HEAVEN

.

Chanyeol & Baekhyun

.

Fluff-romance—teens.

Note : setelah membaca, alangkah baiknya(?) untuk menulis review kalian mengenai fanfic ini. Saya akan berterimakasih sekali dan menghargai segala bentuk komentar yang kalian berikan. Jika banyak yang minat dengan fanfic ini, saya bakal buat kelanjutannya pakai judul lagu EXO yang lain.

Beko0506.

.

Jika Chanyeol ditanya apa kunci dari pandai bermain gitar, ia akan menjawab dengan rajin berlatih. Jika ditanya apa rahasia dibalik tubuhnya yang tinggi, ia akan menjawab dengan rajin olahraga dan makan makanan yang mengandung vitamin juga kalsium.

Namun, jika ia ditanya apa kunci dibalik indahnya lirik lagu yang ia tulis, maka jawabannya hanya ada satu; Byun Baekhyun.

Ini adalah hari minus seratus sebelum boygrupnya melaksanakan comeback dengan album baru. Manajer dan Sooman sajang kembali memberinya kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam menulis lirik untuk lagu baru yang nantinya akan boygrupnya nyanyikan.

Sebenarnya, belakangan ini ia sedang sangat menggemari bermain drum dibanding menulis lagu. Tapi ia bukanlah tipe orang yang selalu menolak tawaran orang lain apalagi ini adalah tawaran dari manajer dan atasannya sendiri. Maka, ia menyanggupi tawaran mereka untuk menulis lagu.

Ia termenung dikursinya, dengan secarik kertas kosong dan sepasang pensil-penghapus yang ia genggam kuat-kuat selagi berpikir. Chanyeol memejamkan matanya, berusaha memikirkan hal-hal positif yang indah yang pernah terjadi dikehidupannya untuk ia tumpahkan kedalam lirik lagu. Ia memikirkan kejadian indah dihidupnya…..kejadian indah…. Ia memikirkan Byun Baekhyun.

"When I look to the sky, I can only see you."

Gumamnya ketika sekelibat memori manis menghinggapi pikirannya. Ia menulis sepotong lirik itu kedalam kertasnya,

Saat itu matahari bersinar dengan terik ketika boygrup dibawah naungan SM Entertainment, EXO, tengah berada di pulau Maldives untuk berlibur menikmati waktu libur yang tinggal sisa satu minggu lagi sebelum mereka harus kembali ke Korea dan melakukan rutinitas melelahkan seperti biasanya.

Ketika anggota lain memilih untuk menyelam, naik banana boat, minum air es kelapa muda, disinilah Baekhyun dan Chanyeol yang hanya duduk santai dibawah pohon kelapa tua dengan dedaunan kering sebagai alas mereka duduk, darisini, mereka dapat melihat hamparan laut dengan gradasi warna biru yang sangat indah.

"Kenapa mereka berani sekali main ke laut disaat terik seperti ini? Apa mereka tidak takut kulit mereka menghitam?" Baekhyun berucap, memerhatikan teman-temannya yang sedang tertawa ria disana dengan hanya balutan boxer tanpa atasan.

"Hitam itu eksotis, Baek." Jawab Chanyeol, menyunggingkan senyum disudut bibir apelnya.

"Lantas kenapa kau tidak bergabung dengan mereka jika ingin terlihat eksotis?"

"Aku lebih suka bersamamu dibanding memiliki kulit eksotis." Baekhyun mencubit pinggangnya, kemudian tertawa. Ia benci cuaca panas, menurutnya matahari hanya akan membuat kulitnya gosong dan itu tidak eksotis sama sekali.

"Baekhyun, kau lihat matahari diatas sana?" Chanyeol bertanya dan Baekhyun hanya mengangguk sebagai sebuah jawaban, lelaki tinggi itu menghela napasnya, "Ia begitu besar. Kau tahu sebesar apa?"

"Apa?"

"Sebesar cintaku padamu." Ujarnya, sebuah cubitan kembali melayang dipinggangnya, kali ini dengan bertubi-tubi. Baekhyun kesal karena Chanyeol telah membuat wajahnya semakin memanas.

"Tapi, Chanyeol. Aku tidak pernah peduli akan benda apasaja yang ada dilangit, ukuran matahari, banyaknya bintang, karena—" Baekhyun menghentikan ucapannya, sengaja membuat Chanyeol penasaran akan lanjutan dari kata-katanya.

"Karena ketika aku melihat ke langit, apa yang kulihat hanyalah bayangan wajahmu. Hanya ada Park Chanyeol dengan senyum bodohnya menatap kearahku." Ia tersenyum, kemudian memeluk tubuh besar Chanyeol dan membenamkan wajah di dadanya. Ia sangat malu akan apa yang baru saja ia katakan.

Tawa Chanyeol meledak, ia tersipu sekaligus gemas dengan apa yang Baekhyun ucapkan, "Darimana kau belajar kata-kata semacam itu?"

"Dari Chanyeol! Sejak bersamamu, aku banyak belajar kata-kata manis yang membuat hidupku menjadi manis juga."

dengan memandang langit, tangannya ia pakai untuk mengelus kepala Baekhyun kemudian bergumam, "Terimakasih, Baekhyun-ie."

Chanyeol tersenyum lebar, ia benar-benar merindukan malaikat kecilnya itu. Sayangnya, hari ini Baekhyun tengah pergi ke Osaka bersama Jongin, Yixing, dan Sehun untuk menghadiri sebuah acara fansign kecil.

Satu bait lirik telah berhasil ia buat dengan penuh rasa cinta, ia kembali termenung, mengingat memori-memori indah bersama Baekhyun.

"I'm laughing for some reason, every night."

Malam yang tenang, jam diatas meja sudah menunjuk keangka 10. Semua kamar di dorm sudah sunyi dan tenang kecuali satu kamar diujung sana. Kamar Byun Baekhyun dan Park Chanyeol. Alunan musik yang dihasilkan oleh petikan gitar dan nyanyian lembut datang dari kamar mereka.

Keduanya tengah duduk ditepi ranjang, Chanyeol memetik gitarnya sambil sesekali memejamkan matanya untuk menikmati suara indah Baekhyun yang sekarang menyanyikan lagu They Don't Know About Us dari grup One Direction. Mereka membuat dua buah peraturan;

Jika Baekhyun salah melafalkan lirik bahasa Inggris, Chanyeol akan mencium bibirnya. Sebaliknya, jika chord gitar yang Chanyeol masukan salah, Baekhyun yang akan menciumnya. Ini berlaku dan tidak boleh dilanggar. Setiap kali hal itu terjadi, keduanya akan saling tertawa dan meledek sebelum akhirnya bertukar ciuman.

"Hei! Ini sudah malam! Berisik!"

Sebuah suara berhasil membuat Chanyeol dan Baekhyun terkejut, pintu kamar mereka diketuk oleh Sehun dari luar sana dengan nada sinis dan mengantuk. Mereka terdiam beberapa saat, kemudian tertawa ketika Sehun kembali berbicara, ucapannya melantur dan mereka yakin bahwa anak itu tengah mengigau.

"HEIIII! KU DOBRAK PINTUNYA, YA! HYUNG-HYUNG PENGGANGGU! MENYEBALKAN!" teriaknya dari luar.

Disela tawa, Chanyeol menarik tubuh Baekhyun naik ke ranjang, meletakan gitarnya dilantai kemudian menyelimuti tubuh mereka berdua hingga ke puncak kepala dengan posisi tubuh saling berhadapan. Baekhyun mendongak,

"Kasihan Sehun, Chanyeol."

"Pssst, biarkan saja. Kita bersembunyi disini sampai ia kembali tidur atau sampai Junmyeon hyung memarahinya karena tertidur sambil mengigau lagi." Jawab Chanyeol, merapatkan tubuhnya kemudian memeluk pinggang Baekhyun.

Baekhyun terkekeh geli, "Oh Sehun yang malang,"

Kemudian keduanya tertawa, Baekhyun akan berhenti tertawa secara tiba-tiba dan Chanyeol akan mendapatinya sudah tertidur pulas dengan wajah yang ia benamkan ke dada Chanyeol.

"Selamat malam, malaikatku."

Chanyeol kembali duduk dikursi ruangannya setelah pergi ke dapur untuk membuat secangkir cokelat panas untuk menenangkan kembali pikirannya. Ia kembali menggenggam pensilnya, menopang dagu dengan tangan kanan dan mengetuk meja menggunakan tangan kirinya,

"Hello angel, you are like a painting."

Baekhyun menyukai menggambar. Walau gambarannya tak seindah lukisan karya Van Gough, bagi Chanyeol apapun yang dilakukan Baekhyun adalah sebuah keindahan.

Hari ini, Baekhyun merengek padanya karena ingin pergi ke pameran lukisan di Gangnam. Maka Chanyeol memenuhi permintaannya. Mereka keluar dorm dengan mengendap-endap, pasalnya mereka seharusnya pergi ke fanmeeting 10 menit lagi, istilah kasarnya sekarang mereka tengah kabur.

Chanyeol tidak peduli apabila nanti manajernya akan marah-marah karena ia dan Baekhyun tidak menghadiri fanmeeting, tapi Chanyeol selalu memiliki alasan yang bagus dan membuat hati manajernya kembali luluh.

Pameran lukisan di Gangnam, tidak terlalu ramai seperti apa yang Chanyeol bayangkan. Hanya ada segelintir orang berpakaian formal dan beberapa orang dewasa. Bahkan para remaja nyaris tidak ada. Mungkin, orang-orang yang menghadiri pameran ini hanyalah orang yang mengerti akan seni atau mencintai seni.

Baekhyun menghentikan langkahnya, ia menarik kaos yang Chanyeol kenakan, sebuah lukisan laut dan perahu nelayan karya seorang pelukis bernama Takuya Terada berhasil menarik perhatiannya. Ia bahkan mencengangkan mulutnya dan terus-terusan berkata 'wow'.

"Ini indah sekali, Chanyeol, apakah lukisan ini bisa dibeli atau dilelang?" Baekhyun mendongak menatap Chanyeol penuh harap.

Chanyeol menjejalkan kedua tangannya ke saku celana, "Kau menginginkannya?"

Baekhyun mengangguk sumringah, masih menatap Chanyeol.

"Baiklah. Kita akan membawanya pulang."

"Benarkah? Chanyeol, benarkah?" Mata Baekhyun berbinar, ia menarik kaos yang Chanyeol kenakan, Chanyeol tertawa ringan kemudian mengangguk.

"Terimakasih! Aku mencintaimu!" Baekhyun berjinjit untuk menyetarakan tinggi mereka, kemudian mencium pipi Chanyeol sekilas dan kembali menunduk sambil menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan cantiknya.

Setelah berdebat cukup panjang dengan sang penyelenggara pameran karena mereka bilang lukisan yang Baekhyun inginkan itu tidak dijual maupun dilelang, akhirnya Chanyeol bisa mendapatkannya dengan memberi mereka bayaran harga fantastis.

Mereka melapisi lukisan itu dengan kertas cokelat, ketika sampai di mobil, Baekhyun enggan untuk menyimpannya di bagasi dengan alasan kalau lukisan itu ukurannya tidak terlalu besar untuk ia pangku selama perjalanan.

Chanyeol duduk dibalik kemudi, menyalakan mesin mobilnya dan keluar dari area pameran, ia melirik Baekhyun yang duduk dijok sebelahnya, pria itu melepas kertas cokelat yang melapisi lukisannya dan memandangi lukisan itu sambil tersenyum.

"Kau menyukainya?" Tanya Chanyeol.

"Tentu! Lukisan ini sangat-sangat-sangat indah! Aku berharap indahnya laut yang ada dilukisan ini benar-benar nyata," jawabnya.

"Chanyeol.."

"Hm?"

"Kenapa, sih, keindahan seperti ini hanya terdapat pada lukisan? Maksudku, tidak ada didunia nyata." Baekhyun mengerucutkan bibirnya.

Chanyeol terkekeh, memutar stir kearah kanan dan berhenti didepan lampu merah, ia menatap Baekhyun, "Aku tidak tahu. Tapi, Baek,"

Baekhyun menoleh,"Hm?"

"Kau tau tidak, ternyata kau dan lukisan itu sama."

"Maksudmu? Wajahku kasar sama seperti permukaan kanvas, begitu?"

Chanyeol tertawa, "Bukan. kau dan lukisan—sama-sama indah dan cantik."

Dan Chanyeol berhasil membuat semburat merah itu kembali menghiasi wajah Baekhyun, ia menunduk malu.

"Tapi, kalian sedikit berbeda. Lukisan itu indah namun tidak nyata, tapi kau, kau indah dan nyata. Aku bersyukur karena keindahan seperti apa yang kau miliki adalah sebuah hal yang nyata,"

Baekhyun memalingkan wajahnya, menutupinya dengan lukisan itu kemudian berkata,

"Aku mau pulang! Aku mau pulaaaang! Chanyeol aku malu!"

Chanyeol tidak menyadari dirinya telah tertawa sendiri jika ingat kejadian itu. Ia hendak kembali menulis sebelum akhirnya pintu ruangannya terbuka, namun sebelum ia sempat berbalik untuk melihat siapa yang masuk, orang itu telah mendekap lehernya dari belakang.

"Aku merindukanmu." Gumam suara itu, menopangkan dagunya pada bahu Chanyeol.

Chanyeol tersenyum, mengusap puncak kepala orang dibelakangnya yang tidak lain adalah Baekhyun, "Aku juga. Acaranya berjalan lancar hari ini?"

Baekhyun melepas pelukannya, kemudian meraih secarik kertas yang ada diatas meja kemudian membacanya, "Ya, baik. Apa ini? Lagu baru?"

Ia mengangguk, meneguk cokelatnya yang kini tinggal setengah gelas lagi, "Kau suka liriknya?"

"Liriknya sangat manis. Bagaimana bisa kau membuatnya?"

"Dengan memikirkan dirimu."

Baekhyun tertawa, memukul bahu Chanyeol kemudian salah tingkah seperti biasa. Ada sebuah kebiasaan yang sering mereka lakukan dimalam hari selain bernyanyi bersama, adalah menghabiskan malam dengan duduk dibalkon kamar dan menikmati sejuknya angin malam dan indahnya galaksi diatas sana.

Lantas, Baekhyun meminta Chanyeol menemaninya dibalkon, walau pekerjaan menulis liriknya belum selesai, Chanyeol mengabulkan permintaannya. Mereka duduk dibalkon kamar berdampingan, dengan sebuah selimut tebal yang mereka gunakan dipunggung untuk melindungi tubuh mereka dari dinginnya angin malam. Chanyeol mendekap tubuh mungil Baekhyun, keduanya menatap kearah langit yang dihiasi satu bulan sabit dan ribuan bintang.

"Chanyeol, apa kau pernah melihat bintang jatuh?" Tanya Baekhyun.

Chanyeol menggeleng, "Sebenarnya itu bukan bintang yang jatuh, Baek. Itu semacam meteor atau apalah, aku tidak mengerti banyak soal ilmu angkasa."

"Jadi intinya, kau ini pernah atau tidak melihat bintang—um, meteor yang jatuh itu?" Baekhyun menyandarkan kepalanya pada bahu Chanyeol.

"Satu-satunya bintang yang jatuh dari angkasa yang pernah kulihat adalah dirimu, Baek. Kau tiba-tiba hadir dalam hidupku dengan cahayamu. Dan aku bahagia bahwa bintang yang jatuh itu bisa kumiliki hingga detik ini."

.

"Because the star that the sky dropped, is you."

Dan Chanyeol menyematkan sebait lirik indah itu pada lagunya. Ia menamai lagu buatannya dengan judul 'Heaven', berarti surga—karena didalam lagunya itu, dibalik lirik-liriknya yang manis, itu adalah sepenggal kisah cinta Chanyeol bersama surganya, Byun Baekhyun.

.

.

.

END / TBC?