Harusnya sudah update dari tadi siang, tapi ternyata badan ini tak sanggup untuk berhadapan dengan laptop. Kemarin tiga hari berkutat dengan workshop, berangkat pagi, pulang malam. Semoga chapter ini memuaskan.
Anyway ini last two chapters ya untuk Hello Again.
Siap-siap say goodbye dengan fanfic ini.
.
.
"Bagaimana, Junmyeon-ahh?" Chanyeol datang dengan tubuh penuh peluh dan rambut yang acak-acakan. Kedua kantung matanya yang membengkak terlihat jelas, ditambah dengan rambutnya yang acak-acakan.
Kibum dan Junmyeon yang menunggu di butik memandang sang sutradara dengan pandangan kasihan.
"Aku sudah menghubungi teman-temanku dan Baekhyun saat kuliah. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak berhubungan lagi dengan Baekhyun setelah lulus." Junmyeon buka suara dengan dengan intonasi perlahan.
"Aku dan Jonghyun juga sudah mencari di seluruh sudut Seoul, dan kami tak menemukan batang hidung Baekhyun sama sekali."
Mendengar penjelasan Kibum, Chanyeol melangsak, terduduk lemas di depan kedua laki-laki itu. Tangannya bertautan, namun tanpa tenaga. Selama dua hari ini ia sudah berusaha sekeras mungkin untuk menemukan calon pengantinnya, tapi nasib buruk selalu menaunginya.
"Lusa kami seharusnya menikah." ucapnya nanar.
Kibum melirik pada jas bikinannya yang berwarna peach, sebelum kembali melayangkan pandangan pada Chanyeol.
"Apa yang harus aku lakukan?" Chanyeol berucap lagi.
Junmyeon membisu, tak tahu harus menjawab apa. Sebaliknya, Kibum berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk menarik perhatian Baekhyun untuk datang. Kibum yang mengetahui semua fakta dibalik berita tidak mengenakkan itu, dan ia berharap Baekhyun akan mendengarkannya sebentar saja.
"Mungkin seharusnya aku tak mengijinkan Joohyun masuk hari itu. Aku seharusnya tahu betapa liciknya wanita itu." Chanyeol memukul-mukul kepalanya dengan kepalan tangan, yang segera dihalangi oleh Junmyeon.
"Chanyeol! Jangan menyiksa dirimu sendiri!"
"Biarkan aku! Lepaskan!" Chanyeol memberontak hingga cekalan Junmyeon terlepas. "Aku pantas mendapatkannya! Bahkan aku pantas mendapatkan siksaan yang lebih dari ini!" ia kembali memukul-mukulkan kepalannya di kepalanya sendiri.
Kibum semakin kasihan melihat Chanyeol. Tapi di sisi lain, ia juga marah, kenapa Chanyeol melakukan hal sebodoh itu?
"Park Chanyeol! Kau dungu atau bagaimana, sih?!"
Tak tahan, akhirnya Kibum membentak Chanyeol.
"Ya! Kalau aku jadi Baekhyun, akupun akan menyalahkanmu atas berita itu! Tapi bagaimanapun, kau harusnya memiliki akal sehat! Baekhyun sekarang hilang, tapi kau hanya bisa bertindak gila dan tenggelam dalam penyesalan!" suara nyaring itu menggelegar, membuat Junmyeon dan Chanyeol terkesiap. "Kau seharusnya berpikir dan melakukan sesuatu untuk menarik Baekhyun dalam persembunyiannya! Juga membalas dendam pada wanita ular bernama Bae Joohyun itu!"
Chanyeol bergetar. Baru kali ini ia mendengarkan amarah Kibum—Jonghyun pernah menceritakannya sekali dan ia tak percaya.
"Kenapa diam?! Otak udangmu itu tidak dapat mencerna perkataanku ya?!"
"Hyung.." Junmyeon segera menghampiri Kibum dan menarik tangannya, "Sudah sudah, jangan mengomel lagi. Kita semua dalam kondisi tidak baik sekarang. Takutnya kalau hanya mengandalkan emosi, situasinya makin runyam."
Kibum memandang sebal ke arah Junmyeon, "Bagaimana aku tidak emosi kalau melihat tingkah menggelikan milik lelaki dungu itu?!" tangannya menunjuk ke arah Chanyeol.
"Hyung, sudah.."
Dalam kondisi seperti ini, Junmyeon tahu tak ada yang dapat menghentikan omelan Kibum selain Kim Jonghyun. Dan mereka butuh Kim Jonghyun sekarang! Atau, Kibum akan makin lepas kontrol dan ia tak dapat menahannya lebih lama.
"Lepaskan aku, Kim Junmyeon! Aku harus mengembalikan akal sehat si dungu itu!"
Tentu saja, Junmyeon tak mau menuruti sepupu iparnya itu dan malah menyeretnya keluar ruangan. Ya, mereka tadi berkumpul di ruangan kerja Kibum, agar tidak ada pegawai yang menguping.
"Hentikan dulu teriakanmu, Kim Kibum!" suara Junmyeon dipelankan tapi dengan nada yang tegas. "Omelanmu itu makin membuat Chanyeol pusing tujuh keliling, kau tahu?" ia kemudian mendudukan Kibum di sofa yang berada tak jauh dari sana.
Nafas Kibum naik turun, ia berusaha bersikap dengan logikanya sekarang.
"Maaf." ujarnya setelah itu.
"Kita semua khawatir dengan Baekhyun, dan kau benar, kita harus berpikir dan melakukan sesuatu ketimbang larut dalam penyesalan."
"Ya." Kibum mengangguk.
Mereka terdiam, dan hanya suara detik jam yang terdengar. Setidaknya, sampai pria dengan rambut merah jambu itu masuk dan berteriak, "Bummie-yah, Yerim menitipkan ini padaku." Sembari menyodorkan kamera gopro berbungkus kotak kulit.
Perkataan dari suaminya itu menyadarkan Kibum.
Rekaman pembicaraannya dengan Joohyun tadi sudah dikirimkan oleh Yerim, dan dengan itu, ia bisa menyebar luaskannya pada khalayak, kan?
Karenanya, ia segera berdiri, dan berjalan cepat-cepat ke ruangannya.
"Park Chanyeol! Hubungi Bae Joohyun dan kita lakukan konferensi pers besok pagi!"
.
Hello Again
.
Chanyeol menahan nafas saat Joohyun bergelayutan padanya. Sudah lima belas ini ia menahan diri untuk tidak mendorong wanita itu dan menghabisinya. Ia jengkel, namun ia tak ingin mengotori tangannya sendiri. Selain itu, ada hal penting yang harus ia lakukan sekarang.
Konferensi pers.
Kibum, Junmyeon dan Yifan membantunya hingga larut untuk mengundang para wartawan dan mencari tempat untuk konferensi pers hari ini. Dan tugasnya sekarang, adalah mengatur jalannya konferensi pers agar sesuai dengan rencana yang mereka susun kemarin.
"Sayang, aku senang kau akhirnya datang padaku. Aku tahu, kau pasti tidak sabar untuk mengumumkan hubungan kita, kan?"
Hanya dalam mimpimu, Bae Joohyun!
Tapi tentu saja Chanyeol tidak dapat membalas perkataan Joohyun dengan tajam. Ia masih membutuhkan wanita itu hingga nanti.
Dan ia tidak sabar untuk melemparkan Joohyun ke dalam jurang yang tak berujung.
"Chanyeol-ahh." kepala Yifan melongok di depan pintu. Betapa Chanyeol bersyukurnya saat teman baiknya itu datang. "Ruangan sudah siap, dan wartawan sudah berkumpul."
Baiklah, sekarang saatnya.
"Ayo, Joohyun-ah." Chanyeol berdiri dan mulai berjalan dengan Joohyun yang masih memeluk lengannya erat.
"Chanyeol-ahh, panggil aku Joohyunnie saja. Kau itu harusnya lebih romantis pada kekasihmu."
Bualan Joohyun membuat Yifan jijik sekaligus merasa beruntung. Bukan dia yang dikejar-kejar oleh wanita ular itu, melainkan Chanyeol.
"Semangat, Chanyeol-ahh!" teriakan Kibum terdengar saat ketiga orang itu tiba di mulut balairung.
"Kibummie! Kau juga datang!" Joohyun melepaskan pelukannya dari Chanyeol menyambut Kibum dengan raut sumringah. "Terima kasih telah mendukungku!"
Kibum tersenyum, dan membuat Yifan terkesima. Bagaimana bisa sang designer itu berakting sebagus itu?
Mungkinkah Kibum adalah pemenang pialan Oscar terselubung?"
"Jangan lupa menghubungiku untuk baju pengantinmu! Kau sudah berjanji padaku kan, Joohyunnie?"
"Pasti!"
Kibum pasti akan terus membalas kalau saja Chanyeol tidak berdeham.
"Joohyun-ah, ayo." katanya yang menarik tangan Joohyun.
Hal pertama yang mereka lakukan di ruangan itu adalah membungkuk, sebelum akhirnya duduk di depan puluhan wartawan dengan blitz kamera yang menyilaukan.
"Selamat pagi, saya Park Chanyeol. Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih pada teman-teman semua. Mungkin kebanyakan dari kalian mendapatkan undangan untuk hadir di acara konferensi pers ini di dini hari, dan saya mengapresiasi kehadiran teman-teman wartawan di sini."
Puluhan blitz itu mengabadikan perkataan Chanyeol, dan beberapa orang lainnya mencatat di laptop mereka dengan kecepatan cahaya.
Joohyun tersenyum dan berbicara setelahnya, "Saya Bae Joohyun. Sama seperti Chanyeol, saya juga mengucapkan terima kasih banyak pada teman-teman wartawan yang mau meluangkan waktu untuk datang kemari. Saya harap kedatangan teman-teman tidak terbuang percuma, karena saya yakin, kabar menyenangkan ini dapat mendatangkan banyak pembaca."
Bae Joohyun yang selalu terlalu percaya diri.
"Baiklah, saya akan langsung saja ke permasalahan utama."
Helaan nafas Chanyeol itu membuat semua orang di ruangan itu ikut membisu, harap-harap cemas atas apa yang diucapkan sutradara tampan itu.
"Seperti yang teman-teman ketahui, saya dan Joohyun melakukan kegaduhan kemarin, dan mungkin hal itu membuat teman-teman wartawan, dan banyak orang penikmat karya saya jadi bertanya-tanya, bukankah saya sudah bertunangan dengan Baekhyun? Bukankah saya akan menikah dengan Baekhyun besok?"
Joohyun tersenyum penuh kemenangan ke arah Chanyeol sembari menatapnya lekat-lekat.
"Jadi, sebenarnya—"
"Selamat atas kemenanganmu, Bae Joohyun."
Joohyun berbalik dan terkejut melihat Kibum.
Tiba-tiba saja layar proyektor yang tadinya bertuliskan 'Per Conference Park Chanyeol — Bae Joohyun' menampilkan rekaman lain. Wajah Kibum dan Joohyun terlihat jelas di sana, dan tentu saja para wartawan segera mengabadikan momen tersebut.
Tapi ia dengan cepat dapat merubah raut wajahnya menjadi seringai mengerikan. Ia sudah menang. Dan kalau Kibum yang berkata seperti itu, maka ia benar-benar menang.
"Oh terima kasih, Kim Kibum." Joohyun berdiri dengan tangan terlipat. Tatapannya yang meremehnya terus tertuju pada pria di hadapannya. "Kau jauh-jauh kemari hanya untuk menyelamatiku, eoh?"
"Ya. Kau senang?"
"Tentu saja!" Joohyun terkikik. "Aku tahu kau menikah dengan sesama jenis, tapi melihatmu akhirnya sadar akan kesalahan temanmu itu, aku ikut senang."
Demi Tuhan, Kibum benar-benar menahan dirinya untuk tetap tersenyum.
"Aku percaya Chanyeol akan kembali padaku kalau Baekhyun meninggalkannya."
Hanya dalam mimpimu, Bae!
"Dan aku senang karena ternyata semudah itu membuat Baekhyun meninggalkannya. Aku sengaja membuka pakaianku di depan Chanyeol." Joohyun terus bergumam. "Aku kira Chanyeol akan langsung keluar ruangan kemarin. Tapi nyatanya dia menyerahkan jasnya padaku. Mungkin di dalam hatinya, ia sebenarnya mencintaiku, bukan si Byun Baekhyun itu."
Jadi itu yang kau lakukan, Bae Joohyun?
"Saat aku keluar, tentu semua pandangan tertuju padaku. Seorang Park Chanyeol menanggalkan jasnya untukku."
Wajah Joohyun jadi seputih kertas. Kedua matanya melebar dan ia hampir saja berlari kalau Kibum tidak menariknya dan mencengkram tangannya.
"Kau mau kemana, Joohyunnie? Videonya bahkan belum selesai diputar."
"Kau menjebakku, Kim Kibum?!" suaranya menggigil, tapi wajahnya mengeras.
Kibum tersenyum saat tahu reaksi Joohyun, "Aku hanya melakukan apa yang sudah kau lakukan padaBaekhyunnie, sayangku."
Kibum mengangguk, "Kau cukup cerdas untuk hal itu, Joohyun-ah. Aku salut kepadamu."
"Terima kasih, Kibum-ah." Joohyun tersenyum. Ia kemudian menghampiri Kibum dan menautkan tangannya. "Setelah ini, bantu aku untuk membuat baju pernikahan, oke?"
"Tak masalah." Kibum terkekeh. "Tarifku cukup mahal, asal kau tahu."
"Chanyeol memiliki cukup uang untuk membayarmu, Kibum-ahh."
"Ya. Aku percaya itu." Kibum melepaskan cekalan Joohyun. "Sudah jam segini, aku harus menemani Jonghyun makan siang."
"Eoh.."
"Hubungi aku kalau kau betul-betul butuh gaun pernikahan, Joohyun."
"Ya. Pasti."
Chanyeol berdiri dan kembali berbicara, "Mungkin dengan rekaman tadi, teman-teman sudah dapat menyimpulkan sendiri."
Joohyun tak tahan lagi, dan dengan kekuatan terakhirnya, ia segera berlari dengan menutupi muka. Sayangnya, para wartawan lebih cepat untuk memotret wajah penuh malu itu, untuk memenuhi headline banyak portal berita hari itu.
"Maafkan atas kegaduhan yang timbul atas kobodoha saya kemarin. Pernikahan saya dan Baekhyun tetap akan dilaksanakan besok." tangannya yang tersembunyi di bawah meja mengepal. "Meski saat ini Baekhyun sedang menghindariku, bahkan memblokir nomorku dan nomor teman-temanku yang lain. Meski tak ada yang mengetahui keberadaan Baekhyun saat ini."
Jeda itu terjadi.
"Baekhyunnie, aku akan menunggumu di tempat kita pertama kali bertemu. Jam berapapun kau datang, itu sama sekali bukan masalah. Kita akan menikah di sana, dan aku harap kau mau memaafkanku, meski aku tahu kesalahanku ini tak termaafkan olehmu."
Perkataan itu ditutup oleh bungkukan Chanyeol yang dilakukannya dengan cukup lama dengan tubuh bergetar.
TBC
Sampai jumpa lusa!
Doakan tubuhku bisa berkompromi karena hari ini pun, aku harus pulang malam.
