Cast : [YoonMin Couple] Min Yoongi a.k.a Suga, Park Jimin
Seme!Jimin , Uke!GS!Yoongi
Support Cast : Namjoon ,GS!Heechul
WARNING!
Ada adegan kekerasan ,psyco dan lain-lain yang bisa mengakibatkan mual dan kantuk yang berbahaya. Pokoknya bahaya lah
A/N : Hmm Well, another remake dari novel salah satu penulis terkenal Tante Santhy Agatha yang berjudul "From The Darkest Side" ,lagi-lagi ini dengan pairing MinYoon tersayang dan termungil.
Happy reading
BAB 1-Chapter 1
Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan Yoongi sekarang selain rasa takut dan kegugupan yang menyesakkan dada. Ketika mobil mereka memasuki pintu gerbang yang megah itu, rasa gugup dan takutnya makin memuncak. Ibunya, yang menyetir di sebelahnya tampak tenang dan bahagia, tentu saja, kemewahan ini akan menjadi kehidupan barunya, hal yang diimpi-impikannya sejak dulu. Lagipula ibunya tidak perlu mencemaskan penampilannya, ia selalu terlihat cantik, muda dan wangi, tidak pernah berubah sampai sekarang.
Ibunya melahirkan Yoongi saat berusia sangat muda, 16 tahun. Dan sekarang di usia Yoongi yang sudah 20 tahun, selisih usia itu sama sekali tidak kelihatan, mereka terlihat seumuran. Apalagi Yoongi selalu mengenakan pakaian konservativ yang cenderung kusam tapi nyaman digunakan, sedangkan ibunya memilih berpakaian seksi dan penuh gaya.
Yah, penampilannya sekarang tidak bisa dibilang baik, Yoongi menarik napas sambil mengamati dirinya sendiri. Dia tadi berdiri lama di depan lemari pakaiannya mencoba menemukan gaunnya yang terbaik, tetapi ternyata dia tidak punya gaun satupun yang baik. Gajinya sebagai staff administrasi biasa di sebuah biro wisata sama sekali tidak memungkinkannya membeli banyak pakaian. Dan ibunya sama sekali tidak bisa diharapkan.
Heechul, ibunya melahirkannya karena kesalahan remaja masa lalu, jadi dia tidak punya ayah yang mengakuinya. Heechul lalu meninggalkannya begitu saja, menitipkannya ke kedua orang tuanya, lalu pergi merantau ke luar kota untuk melupakan masa lalu dan melanjutkan sekolah. Sejak saat itu Yoongi dan Heechul hanya bertemu saat Heechul pulang liburan ke rumah, Yoongi tidak pernah menganggap Heechul sebagai ibunya, selain karena Heechul tidak mau dipanggil ibu, bagi Yoongi orang tua sejatinya adalah kakek dan neneknya yang mengasuhnya dengan penuh kasih sayang sejak ia lahir sampai dia beranjak dewasa.
Lalu setelah dua tahun lalu, kakeknya meninggal dunia, disusul neneknya setahun kemudian, Yoongi tetap tidak menggantungkan diri kepada ibunya, toh Heechul juga tidak peduli.
Yoongi menghidupi dirinya sendiri dan sama sekali tidak ingin terlibat dalam kehidupan ibunya yang saat itu sudah menjadi aktris ternama. Sampai suatu ketika Heechul menghubunginya, mengatakan bahwa dia akan menikah dengan
salah satu konglomerat paling kaya dan paling ternama, seorang lelaki berusia 4 tahun lebih muda darinya, dan mengundang Yoongi untuk turut serta dalam persiapan acara pernikahannya.
"Bagaimanapun juga, meski kau adalah sebuah kesalahan akibat kebodohanku di masa lalu, kau adalah anakku," gumam Heechul dengan logat seksinya sambil mengoleskan lipstik pada bibirnya yang indah pada pertemuan makan siang mereka setelah dua tahun lamanya tidak berjumpa.
"Lagipula, aku terlanjur menceritakan tentangmu pada Jimin, tidak sengaja tentunya, tapi siapa yang bisa membohongi Jimin? Dia tahu segalanya...," Heechul tersenyum menerawang seperti orang dimabuk kepayang,
"Dan Jimin ingin melihatmu."
Jadi karena calon suaminya yang kaya itu ingin melihatku? Bukan karena dia ingin bersamaku di saat-saat bahagianya? Yoongi menyimpulkan dalam hati, dan seberkas rasa nyeri mengalir di dadanya.
Memang dia sudah terlatih untuk tidak mengharapkan apapun dari Heechul, wanita itu terlalu egois untuk memikirkan siapapun selain dirinya sendiri. Tetapi kadangkala ada sedikit rasa di hatinya, yang ingin dicintai sebagai seorang anak.
Dan disinilah dia, datang dengan ibunya, yang begitu cantik dengan gaun sutra keemasan seperti sampanye, rambut tatanan salon, kulit selembut satin dan aroma minyak wangi mahal. Sedangkan dia hanya memakai sweater cokelat jeleknya serta rok selutut yang membuatnya seperti kutu buku yang tidak menarik, belum lagi rambutnya hanya dikuncir kuda, tanpa riasan.
Calon suami Heechul pasti akan kecewa berat jika mengharapkan aku secantik Heechul, desah Yoongi dalam hati.
Mungkin aku lebih mirip ayah, gumamnya menghibur diri, meski dia juga tidak tahu siapa ayahnya dan bagaimana wajahnya, Heechul tetap menyimpan rahasia itu sampai sekarang seolah itu aib masa lalu yang tidak boleh dibuka. Kakek neneknya juga tidak pernah membicarakannya.
Lagipula, Yoongi tidak berani bertanya lagi sejak insiden pada saat dia berumur sepuluh tahun dan mulai bertanya pada neneknya siapa ayahnya. Waktu itu neneknya langsung masuk ke kamar dan menangis, sedang kakeknya hanya mengelus kepalanya dengan wajah muram. Kesedihan yang menggantung setelah insiden itu begitu menyesakkan dada sampai berhari-hari. Dan pada saat itulah Yoongi belajar untuk tidak pernah bertanya lagi.
Rupanya calon suami ibunya ini sangat kaya, jarak pintu gerbang menuju rumah utama lumayan jauh dengan taman dan pepohonan yang indah di kiri kanan jalan. Ketika ahkirnya mobil mereka berhenti, Yoongi sempat ternganga, melihat rumah marmer putih bergaya gothic dan renaissance yang megah di depannya.
Heechul rupanya sangat bersemangat karena dia segera melompat keluar dari mobil begitu mobil itu berhenti dan mau tak mau Yoongi segera mengikutinya.
Sepertinya mereka sudah ditunggu, atau ada kamera pengawas di depan pintu? Yoongi mengedarkan pandangannya ke atas dengan curiga, karena begitu mereka sampai di pintu dibawah kanopi dan pilar marmer yang indah, pintu itu langsung terbuka tanpa diketuk, dan seorang pelayan pria setengah baya dengan penampilan yang sangat rapi sudah berdiri disana.
"Miss Min?" tanya pelayan itu dengan muka ekspresi sedatar batu hingga Yoongi
bertanya-tanya apakah itu ekspresi asli atau hasil latihan bertahun-tahun.
Heechul mengangguk penuh percaya diri. Pelayan itu melihat ke belakang, ke arah Yoongi dan mengangkat alisnya, tapi tidak berkata apa-apa. Mungkin dia mengira aku pembantu Heechul, desah Yoongi dalam hati.
"Saya Namjoon, kepala pelayan disini. Tuan Jimin sudah menunggu di ruang utama, mari saya antar," gumam pelayan itu sopan sambil membalikkan tubuh dan membiarkan Heechul dan Yoongi mengikutinya.
Sepanjang lorong itu Yoongi terlalu sibuk terkagum-kagum dengan kemewahan interior dan perabot rumah mewah ini. Ya, Heechul pasti akan sangat bahagia di sini, dia selalu ingin menjadi nyonya rumah yang kaya raya, impiannya sebentar lagi terwujud. Dan sudah pasti Yoongi tidak masuk ke dalam daftar impiannya itu. Yoongi tahu dia hanya dibutuhkan karena calon suami Heechul yang kaya raya itu ingin mengenalnya, setelah itu Yoongi akan kembali ke kehidupan lamanya, dilupakan oleh ibunya.
Toh dia memang tak ingin terlibat.
Kenapa? Karena meskipun mewah dan mengagumkan, rumah ini terasa dingin dan kaku, begitu menekan jiwa. Berbeda dengan rumah neneknya yang diwariskan padanya, rumah itu kecil tapi hangat dan penuh ketentraman. Seberat apapun pekerjaannya, Yoongi selalu merasa segala kelelahannya hilang ketika pulang ke rumah itu. Karena itulah meskipun kagum, Yoongi sama sekali tidak tertarik untuk tinggal di rumah seperti ini.
Namjoon membuka sebuah pintu yang sangat besar dan mempersilahkan mereka masuk. Heechul langsung melangkah masuk dengan bersemangat.
"Darling," serunya mesra lalu menghambur ke pelukan pria bersetelan resmi yang berdiri ditengah ruangan.
Pria itu membalas pelukan Heechul, tapi matanya menatap tajam ke arah Yoongi.
Dan Yoongi ternganga melihat sosok calon suami Heechul untuk pertama kalinya, semula dia pikir laki-laki itu adalah lelaki botak berjenggot yang gendut, tidak tampan tetapi sangat kaya. Tetapi lelaki yang berdiri di depannya ini sama sekali tidak gendut, dia atletis bahkan sepertinya tidak ada lemak berlebih di tubuhnya, dan jas yang pastinya dijahit khusus itu menempel pas dan indah di tubuhnya yang berotot tetapi ramping itu. Hey.. Lagipula dia mengharapkan apa? Lelaki ini baru 32 tahun!
Matanya cokelat gelap begitu juga dengan rambutnya yang cokelat dengan sedikit warna keemasan. Tentu saja begitu, dari literatur bisnis yang memuat tentang jajaran pengusaha-pengusaha sukses, Park Jimin selalu dibahas, pengusaha berusia 32 tahun, setengah Jerman yang sangat menarik. Tapi mereka tidak memasang fotonya di literatur itu, jadi Yoongi tidak pernah bisa membayangkannya.
Lelaki ini tidak bisa dibilang tampan, sosoknya terlalu keras untuk digambarkan dengan kata "tampan", tetapi ada kharisma tersendiri yang membuat semua orang pasti akan menoleh dua kali ketika berpapasan dengannya.
Lelaki itu melepaskan Heechul yang menggelendot dengan mesra di pelukannya, lalu melangkah mendekati Yoongi.
"Dan ini pasti Yoongi," bahkan aksen suaranya begitu mempesona, Yoongi menyadari dia ternganga ketika Jimin mengulurkan tangan untuk bersalaman, dengan gugup disambutnya jabatan itu, tangan lelaki itu ramping, tapi menggenggam tangannya dengan mantap.
"Iya, ini Yoongi, putri kecilku," Heechul berkata seolah olah mereka ibu dan anak yang sangat akrab. "Dan Yoongi, perkenalkan ini calon ayah tirimu."
Yoongi menganggukkan kepalanya, sedikit gugup ketika menyadari Jimin menatapnya dengan sangat tajam, sangat meneliti, sampai dia salah tingkah, adakah yang salah dengan rambutnya? Bajunya? Ataukah Jimin sedang mencari kemiripannya dengan ibunya dan tidak berhasil menemukannya?
"Hmmm karena umurku hampir 32 tahun, kurasa aku pantas-pantas saja mempunyai putri seumuranmu, tapi kau boleh memanggilku dengan Jimin saja."
Tentu saja, lelaki dengan vitalitas semacam ini dia pasti malu dipanggil "papa" oleh gadis berusia 20 tahun seperti dirinya.
"Nah karena kalian sudah berkenalan? Bolehkah aku memintamu menemaniku berkeliling rumah ini? Kita akan tinggal disini setelah menikah bukan? Dan wow, rumah ini indah sekali Jimin."
Lelaki itu menatap Heechul tanpa ekspresi. "Tentu saja sayang," gumamnya, lalu mengamit lengan Heechul, Jimin mengatakan sayang tapi tampak begitu dingin.
Tiba-tiba Yoongi merasa sedikit antipati kepada Jimin, dia terlalu dingin dan tak
berperasaan seperti suasana di rumah megah ini. Heechul menoleh pada Yoongi,
"kau ingin ikut Yoongiku?" suaranya begitu penuh kasih tapi matanya memperingatkan, dan Yoongi mengerti isyarat itu, ibunya ingin berduaan dengan
kekasihnya dan tak ingin Yoongi mengganggu.
Lagipula Yoongi juga tidak tertarik melihat-lihat isi rumah ini.
"Tidak, terima kasih, kalau boleh saya ingin menunggu disini saja," Yoongi tadi mengamati ruangan dan menemukan rak buku yang penuh di dinding, rasanya lebih menarik duduk dan membaca, sepertinya koleksi buku di rak itu sangat menarik, kalau dia diijinkan, dia ingin membacanya.
"Tapi kau akan tinggal disini juga, jadi sebaiknya kau ikut agar lebih mengenal rumah ini," sahut Jimin tajam.
Kata-kata itu membuat Heechul dan Yoongi sama-sama terkejut, rupanya Jimin sudah menarik kesimpulan yang salah selama ini tentang hubungan Heechul dan Yoongi. Heechul dengan muka pucat segera menyahut, suaranya sedikit melengking karena gugup.
"Darling, kau salah, Yoongi tidak akan tinggal dengan kita setelah kita menikah nanti."
"Kenapa tidak?" lelaki itu mengernyitkan kening, tampak tidak senang. "Dia putrimu bukan?"
"Iya...tapi...tapi..." suara Heechul hilang karena kebingungan, "Tapi Yoongi lebih suka hidup mandiri, dia sudah punya pekerjaan tetap kau tahu, dan dia merasa nyaman tinggal dirumah warisan orang tuaku, bukan begitu Yoongi?" sekali lagi Heechul menatapnya dengan tatapan memperingatkan.
"Tentu saja," jawab Yoongi cepat-cepat, selain karena dia tidak ingin tinggal di rumah ini, dia tak mau Heechul marah padanya karena mengacaukan seluruh rencana masa depannya.
Jimin menatap Yoongi dan Heechul dengan tajam dan penuh perhitungan, lalu bergumam.
"Well kita bahas pengaturan itu nanti," kata-katanya menunjukkan masalah itu sama sekali belum selesai.
Yah, rupanya selain dingin dan kaku, lelaki ini juga arogan.
"Baiklah Yoongi, kalau kau ingin tetap disini, aku akan meminta pelayan mengantarkan segelas cokelat panas dan kue untukmu, kau boleh membaca atau melihat televisi untuk mengisi waktumu," matanya menunjukkan ke arah televisi plasma yang menempel di dinding yang sama sekali tidak Yoongi perhatikan karena perhatiannya terpusat pada rak buku yang penuh itu.
Yoongi menatap Jimin dengan gugup. "Kalau boleh... Kalau boleh saya ingin membaca buku-buku di rak itu," pintanya pelan.
Heechul tertawa cekikikan seperti anak kecil, "Membaca?" gumamnya dalam tawa, "Begitu banyak hiburan di rumah ini dan kau memilih membaca?" nada mencemooh terdengar jelas di suaranya hingga pipi Yoongi memerah.
Tapi Jimin hanya berdiri di situ dan menatapnya datar.
"Setidaknya putrimu memilih hiburan yang paling bermutu di antara semuanya," kata-katanya diucapkan dengan nada biasa-biasa saja, tetapi arti yang tersirat di dalamnya membuat tawa Heechul terhenti dan wajahnya merona malu, dalam rasa malunya itu, Heechul melirik Yoongi dengan jengkel.
"Silahkan, baca saja semua buku yang kau inginkan," senyum tipis muncul di bibir Jimin, lalu menggandeng Heechul, membawanya pergi ke luar ruangan.
Yoongi merasa sangat lega ketika ditinggalkan sendirian, dengan penuh rasa tertarik, ditelusurinya buku-buku di rak raksasa itu. Kebanyakan buku berbahasa asing, dan merupakan versi asli, setelah meninggalkan buku-buku literatur bisnis, Yoongi tertarik ke sederetan buku sastra lama... Diambilnya salah satu buku, dan tersenyum.
Well kapan lagi dia bisa membaca buku-buku versi asli ini dengan gratis? Karena sudah pasti dia tidak akan mampu membelinya...
.
.
.
Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya. Yoongi, gadis itu tertidur di kursi santai dengan sebuah buku terbuka di pangkuannya, sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk.
Dia tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak bersuara, seperti singa mengintai mangsa, didekatinya gadis itu. Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati gadis itu.
Ah, betapa cantiknya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, tapi kulitnya begitu lembut, seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya, menyusurkan jemarinya di semu kemerah-merahan itu. Dan bibirnya, astaga bibir itu, begitu ranum, basah bagai kelopak mawar yang baru mekar, tanpa polesan lipstik sedikitpun, tetapi tetap begitu indah. Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya.
Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat gadis ini berada begitu dekat dengannya?
Ya, gadis ini membuatnya terbangun setelah ditidurkan dengan paksa sekian lama.
Ahkirnya dia tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi gadis itu, kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut gadis itu dengan halus tapi penuh hasrat.
"Kau milikku Yoongi, ingat itu."
TBC
P.S: Jujur genre seperti ini adalah favoritku sepanjang masa~ Genre fantasy maksudnya wkwk tapi apakah ini fantasy ? hmm
AAKKKK Udah lama banget pengen remake ini tapi yaa…begitulah
Next or delete ?