WARNING!
ADULT CONTENT!
Seungkwan sedang menjaga rumah saat tiba-tiba Hansol pulang dan menciumnya.
#verkwan #boonon #seventeen #mature #yaoi
Jaga Rumah
Dorm terasa lengang. Setelah promosi album Pretty U selesai, para member memang langsung memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melakukan aktifitas yang terpaksa mereka tunda demi kelancaran schedule serta perform broadcast selama hampir kurang lebih dua bulan.
Sejak pagi Leechan sudah tidak kelihatan, dia pergi ke sekolah diantar oleh Jeonghan dan Seungcheol yang terus-menerus merengek minta ikut karena ingin memberi semangat pada Maknae kesayangan yang akan mengerjakan tes demi mengumpulkan poin supaya bisa mengejar ujian nasional musim dingin nanti. Junhui pergi ke bioskop menonton penayangan premier sebuah film berbahasa Cina dengan Minghao. Soonyoung dari subuh sudah ngotot menarik-narik Jihoon untuk nongkrong mencari kopi di kafe hotel (yang diyakini member pasti akan berakhir dengan keduanya tidak pulang semalaman). Dan Wonwoo mengajak Seokmin berburu buku bacaan dengan Mingyu di belakang mereka menunggu giliran untuk pergi berbelanja daging sesuai perjanjian.
Hanya Seungkwan yang tertinggal di dorm, memakai kaos pendek serta celana setengah paha, berkeliaran sambil membawa cangkir berisi minuman sereal sembari sesekali mendendangkan lagu dalam berbagai nada. Nampak santai sekali namja itu karena dia sadar dorm sedang sepi, Hansol dan Jisoo sudah pergi ke perusahaan sekitar satu jam yang lalu. Entah apa yang dilakukan English man couple tersebut di kantor pada hari libur, mereka cuma bilang akan membuat sedikit aransemen yang dibalas lambaian cuek penuh keanggunan dari sang diva serta sedikit kalimat pengantar, "Whatever~"
Seungkwan meletakkan cangkir sereal di meja ruang duduk sementara dia menghempaskan diri ke sofa dengan kaki terangkat dan memeluk sekaleng cookies bertuliskan spidol besar-besar JEON WONWOO. Namja itu meraih remot dan menyalakan TV, mencari channel drama lalu membuka penutup kaleng dan mulai mengemil. Seungkwan tahu kemungkinan besar Wonwoo akan mencekiknya karena sudah memakan cemilan pribadinya tanpa ijin adalah seratus banding satu, namun dia tidak peduli. Pemuda itu akan menggunakan alasan 'bayaran menunggu rumah' dan jika Wonwoo masih tidak terima, dia cukup lari bersembunyi di belakang Seungcheol maka masalah akan beres.
Baru sepuluh menit Seungkwan menghayati adegan drama yang sedang menangis-nangis dan ikut lantang menyanyikan background song-nya—hitung-hitung sekalian latihan vokal—ketika dia mendengar pintu depan dibuka oleh seseorang.
Ada yang sudah pulang.
Seungkwan menolehkan kepala ke arah pintu ruang duduk dan sebentar kemudian sosok Hansol terlihat, masih lengkap mengenakan mantel, topi serta tas di punggungnya.
"Kau sudah pulang? Mana Jisoo Hyung?" tanya Seungkwan pada Hansol yang berbelok dari lorong menuju ke arahnya. Namja bule itu menundukkan badan untuk mendaratkan sebuah kecupan singkat di puncak hidung pesek Seungkwan.
"Masih di kantor. Pekerjaannya belum selesai," jawab Hansol.
"Kenapa kalian masih bekerja di hari libur? Dasar workaholic," desis Seungkwan setelah sebelumnya menggerutu tentang 'jangan kebiasaan menciumku sembarangan, kau bisa dimarahi Hyung' yang hanya ditanggapi senyuman oleh pacarnya.
"Aku bekerja untukmu, Babe." Hansol berjalan keluar ruang duduk menuju kamar tidurnya. "Untuk bedak dan gincu yang kau beli—"
"Aku tidak seboros itu!" sahut Seungkwan cepat menuai suara tawa renyah Hansol dari kejauhan yang membuat namja cantik tersebut cemberut dan bersungut-sungut. "Dasar! Laki-laki dimana-mana sama. Nyebelin!"
Tak sampai lima menit, Hansol sudah kembali ke ruang duduk, langsung mendaratkan badan di samping Seungkwan dan meletakkan lengan di atas bahunya. Namja kelahiran Jeju tersebut cuma memberikan lirikan sinis dengan tangan masih memasukkan potongan cookies ke mulutnya.
"Ada apa?" tanya Hansol tidak mengerti dengan tatapan tajam kekasihnya.
"Kenapa kau dekat-dekat denganku? Aku 'kan cuma menghabiskan uangmu untuk membeli bedak dan gincu," balas Seungkwan judes dan untuk itu Hansol tergelak.
"Oh my, kau marah cuma gara-gara itu?" si bule berdecak, senyum penuh kekaguman mengembang menyenangkan di bibirnya. "Aigoo so cute~~" dengan gemas dia meraih dagu si tembem lalu mencium pipinya dalam-dalam sampai Seungkwan memekik dan berontak merasakan sakit di tulang wajahnya akibat tertekan oleh ujung hidung Hansol.
"Hentikan!" hardik Seungkwan dengan alis mengerut dan nada suara galak meskipun rona merah terlihat merata cantik di kedua pipinya. "Kalau sampai Hyung lihat, kita bisa kena marah. Kita belum 20 tahun."
"Then?" Hansol menelengkan kepala, menatap lurus Seungkwan dengan sepasang matanya yang berkilau dan senyuman lebar yang tidak pernah jauh-jauh dari sirat kagum jika itu mengenai Seungkwan, seolah pacarnya tersebut merupakan manusia dengan nilai seni dan keunikan tak terhingga di dunia.
"Karena Hyung sedang tidak di sini, makanya aku melakukannya. Memang kau tidak mau?" senyuman Hansol berubah menjadi smirk dan ... sial, Seungkwan menyukai bagaimana sebelah ujung bibir itu naik dengan kilat nakal terbias di mata coklatnya. Butuh beberapa detik bagi Seungkwan untuk berdamai dengan harga dirinya sebelum mendaratkan kecupan di bibir Hansol.
"Hanya begitu? Cepat sekali." Hansol nampak kecewa.
"Sudah untung aku mau melakukannya," gerutu Seungkwan merutuk di dalam hati merasakan bagaimana panas makin merata di permukaan wajah hingga telinganya.
"Tapi kita jarang hanya berduaan." Hansol merajuk, menempelkan badan semakin dekat dengan tubuh montok kekasihnya. "Aku mau lagi." Pemuda itu memajukan bibir dan menutup mata.
Seungkwan yang melihat hanya berdecak, namun kemudian mendekatkan wajah pada Hansol, kembali mengecup bibir tipis tersebut saat mendadak malah mulut Hansol yang terbuka dan balik memerangkap jalan bicaranya. Seungkwan terkejut, membuka mata dan buru-buru melepaskan diri dari pagutan kekasihnya namun ternyata namja yang lebih muda itu cepat tanggap dengan mengeratkan pelukan lengannya di pundak Seungkwan dan menahan gerakan sang diva dengan tangan yang lain.
"Han—ah—sol, umph..." Seungkwan mencoba bicara di antara gerakan bibir Hansol yang melumatnya tanpa ampun. Tidak terasa sakit sebab namja keturunan barat tersebut tidak pernah bersikap kasar di aktivitas intim mereka, Hansol selalu memperlakukannya dengan lembut dan hati-hati seolah dia takut untuk menyakitinya. Namun tetap saja, pemuda berdarah Amerika itu tidak dapat menyembunyikan sikap dominannya dan di pagutan demi pagutan gerakannya terasa semakin menuntut.
Hansol menggigit pelan bibir bawah Seungkwan membuat namja yang lebih tua darinya tersebut mendesah kaget dan dengan segera si bule memasukkan lidah, menginvasi setiap sudut rongga mulut kekasihnya yang masih menyimpan rasa manis cookies yang barusan dia makan. Tangan di bahu Seungkwan bergerak menyusup di antara rambutnya, membawa kepalanya untuk sedikit miring memberi posisi lebih mudah bagi Hansol memperdalam ciuman yang sudah sangat intim. Seungkwan menyerah dengan pemberontakan, membiarkan kedua matanya terpejam dan tangan mendapatkan jalan untuk meremas bisep pacarnya yang semakin hari semakin tegap hasil dari latihan rutin di gym bersama para Hyung.
Merasa tubuh di pelukannya tidak lagi mencoba melepaskan diri, Hansol memindahkan tangan yang memegang lengan Seungkwan turun ke pahanya. Diusapnya pelan kulit putih itu naik dan turun, bahkan dia menyusupkan kelima jarinya untuk mencapai pangkal paha Seungkwan, membuat si pemilik saraf tersentak dan tanpa sadar mengerang di dalam mulut Hansol. Hanya membuat sang rapper menggeram dan berbalik meremas gemas kaki kekasihnya.
"Babe..." bisik Hansol saat ciuman mereka berjeda, menyisakan napas yang terengah mengemis udara dengan wajah memerah serta mata berkabut. "...aku ingin bercinta."
Mendengar itu sontak Seungkwan melotot lebar. "Sekarang!?"
Hansol mengangguk lemah, tak kuasa bicara seolah dia sudah tidak bisa lagi menahan hasratnya untuk menyentuh dan mencumbu namja cantik di depannya saat ini.
"Y-yah, kenapa tiba-tiba—" Seungkwan gugup seketika. Memang bukan pertama kali ini mereka berciuman, membahas soal bercinta dan bahkan melakukan hubungan itu sendiri. Biasanya mereka akan mencuri-curi waktu ketika ada jadwal perform di luar negeri yang mengharuskan tim menginap di hotel, menyogok Leechan dengan uang jajan maupun merengek pada Jisoo untuk bertukar kamar, lalu melakukan satu atau dua ronde dengan hati-hati cukup untuk menjaga Seungkwan tetap bisa berjalan normal esok paginya karena semua member tahu, Seungcheol dan Jeonghan sangat ketat dalam mengawasi hubungan para anggota yang masih di bawah umur.
Dan bercinta di dorm, akan menjadi yang pertama kali ini.
Perdana.
Premier.
Seungkwan tidak mau membayangkan saat dia sibuk bernyanyi di bawah Hansol tiba-tiba pintu kamar terbuka dan masuk Seungcheol dengan parang di tangannya.
Anjir menakutkan.
Jauh lebih mengerikan daripada kena teror setan di film The Conjuring.
"Babe, please..." suara bass Hansol terdengar serak. "I want you..." matanya menatap sayu, sangat tampan...
Shit, shit, shit!
Persetan dengan parang!
Persetan dengan The Conjuring!
Seungkwan hanya akan ikhlas kalau hari itu memang hari terakhirnya hidup di dunia, kalau di hari itu nanti dia akan berakhir di bacokan Choi Seungcheol. Asal untuk saat ini dia memiliki Hansol Vernon Chwe di dalam tubuhnya.
Seungkwan menempelkan bibirnya pada mulut Hansol yang memerah bengkak akibat lumatannya barusan.
"Tunggu di kamarmu, aku harus membereskan ini dulu," bisik Seungkwan membuat senyuman lebar yang merupakan kombinasi antara tampan dan cute, mengembang kembali di wajah kekasihnya.
"I love you," bisik Hansol balik mencium lembut bibir Seungkwan.
"Love you too," si cantik membalas dengan senyuman manis.
-o-
Hansol sedang mengutak-atik ponselnya di tempat charging ketika Seungkwan masuk tanpa mengetuk pintu ke dalam kamarnya yang dihuni 6 orang member bersama Soonyoung, Wonwoo, Leechan, Minghao, dan Junhui. Namja tersebut memandang Seungkwan sejenak lalu menyelesaikan mengetik chat terakhirnya.
"Kondomnya habis," ujar Hansol dibalas 'oh' pendek oleh pacarnya yang terdengar sama sekali tidak keberatan.
"Kau mau aku mencarinya di tempat Soonyoung Hyung?"
"Kau bercanda?" mata Seungkwan mendelik. "Kau tidak ingat kemana dia pergi hari ini dengan Jihoonie Hyung?"
Tersadar, giliran 'ah' pendek terlepas dari bibir Hansol.
"Dia pasti sudah membawa semua yang dia punya," desis Seungkwan sembari merapikan tempat tidur Hansol yang masih tetap nampak berantakan meski pemiliknya bersikeras bilang kalau selimut serta bantal tersebut sudah dia tata berulang kali.
Hansol mengedikkan bahu. "Pakai seadanya saja," ujarnya sembari meletakkan ponsel di tempat charging dan berjalan mendekati Seungkwan yang masih sibuk melipat ulang selimutnya. Cup, sebuah kecupan ringan mendarat di puncak telinga mengagetkan Seungkwan, membuat pegangannya pada selimut tebal Hansol terlepas, terlebih ketika kemudian dia merasa sepasang lengan kuat melingkari pinggang serta bahunya dari belakang.
"I miss you~" bisik Hansol sambil menyenderkan kepala manja di sebelah leher Seungkwan membuat pacar cantiknya terkekeh.
"Benar juga, kapan terakhir kali kita tidur bersama?" namja bertulang pipi bulat dan berwajah chubby tersebut mengusap lembut tangan Hansol yang makin erat memeluknya.
"When is it..." kalimat sang rapper menggantung gamang. "I forgot," cetusnya kemudian. "Itu sangat lama, aku sudah lupa."
Kembali, Seungkwan terkekeh manis. "Aku juga. Padahal para Hyung sering melakukannya. Di dorm, di studio, tapi kita tidak pernah punya kesempatan."
"Underage is suck," ketus Hansol penuh rasa dendam, kali ini membuat Seungkwan tergelak. Namja manis itu kemudian melepaskan diri dari pelukan kekasihnya dan berbalik berdiri menghadapnya. Tangan Seungkwan jatuh di pinggang Hansol sedangkan sang rapper dengan lembut memijat kedua sisi tulang pinggulnya.
"Kalau Seungcheol Hyung tahu, kita akan dihukum habis-habisan. Jadi lakukan dengan cepat," ujar Seungkwan memberi peringatan, namun Hansol hanya menjawabnya dengan seulas senyum sederhana.
"Tidak mau," jawabnya cepat lalu langsung memerangkap mulut di hadapannya sebelum sempat belahan merah marun tersebut melontarkan kalimat protes. Seperti dugaan, Seungkwan berontak, hendak mengatakan sesuatu, tapi dengan lihai Hansol kembali mengunci gerakannya di dalam dekapan super erat. Dengan nakal gigi sang rapper menyapa bibir empuk pelantun highnote tersebut, membuatnya melenguh kaget, tanpa sengaja membuka jalan menuju rongga hangat mulutnya dan sekejab kedua kaki Seungkwan sudah meleleh di dalam pagutan Hansol.
Perlahan Hansol menuntun Seungkwan untuk bergerak lebih dekat ke tempat tidurnya, mereka jatuh bersama tanpa sekalipun melepaskan ciuman. Hansol membawa kedua tangan kekasihnya terkalung di lehernya sementara dia meletakkan lengan di sebelah kepala Seungkwan untuk menahan berat badannya sendiri.
Pemuda blasteran tersebut melepaskan kuluman bibir manis dari dalam mulutnya dan langsung disuguhi pemandangan luar biasa indah dari seorang Boo Seungkwan yang terengah dengan bibir merah terbuka, mata terpejam serta pipi merona.
"You're fuckin' beautiful, Babe..." bisik Hansol tanpa bisa menahan diri sambil menenggelamkan wajah ke sebelah leher Seungkwan dan mulai menghujani daun telinga serta kulit lehernya dengan kecupan, gigitan, serta seretan lidah yang berhasil meloloskan lantunan syair merdu dari bibir sang vokalis yang mana hanya berisi nama Hansol, Hansol dan Hansol.
"No mark—ah, Hansol... please—" napas Seungkwan tercekat, nyaris tersedak ketika paru-parunya menuntut napas namun bibir si bule dan sekutunya sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk bahkan sekedar menghirup udara dengan benar.
"Eum...?" hanya itu balasan Hansol, dengan santai membuka mulut dan mendaratkan gigi taringnya di tempat bertemu leher dan tulang belikat Seungkwan. Namja yang lebih tua memekik kaget ketika merasa ada seperti sengatan di lehernya yang diikuti oleh rasa perih sekaligus geli. Seungkwan mengeluh, antara ingin marah tapi tidak mampu sebab setelah meninggalkan jejak merah kepemilikannya, Hansol segera memindahkan bibir ke sisi leher yang lain dan kembali mencumbunya dengan candu ekstasi yang sama. Seungkwan menutup mata, memutuskan untuk mempermasalahkan tanda itu nanti dan membiarkan dirinya mengerang, menyanyikan lagu paling eksotis memberi apresiasi pada Hansol atas apa yang dia lakukan.
"Ahh, Hansol... kita tak punya banyak waktu—" Seungkwan menjambak rambut coklat pacarnya, menarik kepalanya untuk menjauh dari leher yang sudah basah dan dihiasi beberapa warna merah di sana sini.
Hansol hanya menyeringai, "Tenang saja, Sayang." Pemuda itu mengecup lembut bibir Seungkwan. "I'll take you to Hong Kong." Dan dia menyusupkan tangan ke dalam kaos namja cantik di bawahnya, mengusap singkat perut datarnya yang halus dan berakhir dengan memelintir puting dadanya membuat tubuh Seungkwan menggelinjang hebat, jeritan lolos dari belahan bibirnya.
"Hansol—" Seungkwan sudah kehilangan seluruh kosakata di dalam memori otaknya, kemampuan bicaranya, kemampuan MC-nya, yang kini dapat dia katakan hanyalah nama Hansol. Tidak ada yang lain. Namja itu menyusupkan jemari ke helaian coklat rambut pemuda berdarah campuran yang kini tengah merayap turun ke dadanya yang sudah terekspos. Menjulurkan lidah untuk menggoda dua titik sensitif di sana, membuat Seungkwan tidak bisa berhenti menggerakkan kaki menyadari rasa tidak nyaman di bagian selatannya.
"Hansol..." kembali Seungkwan memanggil nama kekasihnya tanpa alasan, merasakan nikmat bagaimana pemuda tersebut mengulum dadanya dan membuat tangannya menyentuh semua bagian kulit tubuh Seungkwan.
Hansol menarik diri sejenak untuk sekedar memandang penuh kagum pada keindahan pahatan seni alam bernama Boo Seungkwan. Wajahnya, tubuhnya, suara napasnya, semua bagian dirinya membuat Hansol tidak rela jika harus ada orang ketiga yang melihatnya. Dia selalu berperang dengan batinnya sendiri untuk tidak menarik Seungkwan ke pelukan lalu menyembunyikannya di dalam pakaian setiap kali namja tersebut mulai bersikap over di depan kamera. Overacting, over cantik, over centil, membuat Hansol terpaksa menelan pil pahit di balik tawanya sebab dia sebenarnya tidak ingin ada orang lain yang menyadari pesona Seungkwan, kecantikannya, lalu jatuh cinta padanya. Boo Seungkwan hanya milik Choi Hansol. Persetan dengan semua sebutan overprotektif, obsesi atau apapun itu, Hansol ingin Seungkwan hanya menjadi miliknya di depan kamera, di hadapan dunia, dan di tempat tidur.
Seungkwan mengatur napas, mencoba sedikit mendinginkan sarafnya yang masih hyper oleh sentuhan Hansol barusan ketika dia merasa beberapa ujung jari menari bersamaan di atas paha kanan dan kirinya, mengusapnya lembut seolah itu adalah sepasang guling sutera, meloloskan erangan lirih dari bibir pemiliknya, lalu dengan pelan kedua kaki tersebut direnggangkan lebar-lebar. Napas Seungkwan kembali tercekat di tenggorokan ketika tanpa peringatan Hansol mendaratkan bibir di bagian dalam paha putih itu, membuka mulut memberikan kecupan-kecupan basah sambil sesekali menggigitkan gigi taringnya meninggalkan bercak kemerahan yang dirutuk Seungkwan di antara berisik suara desahannya.
"Aku mau...ah—pakai short...oh—Hansol, jangan..." Seungkwan menggerakkan kaki, meremas rambut coklat yang berada di antara kedua pahanya, terus-menerus menyuarakan protes namun tidak sanggup menjauhkan kepala itu dari cumbunya yang memabukkan. Tubuh berisi Seungkwan menggeliat putus asa di ranjang, sebelah tangannya yang bebas mencengkeram kuat sprei kasur Hansol yang sudah berantakan dengan wajah menoleh ke kanan dan kiri, kesulitan mengontrol suara erotis yang keluar dari celah bibirnya.
"Aku tidak suka kau memakai short," ujar Hansol saat akhirnya menarik diri meninggalkan kaki Seungkwan yang masih terbuka, basah dan kemerahan. "That's too sexy, I hate it." Namja tersebut melepas bagian atas pakaiannya yang langsung membuat Seungkwan bangkit dan mendaratkan telapak tangan di lekukan abs-nya. Baru sejenak Seungkwan mengecupi dada bidang Hansol saat bibir kekasihnya kembali mendapatkannya dan menenggelamkan rasionya ke dalam ciuman.
"Jihoon Hyung and you are prohibited to wear short," bisik Hansol begitu pagutannya terlepas. Dan mendadak senyuman tersungging di bibir bengkak Seungkwan.
"Apa itu yang membuatmu dan Soonyoung Hyung bertengkar dengan coordi Noona dulu?" tanya si cantik mengingat momen Hansol dan Soonyoung pernah berdebat hebat dengan staff yang mengurus kostum di awal promosi lagu mereka. Jihoon mengaku tidak tahu apa-apa saat ditanya para member, apalagi Seungkwan. Hansol, Soonyoung dan staff pun juga nampaknya tidak mau memperbesar masalah sehingga perdebatan tersebut tidak pernah diungkit lagi sampai sekarang. Lucu membayangkan jika ternyata dua namja itu memprotes coordi Noona hanya karena tidak setuju dengan pemilihan kostum untuk pacar mereka. Tanpa sadar, Seungkwan tertawa.
"Itu tidak lucu, jangan tertawa." Hansol merengut, menarik pakaian Seungkwan hingga terlepas lalu kembali menyerang lehernya.
"Tetap saja...ah—" Seungkwan memegang kepala Hansol yang sudah menempel di lehernya sambil melayangkan sebelah tangan ke belakang untuk menahan tubuhnya supaya tetap duduk. "Itu lucu—" Namja cantik tersebut mendongakkan wajah, memberi akses lebih mudah pada bibir lapar yang langsung bergerak mengulum gemas adam apple-nya. "Kau bertengkar dengan staff hanya karena bajuku. Eh, tapi aku suka dengan short-nya. Membuatku kelihatan cute, iya 'kan?"
Hansol menghentikan cumbuannya dan menarik diri, sebuah tatapan datar jatuh di permukaan manik coklat Seungkwan. Pemuda yang lebih tua langsung menyunggingkan senyuman termanis yang dia punya sembari tangannya membentuk V sign di atas kepala, satu dari gesture di lagu terbaru mereka—Pretty U.
"Are you kiddin' me?" desis Hansol tidak tahu harus senang atau muram dengan sikap centil kekasihnya saat ini.
"Aku cute~~" Seungkwan mendadak merengek. "Katakan kalau aku cute~" dia cemberut, memajukan bibirnya hingga membentuk sebuah pout lucu.
"No." Suara Hansol terdengar tegas. Kejam. Dan Tidak berperasaan.
"YAH!" Seungkwan menyalak membuat smirk muncul di bibir si bule.
"But you're super cute." Dan Hansol kembali memerangkap bibir plum di depannya, mengemutnya keras melepaskan erangan di antara ciuman. Perlahan dia membawa tubuh sintal tersebut untuk kembali berbaring, mengisi kaki Seungkwan yang terbuka dengan dirinya sendiri, mempertemukan bagian selatan mereka dan seketika si namja cantik memekik kaget merasakan sengatan listrik seperti menjalar cepat dari bagian bawah tubuhnya. Mulut Seungkwan terbuka, berisik kalimat tidak jelas keluar dari celahnya, dia sudah tidak kuasa membalas pagutan Hansol dan hanya dapat mencengkeram kuat-kuat kain sprei tempat tidur rekannya yang makin tak terbentuk ketika tanpa ampun sela kakinya digilas oleh Hansol yang juga sudah mulai terengah di sebelah telinga Seungkwan.
"Babe, ughh... I can't—hold it no more—" bisikan Hansol terpotong oleh erangannya sendiri saat mendadak pinggul di bawahnya terangkat mengakibatkan kontak mereka makin intim dan membutuhkan pelepasan lebih.
Seungkwan seolah tidak mendengar, memejamkan matanya rapat-rapat dengan pinggul masih bergerak dan dada mulai ikut terangkat dari permukaan ranjang.
"No, Babe. Not now." Hansol tersadar akan ekspresi kekasihnya yang nampak sangat menikmati fraksi di antara mereka dan seolah membiarkan dirinya mendekati puncak. Pemuda berdarah campuran tersebut segera menjauhkan diri dari Seungkwan yang menuai erangan kecewa bercampur kesal dari namja di bawahnya.
"Ah Hansol, waeee...!?" Seungkwan merengek panjang, tidak menyadari jika celananya sudah ditarik turun dan kakinya kembali dibuka lebar. Hansol mengambil botol lube dari bawah kasur, membuka tutupnya dan segera membasahi tiga jarinya sekaligus lantas membawanya mendekati pintu belakang Seungkwan.
"AH, COLD!" suara Seungkwan melengking begitu ujung jari basah Hansol menyapa lingkaran ototnya.
"Sorry..." Hansol nyengir, kembali menempatkan diri di atas tubuh Seungkwan dan mulai menciuminya sementara di bawah sana jari-jarinya melakukan tugas untuk merenggangkan otot ketat sang diva. Begitu kekasihnya mulai nampak nyaman dengan sesuatu yang mengisi dirinya dan tidak lagi mengerutkan alis menerima gerakan jari Hansol—malah sebaliknya, beberapa kali menurunkan pinggul hanya untuk merasakan ujung kukunya menumbuk titik terdalam—namja bule tersebut menarik keluar jarinya, kembali menuai lirih kalimat protes si centil.
Hansol membuka kaitan jeans dan melepas seluruh lapisan celananya dalam sekali tarik lantas kembali meraih lube untuk dilumerkan ke bagian tubuhnya yang sudah membengkak menyakitkan. Di saat dia sedang melenguh merasakan sensasi tangannya yang meratakan lube, baru dia sadari jika mata bulat Seungkwan tengah mengarah padanya dengan tatapan lapar.
"Why?" tanya Hansol tak mampu menyembunyikan smirk melihat ekspresi puppy eyes di wajah merona kekasihnya. Seungkwan hanya berbalik menatap Hansol tanpa mengatakan apa-apa, jari telunjuknya menyentuh bibir dan adam apple-nya bergerak ketika dia menelan ludah.
"No," ujar Hansol mengerti maksud Seungkwan, makna dari kalimat yang tidak dia katakan.
Seungkwan cemberut seketika. "Kau pelit," cetusnya sambil sedikit menggeser badan ke tengah ranjang, memberi ruang lebih pada Hansol yang kembali menempatkan diri di tengah-tengah tubuhnya.
Si bule mencium lembut bibir Seungkwan. "Kau tahu aku tidak suka blowjob," desis Hansol, senyum tersungging innocent di bibirnya berkebalikan dengan tangan yang memposisikan ujung tubuhnya pada pintu belakang namja yang lebih tua. "Aku tidak mau melukai bibir dan suaramu, Diva Boo—"
"Alasan!" sahut Seungkwan dengan cepat. "Itu pasti karena kau sudah melakukan blowjob dengan orang lain 'kan!"
"Eyy, watch your words, Baby. You don't know what you said—" Hansol menghentikan gerakan penetrasinya, terpengaruh pada emosi Seungkwan yang memang suka meletup-letup layaknya gadis sedang PMS.
"Kau tidak mau melakukannya denganku, kau pasti melakukannya dengan orang lain. Aku tidak percaya kau tidak penasaran melakukannya!" Seungkwan meledak.
"Apa rasanya seenak butt-mu?" tanya Hansol.
Namja cantik itu seketika kicep. "A...ma-mana aku tahu! Aku... a-aku..." kedua bola matanya berputar salah tingkah.
Hansol tersenyum, dia mendekatkan wajah pada Seungkwan, menahan dagu dengan tangan yang berada di sebelah pipi chubby-nya. "Aku beritahu satu rahasia padamu," ujar pemuda blasteran tersebut.
"A-apa?" desis Seungkwan, sepasang matanya berkedip lucu.
"Jihoon Hyung juga tidak pernah melakukan blowjob."
Seungkwan melotot, "HEEEH!?"
Kembali Hansol tersenyum.
"DARIMANA KAU TAHU!?" telunjuk Seungkwan menuding hidung mancung di depannya dengan tatapan mata menuduh penuh curiga.
Hansol mengecup sayang ujung jari yang terarah padanya sebelum bicara. "Soonyoung Hyung yang memberitahuku. Dia bilang, jika aku benar-benar mencintaimu aku tidak akan membiarkanmu melakukan blowjob. Sebab kau penyanyi, lead vocal dan punya suara yang sangat berharga. Tidak ada cinta yang melukai pasangannya." Namja bermata lembut tersebut bergerak mendaratkan satu lagi kecupan, kali ini di permukaan bibir Seungkwan yang terdiam.
"Soonyoung Hyung juga bilang padaku, kemungkinan besar kehidupan seks-ku akan sangat berat karena aku tidak akan pernah bisa merasakan blowjob, tapi semua itu akan terbayar impas sebab aku juga tidak akan pernah melihatmu sakit tenggorokan karena aku."
"Tapi aku ingin menyenangkanmu—" Seungkwan menggigit bibir bawahnya.
Kembali Hansol tersenyum lembut, "Kau bisa melakukannya dengan cara lain. To be honest, apapun yang kau lakukan itu menyenangkan."
"Pembohong..." desis Seungkwan, sinar wajahnya memuram.
"Memang." Hansol mengangguk. "Kalau kau mau pakai baju sedikit longgar dan menutupi butt, atau bersikap sedikit kalem, tidak centil, tidak colak-colek sana-sini, goyang sana-sini, kau pasti akan lebih manis dan aku akan senang."
Mendadak mata Seungkwan bersinar kembali, senyumannya merekah. "Aku cantik 'kan? Aku seksi? Aku menggoda? Ayo akui sajaa~" dia langsung merajuk dan Hansol hanya dapat memutar mata jengah.
"Hansol-ah, bilang saja kalau aku memang menawan, kau tidak perlu berbelit-belit." Si cantik itu masih merengek.
"Aish, shut up." Hansol segera menutup mulut Seungkwan dengan bibirnya sambil menggerakkan pinggul memasuki tubuh ketat namja tersebut, melepaskan erangan panjangnya.
"Hurt?" tanya Hansol khawatir melihat Seungkwan menutup mata rapat dengan alis mengerut membentuk satu garis lurus. Dengan cepat pemuda berponi itu menggeleng, dia mengeluh sejenak, menggerakkan sedikit pinggulnya membiarkan Hansol merasakan dinding ototnya berkedut mencoba terbiasa akan sesuatu yang mengisinya.
Setelah beberapa lama menyamankan diri, Seungkwan baru membuka mata, mencari pusat manik kekasihnya lantas kembali tersenyum. "Apa aku menyenangkan? Ayo katakan. Jujur saja~ aku tidak akan mengejekmu."
Hansol terkekeh kecil, sudah menyangka jika dia memang memiliki pacar yang lucu namun tidak pernah terpikirkan olehnya jika tempatnya menjatuhkan hati ternyata semenggemaskan ini.
"Kau tidak menyenangkan," ujar Hansol, sukses membuat bibir Seungkwan kembali membentuk pout. "Tapi menakjubkan." Dengan cepat si bule mengulum pout itu bersamaan dengan pinggulnya bergerak, membawa tubuhnya keluar-masuk badan Seungkwan yang langsung meloloskan untaian nada indah berbagai nada dari pita suara sang diva. Ini baru permulaan tapi Hansol sudah menggunakan tempo cepat, membuat punggung Seungkwan membusur dan cengkeramannya pada kasur semakin menggila. Lengkingan kuat melebihi nada tertinggi di lagu Pretty U lolos dari tenggorokannya tepat di saat Hansol menurunkan intensitas gerakannya di titik terbawah, menghindarkan Seungkwan dari pelepasan klimaks yang hanya tinggal selangkah lagi.
"CHOI HANSOOOL!" Seungkwan mengerang frustasi, benar-benar kesal dengan kebiasaan Hansol yang gemar menggodanya bahkan ketika mereka sedang serius di ranjang begini.
"Tidak secepat itu, Baby—ah..." smirk menggantung di bibir Hansol, masih menggerakkan pinggulnya dengan santai. "Babe—you're amazing..." pemuda tersebut menunduk, mendaratkan kecupan demi kecupan yang membasahi daun telinga serta tanda-tanda merah di leher Seungkwan.
"Jangan bicara, Hansol-ah. Suaramu—" napas Seungkwan tercekat ketika merasa ada mulut hangat yang mengulum dadanya. Puas menyusu, Hansol kembali ke garis rahang yang selalu dibanggakan Seungkwan dan meninggalkan titik-titik merah dengan gigitannya di sana.
"Hm?" balas namja tersebut menanggapi kalimat kekasihnya, getar suaranya yang nge-bass beresonansi dan mengirimkan sengatan ke saraf Seungkwan, mengalirkan darah dengan deras menuju bagian selatan tubuhnya, meloloskan erangan putus asa dari bibir sang diva. Bahkan hanya dengan suaranya, Hansol bisa membuat tubuh Seungkwan makin memanas dan menggelinjang seperti kucing sedang dalam masa kawin. Si cantik sedikit mengangkat pinggulnya, ikut bergerak berlawanan arah dengan Hansol, tanpa sengaja dia mengetatkan otot dindingnya membuat namja di atasnya langsung menjatuhkan kepala seiring terdengarnya geraman keras serupa suara binatang buas yang dibalas Seungkwan dengan desahan indah.
Hansol merasa kepalanya mengambang ketika tiba-tiba dinding Seungkwan yang sudah ketat, meremas kuat bagian tubuhnya yang masih terbenam dan bergerak malas. Akal sehat namja itu mulai menipis, terlebih saat badan sintal di bawahnya menggoda dengan gerakan berlawanan arah serta tangan yang menjambak pelan rambutnya, dan memilin putingnya, lalu turun untuk mengusap abs-nya. Hansol ingin permainan ini bertahan sedikit lebih lama lagi, namun Seungkwan selalu membuatnya mustahil untuk tidak berubah pikiran. Ah, cabe satu itu memang sangat pintar menggoda orang.
Hansol menenggelamkan wajah di ceruk leher Seungkwan, membuka mulut pada kulit di sana, membawa kedua tangan kekasihnya untuk terkalung di kepalanya, sementara di bagian bawah pinggulnya mulai mempercepat gerakan seolah sedang menghukum lorong sempit yang berdenyut antusias menerima setiap gesekannya. Seungkwan mendongakkan wajah, mendesah makin hebat, punggungnya sudah membusur dari kasur dan kedua kakinya menjepit kuat badan Hansol di tengah-tengah dengan betis menyilang di atas punggungnya.
Seungkwan butuh menyentuh bagian tubuhnya sendiri yang juga sudah membengkak dan mendekati puncak namun Hansol terlalu erat memeluknya, sama sekali tidak memberi jeda pada tangannya untuk menyusup.
"Hansol-ah, aku—ahh..."
Sang rapper mengerti, dia menambah kekuatan pada gerakannya, menekan keras titik terdalam Seungkwan tanpa ampun membuat sang vokalis kembali melantunkan nada tinggi menyaingi suara tamparan kulit yang menggema memenuhi luas kamar. Beberapa sentakan kuat dan akhirnya membuat tubuh Seungkwan mengejang hebat, mulutnya terbuka, menjerit tanpa suara di saat aliran panas berputar di seluruh badannya yang sedang mengosongkan diri. Seluruh bagian tubuh Seungkwan yang menegang, tak terkecuali otot dindingnya yang langsung ikut berkedut kuat, kembali melepaskan geraman dari bibir Hansol. Dia membenamkan tubuhnya sedalam mungkin pada Seungkwan, membiarkan dirinya seperti ditelan bulat-bulat oleh lorong namja itu yang menyempit luar biasa dan tak lama kemudian giliran Hansol yang mengosongkan seluruh isinya di dalam sang kekasih.
Butuh waktu hampir dua menit bagi keduanya untuk sama-sama turun dari puncak tertinggi di dunia putih dan Hansol-lah yang pertama kali bergerak. Dengan susah payah dia mencoba menahan badannya dengan kedua siku supaya tidak terlalu membebani Seungkwan yang masih diam terengah di bawahnya, tak kuasa bergerak atau bahkan membuka mata.
Cup, Hansol mencium manis ujung bibir Seungkwan, membuat dua kelopak si cantik mengerjab lemah dan ketika namja tersebut menarik dirinya keluar dari tubuh Seungkwan yang masih oversensitif, kekasihnya mengerang pendek. Hansol menjatuhkan diri di ranjang, membantu sepasang kaki di sebelahnya untuk merapat baru kemudian meletakkan lengan di atas perut halus pacarnya dan mendekatkan wajah untuk mengecupi singkat pipi tembemnya.
"Yeppeuda," bisik Hansol tepat di sebelah Seungkwan, membuat si cantik terkekeh geli dan perlahan dia memiringkan badan, menghadap kekasihnya. Dengan lembut Seungkwan menangkupkan telapak tangan di sebelah wajah Hansol yang berkeringat, sama seperti dirinya.
"Yeppeuda," ulang namja yang lebih tua, dibalas senyuman oleh pemuda berdarah campuran di hadapannya. Hansol kembali mendekatkan wajah, mencium lama kening Seungkwan dan ketika dia menarik diri, sebuah senyuman manis sudah menunggunya.
"Tidurlah," ujar Hansol, mencubit lembut hidung pesek kekasihnya dengan gemas.
"Apa kau tidak ingin mengantarku ke kamar? Seungcheol Hyung bisa marah besar kalau tahu kita bercinta," desis Seungkwan parau.
Hansol menggeleng, bergerak merapatkan diri pada tubuh hangat di depannya lantas memeluknya erat. "Mereka harus tahu kalau cinta kita sangat besar melebihi kemarahan mereka."
-o-
"Jadi SEBESAR itu CINTA kalian, EOH!?" suara Jeonghan melengking di akhir kalimat. Sepasang matanya tajam, tatapannya nyalang melibas dua anak domba yang sedang duduk berlutut sambil mengangkat kedua tangan di dekat dinding ruang duduk.
"Marahi, Sayang. Omeli mereka. Libas habis. Kunyah mentah-mentah." Dari belakang terdengar Seungcheol memprovokasi sambil tangannya sibuk memasukkan keripik kentang ke dalam mulut. Bersamaan, Hansol dan Seungkwan menundukkan kepala. Padahal mereka sudah memutuskan untuk tidak tidur dan segera membersihkan diri, namun tiba-tiba Leechan masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu saat Hansol sedang membantu Seungkwan memakai celana. Melihat pemandangan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya akan dia lihat secara live, sontak membuat jiwa baby Maknae seorang Leechan yang mengaku macho langsung keluar. Bocah itu menjerit-jerit heboh sambil berkali-kali memanggil Seungcheol serta Jeonghan yang segera tergoboh-goboh datang mengira anak mereka digigit oleh orang mesum.
Lalu, begitulah. Hansol dan Seungkwan berakhir seperti ini. Duduk berlutut di ruang tengah sambil mengangkat kedua tangan.
"Mentang-mentang sudah selesai promosi lalu bisa seenaknya," omel Jeonghan dengan tangan berkacak pinggang. "Kalian itu masih belum 20 tahun, masih belum boleh melakukan ini. Bagaimana kalau nanti terjadi komplikasi karena tubuh kalian yang belum matang? Kalian mau sakit? Hah?"
"Tidak, Hyung," jawab Seungkwan dan Hansol hampir bersamaan.
"Kalau tidak ya jangan melakukan!" Jeonghan gemas setengah mati. "Lagipula tinggal satu tahun sampai kalian legal. Apa menunggu satu tahun saja sesulit itu?"
Setahun itu lama please... batin Seungkwan cemberut di dalam hati.
"Boo Seungkwan, apa kau sedang membantahku dalam hati?" tuduh Jeonghan yang langsung membuat adiknya membelalakkan mata lebar.
"Ti-tidak, Hyung. Tidak, aku tidak mengatakan apa-apa. Sumpah!" dengan panik Seungkwan menggelengkan kepala.
"Dia bilang tuh dia bilang~" suara Leechan menyeletuk dari arah sofa. "E-e-e-e Seungkwan Hyung bohong~" godanya sambil menggerak-gerakkan telunjuk dengan nakal.
"Chan-ah, kau nonton TV saja," tegur Jeonghan langsung membuat senyuman Maknae sirna seketika.
"Ne, Hyung," jawab Leechan patuh, duduk manis di sofa menghadap layar TV.
"Duduklah di sini sampai makan malam nanti dan pikirkan kesalahan kalian," tutup Jeonghan lalu menghela napas gusar dan beranjak pergi.
"Aku mau mandi. MANDI LAMAAAAA SEKALI! JANGAN GANGGU!" seru namja berambut panjang tersebut ketus sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Kini giliran Seungcheol yang duduk jongkok di hadapan dua Maknae yang sudah nampak pegal mengangkat tangan.
"Kapok?" tanya sang leader. "Kapok tidak?"
"Kapok, Hyung," jawab Seungkwan dan Hansol kembali bersamaan.
Seungcheol terkekeh. "Jangan kapok," ujarnya.
"Ulangi lagi tidak apa-apa. Lakukan sebanyak yang kalian mau. Aku sangat mengerti, di usia semuda kalian rasa cinta pasti sedang panas-panasnya sampai kalian merasa gerah dan ingin selalu melepas baju. Benar 'kan?" Seungcheol tersenyum. "Jadi, santai saja—"
Seungkwan menatap sanksi pada kakak tertuanya, pun dengan Hansol. Mereka tak ingin menaruh harapan pada kata-kata Seungcheol.
"—bercintalah sebanyak yang kalian mau lalu aku juga bisa menghajar kalian sebanyak yang aku mau. Oke 'kan?"
Tuh 'kan bener.
Seungkwan melengos.
Mendadak terdengar suara pintu depan terbuka disusul siulan nyaring melantunkan lagu Pretty U. Sosok Soonyoung terlihat masuk dari beranda menuju ke kamarnya.
"Kau sudah pulang?" tegur Seungcheol.
"Eoh," jawab Soonyoung singkat.
"Sendirian? Mana Jihoon?"
"Di studio."
"Hyung, bukannya tadi kau bilang kau tidak akan pulang malam ini?" celetuk Leechan.
"Setelah ini aku juga mau keluar lagi. Aku cuma mengambil barang yang tertinggal." Soonyoung menghilang di lorong dan sebentar kemudian kembali muncul di ruang tengah.
"Apa yang ketinggalan?"
"Kondom."
Seungcheol menyesal sudah bertanya.
"Eh, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Soonyoung kaget, baru menyadari ada Hansol serta Seungkwan yang sedang berlutut mengangkat tangan di dinding ruang tengah.
"Lihat apa yang Maknae-mu lakukan," ujar Seungcheol.
"Eyy, Maknae-ku Leechan. Mereka Maknae-mu dan Jihoon," kilah Soonyoung langsung terfokus perhatiannya pada warna merah di leher Seungkwan dan tawa ngakak pemuda tersebut pecah tanpa bisa ditahan.
"Aigoo aigoo aigoo~ begini kelakuan kalian saat menjaga rumah, eoh? Uluh uluh uluh, anak muda jaman sekarang." Soonyoung berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala persis nenek-nenek.
Hansol menunduk dengan muram sementara Seungkwan hanya merengut kesal.
"Ngomong-ngomong, coraknya bagus. Selera senimu lumayan juga ternyata." Soonyoung mengacak rambut Hansol.
"Tapi jangan lupa untuk menyiapkan uang. Masih ada fansign, kalian masih harus membayar denda untuk tandanya. Ingat peraturan kantor, TANDA = DENDA!" ujar sang performance leader menyadarkan pasangan muda di hadapannya. Bersamaan keduanya langsung menghela napas panjang.
"Lihat 'kan? Di usia kalian, bercinta itu enaknya cuma sebentar. Sisanya, muak," kata Seungcheol kembali membuat kedua Maknae-nya menundukkan kepala dalam-dalam. "Sudah, sana mandi. Seungkwan-ah, kau bisa istirahat. Hansol-ah, sore ini jangan lupa ke perusahaan menggarap lagu yang kita bahas kemarin," ucap sang leader dengan bijak membuat mata dua adiknya seketika cerah.
"Ne, Hyung," jawab Hansol sambil membantu kekasihnya untuk berdiri lalu menuntunnya kembali ke kamar.
"Setidaknya mereka romantis," celetuk Soonyoung, tersenyum melihat Hansol yang menggenggam tangan Seungkwan, berjalan bersamanya keluar ruang duduk.
"Tapi mereka masih terlalu muda," desis Seungcheol.
"Tidak sampai setahun mereka sudah legal. Lagipula anak muda yang bersemangat itu wajar, tandanya mereka kuat dan sehat. Ah, aku iri pada mereka."
"Kh." Seungcheol menyeringai.
"Baiklah, aku pergi dulu—"
"Hyung, kapan kita latihan?" pertanyaan Leechan menghentikan gerakan Soonyoung.
"Ah, itu..." si sipit nampak berpikir sejenak. "Besok pagi. Sekitar jam sepuluh aku tunggu kalian di kantor. Beritahu Junhui dan Minghao sekalian, oke?"
"Tidak malam ini?" Leechan nampak kecewa.
"Malam ini aku sibuk." Soonyoung nyengir.
"Tapi kau bilang kau mau ke kantor, Hyung." Leechan ngotot.
"Aish, jangan nakal," desis Soonyoung antara kesal dan gemas. "Pokoknya besok pagi kita ketemuan di kantor. Sudah, aku pergi." Namja itu buru-buru keluar ruangan menuju beranda, tak ingin dihujani rengekan lagi oleh Maknae.
"Kenapa semuanya sok sibuk? Padahal yang mereka lakukan setelah promosi cuma bermain-main," gerutu Leechan sambil cemberut.
Seungcheol mengulum senyum. "Bukannya kau juga ada kesibukan? PR-PR-mu?"
"Susah. Aku malas mengerjakannya." Maknae mem-pout-kan mulut.
"Kalau begitu pergilah ke kantor, ada Jisoo di sana. Barusan Seokmin menelpon, dia juga sedang di sana dengan Wonwoo dan Mingyu."
Mata Leechan bersinar seketika. "Oh ya!? Kalau begitu aku akan minta diajari Jisoo Hyung dan Mingyu Hyung! Asyik!" lalu dengan riang Maknae melompat dari sofa dan berlari menuju ke kamarnya.
Seungcheol tertawa kecil. Setidaknya masih ada orang yang bisa dijadikan panutan baik di dalam tim.
Untunglah.
-END-
MARI SELAMATKAN KEPOLOSAN LEECHAAAN #LeechanSquad XD XD
Kekekekeke
Apa deeh, dia juga udah terkontaminasi keles -,-
Lama gak bikin rate M, ada banyak istilah tapi males buat meng-imply-kannya
Maafkan Myka karena udah bikin mata kalian ternoda baca 5k NC ini *bow*
Hukum Myka dg mengirimkan Hong Jisoo bersama sabuk dan borgol #tsaaahh
Terbayar separuh utang gue ke elu, AuroRain *ketjup basyah*
