All of characters belong to Masashi Kishimoto, and this story belong to me. So, enjoy it!
Chapter 1: First Meet
Seorang pria berusia dua puluhan duduk di sebuah café, mengamati objek didepannya sambil bertopang dagu. Seorang wanita cantik ikut mendampinginya, duduk menghadap kearahnya sambil mengelus tangan pria tersebut diatas meja.
Café elit yang mereka kunjungi bernuansa klasik nan hangat, dengan dinding ruangan yang dicat warna pastel lembut, meja dan kursi yang unik tertata rapih ditempatnya yang membuat pengunjung merasa nyaman sekali. Obrolan para pengunjung dan dentingan sendok garpu yang sebagai backsound, dan juga ditemani makanan dan minuman hangat yang menguarkan aroma harum nan lezat. Meski terkesan sederhana namun pas untuk sepasang kekasih yang sedang berkencan.
Kedua insan itu berpandangan cukup lama dan intens. Seolah hanya dengan saling menatap mereka bisa mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka. Namun tatapan sang wanita tidak bertahan lama. Wanita itu malah merona dan tersipu menandakan ia gugup jika pendangan itu terus berlanjut.
Si pria masih menatapnya intens. Tidak memedulikan wanita didepannya yang merasa risih sekaligus malu.
Wajah pria itu datar seperti papan. Tidak terlihat adanya emosi sama sekali.
Akting dimulai.
"Sasuke," wanita itu mengarahkan pandangan tersipu pada sosok didepannya, "A-aku ingin mengatakan sesuatu."
"Apa?"
Wanita itu tersenyum pura-pura gugup, "Aku me-mencintaimu." Matanya bergerak-gerak gelisah dan sesekali menelan ludah dengan susah payah.
"Aku tahu.." Sasuke menyeringai kecil.
"A-aku.. aku," wanita itu menunduk dalam malu-malu, "Aku akan memutuskan hubunganku dengan.. Itachi. Dan.. " wanita itu menjeda ucapannya sejenak dengan menghirup napas dalam-dalam, "A.. aku mau menjadi kekasihmu yang sebenarnya. Bukan perselingkuhan seperti yang kita jalani sebelumnya. Aku juga sudah menghubungi Itachi untuk membicarakan ini. Dia akan datang sebentar lagi."
"Bagus, Shion. Ternyata pesona kakakku sudah menurun, ya." Sasuke menyeringai mengejek dengan membayangkan wajah sang kakak, Uchiha Itachi. Dia telah berhasil menaklukkan kekasih sang kakak yang sekarang telah jatuh dalam pesonanya. Wanita yang sudah disukainya sejak masih menduduki sekolah menengah atas.
"Ya.. Sasuke. Aku mencintaimu bukan kakakmu atau siapapun itu," Ucap Shion semanis mungkin dengan senyuman manis yang diperlihatkannya sekarang.
"Aku tidak bisa membayangkan ekspresi kecewanya."
Uchiha Sasuke tidak menyadari dengan apa yang akan wanita dihadapannya ini lakukan padanya nanti. Sesuatu yang pastinya sangat memuakkan.
Suasana semakin hangat dengan mereka yang mulai mengobrol ringan dengan santainya. Obrolan yang terus mengalir bagaikan aliran air disungai. Dan Sasuke mulai tenggelam dalam buaian dan bualan wanita pirang itu.
000
Hampir lima belas menit mereka mengobrol banyak hal. Namun batang hidung Itachi tidak terlihat sama sekali.
"Lama sekali.." Shion mendesah. Sasuke tersenyum tipis, mengamati para pejalan kaki yang melalui trotoar depan café yang mereka kunjungi.
Kini mata hitamnya mengamati penuh minat seorang wanita dengan rambut warna merah muda sebahu yang memakai topi fedora belang hitam putih dengan sebuah tas berisi gitar dipunggungnya.
Wanita itu berjalan tergesa-gesa sampai beberapa kali menabrak orang yang disalipnya. Kepala merah mudanya juga sesekali menengok ke belakang seakan dirinya dikejar sesuatu yang mengerikan.
Tiba-tiba gerakannya menjadi slow motion dimata Sasuke. Gerakan dimana wanita itu menabrak pria dihadapannya. Pria yang sangat dikenalinya, Uchiha Itachi.
Wanita itu menabrak tubuh Itachi dengan kepala merah mudanya yang terantuk hidung mancung Itachi. Kedua insan itu mengadu kesakitan. Dengan Itachi yang mengelus-elus hidungnya yang memerah dan wanita merah muda yang memegangi keningnya yang juga memerah.
Sejenak dua manusia itu saling berpandangan kaget. Lalu tertawa lebar bersama seperti mereka sudah lama saling mengenal. Mereka terlihat berbincang sebentar, kemudian Itachi membisikkan sesuatu ke telinga si wanita yang sontak membuat wanita merah muda itu menyeringai lebar.
Sasuke penasaran dengan apa yang dibisikkan oleh Itachi pada wanita itu.
Dengan santainya Itachi merangkul bahu wanita itu lalu berjalan menuju café yang Sasuke dan Shion singgahi saat ini.
Sasuke semakin dibuat penasaran dengan kedekatan mereka yang terlihat sangat akrab itu sampai tidak menyadari jika dua orang yang dia pikirkan barusan sudah berdiri menjulang dari tempatnya dan Shion duduk—dengan wanita merah muda yang tingginya mencapai telinga si pria.
"Hai, Shion dan.. Sasuke," Itachi menyapa mereka ramah. Lalu Itachi mengambil tempat disamping Shion untuk duduk dan wanita merah muda yang mengambil tempat disamping Sasuke setelah menyenderkan gitarnya disamping meja café dan melepas topi fedora-nya.
"Bagaimana, Sakura? Sudah merasa lega?" Itachi bertanya dengan nada jahil kepada wanita merah muda yang bernama Sakura itu.
"Ya. Tapi kau hampir membuatku jatuh beralaskan gitar kesayanganku."
"Setidaknya kau harus berterima kasih karena telah kubantu bersembunyi dari para wartawan itu," ucap Itachi dengan jari telunjuk yang mengarah kedepan café yang menyajikan pemandangan puluhan wartawan yang kebingungan mondar-mandir dan meneriaki nama Haruno Sakura berkali-kali.
"Berapa tinggi badanmu?" tiba-tiba Itachi bertanya antusias.
"Aa, terakhir kali aku mengukurnya dua bulan yang lalu dan kalau tidak salah tinggiku 177 sentimeter saat itu."
Shion ternganga dibuatnya. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi diurungkannya karena Itachi dan Sakura yang asik dengan dunianya sendiri.
"Pantas saja dahimu menabrak hidungku tadi." Ucap Itachi sambil mengelus hidungnya yang masih memerah. Sakura hanya tertawa menanggapinya.
Shion dan Sasuke hanya diam melihat kedekatan dua orang itu. Tidak tahu harus melakukan apa. Mereka mengamati interaksi kedua orang itu dengan intens dan sedikit merasa terkucilkan oleh kehadiran si merah muda dan si hitam panjang.
"Bagaimana rasanya dikuntit wartawan?" Itachi kembali bertanya.
"Absurd. Mereka lebih mengerikan dari nenek, kau tahu.." wajah Sakura merengut masih menatap tajam puluhan wartawan yang memburunya.
"Begitu ya. Oh aku sampai lupa dengan kalian.." Itachi tersenyum lebar kearah dua orang lainnya, Sasuke dan Shion, "Perkenalkan, dia ini Haruno Sakura. Mahasiswi tingkat akhir jurusan instrumental music di Tokyo University of the Arts. Adik dari Haruno Sasori dan kembaran Haruno Gaara—kau tahu 'kan, Sasuke?"
Akhirnya, Sasuke merasa lega karena diajak bicara, "Ya."
"Dia juga merupakan personil grup band rock The Blankts. Jadi kalian tidak usah heran jika dia selalu dibuntuti wartawan maupun pria-pria tampan." Imbuh Itachi tersenyum lebar.
Sakura yang dibicarakan memperlihatkan senyuman miringnya membuat Sasuke memandangnya bingung sedangkan Shion menampilkan raut tidak sukanya pada Sakura.
"Dan ya, Sakura, ini adikku Uchiha Sasuke dan wanita disampingku ini Shion, kekasihku."
Sakura hanya mengangguk mendengarkan penuturan Itachi. Ia sudah tahu dan Itachi juga mengetahuinya. Itachi hanya berbasa-basi seperti biasa dan itu cukup membosankan bagi Sakura.
"Well, ada apa kalian mengundangku kesini?" raut wajah Itachi berubah serius—yang awalnya ceria mulai keras sejurus kemudian.
Sasuke mengangkat bahu acuh, "Tanyakan pada Shion."
Itachi mengarahkan pandangannya pada wanita pirang yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu.
"Itu.. Itachi aku ingin kita.. mengakhiri hubungan ini karena.."
Itachi pura-pura tidak mengerti, "Karena?"
Sakura memutar bola matanya malas dengan sikap sok-tidak-tahunya Itachi. Sok polos seperti bayi, batin Sakura gemas.
"Ka-karena aku mencintai Sasuke," Shion dengan lancar mengucapkan kalimat tipuan itu.
Sakura memandang Itachi datar. Raut wajah Itachi tak terbaca. Bahkan Sasuke pun tidak bisa mendeskripsikannya.
Setelah lima menit terdiam, akhirnya Itachi membuka suaranya kembali, "Well, baiklah." Itachi tersenyum tipis ke Shion dan Sasuke.
Sasuke sedikit merasa tidak enak karena telah merebut kekasih kakaknya. Tapi toh itu juga keinginan Shion yang ingin mengakhiri hubungannya dengan Itachi. Jadi disini ia tidak sepenuhnya bersalah. Untungnya sampai saat ini hubungan gelapnya dengan Shion tidak diketahui Itachi.
"Nah, Itachi. Karena kau baru saja putus cinta biar kuberitahu satu hal yang cukup penting," Sakura berwajah serius saat mengucapkannya.
Ketiga orang disekelilingnya menatapnya bingung sarat akan penasaran dengan penuturannya.
"Orang yang baru putus cinta dengan kekasihnya biasanya sehari setelah putus, darah orang itu akan mengalir sangat deras menuju pusat saraf otaknya dan bang.. Orang itu akan mengalami pusing yang sangat menyakitkan. Rasanya sangat sakit berdenyut-denyut seakan kepalamu akan pecah karenanya."
Ketiga orang itu saling berpandangan seolah menanyakan apakah itu benar. Tapi tidak ada yang membuka mulut sama sekali tidak tahu itu sungguhan atau hanya mitos belaka.
Mereka-duo Uchiha dan Shion meringis membayangkan ucapan Sakura.
"Jadi kusarankan agar kau cepat mencari kekasih lagi, Itachi."
"Benarkah?" Itachi bertanya mengabaikan saran Sakura untuknya.
Sakura hanya diam dengan raut serius tidak menjawab pertanyaan Itachi.
Karena tidak mendapat jawaban dari Sakura—Itachi, Sasuke, dan Shion saling berpandangan lagi memberi isyarat jika yang dikatakan Sakura itu mungkin saja benar dan bukan mitos belaka. Dan juga dikarenakan mereka yang memang tidak tahu-menahu tentang hal-hal kecil seperti yang Sakura katakan, akhirnya mereka mempercayai saja perkataan Sakura tentang resiko putus cinta.
"Tidak. Aku bohong," ucap Sakura enteng dengan kedua alis merah mudanya yang terangkat tinggi-tinggi.
"A-APA?" teriak mereka bertiga dengan suara Shion yang mendominasi. Mereka baru saja percaya. Dan ternyata dia berbohong? Yang benar saja.
"Kau berbohong?" tanya Sasuke sinis tidak suka dibohongi.
Pertanyaan Sasuke hanya dijawab anggukan mantap dari Sakura.
"Shit! Jadi kau-"
Sakura memotong perkataannya, "Hei, jangan berteriak padaku!"
"Kenapa Sakura?" Itachi menengahi keduanya yang akan adu mulut itu.
"Aku hanya ingin membuktikan analisaku saja."
"Maksudmu tugas kuliah?" bentak Sasuke tambah geram.
Sakura menatap mata hitam Sasuke tajam, "Mana ada tugas kuliah seperti itu di jurusan musik. Kau terlalu mudah berspekulasi, Sasuke."
Untuk pertama kalinya Sakura menyebut nama kecil Sasuke dengan bentakan dan itu membuatnya tertegun sejenak.
Bentakan rendah feminin Sakura yang dalam berhasil membungkam mulut pedasnya. Sasuke sama sekali tidak menyangka jika wanita disampingnya ini berani balas membentak dirinya.
Sedangkan Itachi memakluminya karena memang Sakura tidak suka dibentak dan akan balik membentak siapapun yang berani membentaknya.
Kena kau Sasuke, Itachi tertawa puas dalam hati.
"Well, maaf saja aku membentakmu, karena aku tidak suka dibentak," Sakura menghirup napas dalam sebelum menghembuskannya kemudian mata hijaunya menatap serius kearah Itachi.
Itachi risih dengan pandangan Sakura, "Hn?"
"Kau bodoh!"
"Apa?"
"Analisaku tepat sasaran. Pantas saja kau mudah dibohongi," jeda Sakura sedetik, "Kau terlalu mudah menaruh kepercayaan pada orang lain, itulah sebabnya kau kusebut bodoh."
Raut menyebalkan Sakura terbit begitu saja diwajah ayunya.
Itachi tertohok mendengarnya. Ia menyadari jika dirinya memang sebodoh itu dalam menaruh kepercayaan pada orang lain. Dan akibatnya dia sendirilah yang dirundung penyesalan. Ah, tapi tidak masalah. Toh dirinya sudah tidak berhubungan lagi dengan orang seperti itu. Shion, misalnya.
Sekarang ia bebas. Bebas dari rencana pemanfaatan Shion. Itachi akan segera menemukan kekasih yang tepat. Yah, pasti. Dan wanita itu adalah Konan. Tepat sekali bukan? Cinta pertama dan terakhirnya adalah Konan. Hal itu juga berlaku pada Konan bahwa Itachi adalah cinta pertama dan terakhirnya. Manis sekali.
"Tapi aku tetap tidak menyangka."
"Kenapa?" tanya Itachi.
"Awalnya pertanyaan itu ku tujukan hanya padamu. Sekali tepuk tiga lalat jatuh sekaligus. Lihat.. Sasuke dan Shion juga tertipu."
Sasuke memelototi Sakura tajam. Sedangkan Shion berpikir bagaimana caranya menyingkirkan Sakura yang kelihatan cerdas—hanya dengan sekali menatap mata hijaunya ini.
"Kalian bertiga memiliki potensi yang besar untuk dibohongi," ujar Sakura santai sambil mencomot kentang goreng yang dipesannya sedari awal datang tadi.
Dari kejauhan terdengar teriakan seseorang yang memanggil nama Sakura dan Itachi, "Sakura.. Itachi.."
Serentak dua orang yang merasa namanya dipanggil itu menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Konan.." Sakura memekik girang melihat orang yang memanggilnya tadi adalah Konan.
Wanita berambut biru itu langsung berlari menerjang Sakura yang berdiri dari duduknya. Setelah melakukan ritual cium pipi singkat, atensi Konan beralih ke Itachi, "Hai Itachi."
Itachi tersenyum lembut kearahnya dan membawa Konan ke dalam pelukannya.
Pandangan penuh tanda tanya Sasuke dan Shion lemparkan pada Itachi.
Itachi dan Konan melepaskan pelukan mereka lalu Itachi kembali duduk dan Konan yang mengambil tempat diujung meja diapit Sakura dan Itachi.
"Ah, Sasuke Shion perkenalkan ini Konan calon kekasihku." Konan tersenyum simpul kearah mereka.
"Secepat itu?"
"Tentu saja. Aku tidak ingin terkena pusing menyakitkan seperti yang Sakura katakan," jawab Itachi menyeringai kecil.
Sakura mengernyitkan dahinya, "Aku berbohong."
"Kau sudah bilang tadi."
"Kalian bisa menjalin hubungan sekarang," Itachi menatap Sasuke dan Shion bergantian.
"Apa maksudmu?" Shion bertanya bingung.
"Kau selalu berpura-pura Shion. Sekarang kau bisa melampiaskan ketidakpuasanmu padaku ke Sasuke. Aku tidak peduli."
Sekarang giliran Sasuke yang bingung. Mata hitamnya menatap Itachi tajam meminta penjelasan. Tapi Itachi tidak mengindahkan tatapan tajam menuntut dari Sasuke.
"Kau akan mengerti nanti."
"Kenapa kau membiarkannya?" Konan buka suara.
"Biarkan dia tahu siapa sebenarnya wanita ini," Itachi memandang Shion jijik bercampur meremehkan.
Shion merasa dia yang dimaksud Itachi adalah dirinya. Rasa khawatir pun melanda dirinya. Takut semua kedoknya terbongkar. Sekarang ia menyadari jika Itachi sudah mengetahui semua rahasia busuknya. Jadi selama sebulan terakhir ini Itachi tidak memanjakannya seperti biasanya karena pria itu sudah mengetahuinya. Jika Itachi sampai membongkar semuanya ke Sasuke matilah dia.
"Wanita ini? Shion? Apa maksudmu?"
"Mungkin yang dimaksud Itachi bukan aku Sasuke."
Itachi meleparkan senyum sinis, "Kau akan tahu nanti siapa yang kumaksud, Sasuke."
"Siapa Itachi? Sakura?" wajah Sasuke sedikit memerah menahan amarah karena Itachi yang mempermainkannya.
"Jangan melibatkanku." Sungut Sakura tajam.
"Well, aku akan melupakan perkataanmu barusan Itachi. Kurasa itu bukanlah hal yang penting," Sasuke berujar sarkastik.
Itachi menghela napasnya kasar merutuki ketidakpekaan Sasuke lalu mengalihkan pandangan matanya pada rolex yang melekat ditangan kirinya, "Hn. Aku harus mengantar Konan membeli sesuatu."
"Lalu bagaimana denganku?"
"Kau dengan Sasuke. Sasuke, aku titip Sakura. Dia akan tinggal dirumah kita selama.. entahlah. Pokoknya, bawa Sakura pulang ke rumah bersamamu."
"Aku akan pergi mengantar Shion. Mungkin akan lama."
"Terserahmu. Tetap bawa Sakura kalau kau tidak ingin kena amukan Ibu."
"Hn." akhirnya Sasuke hanya bisa pasrah jika itu sudah menyangkut Ibunya.
Setelah mendengar persetujuan dari Sasuke, Itachi dan Konan pamit pergi entah kemana meninggalkan tiga manusia berbeda warna rambut yang kini terdiam membisu.
"Aa.. kalau kau keberatan aku bisa naik taksi," suara Sakura memecah keheningan yang tercipta.
"Tidak. Kau dengar aku sudah menyetujuinya tadi."
"Sasuke, aku ingin pulang," tiba-tiba Shion merengek manja seketika membuat Sakura mau muntah karenanya.
Tiada si sulung, si bungsu pun jadi, batin Sakura kesal sendiri melihat Shion yang serakah. Kasihan sekali Uchiha Sasuke.
"Ayo."
Tanpa basa-basi Sasuke langsung berdiri dari duduknya melangkah pelan keluar café. Dengan cepat Shion menyusul berdiri lalu menggaet lengan Sasuke dan memeluknya seperti menunjukkan pada Sakura jika pria itu adalah miliknya. Sakura memandang aneh sepasang kekasih didepannya itu—terlebih Shion. Merekapun keluar cafe menuju mobil Sasuke yang terparkir dilahan parkir café tersebut.
000
Mobil Sasuke berjalan dengan kecepatan rata-rata membelah jalanan kota Tokyo yang sudah terik karena panas matahari yang sudah berada tepat diatas kepala.
Sasuke dan Shion duduk didepan, sedangkan Sakura duduk di jok belakang dengan sesekali bersenandung merdu memerhatikan interaksi sepasang kekasih didepannya.
Sasuke juga sesekali melirik ke spion kecil yang memantulkan bayangan Sakura yang terkadang memandang kearahnya lalu Shion dan keluar jendela mobil.
Wanita itu bahkan tidak terlihat malu membuang muka saat dirinya ketahuan sedang memerhatikan Sasuke dan Shion yang bercengkrama. Malah dengan watadosnya meneruskan pandangan dan nyanyiannya.
Obrolan Sasuke dan Shion harus terhenti karena ponsel Sakura yang berdering tiba-tiba menandakan telepon masuk. Memandang id caller yang menghubunginya datar dengan malas Sakura menjawabnya, "Halo?"
"…"
"Terima kasih Gaara. Karenamu aku tidak perlu lagi repot-repot pulang untuk mengambilnya," seringaian Sakura terlihat saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
"…"
"Aku dalam masalah? Apa?"
"…"
"Damn. Nenek benar-benar.. Arggh sial! Di restoran mana dia menungguku?"
"…" Dari seberang telepon Gaara menyebutkan nama dan alamat restoran yang harus Sakura datangi. Kebetulan sekali Sakura juga akan melintasi restoran tersebut.
"Kau merusak ketenanganku hari ini," dengan geram Sakura memutuskan sambungan teleponnya dengan Gaara.
Pandangan Sakura beralih pada spion kecil yang menggantung diatas dashboard mobil—ia memandang Sasuke lekat sebelum berkata, "Uchiha, kau bisa turunkan aku didepan situ."
Tadi Sasuke dan sekarang.. Uchiha? Wanita ini benar-benar membingungkan sekaligus menyebalkan disaat bersamaan. Mungkin moodnya memengaruhinya untuk bergonta-ganti memanggil nama kecil dan marga seseorang.
"Aku sudah bilang menyetujuinya tadi."
"Aku harus menemui seseorang. Jadi turunkan aku disitu."
Mau tidak mau Sasuke menuruti permintaan Sakura juga. Menurunkan wanita itu ditrotoar jalan yang ramai pejalan kaki.
Sakura memakai topinya kembali—sedikit menutupi mata dan juga rambutnya agar tidak dikenali orang.
"Kau yakin? Banyak orang disana," entah mengapa Sasuke merasa sedikit khawatir jika Sakura dikejar-kejar wartawan seperti tadi. Catat: hanya sedikit.
Shion yang mendengarnya merasa kesal terhadap Sakura yang bisa membuat Sasuke menaruh perhatian padanya padahal pria itu terkenal tidak peduli akan sekitarnya. Bahkan pria itu juga tidak pernah menanyakan rasa khawatirnya pada Shion. Menyebalkan.
Sakura mengerlingkan matanya sebentar kearah Sasuke, "Kau tenang saja. Nenek tidak akan memilih tempat yang penuh sesak dengan keberadaan wartawan," lalu membuka pintu mobil dan berjalan cepat menuju restoran mewah yang bertuliskan Madame Antoine.
"Sasuke?" Pria itu mengalihkan pandangannya pada kekasihnya dengan satu alis terangkat. "Aku ingin membeli sesuatu disana. Tapi uang didompetku sudah menipis."
Mendesah lemas Sasuke mengeluarkan kartu atm dari dompetnya lalu diberikannya pada Shion, "Kenapa uangmu selalu menipis?"
Shion menerimanya dengan mata berbinar dan tersenyum manis tak menghiraukan pertanyaan Sasuke, "Kau tunggu disini ya, sayang."
Sendirian didalam mobil. Itulah yang Sasuke alami sekarang. Dia memandang restoran mewah yang dimasuki Sakura tadi dengan raut penasaran.
Mata hitamnya mengerling bingung mendapati sepasang nenek dan cucu yang keluar dari restoran itu dengan ekspresi wajah yang berbeda. Si nenek yang kelihatan kesal dan cucunya yang menampilkan raut bosan mendekati kesal. Diam-diam Sasuke mencuri dengar percakapan mereka.
"Aku akan tinggal dirumah Bibi Mikoto, nek."
Muka Tsunade semakin muram, "Kenapa tidak bilang, bocah? Kalau begitu kau harus mampir kerumahku mengambil oleh-oleh dari London untuk keluarga Uchiha."
"Malas sekali. Suruh saja duo merah itu," balas Sakura melotot.
Tsunade menjewer telinga kanan Sakura dengan keras tiba-tiba, "Cucu kurang ajar. Jangan melimpahkan amanah yang kuberikan padamu ke dua kakakmu itu."
"Adududuh.." adunya meringis kesakitan, "Ampun nek, ampun."
Sasuke jadi ikut-ikutan memegang telinga kanannya melihat Sakura yang dijewer tanpa perasaan itu. Pasti sakit sekali, batinnya meringis.
"Kerumahku atau-"
Belum selesai Tsunade menyelesaikan perkataanya, Sakura sudah menyela sambil mengangkat kedua tangannya keatas tanda menyerah, "Well, aku ikut nenek."
Berkacak pinggang layaknya boss besar, Tsunade mendesah lega. "Letakkan gitarmu itu dibagasi mobil."
Tsunade melemparkan kunci mobilnya ke Sakura asal. Untung saja Sakura cepat tanggap dengan lemparan kunci itu. Dilemparnya kunci itu keatas berkali-kali sambil melangkahkan kaki jenjangnya selamban-lambannya siput berjalan menuju bagasi mobil neneknya sesekali bibirnya bersiul-siul.
Dibukanya bagasi mobil itu dan meletakkan gitarnya dengan perlahan dan sangat berhati-hati sekali mencoba mengulur-ulur waktu. Sakura juga menutupnya dengan sangat perlahan layaknya kecepatan berjalannya siput seperti tadi.
Sasuke yang mengamatinya sejak tadi jadi gemas sendiri melihat tingkah lambannya Sakura seperti putri kerajaan.
"CEPAT SAKURAAA!" teriakan Tsunade membuat Sakura melompat saking kagetnya.
Kemudian dengan gerakan kilat wanita itu hampir tersandung kakinya sendiri saat akan berlari kecil memutari mobil. Sasuke mendengus menahan tawanya saat melihat ekspresi dan tingkah bodoh Sakura. Tidak kuat menahannya, akhirnya tawanya meledak menggema didalam mobil sampai mobil yang ditumpangi pasangan nenek dan cucu itu sudah berlalu pergi.
Kedatangan Shion langsung melenyapkan tawa lebarnya berganti dengan raut andalannya, dingin dan datar. Tidak ingin wanita pirang itu melihat wajahnya yang memerah karena tertawa, Sasuke membuka suara, "Kau sudah selesai?"
"Sudah," Shion menjawabnya dengan riang sambil mengangkat banyak paperbag yang dibawanya.
Hampir saja Sasuke berteriak melihat banyaknya belanjaan Shion tapi diurungkannya karena itu bukan Uchiha sekali. Dengan malas Sasuke mulai menghidupkan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan tempat tadi.
A/N: Hello, yeay this is my first absurd story. Haha ofc Rate M, little bit maybe. I don't have experience to this, really. But I'll try. And the last, mind to review guys? xD
