentam seperti drum kesetanan. Kyungsoo mendengus, menghela nafas kasar. Jongin bangkit lalu melangkah menghampiri Kyungsoo yang tengah kalut dengan pikirannya. Ia mengacak rambut Kyungsoo lalu meraih tas nya.
Suasana mentoring yang hening dan awkward membuat Kyungsoo memberengut. Ia menyangga sisi kepalanya dengan telapak tangan yang bertumpu pada siku di meja. Sedang tangan sebelahnya asik memainkan pensil dengan gerakan memutar. Akan lebih baik hangout bersama dua sahabatnya dibanding mendengarkan celotehan membosankan lelaki itu. Jongin masih terus melanjutkan penjelasan materi pelajaran ketika ia menyadari gadis di depannya menguap.
"Yah kau dengar atau tidak sih?" Kyungsoo tersentak kaget.
"Aku mendengar, aku tidak tuli. Lanjutkan saja lah. Aish berisik sekali." gadis itu memberengut. Tapi Jongin mendengus tak suka, lalu sejurus kemudian ia melanjutkan penjelasannya namun matanya menatap Kyungsoo. Ah uh, mata nya mulai terpejam. Jongin kini memberengut tak suka. Lalu terlintas ide gila di benaknya. Ia perlahan bangkit dari kursi, berdiri mencondongkan badannya ke arah Kyungsoo dan seketika wajahnya telah berada beberapa senti di depan wajah gadis itu lalu dengan cepat Jongin mengecup bibirnya, ia memegang wajah Kyungsoo untuk antisipasi gadis itu akan memberontak. Benar saja, Kyungsoo yang merasakan sesuatu yang basah dan lembut menyapa bibirnya lalu melumatnya. Ia langsung memberontak menjauhkan dirinya. Sedikit sulit awalnya karena lelaki itu menahannya namun Kyungsoo yang hobi nya menghajar orang tentu punya kekuatan untuk sekedar mendorong lelaki itu. Dan ciuman itu terlepas.
"Yah! Bajingan! gila! Sialan!" Kyungsoo mengumpat sambil mengusap sudut bibirnya yang sedikit basah dengan tangannya. Tapi alih-alih minta maaf sesuai harapan Kyungsoo, lelaki itu justru terkekeh.
"Hmm ini belum seberapa, kita belum melangkah jauh." Jongin menyeringai, lalu mata Kyungsoo membulat. Tak ada satupun yang menyadari jantung Kyungsoo yang memompa cepat juga pipi nya yang bersemu merah. Tapi lalu sedektik kemudian Jongin melihatnya, ia terkekeh melihat semburat di pipi Kyungsoo.
"Apa yang kau pikir telah kau lakukan sialan?" gadis itu menggeram, menyentuh dadanya dimana terletak jantung yang ia rasa ingin pecah karena berdentum terlalu keras.
"Fokus dan perhatikan penjelasanku dengan baik, Kyungsoo. Atau aku akan melakukan yang iya-iya padamu lebih dari ciuman tadi, huh" Jongin menyeringai menyadari tatapan gadis itu yang antisipatif lalu seperti biasanya matanya membulat, wajahnya memberengut tak suka.
'Oh, shit.. this gonna be a long day' batin Kyungsoo. Jongin tersenyum melihat Kyungsoo mendengus.
.
~TBC~
huff mianhe panjang ya chap ini /lap keringet/
Hai. Aku update lagi, cepet kan? Hehe. Oiya aku udah perbaikin kata-kata gak baku nya kok demi kalian reader :* cup hihi maaf ya, aku labil(?) kemaren. Maaf juga kalo ada yang gak suka karakter Kyungsoo atau kekasarannya disini. But still, ini imajinasiku. aku sengaja bikin karakternya begitu biar beda dan menantang(?) hihi maaf. tapi tenang aja, Kyungsoo sebenarnya baik hati dan gak akan selalu kasar begitu kok.
Oh iya, buat Chanbaek shipper tuh mereka nya udah muncul dan langsung berbuat yang ngh...(?) XD mianhae yaa.. Nanti hunhan juga muncul kok. Dan ada banyak kejutan yg muncul juga wkwk
Makasih banget yg favorit, follow dan udah review di chap sebelumnya yg belum bisa aku bales satu-satu. Nanti kalo ada waktu aku bales deh. And once again, aku bukan atau mungkin belum author dan ff ini bukan ff sempurna. Penuh kesalahan dan dosa jd jangan kapok buat review lagi, kasih saran, kritik, uneg-uneg atau curhat juga boleh wkwkw.
Bye muach.
