Tempo di Stagnazione
.
.
.
Vernon mengalami perputaran waktu di otaknya. Kebakaran, pembunuhan, perang, korek api elektrik dan seseorang dibalik itu semua. Bayang-bayang Seungkwan pun masih ada di kepalanya. Bahkan Vernon tak mengerti bagaimana semua itu bisa terjadi / "Seseorang menyebut dirinya Principessa..." / "... Seungkwan, maafkan aku.." / Verkwan / Time-Fantasy / PROLOGUE
.
.
Cahaya jingga itu sungguh terang. Sejauh mata memandang, hampir seluruh isi kota penuh dengan cahaya itu. Tembok-tembok yang kokoh itu hampir ambruk, atap rumah rata dengan tanah. Jika ditamatkan lebih dalam maka seluruh tembok yang ada di sana beribah warna menjadi kehitaman. Memang rumah permanen, namun masih didominasi oleh kayu jati yang kokoh. Sehingga semua yang ada di sana hampir rata dengan tanah.
Banyak tubuh tergeletak di aspal. Jika diperhatikan lamat-lamat, tubuh yang tergeletak itu adalah para lelaki yang berseragam tentara. Entahlah, ini mungkin telah terjadi sebuah perang atau penyerangan atas dasar kelicikan konspirasi pemerintah. Tapi tak sedikit juga warga sipil yang ikut menjadi korban.
.
Vernon berdiri tepat di hadapan seorang pemuda mungil. Mata Vernon memerah. Dengan perlahan ia mendekati lelaki itu. Pandangan lelaki itu hanya tertuju pada mata Vernon yang perlahan mendekat. Vernon masih dengan pakaian tentaranya.
Sudut bibir pemuda mungil itu mengalir setetes cairan merah pekat. Dari lubang hidung pula. Perlahan bibir pemuda yang tadi mengatup itu terbuka.
"V-ver..non.."
"Sayang. Aku disini," Vernon menginterupsi.
Tubuh pemuda mungil itu tumbang. Ia akan mencium kasarnya aspal jika Vernon tak menahannya.
"Seungkwan? Seungkwan sayang.. hiks.. sayang.."
Mata pemuda yang bernama Seungkwan itu masih terbuka. Bola mata berwarna hitam pekat itu tetap menatap iris mata cokelat madu milik Vernon. Isak tangis Vernon semakin menjadi.
"Seungkwan. Sayang. Jangan sayang.. jangan.."
Seungkwan hanya menggerakkan telapak tangannya perlahan. Menuju garis-garis tulang dagu Vernon, kemudian berpindah menangkup pipi tirus Vernon. Tangan penuh darah dari perutnya itu kini menodai wajah Vernon. Seungkwan tetap membisu. Tak kuat hanya mengatakan nama Vernon saja.
"Ve-r..non.."
"Hold on, baby. My baby Boo. Don't leave me, babe.."
Kelopak mata Seungkwan perlahan mengatup. Telapak tangannya di pipi Vernon melemas. Sekitar lima detik kemudian tubuh Seungkwan yang berlumuran darah itupun akhirnya mendingin. Perlu lima detik lagi untuk Vernon menyadari bahwa kekasih hatinya itu meninggalkannya. Vernon menahan tangisnya. Gigi-giginya menggeretak, dan isakan yang lambat laun semakin mengeras.
"Sayangku.. Seungkwan.."
.
Hening seketika. Vernon hanya disana menangisi Seungkwan yang mendingin itu.
.
.
Kelopak mata itu terbuka lebar. Tubuh yang tadinya terbaring itu bangkit. Nafas yang terengah-engah. Pusing pun melanda. Mungkin sedikit menyakitkan daripada yang sebelumnya.
.
Dimana dia?
.
Oh ternyata di tempat tidur kamp.
.
"Bos? Kau baik-baik saja?"
.
Suara itu menginterupsi lelaki yang dipanggil 'bos' itu. Ia menoleh ke bawah. Ada lelaki lain yang memandangnya dari tempat tidur tingkat bawah. Wajahnya cukup membuat orang tak yakin jika ia adalah seorang tentara sama seperti pria tadi. Vernon mendesah lega.
"Mimpi buruk lagi, Bos?"
"Aku tidak paham apalagi mimpiku ini, Josh," Vernon memijat kepalanya frustasi.
"Istrimu datang lagi?"
Vernon mengangguk.
Pemuda bernama Joshua itu mengambil sebuah pil. "Aku tahu ini tak akan membantu mimpi burukmu untuk pergi. Setidaknya kau bisa tidur dengan tenang hari ini. Besok kita akan pergi lagi dari sini,"
Vernon mengambil pil obat penenang itu dari tangan Joshua. Kemudian menelannya bulat-bulat. Vernon kembali berbaring.
"Lupakan sial laporan untuk database, Vernon. Aku akan mengajukan permintaan pengunduran pengumpulan database ke atasan," lanjut Joshua.
"Hm.."
Vernon memejamkan matanya lagi.
.
Berharap mimpi buruk itu tak datang lagi.
.
Digantikan dengan mimpi indah mendiang istrinya. Entahlah. Menari si bawah sinar bulan, mungkin? Apapun itu yang penting ia tenang.
.
.
Tbc
.
.
Prolognya ... apa ya? Hm? Bodo ah aku pengen bikin FF ini sejak aku nonton film Leonardo di Caprio yang judulnya Shutter Island. Gatau ya? Lupakan. Film itu sebenernya susah ditebak. Tapi karena Ira pandai menebak jadinya akhir dari film itu ketebak juga wkwkwk. Insya Allah aku gak menjiplak itu semua.
Spoiler dikit nih. All of sebongs akan ada disini semua. Mulai dari babeh skups sampe dek chan. Tidak akan ada nama lain kecuali mereka. Mungkin bakalan diganti namanya kayak... penjaga pantai mungkin wkwk /apasih/
Mohon doanya untuk chapter depan ya.
