Sudah hampir empat jam, Wonwoo dan Soonyoung duduk diam di bar dimana tempat mereka duduk saat ini. Wonwoo mendengus lelah dan menyandarkan tubuhnya di sofa dimana ia duduk bersama sahabat partnernya, Kwon Soonyoung. Wonwoo mengedarkan pandangannya kesekitar bar yang semakin malam semakin ramai.
"Kenapa kau tak menghubungi Seungcheol hyung untuk datang kemari? Mungkin saja, rasa bosan kita cepat hilang!" Seru Soonyoung yang akhirnya membuka suaranya. Awalnya Wonwoo tidak mengindahkan ucapan Soonyoung, tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah mati kebosanan di bar itu.
"Dan, kenapa kau tidak menyuruh Jihoon-ie kemari?" Balas Wonwoo, Soonyoung mendelik tak suka.
"Yak! Kau ingin aku mati?—Aku sedang bertengkar dengan Jihoon-ie ku!" Lirih Soonyoung pelan. Wonwoo tersentak dan langsung menatap wajah sahabatnya yang setiap jam semakin kacau itu.
"Eh, waeyo? Apa kau selingkuh lagi?" Tanya Wonwoo.
"Yak! Kenapa kau bicara seperti itu? Kau pikir aku ini tidak mencintai Jihoon-ie ku? Aku sangat sangat mencintainya!"
"Lalu, kenapa kau bertengkar dengannya?"
"Dia menuduhku selingkuh!"
"Yak! Apa yang kukatakan benar kan?"
"Benar apanya? Kau tadi mengatakan apa aku selingkuh lagi kan?" Wonwoo memutar bola matanya malas.
"Huft! Jika mengingat Jihoon-ie sekarang, aku rasa aku benar-benar ingin mati!"
"Kau juga, bagaimana bisa kau mencintai namja sejahat Jihoon-ie?"
"Yak! Kau ini temannya atau musuhnya?"
"Aku?" Wonwoo menunjuk dirinya sendiri.
"Apa kau lupa? Kau yang mengenalkanku pada Jihoon-ie, sekarang kau mengatai kekasihku jahat! Kau ini temannya atau musuhnya?" Ulang Soonyoung.
"Aku lebih memilih kau yang menjadi musuhku dibandingkan Jihoon-ie yang menjadi musuhku!" Balas Wonwoo yang membuat Soonyoung kembali mendeliknya tak percaya.
"Begitu? Baiklah kalau begitu, kita putus saja?" Wonwoo beralih menatap Soonyoung penuh tanda tanya.
"Putus? Apa kau pikir aku ini selingkuhanmu? Oh, daebak! Aku merasa dikhianati sekarang!" Seru Wonwoo kesal sementara Soonyoung hanya terkekeh.
"Jika Jihoon-ie ku mengijinkanku untuk selingkuh, mungkin aku tertarik untuk selingkuh denganmu!" Soonyoung menyeringai yang membuat Wonwoo jijik menatapnya.
"Aigoo! Aku ingin membunuhmu saat ini juga!" Kesal Wonwoo.
"Kau tidak terlihat semenakutkan Jihoon-ie ku! Jadi, aku biasa saja jika kau ingin membunuhku! Lagi pula, kau kan sudah sendiri lebih dari dua tahun dari pada kau menjadi obat nyamuk hubungan Seungcheol hyung dan Jisoo hyung! Bukankah, lebih baik jika kau menjadi selingkuhanku!"
"Yak! Hentikan pembicaraan kalian itu! Soonyoung-ah! Apa kau ingin mengkhianati Jihoon? Aigoo, aku tak menyangka ternyata kau sama saja dengan namja yang lain!" Tiba-tiba saja seorang namja tampan yang bergaris keturunan China menghampiri keduanya.
"Junhui!" Pekik Wonwoo dan Soonyoung bersamaan.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Wonwoo saat setelah namja yang bernama Junhui itu duduk di salah satu sofa kosong diantara mereka berdua.
"Aku bosan dengan Seokmin!" Ujar Jun memutar kedua bola matanya malas, ia menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Wonwoo dan Soonyoung seketika menatapnya tanda tanya.
"Apa aku tidak salah dengar?" Tanya Soonyoung memastikan.
"Kau sedang tidak bercanda kan?" Tanya Wonwoo lagi. Jun menatap keduanya bergantian.
"Kau pindah ke Korea demi Seokmin, tapi sekarang? Kau bilang kau bosan padanya?" Tanya Soonyoung lagi tidak habis pikir. Jun menarik nafasnya berat.
"Karena sejak aku pindah ke Korea, aku merasa cintaku dipermainkan! Aku jadi merasa bersalah dengan Minghao!" Jun menundukkan kepalanya menyembunyikan kesedihannya. "Aku memutuskannya dan lebih memilih Seokmin tapi ternyata aku baru sadar jika hanya Minghao-lah yang tulus padaku!"
"Memangnya ada apa dengan Seokmin?" Tanya Soonyoung.
"Aku tertipu!" Jun menundukkan kepalaya, "Dia menyakinkanku untuk ke Korea, awalnya kita berdua baik-baik saja akan tetapi satu minggu yang lalu dia pulang bersama seorang namja di apartement kami!"
"Kalian tinggal satu rumah?" Tanya Soonyoung. Jun hanya mengangguk.
"Aku tidak punya siapa-siapa di Korea. Tempat ini begitu asing untukku!"
"Gwenchana ada kami disini! Kami akan selalu ada di dekatmu!" Ujar Wonwoo menenangkan, seketika membuat Jun menatapnya.
"Gomapta, Wonu-ya! Aku sungguh beruntung bisa bertemu dengan kalian berdua!"
"Ahhh! Jika kau membutuhkan sesuatu katakan saja pada kami tak perlu sungkan!" Lanjut Soonyoung tersenyum. Jun hanya mengangguk.
"Oh ya! Sudah berapa lama kau tinggal bersama Seokmin?" Tanya Wonwoo.
"Sepuluh bulan, sejak pertama kali aku datang ke Korea!" Jawab Jun.
"Eoh, tapi kenapa kau baru mengeluh sekarang?" Tanya Soonyoung seraya memakan cemilan yang sedari tadi ia diamkan selama empat jam.
"Aku bertahan karena mungkin saja dia bosan denganku, tapi—ternyata selama ini aku memang sedang di peralat!" Jun kembali menjelaskan. "Tiga bulan yang lalu, Seokmin mengenalkanku pada orang tuanya. Dan aku sangat terkejut saat ternyata appa-nya mengatakan jika aku yang akan membayar hutang-hutang keluarganya. Aku benar-benar terkejut saat itu karena Seokmin tidak bercerita apa pun padaku mengenai keluarganya! Aku mencoba untuk bertanya, tapi Seokmin justru bertambah emosi. Dan setiap dia emosi aku selalu memukul wajahnya!"
"Eh!" Wonwoo dan Soonyoung tersentak.
"Aku tak bisa mengontrolnya, saat setiap malam ia datang dengan membawa seorang yeoja ke apartement kami! Bagaimana perasaanmu? Jika melihat kekasihmu membawa orang lain?" Tanya Jun, keduanya diam menunduk.
"Aku tidak menyangka ternyata selama ini kau mengalami hari-hari yang sulit!" Lirih Soonyoung prihatin.
"Gwenchana, aku sudah mulai terbiasa seperti ini!" Jawab Jun dengan senyum tampannya.
"Lalu bagaimana dengan Minghao?" Tanya Wonwoo. Jun hanya diam.
"Wen Junhui? Gwenchana?" Ulang Soonyoung saat melihat Jun tak kunjung menjawab pertanyaan Wonwoo.
"Aku tidak yakin, jika ia akan memaafkanku! Hajiman, apa mungkin aku akan mendapatkan kesempatan kedua darinya?"
.
.
Wonwoo merenggangkan seluruh badannya, saat ia memutuskan untuk kembali pulang pukul 3 dini hari dan memilih untuk menginap di hotel sementara Soonyoung dan Jun tetap tinggal di bar. Biarlah namja yang tengah patah hati itu merealeksasikan pikiran mereka. Lagi pula ia muak jika harus kembali ke rumah dan melihat rumah yang seperti kapal pecah akibat ulah ayah dan ibunya. Belum lagi, pasti adiknya hanya menutup telinga tak peduli di dalam kamarnya yang terkunci. Itulah kehidupan seorang Jeon Wonwoo, tak ada kasih sayang maupun cinta di dalam keluarganya sejak ia menginjak usia remaja. Hanya awalnya saja yang manis namun semakin lama waktu berputar, membuat ia yakin jika tidak ada hidup yang berjalan semulus jalan aspal. Bahkan, jalan aspal saja bisa rusak sewaktu-waktu bukan?
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya seorang petugas resepsionis saat Wonwoo datang menuju tempat kerjanya yang tak sengaja bersamaan dengan namja yang tiba-tiba saja berdiri di sampingnya.
"Apa ada kamar kosong?" Tanya keduanya bersamaan. Wonwoo beralih menatap namja di sampingnya, tinggi, berkulit tan, dan cukup tampan.
"Chakkaman! Saya periksa sebentar!" Ujarnya dan berkutat pada layar komputer yang terletak di meja kerjanya. "Mianhae, tuan—hotel kami hanya tersisa satu kamar!"
—TBC/END—
Annyeong reader deul...
Ada yang minta ff ini di next? Hehe, mian jika typo bertebaran. It's my first fict on ffn.
Don't forget after read: Review, Fav, and Follow.
See ya!
