Seharusnya, semua tampak normal. Hari rabu yang cerah di musim semi. Orang-orang berlalu lalang melakukan kegiatan masing-masing di jalanan kota Seoul. Pria dewasa berjas kantor dengan tas kerjanya. Ibu rumah tangga yang menggandeng dua anak kecil di kedua sisi tangannya, mengantarnya ke sekolah taman kanak-kanak.

Salah satu diantaranya ada Byun Baekhyun, anak kecil berusia tujuh tahun yang meloncat-locat kecil dengan tangan menggandeng ibunya, ia mendongak, tersenyum menggemaskan melihat ibunya. Byun Kyungsoo, sang adik yang berada di sisi satu ibunya, ikut tersenyum melihat kegembiraan sang kakak.

Langkah kaki Baekhyun kecil terhenti, kepalanya yang mendongak menatap langit, menatap sesuatu yang janggal di atas sana. "Oh," matanya membulat lucu. Sang ibu ikut berhenti, mendongak ke atas.

Sebuah garis hitam melintang muncul di atas langit biru yang cerah, detik kemudian garis itu berubah jadi lubang yang semakin besar diameternya. Beberapa orang mulai menyadari kejanggalan itu, berhenti sesaat untuk melihat fenomena langka tersebut di atas langit.

Sepasang cakar raksasa tampak keluar dari lubang hitam tersebut, mencengkram sisi lingkaran dari dalam, seolah sedang merobek dinding langit agar lubang hitam itu semakin besar.

Diantara orang-orang yang mulai memekik tertahan, gemetar dan menatap horror langit. Mata polos Baekhyun malah menatap takjub kejadian itu dengan lugunya. Merekam dengan baik saat-saat dimana sebuah kepala bersisik, berbentuk naga yang hanya berada dalam fiksi semata, keluar dari dalam lubang hitam di atas langit. Kepala naga berwarna zamrud itu mengaung keras, dengan suara unik yang menggelegar.

Dan hari yang seharusnya tampak normal itu...

.

.

.

.

.

.

... berubah menjadi awal dari malapetaka di bumi...

.

.

.

... ... ... ... ... ...

.

.

.

_o0o_

Sayaka Dini

Present

~ZELONIA~

_o0o_

Main Cast: Baekhyun & Chanyeol

Hope You Enjoy It~ ^_^

_o0o_

.

.

PROLOG

... ... ... ... ... ...

Lima belas tahun kemudian…

Sepasang kaki beralas sandal sedang bergerak cepat. Berlari menaiki tangga apartement. Kyungsoo –nama pemuda 21 tahun yang tengah berlari itu– terengah di antara langkah cepat yang ia ambil. Ia berhenti di lantai lima, menarik nafas sebentar, lalu kembali berlari menelusuri koridor apartement menuju pintu nomor 23 di sebelah barat. Pemuda mungil berambut hitam itu segera mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalamnya.

"Hyung!" teriaknya tanpa pikir panjang.

Namun tak ada satu pun tanda kehidupan di dalam yang akan membalas panggilannya. Kyungsoo mulai panik. Ia hendak menuju kamar mandi untuk mengecek kemungkinan ada orang di sana saat langkahnya terpaksa berhenti karena sesuatu yang menangkap pandangannya.

Di sana, di pintu balkon yang terbuka lebar. Dengan gorden biru yang melambai ditiup angin di kedua sisinya. Ada sepucuk kertas yang tergantung di atas tali di tengah-tengah bingkai pintu balkon yang terbuka. Kyungsoo pun mendekat, menarik kasar kertas itu dan membacanya.

Tertulis...

Aku lelah berdebat denganmu Kyungsoo. Aku tahu kita berdua sama-sama keras kepala dan teguh dalam prinsip kita masing-masing. Karena itu pula aku tidak bisa berhenti meski kau sudah melarangku berapa kali. Maaf, aku benar-benar harus pergi ke dunia seberang dan meninggalkanmu berdua bersama ibu. Aku akan mencari ayah. Dan pasti akan kembali. Karena itu jangan khawatir.

Tertanda...

...kakakmu yang paling tampan.

Byun Baekhyun.

"Tampan apanya?" Kyungsoo mengejek. "Dasar kakak bodoh," umpatnya. Ia mendengus kesal. Pada akhirnya, ia selalu kalah dengan kakaknya dalam mengambil keputusan.

Mata besar Kyungsoo beralih menatap keluar pintu. Memandang langit biru siang hari yang tampak sama seperti lima belas tahun lalu. Dengan sebuah lubang hitam pekat di tengah-tengah langit yang tiap detiknya seakan mengeluarkan aura-aura mistis aneh dari dalamnya. Kyungsoo menelan ludah, raut wajahnya tampak khawatir.

"Kau benar-benar harus kembali dengan selamat, hyung..." harapnya.

.

.

.

ZELONIA~

.

.

.

Setengah mil dari tempat Kyungsoo berharap. Sebuah sepeda kayuh berhenti melaju. Ban karetnya bergesekan dengan permukaan kerikil-kerikil kecil di atas aspal. Byun Baekhyun, seorang pemuda mungil dengan tinggi tubuhnya dibawah standar pemuda seusianya –tingginya 169,55 cm jika kau ingin tahu–, dengan susah payah turun dari sepedanya dikarenakan tas ransel besar yang ukurannya tiga perempat dari tubuhnya sendiri menjadi beban di punggungnya. Belum lagi jubah cream besar yang nyaris menutupi seluruh tubuh mungilnya.

Sepeda kayuh yang sudah tidak berguna lagi baginya ia jatuhkan begitu saja di atas aspal. Baekhyun menghela nafas, sedikit menyeka keringat di atas pelipisnya di balik helaian poni rambut hitam yang membingkai wajah chubbynya. Baekhyun berbalik. Menghadap ke arah timur.

Di hadapannya terdapat hamparan luas padang rumput ilalang hijau yang tinggi daunnya sekisar pinggang Baekhyun. Setengah kilometer dari tempat Baekhyun berdiri tampak pepohonan dengan batang dan tinggi yang lebar dan ukurannya sangat luar biasa seperti pohon raksasa, hingga membentuk sebuah dinding hutan yang menutupi pemandangan dalam hutan tersebut.

Bibir Baekhyun terasa basah. Keraguan mulai merambat nalurinya, namun ia segera menepis hal itu dengan pemikiran tentang bagaimana ia bisa sampai ke tempat ini dan bagaimana segala rencana yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari, kini tinggal pelaksanaannya saja.

Satu langkah ia ambil. Dengan sepasang sepatu boot yang tingginya menutupi setengah betis kaki Baekhyun –siap menghadang segala bentuk pijakan di dalam hutan nanti. Berjalan melewati dedaunan panjang rumput ilalang. Setiap ia makin mendekat pada hutan tersebut, semakin pula hawa aneh yang kental dengan aura mistis itu melingkupi tiap atmosfir yang ia lewati. Entah berapa kali Baekhyun menelan ludah. Bulu romanya makin merinding, dan hawa dingin menyapu permukaan wajahnya.

Baekhyun bersyukur telah memakai pakaian tujuh lapis yang sangat tebal. Karena demi apapun, dia paling benci dengan hawa dingin.

Satu deret ujung ilalang pun terlewati. Sepatu boot itu menapak di atas pasir lembab. Sekali lagi ia menjilat bibirnya yang terasa kering karena hawa sekitar. Baekhyun mendongak ke atas, mengikuti tingginya pepohonan hutan yang berada di hadapannya.

"Tinggi sekali..." Baekhyun bahkan tak bisa melihat dimana puncak pepohonan tersebut. Yang bisa Baekhyun tangkap dari matanya, hanyalah lubang hitam di tengah-tengah langit biru. Lubang yang pertama kali muncul lima belas tahun lalu. "Lubang itu terlihat lebih besar dari bawah sini..." gumamnya sendiri.

Menurunkan pandangannya, pemuda mungil berjubah cream itu menatap lurus ke depan. Ia menarik nafas panjang. Semua rencananya seolah berputar di depan matanya. Batinnya berteriak bahwa rencana itu akan sedikit lagi terlaksanakan jika ia memasuki hutan tersebut. Namun di waktu yang bersamaan, kenangan-kenangan yang menceritakan tentang kengerian dalam hutan tersebut membuat ia kembali ragu.

"Ada Naga di atas langit!"

"Ini perang dunia ketiga dengan mahkluk langit!"

"Mereka sangat kuat!"

"Setengah dari belahan bumi menjadi tempat kekuasaan mereka."

"Kita bisa melawan dengan penemuan sihir baru!"

"Setelah sepuluh tahun perang, kesepakatan dari duah belah pihak pun telah dibuat."

"Manusia dari bumi menempati sebagian wilayah yang belum dikuasai makhluk langit. Dan sebagian lagi menjadi tempat tinggal kekuasaan mereka."

"Masih saja ada orang keras kepala yang memasuki daerah mereka, dan akibatnya mereka tak pernah kembali."

Baekhyun memejamkan matanya dengan suara-suara berita yang pernah masuk ke pendengarannya. Lalu... suara perdebatan yang terjadi antara dia dan adiknya sejak lima tahun lalu.

"Ayah tidak akan pernah pulang, hyung!"

"Tidak," timpal Baekhyun sangat yakin. "Dia akan pulang," ujarnya tegas. "Aku sendiri yang akan membawanya pulang."

Kyungsoo menatapnya heran. "Apa maksudmu?"

"Di sana." telunjuk Baekhyun menunjuk ke luar jendela kamar mereka, ke arah timur. "Tempat yang mereka sebut sebagai dunia seberang itu." Sementara tatapan meyakinkan Baekhyun terarah pada mata adiknya, ia berucap tentang janjinya. "Aku akan ke sana. Menyusul ayah dan membawanya pulang kembali keluarga kita. Itu janjiku."

Mata Kyungsoo melebar. "Jangan aneh-aneh! Sekali kau masuk ke sana, kau tidak akan pernah kembali!" teriaknya marah.

Baekhyun menghembuskan nafas panjangnya. Perlahan ia membuka matanya. Ada sinar keyakinan yang muncul dari pancaran matanya.

"Tidak," bisiknya tegas seorang diri. "Aku pasti akan kembali, bersama ayah kita, Kyungsoo..." dan senyuman tipis terbentuk dari bibir cherynya.

Satu langkah pun ia ambil memasuki hutan, melewati sela diantara deretan pepohonan raksasa. Angin dingin berhembus lembut seolah mengusap seluruh tubuh mungilnya saat Baekhyun resmi memasuki wilayah tersebut.

Dan sebuah takdir lain tertulis dalam buku kehidupan manusia bumi yang bernama Byun Baekhyun. Si pemuda mungil pemberani yang memasuki wilayah kekuasaan mahkluk langit seorang diri...

.

.

.

ZELONIA~

.

.

.

Sebuah apel merah digigit dengan nikmatnya. Jemari panjang yang memegang apel itu milik dari seorang laki-laki yang sedang berbaring di atas batang pohon –yang tingginya lima meter dari akar pohon itu sendiri. Laki-laki itu hanya menggunakan pakaian seperti blezer hitam yang panjang ke bawah sampai batas paha, tapi tak memiliki satu pun kancing baju sehingga badan depannya telanjang, memamerkan bentuk dada bidang dengan perut sixpack yang tidak begitu kekar. Celana kain abu-abu-nya panjang sebatas atas mata kaki, namun tak juga menutupi seluruh kaki panjangnya dikarenakan ada beberapa sobekan pada celana tersebut. Seolah mengejek hawa dingin yang tak pernah mempan pada tubuhnya, ia juga tak menggenakan alas kaki apapun.

Laki-laki berambut merah itu tengah asik mengunyah apel sambil menikmati pemandangan langit-langit hutan yang menurutnya tak pernah ada perubahan sejak dulu. Mulut yang sudah menelan kunyahan buah apel tersebut, kembali terbuka, hendak memakan segigit lagi apel di tangannya, namun ia terhenti.

Hidung mancungnya bergerak, mengendus bau lain. Mengikuti arah dari sumber bau, ia memutar kepalanya ke samping, lalu berbalik menatap ke bawah.

Dan di bawah sana, ada Baekhyun, sedang berjalan penuh hati-hati –antisipasi dengan wilayah asing yang ia masuki. Memakai jubah cream yang menutupi seluruh tubuh mungilnya dari ujung kepala hingga lutut –hanya wajahnya yang tidak tertutupi. Dengan sebuah ransel besar di atas punggungnya.

Sementara laki-laki yang kini duduk bergelantungan di atas batang pohon, memutar apel merah dalam genggamannya. Kedua matanya mengamati Baekhyun dari atas sambil menatapnya remeh.

Chanyeol –si laki-laki rambut merah bangsa makhluk langit tersebut– menyunggingkan sebuah seringai mengejek. "Heh~ ada tikus..."

.

.

.

.

.

_o0o_

~ZELONIA~

_o0o_

Review?

~Sayaka Dini~

[15 MEI 2016]

.

.

.

.

A/N: hohohoho….. pada akhirnya saya kembali tertarik ke 'medan' ini…. Ada yang masih mengingat saya? Kalau pun lupa, biar saya ingatkan...

Ehm,ehm, saya adalah author alay yang berkoar pada akhir tahun lalu bahwa saya akan pensiun dari dunia ini, namun nyatanya, saya kembali lagi dengan fanfic berchapter hanya selang lima bulan setelahnya. Tck, benar-benar alay, (mengasihani sifat diri sendiri)

Selamat Put~ tebakanmu kembali benar (tepuk tangan sarkastik).

So, setelah baca prolog ini, bagaimana pendapat kalian?

Plotnya pasaran? (berapa diskon?)

Atau sama alaynya dengan author sendiri? (Yaaa, jujur-jujuran saja~ tidak perlu malu)

Atau memang lebih baik saya pensiun daripada balik lagi? (Oke, bye, saya sudah siap angkat koper)

Btw, makasih buat Chanbaek shiipper Surabaya yang juga hadir di event B'day Baekhyun tanggal 18 Mei kemarin. Semangat kalian yang selalu meneriakkan 'chanbaek~' di hadapan saya membuat jiwa shipper saya berkibar. Hahahahaha... (tertawa di atas atap gedung BG. Junction)

P.S: Suatu kehormatan malam ini bs update bareng sm maknae kesayangan(pfft!) Jongtakguu88, minna-san jangan lupa liat ff kece dia ya~~