Uncontrolled Love

(Meanie Version)

Cast:

Jeon Wonwoo as Shu Nian

Kim Mingyu as Xie Yan

Genre: Romance, Boys Love

Rate: T-M

Disclaime:

Wonwoo dan Mingyu milik keluarga mereka dan milik Pledis Ent. Shu Nian milik Xie Yan, dan Wang Bowen milik Meng Rui. Dan aku hanyalah seseorang yang sangat mencintai mereka semua.

Author Note's:

Uncontrolled Love adalah sebuah Boys Love Movie Series dari China yang merupakan adaptasi dari Novel berjudul Force Majeure karya Lan Lin. Karena aku sangat menyukai kisah dan cast-nya, jadi aku tertarik membuatnya ke dalam Meanie Version dengan beberapa penyesuaian. Hope you like it.

Summary:

Jeon Wonwoo menyimpan cinta untuk Masternya, Kim Mingyu, selama lebih 20 tahun. Saat Mingyu mengetahuinya, ia malah menjauhkan Wonwoo dan mengirimnya ke luar negeri. Hidup keduanya berubah mulai saat itu.

- Uncontrolled Love –

Hari berlalu dengan begitu cepat. Matahari baru beranjak ketika Wonwoo sudah berada di kantor. Ia menyesap kopi yang masih mengepulkan sedikit asap. Belakangan ini ada banyak hal yang mengganggu pikiran Wonwoo. Ia menghela nafas sebentar kemudian menyesap kembali kopinya.

"Wonwoo ssi! Wonwoo ssi!"

Wonwoo mengalihkan perhatiannya ke arah Manajer Lee yang datang tergopoh-gopoh.

"Manajer Lee, ada apa?"

Tanpa menunggu diperintahkan, Manajer Lee langsung menduduki kursi yang berada di depan Wonwoo.

"Mengenai kontrak dengan perusahaan Wen, apa yang harus saya lakukan? Tuan Kim belum menandatangani proposalnya." Wonwoo berhenti saat akan menyesap kembali kopinya. "Kemarin aku saya sudah ke ruangannya, tetapi beliau tidak ada. Padahal hari ini deadline penyerahannya." Lanjut Manajer Lee.

"Lantas apa yang bisa saya lakukan ?"

"Wonwoo ssi, bukankah kau sangat dekat dengan Tuan Kim?" Wonwoo menatap tidak senang dengan ucapan Manajer Lee. "Tidak bisakah Wonwoo ssi saja yang meminta tanda tangan untuk proposal itu? Tolonglah. Perangai Tuan Kim sangat buruk belakangan ini. Beliau bisa mengamuk kapan saja, hanya Wonwoo ssi yang bisa menangani amarah Tuan Kim."

"Hah, baiklah. Akan saya coba tapi tidak ada jaminan itu akan berhasil." Wonwoo sangat paham apa yang ditakuti oleh rekan kerjanya ini, Mingyu beberapa hari ini memang berbeda, sangat berbeda.

"Ini berkasnya, terima kasih banyak Wonwoo ssi. Saya berhutang lagi pada anda." Pancaran kebahagiaan menguar dari wajah Manajer Lee, Wonwoo hanya tersenyum tipis untuk menanggapinya.

Setelah Manajer Lee pergi, Wonwoo beranjak ke ruangan Mingyu. Ia menarik nafas beberapa kali sebelum mengetuk pintu kayu berwarna coklat tua tersebut. Bagaimanapun ia sedikit merasa gugup, hubungannya dengan Mingyu sedikit tidak baik beberapa hari ini. Jadi Wonwoo sangat paham jika Mingyu bisa saja membuatnya kesulitan dalam hal pekerjaan pun.

Tok tok tok

Wonwoo langsung memasuki ruangan Mingyu tanpa menunggu jawaban dari dalam, biasanya juga ia seperti itu. Namun kali ini sepertinya Wonwoo melakukan kesalahan.

Langkah Wonwoo berhenti begitu matanya menangkap pemandangan tidak mengenakkan di meja kerja Mingyu. Di sana, Tzuyu dan Mingyu terlihat bermesraan atau sudah bermesraan sedari tadi, terlihat dari Tzuyu yang duduk di atas meja kerja dengan kedua lengan mengalung di pundak kokoh Mingyu. Mereka saling berhadapan seperti baru slesai berciuman dan tersentak kaget saat Wonwoo masuk. Semuanya terlihat begitu jelas.

"Oh, ada apa?" Tzuyu berpindah dari posisi duduknya dan berdiri di samping Mingyu, tapi Wonwoo bisa melihat sebelah tangan Mingyu yang masih melingkar di pinggang ramping Tzuyu.

Mencoba untuk tidak terusik dengan apa yang dilihatnya, Wonwoo memilih berjalan mendekat.

"Tuan Kim, saya datang untuk meminta tanda tangan anda terkait kontrak dengan perusahaan Wen."

"Bukankah itu tidak ada hubungannya denganmu. Itu bukan bagian dari tanggung jawabmu." Ujar Mingyu. Di lain sisi, Tzuyu benar-benar sangat tahu untuk menarik perhatian Mingyu, wanita itu dengan sengaja memijat-mijat pundak Mingyu, seolah menunjukkan keberadaannya di hadapan Wonwoo.

Wonwoo mengerling, ia tahu ini akan lebih sulit dari biasanya.

"Letakkan itu." Titah Mingyu. Dengan gesit Wonwoo membuka halaman yang harus ditanda tangani Mingyu dan meletakkannya di hadapan tuan muda. Namun Mingyu malah beranjak dari kursinya, mengambil jas hitamnya dan menyampirkan di lengan kirinya.

"Sayang, kita akan makan di mana?"

"Bukankah kau ingin makan masakan Jepang? Ayo segera berangkat." Mingyu benar-benar mengabaikan Wonwoo dan berkas di depannya. Sementara itu Tzuyu tersenyum penuh kemenangan ke arah Wonwoo.

Wonwoo terhenyak dengan sikap Mingyu yang sangat tidak bertanggung jawab, bahkan tidak mengacuhkannya sama sekali. Saat Mingyu berpapasan dengannya, Wonwoo dengan berani menahan tangan Mingyu sehingga Mingyu pun terhenti.

"Tanda tangani dulu proposalnya kemudian barulah pergi. Ini urgent." Tidak ada niat sedikit pun untuk memerintah Mingyu, namun sepertinya Mingyu merasa sebaliknya.

Dengan kasar Mingyu menepis tangan Wonwoo, sementara Wonwoo hanya terdiam diperlakukan seperti itu.

"Urusi saja urusanmu sendiri dan ingatlah posisimu." Jawab Mingyu, sinis. "Jangan coba-coba untuk menyentuhku, ah tidak, jangan pernah menyentuhku."

Mingyu berlalu begitu saja. Ia begitu angkuh dan keras. Ia bahkan tidak peduli apa yang akan dipikirkan Wonwoo. Sikap yang tidak pernah ditunjukkannya kepada Wonwoo, entah kemana rasa sayang dan peduli Mingyu selama ini. Ia dikuasai amarah lebih lama dari yang diperkirakan Wonwoo. Dengan wajah menyeringai, Tzuyu pun mengikuti langkah Mingyu. Wanita itu merasa sangat senang karena Mingyu tak acuh pada Wonwo.

Tidak ada yang bisa dilakukan Wonwoo jika sudah seperti ini, ia juga tidak mungkin memaksa Mingyu. Semenjak Mingyu mengetahui rahasia terbesarnya, Mingyu menjadi sangat berubah. Berubah menjadi pemarah, kasar, semakin arogan, dan yang paling menyakitkan, Mingyu berubah menjadi benci kepadanya.

- Uncontrolled Love –

Jam berdetak, hampir pukul 2 malam. Wonwoo termenung di pinggir tempat tidurnya. Ia menatap gelapnya malam yang mungkin sama gelapnya dengan perjalanan hidupnya. Perasaan tidak diinginkan menyerang hatinya kembali, tapi segera ia tepiskan semua perasaan itu. Setidaknya masih ada alasan untuk Wonwoo bertahan kan? Iya, Wonwoo masih punya harapan, sedikit.

Brakkkk

Suara gebrakan yang terdengar seperti pintu yang dibuka dengan kasar membuyarkan lamunan Wonwoo. Suara itu berasal dari pintu depan yang memang belum dikuncinya. Sayup-sayup Wonwoo dapat mendengar desahan dan cipakan seperti orang yang berciuman kasar, apakah itu Mingyu dan Tzuyu? Wonwoo memejamkan matanya dan mencoba untuk tak mengindahkan suara tersebut.

Namun suara itu bukannya berhenti tapi justru terdengar semakin jelas dan keras. Wonwoo tidak ingin mendengarnya lagi dan ia juga tidak ingin Mingyu terkena masalah karena nafsunya dengan wanita itu. Wonwoo memutuskan untuk turun ke bawah, ia menuruni anak tangga dengan tergesa.

Di lantai bawah, Mingyu menciumi Tzuyu dengan begitu bergairah. Keduanya saling menyerang dan sangat terlihat jika nafsu udah menguasai logika mereka. Mingyu menyerang apapun yang bisa dicapainya. Bibir, pipi, leher, semua ia lumat dengan brutal.

Bukannya keberatan, Tzuyu justru merasa senang diperlakukan seperti itu. Sang wanita mengerang dan menarik tengkuk Mingyu untuk mencumbunya lebih. Nafasnya tersengal-sengal.

Mingyu mendorong Tzuyu ke sebuah kursi hingga wanita itu terduduk dengan kedua kaki yang menggelantung di pinggiran kursi. Dengan gesit Mingyu menindih tubuh kurus Tzuyu dan menggerayangi kekasihnya itu. Mingyu mengecupi apapun yang bisa ditemukannya. Ia bahkan menarik bagian baju wanita itu hingga menampakkan sebelah pundak dan pangkal payudara Tzuyu.

Wonwoo datang dan terpaku, persis saat Mingyu akan membuka kancing bajunya sendiri. Wonwoo begitu kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Rasa sakit menyerang hatinya. Ia begitu jijik melihat kejadian di depannya.

Kedatangan Wonwoo menghentikan gerakan tangan Mingyu juga Tzuyu, dan itu membuat Mingyu merasa sangat kesal dan marah. Ia marah karena meraa terganggu.

"Apa yang kau lihat, hah?" Bentak Mingyu dengan suara yang keras dan kasar.

"Master, ini rumahmu dan hal itu tidak baik untuk dilakukan di sini." Pandangan terluka terlukis dengan jelas di mata Wonwoo.

Mndengar perkataan Wonwoo, Mingyu bangkit dari atas tubuh Tzuyu sementara si wanita segera membereskan penampilannya yang sangat kacau.

"Ini bukan rumah mu, jadi bukan urusanmu." Sindir Mingyu.

"Tuan dan Nyonya besar memintaku untuk tidak hanya menjaga rumah, tapi juga mengawasimu."

"Jeon Wonwoo! Berani sekali kau berkata seperti itu, memangnya kau itu siapa hah?" Tuding Tzuyu.

"Hentikan." Mingyu menahan Tzuyu yang hendak menantang Wonwoo. Suara Mingyu begitu berbeda dengan saat membentak Wonwoo tadi, ia melembut.

"Wonwoo, kembalilah ke kamarmu." Perintah Mingyu. "Kami ingin bercinta di sini." Tambahnya lagi, seolah menegaskan kepada Wonwoo jika ia adalah lelaki normal yang bercinta dengan seorang wanita. Tzuyu terlihat begitu senang dengan ucapan Mingyu, ia merasa menang telak terhadap Wonwoo.

Wonwoo menjerit di dalam hatinya. Bolehkan ia menganggap Mingyu hanya sedang bercanda? Ia memang tidak mengharapkan Mingyu membalas perasaanya, tapi tidak bisakah Mingyu menjaga perilakunya dan juga harapan terakhir Wonwoo? Tidak bisakah Mingyu menjadi sedikit baik dan melupakan saja jika ia mengetahui Wonwoo suka padanya?

"Ku bilang pergi. Cepat pergi, Jeon Wonwoo!" Teriak Mingyu yang penuh amarah. "Oh, atau kau ingin melihat kami bercinta di sini hmm? Aku tidak masalah dengan hal itu." Sinis Mingyu seraya menarik Tzuyu ke dalam pelukannya dan melumat dagu serta bibir wanita itu.

Wonwoo menatap langsung ke mata Mingyu. Ia tahu, inilah batasannya. Mingyu yang seperti ini tidak akan mendengarnya sama sekali. Wonwoo pun berbalik dengan membawa hatinya yang terluka dan harapannya yang hancur berantakan.

Sepeninggalnya Wonwoo, amarah Mingyu tidak mereda sama sekali. Ia melihat raut kesakitan saat bertatapan dengan Wonwoo tadi. Ingin rasanya menghampiri lelakinya itu, tapi ego dan harga diri lebih besar artinya dibandingkan dengan rasa kasihnya. Mingyu menyakiti Wonwoo lagi untuk kesekian kalinya.

Dengan emosi yang membakar hatinya, Mingyu menarik Tzuyu semakin rapat padanya. Ia melumat bibir gadis itu dengan kasar dan tergesa, tidak peduli dengan apapun yang dirasakan gadis itu. Ia hanya ingin melampiaskan emosinya, sesuatu yang mengganggunya, yang ia yakini sebagai perasaan marah karena Wonwoo mengganggu waktunya dengan Tzuyu, sang kekasih.

Wonwoo kembali ke kamarnya yang gelap. Desahan Tzuyu dan erangan Mingyu terdengar sampai ke kamarnya. Ia terduduk di pinggir ranjang, meremas pahanya dengan keras. Seandainya bisa, Wonwoo berharap ia menjadi tuli pada saat itu, ia berharap ia tidak melihat dan mendengar semua erangan itu. Sungguh, Wonwoo sudah tidak tahan dengan rasa sakit dan kecewa yang memakan hatinya. Wonwoo bergelung di dalam selimutnya, malam itu ia menangis.

"Kim Mingyu, jangan menyentuhku. Singkirkan tanganmu. Kim Mingyu! Brengsek kau."

Plakkkkk

Brakkkkk

Wonwoo tidak peduli lagi dengan apapun yang ia dengar. Ia hanya ingin tidur dan melupakan semuanya, melupakan rasa sakitnya.

Di lantai satu rumah megah itu, Mingyu duduk diam setelah ditinggal Tzuyu. Ia menatap langit-langit ruang tengah tempat ia hampir bercinta dengan Tzuyu. Matanya bergerak-gerak seolah mencari sesuatu.

Tamparan Tzuyu yang sangat keras tadi menyadarkan Mingyu jika ada yang berubah dari yang diyakininya selama ini, hatinya sudah berubah, tetapi Mingyu dengan segala keangkuhannya menolak untuk menerima kenyataan.

Ada macam-macam gejolak dalam dirinya. Menerima dan mengalah dari kyakinannya bukan hal yang diinginkannya, ia tidak suka dengan kekalahan, Mingyu membencinya. Namun mengabaikan kebenaran pun terasa berat juga, artinya ia harus menyakiti seseorang yang sudah menjadi sebagian hidupnya.

Mingyu bingung, dilain sisi ia harus memutuskan. Dengan menghela nafas dan memejamkan matanya, Mingyu mengambil keputusan. Ia harap keputusannya tidak salah. Ia harap keputusannya kali ini bisa menormalkan segala hal dalam hidupnya yang dirasanya mulai tidak wajar.

"Ayah, aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu," Mingyu terdiam sejenak, "mengenai Wonwoo." Lanjutnya.

Namun tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Tidak Mingyu, tidak ayahnya, tidakpun Wonwoo. Semuanya bisa berubah dari rencana mereka, misalnya saja karena sebuah pesan yang diterima Wonwoo malam itu, sebuah pesan dari Tzuyu.

- Uncontrolled Love –

Wonwoo memutuskan menerima ajakan zuyu untuk bertemu. Sebenarnya Wonwoo tidak tahu apa yang diinginkan wanita itu, tapi ia yakin pastilah tentang Mingyu. Dan Wonwoo akan melakukan apapun jika itu untuk Mingyu.

"Selamat malam Tzuyu ssi." Sapa Wonwoo masih bersopan santun.

"Langsung saja, segeralah keluar dari rumah Mingyu. Semakin cepat semakin baik." Tuntut Tzuyu dengan penuh keangkuhan dan intimidasi.

Wonwoo mengernyit tidak paham dengan maksud kekasih tuan mudanya itu.

"Kau tahu? Semalam saat kami hampir bercinta, tiba-tiba dia menyebut nama mu." Wonwoo tersentak, benarkah yang didengarnya ini? Mingyu tidak mungkin sepeti itu kan?

Tzuyu melanjutkan, "Dia menjadi liar dan penuh nafsu, tetapi yang disebutnya adalah namamu." Geram Tzuyu, terlihat jelas ia begitu marah.

"Jeon Wonwoo, aku tahu kau menyukainya, tidak, kau jelas-jelas mencintainya. Aku tahu itu meski kau menyembunyikannya serapat mungkin."

"Tzuyu ssi, kami hanyalah…."

"Jangan berkelit. Kotak di dalam kamarmu itu adalah bukti nyata. Masih mau menyangkalnya? Sialan." Umpat Tzuyu.

Wonwoo tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jika ia mengakuinya, ia takut hal itu bisa berimbas pada Mingyu. Jadi Wonwoo hanya diam saja.

"Jika itu tidak benar, kau tidak akan mengumpulkan barang-barang dari masa kecil Mingyu untuk kau simpan seperti itu! Bahkan kau menyimpannya udah sangat lama dan dengan cara yang begitu aneh, seperti seorang maniak." Wonwoo menghembuskan nafas yang menyesakkan dadanya.

"Lagipula caramu melihatnya, memandangnya, lalu intonasi suaramu saat berbicaranya, semuanya menunjukkan dengan begitu jelas jika kau mencintainya."

'Benarkah sejelas itu? Itukah yang dipikirkan orang lain saat melihatku? Lalu Mingyu, apakah ia…'

Tzuyu menelisik Wonwoo, tidak ada ekpresi yang kentara tapi wanita itu sangat yakin sudah berhasil memengaruhi Wonwoo. "Jadi kau harus meninggalkan dia," tekannya dengan serius.

Wonwoo mempertimbangkan semua yang dikatakan Tzuyu. Ia memang mencintai Mingyu, tapi tidak untuk membuat lelaki sempurna itu menjadi tidak nyaman atau berada dalam masalah.

"Ah, jika kau tidak meninggalkan Mingyu, aku akan membeberkan semua rahasiamu ke seluruh karyawan, kalau perlu ke semua perusahaan lain." Wanita ini sangatlah berbahaya, dia bisa melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya. Wonwoo mengepalkan kedua tangannya di bawah meja sana.

"Kurasa sebaiknya Tuan dan Nyonya Kim juga mengetahui perihal ini. Bukanah itu menjadi semakin menarik? Cih." Cibiran dengan suara halus yang cukup Wonwoo benci. Wonwoo benci kenapa wanita seperti ini yang disukai oleh tuan mudanya. Wanita yang ambisius dan kejam.

"Pikirkanlah. Meninggalkan dia adalah jalan terbaik untuk semuanya kan?" Ujar Tzuyu sebelum berlalu meninggalkan Wonwoo dengan segala pemikiran yang berkecamuk.

- Uncontrolled Love –

Wonwoo melangkah gontai menapaki lantai di koridor berdinding kaca. Ia terlihat tidak bersemangat, raut wajahnya lelah dan tidak ada rona seperti biasanya. Wonwoo nyaris mengabaikan Miss Go yang menghampirinya tergopoh-gopoh.

"Manajer Jeon, syukurlah kau sudah kembali." Wonwoo mendengarnya tanpa niat untuk membaas ucapan seretarisnya itu.

"Tuan Kim mencari anda, sepertinya ada hal penting." Langkah Wonwoo terhenti, 'Mingyu mencariku? Untuk apa?'

"Oh, Aku harus mengingatkanmu jika hari ini Tuan Kim Mingyu terlihat sangat tidak bersahabat, ia begitu murung dan sangat emosional. Ia bahkan beberapa kali memarahi karyawan yang bertemu dengannya. Kau harus berhati-hati, Wonwoo ssi. Aku pergi dulu."

Wonwoo memejamkan matanya. Begitulah kebiasaan Mingyu. Saat sesuatu terjadi dan membuatnya tidak suka, ia akan melampiaskannya kepada semua orang, tidak peduli siapapun orangnya.

Mingyu menatap lanskap perkotaan yang terpampang dari jendela kaca di depannya. Entah apa yang dipikirkan lelaki tampan itu. Matanya menyiratkan kegelisahan, ada guratan sedih dan juga kemarahan. Ia terus menatap ke balik dinding kaca sampai suara ketukan terdengar dari pintu ruangannya.

"Manajer Kim, anda mencari saya?" Mingyu sedikit terhenyak, Wonwoo tidak pernah seformal ini dengannya.

"Kau sudah bersama perusahaan ini hampir tujuh tahun kan?" Ia melirik Wonwoo dari kaca di depannya.

"Iya. Begitu lulus kuliah, anda langsung meminta saya bekerja di sini."

"Bagaimanapun kau adalah salah satu kepala bagian, bukankah kurang tepat jika para pegawaimu mempunyai pendidikan lebih tinggi darimu. Iya kan?" Wonwoo menarik nafasnya, ia mulai bisa menebak arah percakapan ini.

Mingyu berjalan ke arah kursinya tanpa mau melihat ke arah Wonwoo sama sekali.

"Seperti yang kamu tahu, perusahaan Kim selalu mengikuti perkembangan dengan tenaga profesional dan berkualitas. Seperti yang kamu tahu juga, ilmu yang kau pelajari sudah sedikit tertinggal dari perkembangan sekarang, jadi kami berpikir untuk menyekolahkanmu lagi." Mata Mingyu bersitatap dengan Wonwoo. "Kamu bisa mempelajari sesuatu yang baru di sana, dan itu akan sangat berguna untuk perusahaan. Kau juga bisa mendapatkan gelar Master mu." Mingyu memutuskan tatapan mereka, Wonwoo menurunkan pandangannya, menatap lantai yang dingin.

"Baiklah."

Mingyu terkejut. Wonwoo menerimanya begitu saja tanpa bertanya apapun. Mingyu sangat terganggu dengan kenyataan itu.

"Kau menyetujuinya secepat itu? Kau tidak ingin bertanya kemana kau akan dikirim? Ke negara mana? Kota mana? Universitas apa? Jurusan apa? Berapa lama? Atau apapun yang bisa kau tanyakan. Kau tidak ingin bertanya apapun?" Teriak Mingyu penuh kemurkaan dan kekesalan.

"Apakah aku punya hak untuk menentukan itu semua, Tuan?"

Wonwoo terdiam mendengar jawaban Wonwoo. Ia tidak menyangka sama sekali akan seperti ini jadinya.

"Well, ini terlihat jika kau ingin secepatnya pergi."Sinis Mingyu.

"Manajer Kim, saya mendapatkan kesempatan yang sangat bagus untuk pendidikan dan pekerjaan saya. Saya sangat berharap perusahaan bisa membantu saya menyelesaikan segala keperluan administrasinya dalam dua hari ini. Saya ingin ke sana secepat mungkin dan memelajari lingkungan di sana sebelum memulai kuliah." Setelah mengutarakan keinginannya, Wonwoo membungkuk pamit dan berbalik hendak meninggalkan ruangan Mingyu.

"Jeon Wonwoo"

Wonwoo berhenti tanpa berbalik, ia hanya sedikit menoleh ke arah tuan mudanya.

"Tuan muda, bolehkan saya bertanya?" Seru Wonwoo. "Apakah ini keinginan anda, atau keinginan nona Tzuyu?" Lanjutnya tanpa menunggu persetujuan Mingyu.

Mingyu mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti kenapa ini berkaitan dengan Tzuyu. Tapi ia tetap menjawab pertanyaan Wonwoo dengan tegas, seolah tidak ada yang berpengaruh.

"Tentu saja ini keinginan Presdir Kim. Beliau sendiri yang menghubungiku."

"Baiklah, kalau begitu tolong sampaikan ucapan terima kasih saya untuk Presdir."

Kali ini Wonwoo benar-benar pergi, ia menutup pintu dan menghilang dari pandangan Mingyu. Ada yang aneh, tetapi Mingyu tidak tahu apa itu. Hanya satu yang Mingyu tahu, lelaki kesayangannya akan segera pergi.

Beberapa hari Mingyu tidak bertemu dengan Wonwoo, bahkan saat di rumah sekalipun. Hari dimana ia mengabarkan keputusan menyekolahkan lagi Wonwoo, itulah hari terakhirnya bertemu dengan lelaki yang telah menjadi bagian hidupnya itu. Mingyu merasa kehilangan, tapi keegoisannya menyangkal dan ia mencoba mengabaikannya, lagi.

"Hari ini jadwal keberangkatan Tuan Muda Wonwoo." Informasi yang disampaikan Paman Kang, sang kepala pelayan, terus terngiang-ngiang di kepalanya. Mingyu menepis informasi itu berkali-kali sepanjang hari itu, mencoba tidak peduli. Namun yang terjadi tidaklah semulus yang diharapkan, Mingyu bekerja dengan sangat lamban dan membuat kesalahan pada apapun yang dilakukannya.

"Hari ini anda harus menghadiri rapat dengan perusahaan Empire, lalu anda mempunyai janji makan siang dengan Direktur Choi. Pukul dua siang anda harus... Manajer Kim, anda mendengarkan saya?" Tidak ada jawaban dari Mingyu. "Manajer Kim?" Mingyu meraih jasnya dan berlalu begitu saja, mengabaikan sang sekretaris yang memanggil-manggil namanya. Ia tidak tahu apa yang dikatakan sekretarisnya sedari tadi. Yang ia pikirkan hanya satu hal, Jeon Wonwoo.

Mingyu memacu mobil mewahnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Bahkan ia mengabaikan mobil petugas kepolisian yang sedang berpatroli. Persetan dengan semuanya, Mingyu akan mengurus semuanya nanti. Mingyu hanya merapalkan nama Wonwoo sedari tadi. Ia hanya ingin bertemu dengan Wonwoo. Jalanan yang berkabut dan licin, tidak menyurutkan hasratnya untuk membelah jalanan dengan tergesa.

Dering telepon mengagetkan Mingyu, dengan buru-buru ia menekan tombol terima. "Tuan muda, penerbangan ke Amerika sudah berangkat 10 menit yang lalu."

-TBC-

Hai semuanya, masih adakah yang menunggu fanfic ini? Maaf aku menghilang begitu lama. Setelah ini akan ku coba untuk update lebih rajin + rutin lagi. Thanks buat semangat dan penantiannya. XOXO