Halo guys! Karena fokus sama satu ff aja itu ngebosenin, jadi author bikin ff satu lagi nihh hehe.

Disini author mau bikin Chanyeol jadi semacam 'badass' atau ga punya hati gitu.

Yaudah, semoga kalian suka aja deh wkwk, sorry for typo juga hehe. Happy reading yaa. Jangan lupa kasih review dan vote^^

.

.

.

Mafia Boss and I

.

.

.

"Hahaha, ini pertama kalinya aku mendengar ada grup mafia yang bangkrut." Sebuah suara berat berkata dengan nada mengejek, melihat keluarga yang saat ini duduk berlutut di hadapannya, berharap dirinya akan memberikan belas kasihan untuk mereka.

"Oke, biar kutebak. Kau pasti datang kemari untuk meminta uang kan?" Pria bertubuh tinggi itu berkata masih dengan nada mengejek sambil berjalan menuju kursinya.

"Kumohon, berikanlah sedikit uangmu untuk kami agar setidaknya kami memiliki tempat untuk tidur." Seorang lelaki paruh baya—mungkin ayah dari keluarga itu—berkata kepada lelaki tinggi itu.

"Aku bisa mati tertawa. Kau, musuh bebuyutan keluargaku, berlutut di hadapanku meminta uang dan bahkan membawa keluargamu agar aku memiliki belas kasihan untukmu? Kau benar-benar tidak punya malu." Pria bertubuh tinggi itu mencibir pria paruh baya yang kini berada di hadapannya.

"Tolonglah, ayahku memang banyak melakukan hal-hal buruk pada keluargamu sebelumnya. Tapi tolonglah kami, kali ini saja." Seorang pria cantik membuka suaranya. Wow, pria tinggi itu bahkan tidak menyadari kehadirannya sebelumnya. Pria cantik ini seperti malaikat, terlalu cantik untuk menjadi manusia.

Pria tinggi itu berdiri dari kursinya dan berjalan kearah pria cantik itu. Ia menekuk salah satu kakinya dan saat ini wajah mereka berhadapan.

"Halo, cantik. Kau benar-benar seseorang yang pemberani rupanya, hingga kau berani membuka suaramu untuk bicara padaku." Pria tinggi itu berkata sambil menarik dagu pria cantik itu, memandangi setiap lekuk wajahnya. Namun pria cantik itu dengan segera menarik wajahnya, tidak ingin disentuh oleh seorang pria yang sangat dibenci keluarganya.

Pria tinggi itu berdiri kembali dan berjalan kearah pria paruh baya tadi, "Baiklah, Tuan Byun. Aku akan memberikanmu uang sebanyak yang kau mau, tapi dengan satu syarat." Pria tinggi itu tersenyum licik sambil melihat kearah pria cantik tadi.

"Berikan putramu untukku, saat ini juga." Pria tinggi itu menekankan setiap kata agar semua orang di ruangan itu mendengar dengan jelas apa yang ia katakan. Dari ujung matanya, ia dapat melihat pria cantik tadi terkejut dengan ucapannya.

"Ayah…" Pria cantik tadi melihat kearah ayahnya dengan tatapan yang penuh harap agar ayahnya lebih memilih dirinya daripada uang yang ditawarkan pria tinggi ini.

"Aku tidak bisa 'memberikannya' padamu." Pria cantik itu menghela nafas lega setelah mendengar apa yang dikatakan ayahnya. Namun nafasnya kembali tercekat setelah mendengar kalimat berikutnya yang dikatakan ayahnya.

"Tapi kau harus membelinya."

Pria tinggi itu tertawa lepas. Ia merasakan kemenangan berada di tangannya saat ini. Sedangkan ekspresi pria cantik itu sangat berbeda, air mata mengalir di kedua pipinya. Dia benar-benar tidak menyangka ayahnya lebih memilih uang daripada dirinya.

"Harga yang kau tawarkan, Tuan Byun?"

"Pastikan saja uang yang kau berikan cukup untuk keluargaku memiliki rumah yang mewah dan kekayaan seperti semula."

"Deal. Pengawal, bawa keluarga sampah ini keluar dari ruanganku."

Saat salah satu pengawal hendak menarik pria cantik itu keluar, pria tinggi itu menghentikannya.

"Biarkan si cantik ini bersamaku."

.

.

.

.

Byun Baekhyun, putra dari Tuan Byun, ketua dari salah satu grup mafia yang disegani di Korea Selatan. Dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang tidak mengenal kata 'cinta'. Dibesarkan tanpa merasakan hangatnya pelukan seorang ibu dan kata-kata penyemangat dari seorang ayah. Baekhyun memiliki seorang kakak, Byun Baekbeom. Tapi Baekbeom kabur tepat setelah ayahnya memberitahu bahwa dirinya yang akan meneruskan posisi ayahnya. Baekbeom tidak ingin menjadi orang yang tidak punya hati—dan tidak punya otak—seperti ayahnya, maka dari itu dia kabur. Baekhyun hingga saat ini tidak mengetahui dimana dan apakah kakaknya baik-baik saja saat ini.

Semuanya baik-baik saja, sampai salah satu bawahan ayahnya berkhianat dan melaporkan mereka pada polisi. Dia tidak melaporkan semuanya, namun karena dirinyalah keluarga Byun kehilangan harta dan bahkan rumah mereka. Baekhyun sangat bersyukur karena ayahnya tidak dipenjara. Dia mengira keluarganya bisa memulai dari awal lagi, memulai semuanya sebagai keluarga normal. Namun Baekhyun salah. Salah besar. Disinilah dia sekarang. Di dalam rumah yang sangat mewah milik orang yang sangat ia takuti. Park Chanyeol.

"Apa tujuanmu? Aku tidak akan mengubah apapun dengan berada disini." Baekhyun berkata sambil menundukkan kepalanya, terlalu takut untuk melihat kearah Chanyeol. Chanyeol dapat melihat air mata mengalir di pipi Baekhyun. Dia berjalan menuju sofa tempat Baekhyun duduk, dan kemudian menghapus air matanya lembut.

"Siapa tadi namamu? Byun Baekhyun? Nama yang bagus." Chanyeol berusaha berkata selembut mungkin untuk mengubah topik. Tapi sepertinya itu tidak dapat mengubah kesan Baekhyun tentang dirinya. Hari ini adalah hari pertama dirinya bertemu Baekhyun—bukan di situasi yang bagus tentunya—dan Chanyeol sudah menunjukkan sifatnya yang tidak mempunyai belas kasihan.

"Aku bilang, apa tujuanmu." Baekhyun menekankan setiap kata-katanya. Nada bicaranya terdengar datar dan dingin, namun dia masih menundukkan kepalanya.

"Aw, sayang, bukan begitu cara yang tepat untuk bicara pada orang yang baru kau temui. Kau harus berbicara dengan sopan." Chanyeol mencengkeram pergelangan tangan Baekhyun, untuk menyalurkan kekesalannya karena sikap Baekhyun yang 'menolaknya'.

"Dan bersikaplah dengan sopan. Karena ini adalah tempatku, bukan tempatmu." Chanyeol mempererat cengkramannya hingga telapak tangan Baekhyun memerah karena darahnya terhambat disana. Chanyeol kemudian melepaskan tangan Baekhyun, menatap sinis kearah Baekhyun yang kini menangis kesakitan.

"Berhentilah menangis. Karena aku benci melihat orang menangis."

Chanyeol berjalan keluar meninggalkan Baekhyun di ruang kerjanya. Di sisi kanan dan kirinya terdapat pelayan-pelayan yang membungkuk sopan setiap kali Chanyeol melewati mereka. Ia berjalan menuju kamarnya, namun langkahnya berhenti ketika ia melihat orang yang paling ia percaya, kepala pelayan di rumahnya.

"Minseok, siapkan sebuah kamar dengan tema biru pastel. Dan pastikan kamar itu memiliki fasilitas yang lengkap, seperti kamarku."

"Baik, Tuan Muda." Pria bernama Minseok itu membungkuk sopan.

"Dan kau, Kwon Yuri." Kepala koki di rumah Chanyeol itu terkejut ketika seorang Park Chanyeol menyebut nama lengkapnya.

"I-iya, Tuan Muda? Apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mempercayaimu sebagai koki terbaik disini. Masaklah makanan Korea terenak yang bisa kau masak. Pastikan kau memasaknya dalam porsi besar. Dan Minseok, setelah kau menyiapkan semuanya, bawalah pria di ruangan pribadiku itu memasuki kamar yang sudah kau siapkan. Mulai sekarang, kamar itu miliknya. Setelah itu Yuri, bawa makanan yang sudah kau masak ke ruang makan dan biarkan pria itu makan kapanpun dia mau."

"Baik, Tuan Muda." Seluruh pelayan menjawab dengan kompak.

"Sekarang dengarkan baik-baik. Aku tidak peduli jika kau adalah kepala pelayan, kepala koki, atau kepala-kepala lainnya, kalian tidak boleh memasuki kamar pria itu, kecuali jika aku yang menyuruh kalian. Dan pemilik kamar itu, adalah pria milikku. Jika aku melihat bahkan hanya sedikit saja bayangan kalian berusaha mengganggunya, atau menyakitinya…." Chanyeol menghentikan kalimatnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam jaket kulit mahal miliknya, sebuah pistol.

"Aku akan menembak kepala orang yang menyakiti Byun Baekhyun-ku tanpa berpikir dua kali."

Seluruh pelayan menelan ludah mereka, "Baik, Tuan Muda!"

.

.

Ya, dia adalah Park Chanyeol, anak dari Tuan Park. Tidak jauh berbeda dengan Baekhyun, keluarganya juga memiliki grup mafia. Bahkan lebih besar dan lebih kuat dari milik keluarga Byun. Chanyeol tidak mengerti sama sekali alasan keluarganya dan keluarga Byun sangat membenci satu sama lain. Misalnya, jika salah satu keluarga Park melihat salah satu keluarga Byun, mereka pasti akan menembak satu sama lain.

Chanyeol tentunya bisa dikatakan sebagai seseorang yang perfect. Wajah tampan, kaya, pintar, tubuh yang bagus, serta dikenal sebagai bos mafia termuda di Korea Selatan. Apa lagi? Dia hampir memiliki segalanya. Kecuali satu, kebahagiaan.

Chanyeol berubah menjadi orang yang benar-benar berhati dingin setelah kematian orangtuanya karena kecelakaan. Tepat di hari ulang tahunnya, saat dalam perjalanan menuju taman hiburan yang sangat ingin dikunjungi Chanyeol. Dan alasan kecelakaan itu? Keluarga Byun.

Suruhan Tuan Byun menembak mobil yang dikendarai keluarga Park saat itu. Tepat di kedua sisi jendela, sisi kemudi dan sisi penumpang di sebelah pengemudi. Peluru itu tepat menembus kepala ayah dan ibu Chanyeol. Mobil itu lepas kendali dan menabrak dengan sangat keras. Bahkan Chanyeol mengalami koma saat itu.

Dan kini, Park Chanyeol akan memastikan, bahwa ia menyelamatkan Baekhyun sebelum ia menyuruh bawahannya untuk membunuh keluarga Byun.