Title : The Mad Baba

Main Cast : Xi Luhan – Oh Sehun

Rated : M (Mecuum)

Genre : Romance & Drama

Lenght : Chaptered

Warning : YAOI/ DLDR/ Typo(s)/ its HUNHAN AREA!

.

.

.

YO! I'm right here again

I'm drop the Hunhan Fict BL

The new revolution just started again..

.

.

.

"Xi Luhan, seorang namja yang dihamili seseorang, dibuang keluarganya serta menjadi sosok Baba bagi putra tunggalnya, Ziyu. Oh Sehun, seorang namja tampan, mapan dan penuh pesona 'menginginkan' Luhan berlutut dibawah kakinya./ "Dari semua hal buruk yang terjadi dihidupku, kau adalah yang terbaik. Terima kasih."

.

.

Chapter 1

'PRANGGG!'

"Apa yang kau katakan, Luhan?" Namja paruh baya itu berteriak dengan sangat kencang dihadapan Luhan yang berlutut dengan terisak.

"Ma-maafkan aku, Baba." Suara Luhan terdengar serak dan bergetar. Sosok yang dipanggil Baba itu menghela napas dengan keras.

"Siapa?" Tanya Baba menatap Luhan, sementara Luhan hanya terdiam menunduk. "AKU TANYA SIAPA BAJINGAN YANG SUDAH MENGHAMILIMU, LUHAN!?" Sentak sang Baba menarik kerah Luhan hingga berdiri dan terhuyung. Baba masih menyentak keras tubuh Luhan yang kian berderai air mata.

"Maafkan aku, Baba. Tapi aku sungguh tidak tahu siapa yang melakukannya." Sesal Luhan. Baba berhenti lalu membalikkan badan, mengambil langkah menjauh dari Luhan.

"Yifan! Antarkan Luhan ke rumah sakit dan gugurkan bayi haram itu secepatnya." Yifan menatap kaget ayahnya, Luhan memegang perut ratanya sementara Mama menatap Baba seolah tak percaya.

"Baba, kita-

-TIDAK, YIFAN!" Baba memotong sebelum Yifan sempat berbicara. "Jangan melindungi adikmu lagi, tidak kali ini." Tegas Baba.

"A-aku tidak bisa, Baba. A-aku tidak mau mengguggurkannya." Luhan memberi bantahan, dia menatap Baba yang mendelikkan mata padanya. "Yang Baba sebut bayi haram ini adalah darah dagingku, meski aku tidak tahu siapa ayahnya."

"Han." Panggil suara lembut, seorang namja cantik berjalan kearah Baba. "Luhan benar, Han. Kita tidak bisa menggugurkan bayi itu, ia cucu kita."

"Tidak, Heechul!" sahut Hangeng cepat. "Dia bukan cucuku. Inilah akibatnya karena kalian selalu melindungi Luhan, memanjakannya dan tidak benar-benar mengawasinya. Dia menjadi urakan dan tidak terkendali. Dia bahkan tidur dengan pria yang tidak dikenalnya hingga hamil." Marah Hangeng.

Suasana menjadi hening, Heechul tidak berani angkat bicara sedangkan Yifan menatap lama adik kesayangannya.

"Jika kau tetap bersikukuh mempertahankan bayi haram itu, pergilah Luhan! Aku melepasmu dan bayi haram itu, tapi pergilah dari rumah ini atau dari kota ini. Berhenti memanggilku Baba dan menganggap kami sebagai keluargamu." Putus Hangeng membuat semua mata membola. Hangeng berjalan menjauh menuju kamarnya. "Kuberi kau satu jam untuk berkemas dan segeralah pergi dari rumah kami."

Heechul memandang Luhan sejenak lalu berlari menyusul suaminya yang menjauh, sedangkan Luhan menatap Yifan meminta maaf. Luhan memasuki kamarnya, menyiapkan travel bag milik lalu memasukkan pakaian miliknya. Ia pandangi tiap ruas kamar yang selama ini ia tinggali lalu menangis.

"Maafkan aku." Sesal Luhan. Setelah memuaskan tangisannya Luhan beranjak menuju kamar mandi. Ia basuh muka kusutnya dengan air. Luhan pandangi kaca disana yang memantulkan sosok dirinya.

"Ini salahku, dan ini hukumanku." Rapal Luhan dalam hatinya. Pandangannya turun ke arah perut lalu mengusap memutar dengan sayang. "Apapun yang terjadi, aku akan kuat untukmu."

"Yifan ge." Panggil Luhan saat mendapati Yifan berdiri di kamarnya.

"Baba memintaku untuk memastikan kau tidak membawa fasilitas apapun dari keluarga ini." ujar Yifan dingin. "Dan berhenti memanggilku gege dengan mulut kotormu, aku bukan gege-mu lagi." Luhan tersenyum pahit, dia menyayangi Yifan melebihi orang tuanya dan mendengar Yifan mengatakan hal tersebut membuat Luhan ingin menangis keras saat ini juga.

"Baiklah. Bisakah aku memelukmu sebagai pertemuan terakhir kita?" Luhan menatap penuh harap. Dan ketika ia merasakan kehangatan menyelimuti tubuh ringkihnya, ia tak bisa menahan senyum dengan air menggenang dipelupuk matanya.

"Aku menyayangimu, ge. Sampai kapanpun. Maafkan aku."

.

.

"Lu? LU? LUHAN!?"

Luhan segera terduduk dengan nafas tak beraturan, memegang pipinya yang memanas dan memandang sang pelaku dengan kerucutan sebal dibibirnya.

"Kau mau membangunkanku atau memukuliku sih, Baek?" Kesal Luhan mengelus pipinya. Baekhyun cengengesan.

"Maafkan aku, Lu. Kau menangis didalam tidurmu. Aku menepuk pelan pipimu berkali-kali tapi kau tidak segera bangun, jadilah aku menamparmu." Baekhyun menjelaskan dengan tampang tanpa dosanya. "Apa mimpi buruk itu lagi?" Luhan termenung.

"Dengar Luhan, kau tidak sendirian. Kita akan menghadapinya bersama-sama. Aku, kau, Kyungsoo dan Ziyu." Baekhyun tersenyum lalu menghapus airmata Luhan.

"Terimakasih, Baek. Aku tidak tahu lagi bagaimana hidupku jika kau dan juga Kyungsoo tidak bersamaku. Terimakasih." Luhan memeluk Baekhyun erat.

"Sudahlah, Luhan. Kau keluargaku juga sekarang, jangan sungkan." Baekhyun melepas pelukannya. "Lihat wajah jelekmu itu, pantas saja tidak ada yang mau berkencan denganmu." Sindir Baekhyun tajam.

"Ya! Biar bagaimanapun aku ini sangat dikagumi, kau tidak ingat saat dikampus dulu bahkan tidak ada sehari kulewati tanpa surat cinta dilokerku." Luhan mengumbar dengan bangga membuat Baekhyun memutar bola matanya malas.

"Yayaya, Luhan yang agung yang menyiramku dengan jus jambu dihari pertamaku sekolah transfer."

Celotehan Baekhyun membuat Luhan terdiam, senyumnya menghilang berganti dengan gurat sedih dan menyesal. Baekhyun mengumpat, mengutuk mulut embernya yang tak bisa dikendalikan.

"Lu." Panggil Baekhyun. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengingatkanmu. Ini, pukul mulut cerewetku." Baekhyun mengambil pergelangan tangan Luhan lalu menepuk-nepukkan dimulutnya. Luhan tertawa lalu menarik tangannya dan memeluk Baekhyun.

Baekhyun dan Luhan merupakan murid di Ma Shou University. Baekhyun mengikuti program pertukaran pelajar selama satu tahun. Di sanalah ia bertemu dengan Luhan, sosok angkuh dan urakan dimata Baekhyun. Tiada hari tanpa mengumpati sikap seenak jidat Luhan padanya. Baekhyun bahkan bersumpah akan mencekik Luhan dengan tangan mungil dan rampingnya. Namun semua berubah. Saat hujan deras sepulang dari kuliah, ia menemukan Luhan tergeletak dengan darah bercucuran dikepala. Tanpa berpikir tentang sikap Luhan padanya selama ini, Baekhyun membawa Luhan ke rumah sakit. Merawat Luhan yang koma selama empat bulan dan secara perlahan semua berubah kala Luhan sadar. Baekhyun yang dulu merupakan musuh besar Luhan berganti menjadi Baekhyun yang sangat menyayangi Luhan. Baekhyun bahkan membawa serta Luhan ke negara asalnya, Korea. Dan di negara ini keduanya bertemu sahabat baik Baekhyun, Kyungsoo yang turut berperan dalam kehidupan baru Luhan.

.

.

The Mad Baba

.

.

Pekatnya malam telah berganti dengan kicauan burung-burung gereja, mentari mulai mengintip dengan sinar keemasannya. Di sebuah flat kecil daerah Seoul telah ramai oleh teriakan-teriakan dua orang namja yang berebut untuk memilihkan pakaian balita satu tahun. Sementara si bayi hanya mengernyit lalu tertawa karena tingkah ajaib dua orang dewasa dihadapannya.

"Hari ini cuaca sedang terik, Baek. Ziyu bisa kepanasan jika memakai baju itu." Sungut Luhan.

"Tidak, Luhan! Ziyu sangat cantik jika memakai baju ini." Baekhyun mengotot.

"Baek, Ziyu itu tampan bukan cantik!" Geram Luhan. "Dan jangan keras kepala, Ziyu bisa kepanasan dan kulitnya kembali ruam-ruam juga gatal." Luhan memberi penjelasan. Baekhyun menghela napas, merasa kalah jika berdebat dengan Luhan.

'TING TONG! TING TONG! TING TONG!'

Baekhyun dengan tidak sabar memencet bel flat milik Kyungsoo yang berjarak dua blok dari tempatnya dan Luhan tinggal.

"BAEK SIALAN!" Umpat Kyungsoo membuka pintu dengan apron dibadannya. Baekhyun menyengir sementara Luhan mendelik tajam.

"Hehehe... habisnya kau lama sekali, Soo." Baekhyun berkilah.

"Ck, sudahlah! Kemarikan Ziyu, Lu. Aku sangat merindukannya." Kyungsoo mengulurkan tangan.

"Apa tidak apa-apa, Soo? Sepertinya kau tengah sibuk."

"Tidak, Luhan! Aku ini juga appa-nya Ziyu, dan berhubung hari ini aku libur jadi aku yang akan mengurusnya hingga kau pulang."

"Paa..paa..paa.." Ziyu tertawa dalam gendongan Kyungsoo.

"Aigoo, kau merindukanku ya, Ziyu?"

"Paa..paa..paa.." Ziyu berceloteh dengan air liurnya yang mengalir. Luhan melapnya sebelum mencium Ziyu.

"Baba akan pulang jam tiga sore, Ziyu bermain bersama Kyungsoo appa dulu ya. Jangan rewel dan tidak boleh nakal." Pesan Luhan.

Ziyu memang tipikal anak yang tidak gampang menangis jika bersama orang asing. Sedikit banyak, Luhan bersyukur akan hal itu. Setidaknya, jika ia harus bekerja dan meninggalkan Ziyu kepada orang lain, Ziyu tidak akan menangis. Namun, karena hal itu pulalah Luhan menjadi takut jika harus menitipkan Ziyu pada orang-orang baru disekitarnya.

"Ya sudah, Baek appa juga akan berangkat bersama Lu Baba." Pamit Baekhyun mencium Ziyu lalu tak selang lama keduanya berangkat menuju tempat kerja.

.

.

At Lunar Coorporation

Luhan segera mengganti seragamnya lalu membersihkan lantai dan kaca perusahaan. Jabatan Luhan memang sebagai Office Boy. Karena kuliahnya yang terputus ditengah jalan membuat Luhan sedikit kesulitan untuk bekerja dengan pangkat yang menjanjikan. Tapi Luhan tetap mensyukurinya, asalkan ia dan Ziyu masih bisa bertahan. Berbeda dengan Baekhyun dan Kyungsoo yang telah menyelesaikan kuliah mereka hingga akhir sehingga keduanya menduduki jabatan meski hanya karyawan pemasaran dan keuangan biasa, namun setidaknya gaji mereka tetap UMR.

"Luhan, segera berkumpul di lobby bawah. Hari ini pemilik baru perusahaan Lunar akan datang, semua diminta berkumpul dan memberikan penghormatan." Luhan yang tengah beristirahat dikejutkan dengan kehadiran Baekhyun.

"Astaga! Bahkan jika aku tidak datang tidak akan ada yang tahu, kenapa kau repot-repot kemari." Keluh Luhan yang sedang kesal karena memang dirinya tengah lelah.

"Tidak bisa, Lu! Kau harus ikut denganku. Aku sebenarnya juga malas tapi kudengar presdir baru kita ini sangat tampan seperti Presdir Kyuhyun. Ayo, Lu! Kau harus menemaniku." Rengek Baekhyun. Diantara mereka bertiga, Baekhyun adalah yang paling genit. Tadi tidak heran jika dia akan merengek seperti ini pada Luhan.

"Baiklah, ayo turun."

Memilih mengalah, Luhan megikuti Baekhyun yang menariknya ke lobby.

.

.

Sebuah audi hitam terparkir didepan pintu masuk perusahaan, beberapa orang berjas hitam keluar dan bersiaga disepanjang jalur masuk. Salah satunya bergerak membuka pintu penumpang. Seorang lelaki tampan dengan balutan kemeja hitam turun dari sana. Tubuhnya tinggi tegap, kulitnya putih dengan rahang yang tajam. Rambut hitamnya dipoles dengan gel rambut sedemikian rupa memperlihatkan jidat indahnya. Tatapan mata elangnya menatap lurus dengan dagu runcing yang diangkat naik seolah menunjukkan betapa tinggi martabat yang ia miliki. Kaki rampingnya berjalan masuk bersama dengan tundukan hormat dari pegawainya sepanjang perjalanan. Langkahnya terhenti diujung barisan dengan seulas senyum disana.

"Lama tidak berjumpa, Paman Kim."

Sosok yang dipanggil Paman Kim membungkuk hormat, pria setengah abad itu menatap teduh.

"Aku senang melihatmu kembali, Presdir."

"Tentu saja, dan aku akan sangat merepotkanmu nantinya." Jawaban itu membuat Paman Kim tertawa.

"Aku akan sangat senang kau repotkan, Tuan Oh Sehun."

"Psstt, Lu. Dia sangat tampan, bukan!?" Baekhyun berbisik.

"Hmmm.." Gumam Luhan malas. Luhan akui memang Sehun terlihat mempesona, namun ia sedih karena secara bersamaan sosok Sehun mengingatkannya dengan Kris. Rasanya sudah sangat lama saat terakhir kali ia bertemu dengan kakak kesayangannya itu.

"Hahhh, seleramu memang buruk." Kesal Baekhyun mendumal tak jelas.

"Aku sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang sepertinya, jadi aku tidak terkejut."

Luhan memang bersungguh-sungguh dengan ucapannya, dulu saat kuliah banyak sekali muka-muka orang penuh pesona seperti Sehun. Jadi jika sekarang Luhan dihadapkan pada sosok Sehun, Luhan sudah terbiasa.

Sehun melirik kearah Luhan dan Baekhyun. Gumaman mereka memang pelan jika yang mendengar karyawan lain, tapi ini Oh Sehun. Pendengarannya cukup bagus untuk mengintai percakapan kecil Luhan dan Baekhyun. Sehun memperhatikan keduanya hingga tanpa sadar pandangannya bersirobok dengan mata rusa milik Luhan. Ia perhatikan wajah pria mungil yang juga terdiam menatapnya hingga secara tiba-tiba Sehun merasakan desiran aneh. Ia mengernyit tak suka. Desiran ini adalah desiran yang sama seperti dimasa lalunya. Tapi Sehun tidak bisa berkilah jika ia menginginkan Luhan yang menggigit bibir bawahnya dengan gugup agar berlutut dibawahnya.

Sehun berjalan mendekati Luhan, membuat banyak pasang mata menatapnya awas. Luhan maupun Baekhyun juga terdiam kaku ditempatnya. Jika Baekhyun diam karena takut dengan aura Sehun yang menghitam, maka Luhan terdiam karena ia merasa tersedot dengan manik elang Sehun. Hati Luhan turut bergetar dan menanti tindakan apa yang sekiranya presdir baru akan lakukan.

Sehun berhenti dihadapan Luhan, menghirup napas dalam merasakan aroma Luhan yang membuatnya semakin menginginkan Luhan sembari menutup matanya. Dan ketika ia membuka mata, menatap balik lagi manik rusa Luhan yang memantulkan dirinya, Sehun tidak bisa mengendalikan mulut brengseknya.

"Aku menginginkanmu..."

Membuat tidak hanya Luhan, namun juga seluruh orang disana berpikir keras dan menahan napasnya tanpa sadar.

.

.

NEXT/DELETE?