HOLD BACK

Declaimer : World Trigger (c) Ashihara Daisuke

Hold Back (c) Elliz Rokuou

Pairing : Suwa x Arafune

Warning : BL/Sho-ai, AU

PART 2

Suasana sunyi menyelimuti dapur di sebuah apartemen. Gelas berisi teh hijau panas itu terdiam belum diminum, hanya ditatap kosong oleh pemuda berambut coklat itu. Matanya menatap gelas teh miliknya tapi pikiranya terbang entah kemana.

'Suwa...' panggil Arafune yang hanya menggema di dalam kepalanya.

"Arafune... Arafune" suara dari teman satu apartemenya menyadarkan dari lamunan di siang bolong.

"Huaa, Kau mengagetkanku Hokari" protes pada temanya, kemudian menyeruput tehnya yang sudah dingin.

"Kau yang melamun, ada masalah ?" sedangkan hokari sendiri tidak terima, dirinya tidak mengagetkan temanya yang terlihat begitu menyedihkan, hanya bengong menatap teh selama setengah jam. Sebagai teman mada kecil, satu band, serta satu apartemen pula tentu saja ia harus peduli. Arafune yang baru pulang pagi diam tidak berbicara dan sekarang suasana suram ditambah jamur imajiner menyelimuti apartemen mereka. Hokari menatap pemuda penyuka okonomiyaki itu sedang berpikir , mengenggap gelasnya erat.

"Aa.." hendak Arafune ingin bicara, 'Ting Tong' terdengar suara bel dari arah pintu.

"Itu pasti Hanzaki" lanjut hokari sambil berjalan menuju pintu, tidak mau membuat tamunya menunggu lama di luar.

Hanzaki mendudukan dirinya disofa empuk ruang tamu membuat nyaman dirinya kemudian membuka topinya memperlihatkan rambut pirang dengan sleeping hair yang sangat sulit diaturnya.

Arafune membawa gelasnya berisi teh dari dapur menuju ruang tamu untuk menemui tamu yang baru saja datang.

"Jadi kalian liburan berdua kepantai, ho-oh~"

Arafune berseringai iseng, wajah Hanzaki memerah karena malu. Menggoda kouhai-nya yang lebih muda dua tahun itu memang menyenangkan, pikir Arafune. Mengingat sahabat dan kouhai-nya itu bepacaran, di akhir pekan pasti mereka ingin menghabiskan waktu dengan kekasih dengan ngedate atau liburan bersama. Walaupun biasanya Hanzaki lebih sering menghabiskan akhir pekan di apartemen ini untuk bermain game atau hanya sekedar makan malam bersama.

"Tumben sekali, kenapa kalian tidak pergi di liburan musim panas kemarin" tanya Arafune

Hokari membisikan sesuatu ke telinga Arafune.

"Hooo-oh" Sekarang mengerti, Seringai Arafune makin menjadi.

"Kita akan berangkat jam dua siang ini, karena hari ini tugasku memasak, sudah kusiapkan makanan untuk dihangatkan di kulkas" Jelas hokari sambil menyiapkan ransel yang ia akan ia bawa.

"Ok, selamat bersenang-senang kalian berdua" ucap Arafune kepada sepasang kekasih yang juga temanya itu sambil menuju dapur.

"Ah ya tadi ada yang ingin kau katakan Arafune" tanya Hokari.

"hmm tidak jadi" jawab vokalis bandnya sambil melambai-lambai tanganya seakan tidak penting. Belum sempat arafune membuka kulkas,

"Ah- Hanzaki jangan lupa bawa obat-obatan, kau sudah membawa makanan ringan?" tanya Arafune khawatir seperti ibu yang mau melepas kepergian anaknya untuk study tour.

'Sifat khawatirnya kambuh deh', keluh Hanzaki. Menjadi yang termuda apalagi memiliki latar belakang anak bungsu dari dua bersaudara membuatnya dimanja disini dan terkadang hal itu tidak menyenangkan menurut hanzaki.

Xx

Apartemen Arafune sekarang sepi. Ia mengambil makanan dari kulkas untuk dipanaskan.

"Merayakan First Anniversary ya" kata Arafune mengingat kalimat yang dibisikan Hokari tadi pagi.

Bagai kilat menyambar di siang hari nan cerah, "Arafuneeeee" tanpa memencet bel atau mengetuk pintu gadis itu menerobos masuk.

"Kagami ?" Arafune terkaget ketika ditubruk oleh gadis bernama lengkap Kagami Rin.

"Apa benar Hanzaki dan Hokari akan pergi ke pantai" tanya gadis berambut hitam itu tanpa basa-basi. Dirinya yang merupakan teman sedari SD dari Arafune dan Hokari membuatnya tidak segan pada mereka. Bahkan ia sudah menganggap kedua pemuda itu sebagai keluarganya.

"baru saja mereka pergi satu jam yang lalu" jawab Arafune sambil membangkitkan dirinya yang terjatuh akibat ditubruk gadis penyuka seni itu.

"Aaaaaakh apa Hanzaki sudah membawa obat-obatan, padahal aku sudah membeli makanan ringan tambahan " tanya kagami cemas-cemas khawatir bagai ibu yang posesif.

"Tenang kagami, aku sudah memastikanya tadi" yakin Arafune sambil mengeluarkan jempolnya. Walau Hokari sendiri sebagai pacar Hanzaki tidak begitu menunjukan sifat posesifnya tapi kedua sahabatnya Arafune dan Kagami benar-benar lebay lebih seperti brother complex.

"haa" kagami menghela napas lega.

"dan tolong jangan ulangi yang tadi setidaknya kau harus memencet bel dulu, kau membuatku kaget" nasihat pemilik rumah untuk yang keberapa kalinya.

"Tehe" balas kagami sambil mengedipkan sebelah matanya.

Xx

"Jadi ada urusan apa kau kemari kagami" Arafune membawakan gelas baru dengan teh untuk tamu tak diundangnya tersebut.

"Jangan pura-pura tidak tau kau Arafune, kau sudah janji mau menjadi model lukisanku bukan, sebagai ganti telah membuat cover illustrasi untuk album kalian" kali ini Kagami yang protes sambil menunjuk-nunjuk ke arah Arafune menagih janji.

"Tapi tidak harus aku juga kan masih ada anggota yang lain" sanggah pemuda itu, matanya tak berani menatap gadis itu. Dirinya sendiri tidak mau menjadi patung tak bergerak dan ditatap beberapa jam oleh sepasang mata yang menggambar dirinya. Tidak, setidaknya seluruh anggota bandnya harus merasakanya juga.

"Hokari sedang liburan dengan Hanzaki, Murakami sedang kerja sambilan di tempat Kuruma-san, Touma sedang mengajari gitar pemuda bernama Narasaka, kau tidak ada alasan Arafune" jelas panjang lebar gadis itu tidak mau kalah.

"Ugh" dan kali ini Arafune tidak bisa membantah.

"Cepat lepas bajumu dan berpose seperti hercules" titah gadis dengan model rambut ala cina itu diktaktor. Kali ini gadis anggota klub lukis itu sedang butuh model untuk anatomi tubuh pria. Tentu saja modelnya tidak boleh memakai baju karena yang ia gambar otot dan lekukan-lekukan itu, bukan wajahnya. Kalau temanya itu tidak mau kali ini ia harus memaksanya. Kini tangan kagami meraih kerah kaos yang digunakan Arafune untuk membukanya.

"Ho-hoi tunggu" Arafune lengah, sebenarnya ia bukan hanya tidak mau menjadi modelnya kagami tapi juga tidak bisa. Akhirnya Arafune menahan tangan kagami, bukan hal sulit bagi Arafune karena kagami yang art oriented itu lebih lemah darinya. Namun ia kurang cepat karena pundak nya tersikap dan memperlihatkan bercak merah bekas semalam. Tentu saja kagami bukanlah gadis polos yang tidak mengerti kiss mark.

"Arafune ini?" kagami hendak bertanya.

Wajah Arafune memerah dan tegang antara malu dan takut. Ia memalingkan wajah sambil menutupi lehernya. Kagami tidak memaksa lagi, agak menjauh, mencoba bepikir dan memahami karena ia tak akan mencoba bertanya lebih jauh.

'Brakkkk ' Kali ini pintu kembali didobrak, bagai gemuruh di tengah suasana sunyi mengagetkan seisi apartemen Arafune.

"ARAFUNEE" teriak pemuda sumber kebisingan itu, rambutnya hitam berantakan hampir menutup matanya yang berwarna emas mengkilat itu. Pemuda yang telihat liar itu nampaknya agak lelah dengan napas memburu dan kantung mata tebal akibat bergadang.

"Kage ?" heran Arafune kepada sumber pemecah suasana canggung nan kaku tadi. Kageura Masato teman seangkatanya yang bekerja sebagai penulis lagu untuk bandnya. Lagu yang dibuatnya sangatlah bagus namun ia sayangnya tidak suka tampil didepan umum dan keramaian.

"kau harus mencoba lagu ini" Kageura menyerahkan berlembar kerta berisi not dan tanda nada kepada Arafune.

"..." dan kali ini biarkan Arafune berpikir sejenak.

Xx

"Hebat" kata kagami terkagum bertepuk tangan.

Kali ini anggota band 18 saigumi dikurangi Hokari sedang berkumpul di aparteme Arafune. Mereka sedang mencoba lagu baru buatan Kageura yang dadakan itu, tentu saja setelah Touma dan Murakami terpontang-panting meninggalkan urusanya untuk lagu ini.

"Su-sugoiii Kage" puji Murakami Kou kepada Kage yang masih ada disitu sedang membaca lagi not baloknya memeriksa apa ada yang salah.

"Ini Masterpiece" Touma ikut memuji senang tiada tara sambil menepuk-nepuk pundak Kage.

"D-diam, ini belum apa-apa tau" Bentak Kage. Sebenanya itu untuk menutupi rasa malunya, yang lain tentu sudah terbiasanya dengan sikap Kage yang tsundere itu.

"Kita harus segera memperlihatkanya ke Raizou-san" ucap Touma semangat.

"Ah aku tak sabar menunggu Hokari pulang" tutur Kou yang merasa permainan musik mereka sangatlah kurang tanpa adanya Hokari.

"Dan aku sudah tidak sabar untuk membuat illustrasi cover lagu baru kalian" kali ini Kagami yang bersemangat

"Ka-kagami..." Arafune memanggil Kagami ragu.

"It's fine Arafune, jika kau belum mau menceritakanya aku tidak akan memaksa " Kagami mengedipkan sebelah matanya memperlihatkan raut carianya yang biasa.

"Hei, hei Kalian sedang bicara apa ?" tanya Touma penasaran ikut nimbrung.

"Ih, Touma kepo" sahut usil Kagami.

"Memang aku tidak boleh kepo" sergah Touma yang makin penasaran.

"Hahaha Touma bisa aja" Kagami berusaha mengalihkan pembicaraan namun tetapi natural.

Dan mereka kembali bercanda dengan suasana senang.

XX

Suasana sepi khas hutan dengan gemerisik bunyi daun yang bergoyang menandakan damainya tempat perkemahan itu. Hari ini di musim panas kelompok Suwa berencana melakukan kemah bersama. Sudah menjadi rutinitas bulanan mereka untuk menentukan tempat dan berlibur, entah ke pemandian air panas, pantai, tempat ski atau perkemahan semacam ini. Kini mereka berada dipinggiran sungai kecil dan dangkal itu menjadi spot mereka untuk mendirikan tenda dan perapian.

Mereka menggunakan kaos berwarna hitam kompak dan celana motif army, sebenarnya itu adalah fashion khas Suwa tapi karena Hisato mengikuti akhirnya semua mengikuti dan Suwa pun tidak ambil pusing dengan hal itu.

"Horeee, sampai " teriak dua anak muda yang baru saja sampai , saking gembiranya mereka langsung meyeburkan diri ke sungai yang segar itu. Walau dangkalnya sungai hanya mencapai betis mereka namun dinginya air menjalar hinga ubun-ubun, menyegarkan dan melepaskan penat untuk mereka yang habis tracking 3 km.

"Jangan berteriak bocah, kalian ingin membangunkan seisi hutan, huh ?" protes pemuda pirang yang lebih tua.

"Sudah Suwa –san mereka kan memang masih kecil" satu pemuda lagi yang lebih tua dengan mata sipit membela dua bocah yang sedang bersenang-senang di sungai itu.

"Tsusumi-san, aku sudah 16 tahun tau ?" sahut pemuda bernama Hisato tidak terima.

"Dan Suwa-san, tidak sopan sekali memanggil pacarmu yang anggun dan cantik ini bocah " yang satunya gadis cantik berambut coklat pendek ikut protes tak terima.

Tentu saja hal itu membuat pemuda pirang yang sedang menyiapkan pasak untuk mendirikan tenda itu makin kesal, "Kalau kalian tidak merasa bocah" ucapnya sambil menahan amarahnya dengan tiga kedutan sudah menghiasi wajahnya.

"Cepat kesini dan bantu! " lanjutnya dengan berteriak.

"Suwa, kau berteriak" Ingat Tsusumi pada temanya yang agak emosi itu.

Xx

Tsusumi sedang mengiris beberapa sayuran untuk makan malam bersama dengan Suwa. Sedangkan Hisato sedang membuat perapian. Osano sedang membereskan barang-barang milliknya di dalam tenda.

"Ah sepertinya kayu nya kurang" keluh Hisato

"Kalau begitu, aku bantu cari kayu bakar" Osano mengusulkan dirinya.

"Terima kasih Osano-senpai" jawab Hisato.

15 menit berlalu, makan malam sudah hampir siap namun.

"Ini sudah lebih dari 15 menit , Osano belum kembali ?" tanya Tsusumi khawatir

"aku akan mencarinya" Suwa membangkitkan diri untuk mencari Osano.

Xx

Pemuda berambut pirang itu berjalan perlahan mencari ke sekeliling pandanganya kemana Osano pergi. Pepohonan lebat dengan suara-suara serangga, sudah berjalan cukup jauh Suwa belum menemukan pacarnya.

"Osano... Osano" Suwa memanggil, tidak ada jawaban.

Suwa melihat siluet seseorang, ia mempercepat langkahnya.

"Osano!"

"S-Suwa-san ?" jawab gadis itu santai

"Osano sedang apa kau?" tanya Suwa.

"Mengumpulkan kayu"

'Bletak" bunyi jitakan keras.

"Kau mencari kayu apa, huh ? sampai 500 meter dari camp."

"M-maap" jawab osano sambil mengusaop-usap kepalanya.

"Aku khawatir tau, ayo kita segera kembali"

'Suwa-san khawatir?' pikir osano, dan kemudian senyum kesem-sem sendiri.

Baru beberapa langkah, hujan deras turun dengan tiba-tiba.

"Gawat, sebaiknya kita kembali " perintah Suwa

"Tapi hujan in deras sekali dan penglihatan tidak jelas" keluh osano.

"Kita juga sudah basah kuyup" lanjut perempuan itu lagi.

"Tch, ramalan cuaca cerah apanya ?"

"Suwa-san" Osano menunjuk sebuah gubuk.

Xx

"Kita akan bermalam disini sampai besok pagi dan hujanya reda" seru Suwa.

Melihat langit yang sudah gelap dan hujan yang terlihat awet nampaknya memaksa mereka untuk menginap di sebuah gubuk kecil itu, nampak gubuk itu tak berpenghuni dan sudah lama ditinggalkan dibuktikan dengan debu yang menempel tebal.

"hatchuu"

"Sebaiknya kau lepaskan baju basahmu itu, aku akan menghadap ke sebaliknya, tenang aku tidak akan mengintip" kata Suwa sambil membalikan badanya dari Osano.

"mengintip juga tidak apa" jawan Osano yang sedang membuka bajunya.

"tidak, aku tidak tertarik dengan bocah" jawab Suwa tanpa membalik badanya.

Sebagai kekasih, mendengar ucapan Suwa membuatnya tersenyum pahit.

"Suwa-san... apa kau masih menggapku anak kecil? " ucap Osano.

"walau sudah berpacaran tapi Suwa-san belum perna menyentuhku, bahkan mencium ku saja belum perna" lanjutnya.

"Aku sungguh-sungguh mencintai Suwa-san" suaranya meninggi satu oktaf.

"walau Suwa-san belum menyukaiku aku pasti akan membuat Suwa-san menyukaiku, lihat saja nanti." Osano berkata dengan percaya diri sambil menunjuk Suwa walau tidak dapat dilihat Suwa.

Giginya mengeretak, tanganya mengepal keras.

Pikianya berkecambuk, ia memiliki perempuan yang sangat menyayangi dan mempercayainya namun dengan mudah ia mengkhianatinya. Bodoh, Idiot maki dirinya dalam hati.