Hey hello hy (?)

Fast update nih.. Soalnya yah.. Lagi greget aja muahahaha(?) ..Tapi kayaknya abis update kali ini, bakal agak makin gajelas update selanjutnya. Ga bisa sesuai rencana awal untuk update tiam detik(?). Tiap minggu deng. Mungkin bakal jadi 2 minggu sekali, atau 3 minggu, atau setahun? Yg pasti tetep lanjut kok. Ga bakal disc.. Maapkan sikap author yg tidak jelas ini ya TT-TT xd enjoy. RnR

-3F-TEAM-

05.20

Masih di dalam ruangan yang sama, semuanya tampak memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengistirahatkan tubuhnya. Setidaknya untuk mengurangi lelah yang mereka rasakan setelah menghadapi semuanya.

Semua hal gila yang mereka alami beberapa waktu belakangan ini.

Jika boleh stress, mungkin beberapa diantara mereka ingin melakukannya. Tapi, hell yeah.. Mereka masih punya satu tujuan..

Keluar dari kota mati ini.

THE 3F-TEAM : Abandoned City

.

.

.

Naruto's Belong To Masashi Kishimoto

.

.

.

ENDING STORY?

Mereka masih melanjutkan makannya, kecuali untuk beberapa orang yang sudah selesai, seperti Karin. Dia sedang bersandar pada tembok di dekat pintu keluar, menenggak air dari botol minumnya. Setelah selesai, dia menatap rekannya yang masih santai menyantap makanannya sendiri.. Tidak, makanan milik orang lain tepatnya.

"Hey, Naruto." Panggil Karin membuka pembicaraan.

Sedangkan yang dipanggil hanya menatap balik, masih mengunyah makanan di mulutnya, "Hm? Apwa?"

Karin mendelik melihat tingkah Naruto, "Tch. Selesaikan makanmu dan ceritakan semuanya. Kita tidak bisa berlama-lama di ruangan ini. Aku tidak tau bagaimana sistem ventilasi bunker ini, tapi aku tidak mau mati kehabisan nafas dibawah sini."

Setelah Naruto menelan makanannya, dia mulai membuka suara. "Hmm.. Baiklah. Santai sedikit Karin."

"Begini, jadi saat aku menyusuri lorong, aku menemukan ruangan ini. Aku rasa ini ruangan pertama yang aku temukan sepanjang lorong, karena itu aku tidak menduga jika kalian akan salah ruangan. Pintu yang kalian masuki sebelumnya mungkin terlewati oleh ku." Naruto menarik nafas sebentar, memberi jeda.

"Di dalam ruangan ini, aku menemukan ruangan lain. Ruangan itu." Lanjutnya sambil menunjuk pintu di sisi lain ruangan yang mereka tempati. "Di dalam sana terdapat banyak senjata yang ditinggalkan, tapi masih berfungsi. Dari sana lah aku dan Sasuke mendapatkan semua senjata ini."

Semua mengikuti arah yang ditunjuk Naruto. Ruangan yang berisi banyak senjata, apa itu sebuah gudang senjata? Entahlah. Yang jelas ada senjata di dalam sana.

"Lalu bagaimana soal ledakan?" Tanya Konohamaru. "Ledakannya cukup keras tadi, Tenten sampai terluka karena tertimpa benda yang jatuh akibat goncangan dari ledakan itu."

"Ah, ya. Itu adalah bom yang aku temukan bersama dengan senjata lainnya." Jawab Naruto, "Saat mendengar tanda tembakan dari Sasuke tadi, aku segera berlari kembali ke tempat kalian. Tapi aku berhenti begitu mendengar kata-kata Sasuke bahwa makhluk itu mengikutinya."

"Jadi aku memasang bom di ujung lorong agar mereka tidak bisa lewat setelah aku ledakkan."

Naruto minum sebentar sebelum melanjutkan ceritanya, "Kalian merasakan goncangan yang cukup hebat, karena ruangan yang kalian masuki sangat dekat dengan sumber ledakan. Aku sempat bingung ruangan mana yang kalian masuki, beruntung Sasuke sempat melihat ada sebuah pintu saat dalam perjalanan dengan ku tepat setelah tempat aku memasang bom itu."

Suasana sedikit hening. Yah, benar apa kata Naruto. Saat keluar dari ruangan sebelumnya, mereka yang menggunakan night vision sempat melihat ke arah sumber ledakan, menemukan pemandangan yang cukup mengerikan.

Reruntuhan akibat ledakan, dimana dibawahnya masih terlihat beberapa bagian tubuh makhluk-makhluk aneh yang sempat mengejar Naruto dan Sasuke.

Mau bagaimanapun, tubuh mereka tetap saja terlihat seperti manusia. Menjijikkan.

"Lalu ruangan apa yang sebenarnya kalian masuki?" Giliran Naruto bertanya. Setelah melakukan aksi heroicnya -mendobrak pintu, berteriak, menembak-, dia tidak memperhatikan apa yang ada didalam ruangan itu. Yang jelas mereka harus segera keluar.

"Sejenis laboratorium." Jawab Sakura.

Naruto mengernyitkan dahi, "Apa ada ruangan lainnya di dalam sana?"

"Ada, tapi dari sanalah makhluk itu tiba-tiba muncul."

Neji dan Tenten bergidik ngeri mengingat hal tersebut. Saat makhluk-makhluk itu menatap mereka dengan pandangan agresif dan terus berjalan perlahan mendekat.

Keadaan hening untuk sementara, semua berkutat dengan pikirannya masing-masing. Memikirkan kejadian-kejadian sebelumnya.

.

"Apa yang kau lakukan Konohamaru?"

Sakura memperhatikan Konohamaru yang berjalan mengitari ruangan sambil mengarahkan sesuatu di tangannya.

"Uh, Sakura. Aku hanya mengecek tingkat radiasi di ruangan ini, aku selalu melakukannya di setiap ruangan." Kata Konohamaru sambil mengangkat Geiger Counternya, "Semuanya aman, kecuali saat ada makhluk itu. Radiasinya meningkat saat ada mereka, seolah radiasi itu berasal dari mereka."

"Ah! Aku ingat." Kata Tenten, "Jaket ku juga mengalami hal yang sama kan, tiba-tiba saja mengandung radiasi yang cukup tinggi. Apa mereka memakainya?"

Jaket? yah, mereka hampir lupa.

"Aku rasa tidak mungkin, mereka tidak cukup waras untuk bisa memakai jaketmu." Karin terus saja berkata sarkastik tentang makhluk aneh itu. Entah apa masalahnya.

"Tidak juga jika kau pikir ada tentara yang menemukan dan menggunakannya, lalu meninggalkannya di belakang gedung itu." Tambah Karin seolah tau apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh Tenten.

"Apa mungkin ada orang lain selain kita di kota ini?"

.

.

"Soal makhluk di ruangan sebelumnya.." Suara Sakura memecah keheningan, "Aku sempat memperhatikan."

"Makhluk di ruangan itu memakai toga putih panjang, seperti dokter atau peneliti."

"Sebenarnya apa mereka itu?" Tanya Sai kebingungan, "Apa mungkin mereka penduduk asli kota ini?" Mengingat makhluk itu yang masih memakai pakaian seperti itu, sangat tidak mungkin jika mereka berasal dari alam liar lalu masuk ke kota dan memakai pakaian yang mereka temukan. Tidak mungkin.

Semua memikirkan kata-kata Sai. Jika itu benar, apa mungkin ini semacam wabah? Virus?

Sementara Naruto, Sasuke, serta Karin saling menatap. Kemudian mengangguk.

"Aku tau makhluk apa mereka itu." Kata Karin, "Mereka sejenis Zombie."

"Zombie?!" Semua tampak kaget, kecuali mereka bertiga yang sudah tau tentunya. Tentu saja, bagaimana mungkin dijaman seperti ini masih ada yang percaya zombie? Yah, walaupun sebenarnya justru lebih masuk akal mengingat perkembangan teknologi modern. Menciptakan zombie? Hm.. Sugoi..

"Yah.. Aku tidak tau pasti." Lanjut Karin, "Yang kami tau, makhluk itu tidak mati meskipun sudah ditembak berkali-kali."

"Karena itu lah aku segera mengajak kalian keluar dari ruangan tadi sebelum mereka bangkit lagi." Ucap Naruto.

Di sudut ruangan Sasuke sedang duduk bersandar sambil bermain dengan pistol bawaannya. Dia mulai berbicara, "Zombie itu, aku bertemu mereka dalam jarak dekat saat di lorong. Tapi mereka tidak bergerak sama sekali, mereka tidak menyadari keberadaanku. Saat itu lah aku langsung berbalik untuk kembali ke tempat sebelumnya."

"Sampai tiba-tiba ada seseorang yang memanggil melalui walkie talkie, zombie itu melihat ke arah ku dan mulai mengejarku." kata Sasuke sambil menatap Karin, sedangkan yang ditatap hanya mendengus.

"Kalian terlalu lama, kau tau?" Balas Karin.

Sasuke mengalihkan pandangannya kembali pada pistol ditangannya, "Aku tidak tahu jika bunker ini begitu luas, bahkan si Dobe pun juga begitu."

Naruto hanya tertawa kecil menanggapi perkataan Sasuke. "Kau benar Teme, aku bahkan melewatkan satu ruangan. Lagipula memang tempat ini terlalu gelap."

"Itu dia maksudku." Kata Sasuke, "Karena tempat ini gelap, zombie-zombie itu tidak bisa melihatku, tapi mereka bisa mendengar suara ku."

"Jadi mereka peka terhadap suara." Jelas Hinata mengerti maksud Sasuke.

"Dan cahaya." Tambah Hanabi, "Aku mengerti, karena itu lah zombie yang ada di ruangan sebelumnya mengarah kepada Neji dan Tenten. Karena sumber cahaya di dekat mereka."

Jika benar apa yang dikatakan Hinata dan Hanabi, maka satu-satunya cara untuk menghindari kontak dengan zombie itu adalah tidak bersuara dan tidak terlihat..

"Berarti benar kemungkinan bahwa mereka adalah penduduk kota ini." Kata Sai, "Itu artinya mereka bisa menulari kita, dan merubah kita menjadi seperti mereka."

"Menular? Virus kah? Tapi melalui apa?" Konohamaru mulai memikirkan hal tersebut. Gigitan? Sejauh ini tidak ada yang tergigit kecuali jaket Tenten yang sudah dibuang, jadi jangan sampai tergigit. Air? Mereka membawa minuman masing-masing. Udara? Berarti dia harus mulai menjaga jarak agar tidak berbagi nafas dengan para zombie. Mengerikan.

"Sudahlah, aku rasa sudah jelas soal makhluk itu. Mereka tidak bisa dibunuh dengan tembakan, peka terhadap rangsangan suara dan cahaya, membawa virus yang dapat menular. Gerakannya tetap lambat, tidak ada yang peperlu dikhawatirkan."

"Dan mengandung radiasi tinggi, ingat itu Karin." Tambah Konohamaru.

"Ya ya terserah, cukup jaga jarak dengan mereka. Sekarang bagaimana rencana selanjutnya? Kita tidak mungkin kan bertahan terus di dalam bunker ini." Tanya Karin menatap semuanya.

Ya, bagaimana? Jelas pertama mereka harus keluar dari bunker ini dulu, dengan selamat tentunya.

"Sai." Panggil Sasuke, "Dimana kau memarkirkan mobil mu?"

Sai baru ingat, mobilnya. Ya, mobil sewaan yang ia tinggal begitu saja. "Kami meninggalkannya di dekat reaktor saat anjing-anjing mulai mengejar, kenapa?"

"Tch. Kita harus kesana."

"Apa maksudmu Sasuke? Bukan kah lebih baik kita langsung keluar dari kota ini? Kita masih dekat dengan jalan keluar sedangkan reaktor berlawanan arah!" Konohamaru tampak tidak setuju dengan ide Sasuke.

"Dan berjalan sejauh puluhan Kilometer menuju kota?" Sindir Karin, "Karena itu kita harus mengambil mobilnya. Kita tidak mungkin jalan kaki, kau ingat jaraknya bukan."

Konohamaru baru ingat soal itu, jika mereka keluar dari kota, maka masih harus berjalan kaki terlalu jauh. Semua juga mengerti bahwa tidak mungkin untuk minta bantuan kepada tentara di pos penjaga.

Akhirnya semua setuju dengan Sasuke. Keluar dari bunker, ambil mobilnya, lalu keluar kota. Ah, andai semua semudah itu..

.

.

"Kalau begitu bersiaplah. Kita pergi sebentar lagi." Perintah Sasuke kepada yang lain. Mereka masih harus mencari jalan keluar dari bunker ini sebelum meneruskan rencana lainnya.

"Sebelum pergi, kita harus melengkapi diri masing-masing dengan senjata."

.

.

.

THE 3F-TEAM

.

.

.

06.10

Di tengah ruangan, semua berkumpul untuk bersiap sebelum meninggalkan ruangan tempat mereka berada sekarang. Siap dengan senjata masing-masing. Tentu saja senjata yang mereka ambil dari gudang senjata yang ditemukan oleh Naruto.

"Semua senjata ini.. Apa ini peninggalan perang dunia kedua?" Kagum Konohamaru melihat semua senjata yang sudah dipilih. Tampak tua dan sedikit berkarat di luar, penuh debu. Namun dirasa masih berfungsi dan bisa digunakan untuk menghabisi zombie yang mereka temui dan melawan tentara, mungkin saja.

"Entahlah, setidaknya kita bisa memanfaatkannya." Kata Naruto. Lebih baik melawan daripada menjadi makanan zombie aneh atau ditangkap pasukan sakit jiwa, bukan?

.

.

Naruto, Sasuke dan Karin membawa senapan mesin AK-101 dilengkapi pelontar granat GP-30 dibawah larasnya dan juga Pistol Makarov sebagai cadangan, Sakura dan Konohamaru memilih Uzi, Hinata dan Hanabi meletakkan SVG Dragunov di punggungnya, sedangkan empat orang lainnya hanya memilih Pistol Makarov.

Jika dilihat baik-baik, Naruto, Sasuke, dan kawan-kawannya sekarang tampak seperti sebuah pasukan khusus dengan semua perlengkapan yang dibawanya setelah dilengkapi senjata-senjata itu. Penampilan yang mendukung.

Sai tampak heran melihat semua senjata yang dipilih 7 remaja di hadapannya, Dia pikir mereka masih terlihat belum cukup umur untuk menggunakan senjata sepertinitu. "Apa kalian yakin dengan senjata yang kalian pilih?"

Mereka langsung mengalihkan pandangan ke arah Sai dengan tatapan 'kau pikir kami anak kecil, heh?'

"Tenang saja. Kami memilih sesuai kemampuan masing-masing." Kata Sakura sebelum ada seseorang yang mulai mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk menyindir Sai.

'Kemampuan?' "Apa kalian pernah melakukannya?" Oke sekarang kalian semakin terdengar seperti pasukan khusus.

"Ya, kami sudah terlatih untuk ini." Jawab Naruto sambil mengokang senjatanya, dia berdiri di depan pintu. Kemudian menatap rekan-rekannya untuk memastikan. "Guys, are you ready? Follow me!"

Semua sweatdrop melihat gaya Naruto, 'Jangan berlagak sok pemimpin baka -_-'

Ditambah, dengan tidak jelasnya Naruto menendang pintu dihadapannya lalu keluar begitu saja. Berlebihan.

"Kita ikuti saja dia." Kata Sakura setelah moment sweatdrop yang kedua kalinya. Mulai berjalan mengikuti pintu yang sudah rusak gara-gara Naruto, diikuti yang lain di belakang.

"Lebih baik kita tetap bergerak dalam gelap sebelum keluar dari tempat ini, meskipun sudah pagi, kita tidak tau apa yang menunggu di tempat lain." Kata Sasuke sebelum semuanya keluar, meminta Neji untuk mematikan lampunya.

Dengan begini terpaksa mereka harus kembali menggunakan night vision, dan sisanya berpegangan tangan seperti sebelumnya.

Mereka berjalan menyusuri lorong dengan posisi Naruto dan Sasuke memimpin di depan, Sakura dengan Sai, Konohamaru dengan Neji, Hinata dengan Ino, lalu Hanabi bersama Tenten, Karin menjaga di belakang.

.

.

.

THE 3F-TEAM

.

.

.

Sementara di lain sisi, tepatnya pintu masuk bunker. Berdiri enam tentara yang sedang menembaki makhluk di depan pintu bunker tanpa ampun. Berusaha membunuh mereka semua.

"Kenapa mereka ada disini?" Gumam seseorang berseragam putih berdiri di belakang pasukan yang baru saja selesai menghabisi makhluk-makhluk yang menghalanginya itu.

"Alpha-Team kepada Main-Unit, kami sudah menghabisi SC-002 yang menghalangi pintu masuk. Mendekati bunker untuk masuk."

Dengan itu dua tentara berjalan mendekati pintu masuk bunker. Mereka membuka pintu, sementara empat lainnya membentuk perimeter.

Setelah pintu terbuka, kedua tentara itu memberi kode untuk masuk.

Orang berseragam putih tadi langsung masuk ke dalam bersama seseorang dan dikawal oleh empat tentara.

"Professor, senjata yang anda kembangkan memang efektif melawan SC-002." Seorang pemuda berkacamata yang berjalan disamping sosok yang ia panggil tampak berjalan cepat mengikuti langkah sang professor. "Tapi kenapa anda begitu tergesa-gesa menuju fasilitas ini?"

Tidak ada jawaban dari sang Professor, dia justru mempercepat langkahnya begitu melihat ada yang aneh. 'Sial. Jangan-jangan!'

Memasuki sebuah ruangan bundar dan professor itu langsung menuju ke satu-satunya meja yang ada di ruangan itu. Pria itu segera membuka laci meja yang terlihat sudah rusak bagian kuncinya.

'Kosong!'

"SIAL!" Teriaknya sambil menggebrak meja begitu mendapati laci tersebut dalam keadaan kosong. Tidak mendapati apa yang ia cari.

Pemuda yang ada di belakangnya hanya memperhatikan dalam kebingungan, sekali lagi memutuskan untuk bertanya. "Apa yang sebenarnya anda cari, Professor?"

Sang Professor meletakkan kedua tangannya di meja, menggebrak meja tersebut untuk kedua kalinya.

"Benda itu, benda yang ditinggalkan dia seharusnya ada disini!" Ucapnya frustasi, tidak menjawab pertanyaan pemuda di belakangnya.

"Bagaimana hasilnya, Professor Orochimaru?"

Sang Professor bertambah kesal mendengar panggilan tersebut, seolah ia diejek karena ada seseorang yang tidak diketahuinya sudah tiba lebih dulu ke tempat ini. "Hilang. Ada orang yang menerobos fasilitas ini."

"Lakukan pencarian."

"Dimengerti."

Dengan itu dua orang tentara berpencar ke dua lorong lainnya, satu ke kiri dan satu ke kanan. Mereka berjalan dengan tetap mensiagakan senjatanya ke depan yang dilengkapi senter.

"Bukan kah team Bravo sedang melakukan pengejaran terhadap penyusup itu di sisi Utara kota?" Pemuda itu berbicara dengan sang Professor yang tampak masih berpikir.

Mendengar itu sang Professor membalikkan badannya menghadap pemuda dibelakangnya, "Kau benar, Kabuto. Mereka dalam pengejaran sejak tengah malam."

Mereka berdua tampak seperti mendapatkan pemikirannyang sama.

'Ada penyusup lain di kota.'

Orochimaru segera mengambil alat komunikasinya, menghubungi dua tentara yang sedang menyusuri lorong. "Bagaimana? Apa ada sesuatu?"

"Negative, jalur kiri tertutup puing-puing reruntuhan pada jarak 100 meter." Terdengar suara salah satu tentara yang sedang melakukan pencarian berbicara melalui alat komunikasi mereka.

"Kembali kesini." Perintah Professor melalui alat komunikasinya.

"Mereka pasti pergi kesana, melewati lorong itu." Gumam Professor Orochimaru, kemudian bertanya kepada pemuda yang ia panggil Kabuto, asistennya. "Dimana jalan keluar lorong itu?"

"Satu-satunya jalan keluar adalah pintu yang terletak 100 meter dari batas Barat reaktor, Tuan."

"Kalau begitu hubungi markas, siapkan pasukan di luar pintu itu!" Perintah Professor kepada salah satu tentara.

Tentara yang pergi ke lorong kiri sudah kembali.

Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan dari lorong sebelah kanan, disusul teriakan seseorang yang begitu nyaring.

"Tinggalkan tempat. Aku bertemu SC-002 dan SC-008 liar disini! ARGHH!"

Sudah jelas kondisinya.

"Tch. Sial. Kita pergi dari sini!" Semua pergi mengikuti langkah sang Professor. Meninggalkan salah satu tentara di dalam, seolah mereka sudah tau apa yang dialami olehnya.

Setelah berada di luar, Prof. Orochimaru segera menghubungi markas. "Aku tidak menemukannya. Salah satu anggota mati. Ada penyusup lain di kota ini, mereka pergi melalui bunker ke arah Barat Reaktor."

"Diterima, kami sudah menyiapkan pasukan untuk menjaga pintu keluar bunker. Tutup fasilitas itu dan kembali ke markas sekarang."

Dua tentara yang berjaga di pintu segera memasang alat peledak dan menjauh dari tempat itu.

-DUARR!-

Pintu masuk bunker langsung meledak, tidak ada lagi jalan keluar disitu. Dengan itu mereka segera pergi meninggalkan lokasi. Meninggalkan satu rekannya yang masih berada di dalam.

.

.

.

THE 3F-TEAM

.

.

.

07.00

Naruto berjalan memimpin di depan sambil memerhatikan benda yang ada ditangannya. Mereka sudah berjalan di dalam bunker hampir satu jam.

Kini mereka sudah melepas night vision nya dan menggunakan senter untuk menerangi jalan. Memang akan terasa melelahkan bagi mata untuk menggunakan night vision dalam jangka waktu terlalu lama, dan melelahkan juga bagi kelompok Sai yang tidak dapat melihat apa-apa dalam kegelapan.

"Naruto, apa kau yakin dengan jalan itu? Apakah tidak ada jalan lain?" Tanya Sakura dari belakang, memperhatikan Naruto yang terus berjalan di depan ditemani Sasuke.

Tidak ada jawaban dari yang ditanya.

Mereka berjalan mengikuti arahan Naruto berdasarkan peta yang sekarang ia pegang.

Peta? Ya, Konohamaru menemukan peta bunker tersebut saat di ruangan yang salah. Karena itu lah dia sempat tertinggal di dalam.

"Aku tidak menyangka kau menemukan benda seperti itu, Konohamaru. Itu sangat membantu." Kata Sakura.

Konohamaru menggaruk kepalanya, "Yah, mengingat perkataan Naruto aku jadi terus mengukur tingkat radiasi pada setiap benda. Di ruangan itu ada beberapa benda yang masih aman, salah satunya peta itu. Jadi ya aku mengambilnya. Aku juga awalnya tidak menyangka jika itu peta bunker ini."

"Bunker ini sangat luas dan memiliki jalan yang banyak bercabang dan berputar-putar." Kata Naruto masih terus berjalan sambil memperhatikan peta di tangannya. "Lorong yang ditelusuri Sasuke tadi menuju banyak sekali ruangan yang aku tidak mengerti dan ada beberapa jalan keluar yang tersebar."

"Yah sayang sekali, terlalu banyak yang menunggu disana." Kata Sasuke.

'Sebenarnya tempat apa ini? Sebuah fasilitas rahasia?'

"200 meter lagi akan ada tangga, disanalah pintu keluarnya." Naruto menyimpan kembali peta tersebut, memfokuskan diri ke jalan.

Tanpa aba-aba ataupun memberitahu yang lain, Naruto segera mempercepat langkahnya.

"Hei, tunggu Naruto! Ada yang terluka disini." Sakura memanggil Naruto, mengingatkan kondisi Tenten yang belum benar-benar pulih dari lukanya. Untuk berjalan saja ia masih dibantu oleh Neji.

Naruto kembali memelankan langkahnya namun tetap menuju pintu keluar.

Di depan sana sudah terlihat tangga sesuai yang dimaksud peta.

Seolah tak peduli akan kondisinya, Tenten ikut berlari bersama Neji mengikuti yang lain.

"Itu pintu keluarnya!"

.

.

.

THE 3F-TEAM

.

.

.

Terlihat satu pasukan tentara berjaga membentuk perimeter, mensiagakan senjatanya ke arah sebuah pintu yang terbuat dari besi.

"Alpha-Team kepada Main-Unit, kami sudah bersiap diposisi."

"Tembak siapapun yang keluar dari pintu. Lorong yang mereka lewati terdapat gudang senjata. Ada kemungkinan mereka mengambil senjata dari sana."

"Dimengerti." Balas ketua Team itu, "Semuanya menembak sesuai aba-aba!"

Mereka terus mengarahkan senjatanya ke pintu, menunggu sesuatu keluar dari dalam sana sebagai target dari tembakan mereka.

Beberapa meter di belakang, ada dua orang yang berdiri memperhatikan kegiatan tentara itu. Professor Orochimaru dan Asistennya, Kabuto.

-Ceklek-

Terdengar suara dari pintu besi itu, ada sesuatu dibaliknya yang berusaha membuka pintu secara perlahan.

'Sedikit lagi.. sedikit lagi dan aku akan mendapatkannya kembali' Prof. Orochimaru menyeringai, menunggu apa yang selanjutnya akan terjadi. Menunggu rencananya terpenuhi.

Pintu tersebut terbuka secara perlahan.

.

.

Ketua team memberikan aba-aba untuk bersiap melalui isyarat tangan.

.

.

-DUAK!-

Tiba-tiba saja pintu itu didobrak terbuka dari dalam.

"FIRE!" Teriak ketua team disusul rentetan tembakan dari senapan mesin masing-masing tentara.

Menghabiskan pelurunya, membunuh semua yang keluar dari pintu itu.

.

.

"HOLD YOUR FIRE!"

Tembakan berhenti sesuai perintah ketua team.

Setelah semua kepulan asap yang tercipta akibat benturan peluru dengan tembok bunker mulai menghilang, pemandangan disana mulai menjelas.

Pemandangan yang menampilkan tubuh-tubuh berlumuran darah tergeletak sudah tak bernyawa diantara kepulan debu.

.

.

Membuat seringai Orochimaru semakin melebar mengerikan. "Khukhukhu.. Akhirnya."

.

.

.

THE 3F-TEAM

.

.

.

End of Chapter