King and Lionheart

Story©Ivyluppin

Naruto©Masashi Kishimoto

PictureThe creator itself, I just comot from google

Main pair : Sasunaru

.

Head vs heart. I am scared of being in love.

.

(Maaf klo masih ada typo, aku sudah pusing membaca ulang. Semoga kalian mengerti)

.

.

Naruto : 18th

Sasuke : 29th

.

Bab VII

.

.

Mimpi adalah bunga tidur. Setidaknya itu yang sering orang definisikan. Orang bermimpi, baik dan buruk atau mungkin mimpi-mimpi tentang sesuatu, berfantasi dan membiarkan pikiran mereka dikuasai oleh ilusi. Mimpi datang pada setiap orang dengan sebuah harapan atau ketakutan. Mimpi kini juga datang pada Sasuke seperti rekaman kaset yang berputar, memberikan episode yang berbeda dan memberikannya jalan cerita yang harus dia ikuti. Berkali-kali, berputar pada dunia yang tidak ia ketahui sama sekali.

Jika mimpi adalah sebuah harapan, Sasuke tidak memilikinya. Dia tidak pernah memiliki harapan apapun dalam hidupnya maka dia tidak perlu bermimpi. Karenanya definisi mimpi yang dialaminya saat ini dan berulang-ulang adalah mimpi buruk.

Dia tahu bahwa Naruto yang berada dalam bunga tidurnya adalah ilusi, mimpi yang dia anggap buruk. Tapi dia tidak bisa mengatakan bahwa Naruto dalam kehidupan nyatanya adalah baik, pemuda itu menghindarinya seperti wabah meski dia tidak peduli. Naruto dalam mimpinya begitu baik, begitu hangat, menyilaukan dan dia takut akan sorotan matahari yang terlalu banyak, Sasuke takut terpanggang dan hangus. Karenanya mimpi itu harus enyah.

"Kau yakin dia tidak punya sihir?" Sasuke mengerutkan alisnya, menanti jawaban Karin.

"Saya bersumpah pada anda Yang Mulia, Naruto tidak memiliki hal-hal semacam itu. Dia hanya pemuda biasa." Ujar Karin. Wajahnya tampak tertekan dan resah. Bagaimana bisa meyakinkan rajanya mengenai hal seperti itu tidak mungkin. Naruto tidak mungkin memiliki sihir, tidak ada dalam gennya.

"Pergilah!" ujar Sasuke kemudian.

Usai Karin pergi, dia hanya berdiam dan merenung. Keadaannya belum benar-benar pulih, dia masih bisa merasakan rasa sakit dan kelemahan dalam dirinya. Dan itu membuatnya sedikitnya frustasi. Dia tidak tahu apa yang dialaminya. Seseorang harus menjelaskan padanya dan dia akan bersabar hingga tiba di istana dan Kabuto mungkin bisa membantu.

Sasuke tidur terlentang, menatap langit-langit gua dengan tatapan kosong.

Beberapa orang memiliki mimpi yang buruk

Beberapa lainnya memiliki kenyataan yang buruk

Sasuke memiliki keburukan dalam keduanya

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Usai keadaan dirinya pulih. Mereka melanjutkan perjalanan pulang melewati darat dan udara, terkadang mereka menaiki Inarritu. Karin berkata mereka harus lebih banyak istirahat, demi Naruto. Pemuda itu lebih kurus dibanding yang bisa dia ingat. Naruto hanya makan sedikit, ia tidak banyak bicara dan lebih sering melamun. Saat harus melakukan perjalanan, Naruto akan digendong oleh Juugo sedangkan Sasuke memimpin di depan.

Mimpi-mimpi aneh itu semakin sering. Terkadang ia membandingkan Naruto dalam mimpinya dan Naruto yang berada dalam kehidupan nyatanya.

.

.

Usai perjalanan yang cukup panjang dan keadaan Naruto yang tidak memungkinkan untuk lanjut maka mereka memutuskan untuk membuat perkemahan di hutan Chirro, perkemahan itu sederhana dan tak jauh dari sungai.

Naruto mengalami demam dan muntah-muntah, Karin bilang pemuda itu stress. Dan meski Sasuke enggan untuk peduli namun ketika dia melihat betapa besar perut pemuda itu dia tahu bahwa egonya harus mengalah.

.

.

Langit tenggelam ke dalam malam dan jam masih jauh dari subuh saat bintang-bintang seperti membentuk padang cahaya, Sasuke duduk di dahan pohon dan bermain-main dengan api di tangannya.

Mimpi itu tidak datang, jika dihitung Sasuke mengalaminya 5 hingga 7 kali dalam sebulan terakhir, kini seminggu lebih dia tidak kembali muncul. Dan meski dia terganggu, Sasuke tidak menampik bahwa diam-diam dia menantikan kapan mimpi itu kembali.

"Hoek…hoek..hoek.."

Sebuah suara memecahkan lamunannya, menariknya dalam kesadaran dan saat dia menatap ke bawah, melihat seorang pemuda berlari tergesa. Sasuke tidak bisa melihat wajahnya meski dia tahu siapa pemuda tersebut. Naruto sedang muntah sambil terbatuk-batuk. Dia bisa melihat ada getaran dalam tubuh pemuda itu, dia mungkin kelelahan dengan rasa sakitnya dan terlihat begitu payah.

Pemuda lemah, batin Sasuke.

Naruto memegang perutnya dan berjalan ke sungai, ia membasuh wajahnya dan berusaha bernafas dengan baik. Dia merasakan tendangan di dalam perutnya. Jangan rewel, pinta Naruto dalam hati.

Tubuhnya tiba-tiba menengang, dia merasakan kehadiran seseorang di belakang tubuhnya dan rasa takut menjalar hingga tulang sum-sumnya.

"Kau tampak pucat." Desah suaranya membuat keringat dingin mengalir sepanjang tulang belakangnya.

"Jangan." Tangan-tangan itu merangkak dan melepas pakaiannya sedangkan sensasi basah di lehernya membuat Naruto paham bahwa dia didekap dalam terror.

"Sasuke."

"Diam!"

Sasuke memutar tubuh itu dan Naruto memberontak. Gemetar ditubuhnya semakin menjadi saat Sasuke berhasil menjatuhkannya dan menindihnya.

"Lepas…lepaskan aku!" Naruto berteriak dan berusaha memberontak.

Tidak..aku tidak mau, tolong aku..

Seseorang mungkin mendengar tapi tidak akan ada yang bisa menolongnya, ia tahu itu dan karenanya Naruto kembali tertekan dan tidak berdaya. Dia terpaksa membiarkan Sasuke menjamahnya kembali.

.

.

Sasuke bangkit, melirik pada sosok Naruto yang tertidur usai kegiatan panas mereka. Pada mulanya dia tidak memiliki keinginan untuk menyentuh Naruto namun dia harus melakukannya untuk kembali menanamkan chakra dalam tubuhnya. Sasuke melukai tangannya dan kembali meminumkan darahnya pada Naruto. Kemudian dia menutupi Naruto dengan pakaiannya dan menggendongnya kembali ke dalam perkemahan mereka.

Dia meletakkan tubuh tersebut dengan hati-hati kemudian mengambil selimut dan menyelimutinya. Sasuke berbaring di samping Naruto.

Dipandanginya Naruto di hadapannya.

Mengapa mereka sangat berbeda?

Kemudian ia memejamkan mata.

.

.

.

Sepasang mata hitam terbuka, memandang ke depan dan dia telah tahu dimana dia berada.

Di sampingnya Naruto yang lain tersenyum menatapnya.

"Kau sudah bangun?"

"Hmm"

Tangan sosok itu mengelus wajahnya, mencuri sebuah ciuman singkat di bibirnya.

"Bangunlah, mereka akan datang jam 11."

Ketika sosok itu hendak bangkit, Sasuke menahan tangannya.

"Siapa yang kau maksud mereka, Naruto?"

Naruto terkesiap "Kau lupa lagi? Temanku akan datang untuk mengobrol tentang rencana liburan."

"Oh" tanggapan Sasuke tidak banyak, dia hanya menjatuhkan Naruto ke ranjang dan memerangkapnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Naruto.

"Mengamatimu."

"Apa?" Naruto mendengus kemudian mendorong tubuh Sasuke, tapi karena tubuh itu begitu susah disingkirkan Naruto mendesah "Apa kau tidak keberatan kalau mengamatiku memasak saja? Ini sudah siang dan aku belum memasak apapun."

Akhirnya Sasuke menyingkirkan tubuhnya.

.

.

Usai mandi, Sasuke turun ke lantai satu dan melihat Naruto telah siap dengan beberapa masakannya. Saat dia akan berjalan, buntalan bulu bersuara mendekatinya.

"Meow..."

Sasuke berhenti dan menatap ke bawah.

"Semalam hujan deras, kucing itu berteduh di halaman rumah kita. Aku kasihan." Ujar Naruto.

"Kau memungutnya? Memeliharanya?"

Naruto mengangguk dan tersenyum, ada binar pada matanya yang dan sirat permohonan "Boleh ya? Aku bahkan sudah memberikan nama untuknya. Kuro."

"Terserah." Dan sebuah sorak bahagia terdengar kemudian.

Sasuke mendudukkan dirinya dan membiarkan kucing bernama Kuro itu bermanja di sekitar kakinya. Dalam keadaan normal dia mungkin akan melenyapkan si Penganggu kecil ini. Tapi entah mengapa dia merasa tidak keberatan sekarang.

.

.

Jam sebelas telah datang lebih cepat dan saat teman-teman Naruto tiba yang jumlahnya hanya dua orang dan Naruto mempersiapkan segalanya sekaan-akan ada belasan orang yang akan datang membuat dahi Sasuke berkerut. Naruto yang ini mungkin tipe yang berlebihan dan antusias.

Mereka tertawa dan berbincang-bincang dalam satu meja untuk obrolan yang bahkan tidak ia mengerti. Rasanya ingin melarikan diri dari sana. Sasuke hanya diam mengamati, ada Sai yang berambut hitam dan cepak lalu ada Nara yang berambut seperti nanas, sekilas dia tampak tak asing dengan pria bernama Nara meski dia tidak yakin dimana mereka pernah berjumpa jauh sebelum ini.

Itu adalah jenis obrolan yang akrab. Naruto tenggelam dalam perbincangan hangat seputar rencana liburan akhir tahun dan Sasuke yang awalnya ingin melarikan diri karena dia merasa asing dan terabaikan lambat laun tenggelam dalam suasana nyaman. Mereka tak saling mengenal namun melihat senyum dan tawa Naruto yang menggembirakan dan betapa ramah teman-temannya membuat Sasuke perlahan mencair.

Mereka pulang setelah makan malam dan kini tinggal Sasuke dan Naruto di dapur. Mencuci piring dan menyiapkan kudapan malam.

Sasuke berjalan mendekati Naruto, memeluk pemuda itu dari belakang.

"Kau sudah mandi?"

"Hmm" Sasuke malas merespon "Kenapa kau pintar sekali memasak?"

Naruto berhenti sebentar "Karena aku seorang istri."

"Istri siapa?"

"Kau. Aku istri Sasuke. Siapa lagi yang mau berkorban untuk meladenimu selain aku?"

Sasuke diam sejenak, ada hangat dalam hatinya "Apa yang dilakukan istri selain memasak?" tanya Sasuke.

Naruto diam sejenak, ia membersihkan tangannya kemudian berbalik dan mengalungkan tangannya pada Sasuke "Apapun yang diinginkan suami."

Malam itu mereka bercinta dan disana dia menyadari sesuatu, dia amat menyukai Naruto yang satu ini. Mimpi itu tak lagi nampak sebagai sesuatu yang buruk baginya.

.

.

.

Sepasang mata hitam terbuka, memandang ke depan dan dia telah tahu dimana dia berada.

Di sampingnya Naruto yang nyata masih tertidur pulas. Sasuke memandangnya lama lalu beranjak pergi.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Lamat laun, dia mengakui bahwa dirinya semakin suka dan mengalami mimpi dimana Naruto yang lain berada merupakan hal yang seringkali dinantinya.

Perjalanan masih terus berlanjut, melewati Hutan Chirro. Naruto berada dalam gendongan Juugo sedangkan dia memimpin di depan, berlari dengan cepat dan cepat. Sambil berlari Sasuke melamun.

Kehidupan nyata ini lama-lama membosankan baginya, dia berharap bisa memutar kenyataan yang mustahil dilakukan. Tidak ada jurus atau teknik semacam itu dan menunggu mimpi itu datang merupakan harapan pertama yang Sasuke buat nyaris setiap hari.

Sasuke melirik ke belakang, menatap Naruto yang asli terdiam dalam gendongan Juugo. Dia tampak murung sambil berpegangan pada Juugo selayaknya patung hidup.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Untuk kesekian kali..

Sasuke tersadar di dunia yang lain, tempat Naruto yang dia dambakan berada. Dia mulai terbiasa, terbangun dalam suasana yang sama, pagi hari disaat sinar matahari menyorot pada kamar lantai dua. Tumpahan cahayanya yang hangat dan menyilaukan adalah sesuatu yang diam-diam dirindukannya. Dia telah hapal nyaris banyak hal dan dipagi ini pun dia mengira akan menemukan Naruto berada didapur.

Tapi kali ini Naruto berada di atap, mencuci pakaian dengan cara menginjak-injaknya. Ketika sepasang mata sapphire itu melihatnya, Naruto berseru.

"Sayang, membantuku mencuci?"

Sasuke mendekat "Apa yang harus kulakukan?"

"Cuci kakimu dengan selang disana, lalu pakai sandal dan kemari."

Sasuke menuruti perkataan Naruto dan ikut masuk ke dalam bak penuh pakaian. Menginjak-injaknya dan Naruto yang ceria sedikit melompat-lompat sambil berpegangan pada bahunya.

"Kau jarang mau membantuku mencuci. Tapi dirimu yang sekarang sungguh menggemaskan." Ujar Naruto.

Sasuke melingkarkan tangannya pada pinggang Naruto hanya tersenyum tipis. Naruto tersenyum lebar pada Sasuke kemudian menggerakkan pinggangnya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Sasuke heran.

"Ssstt" Naruto menaruh telunjuknya ke bibir Sasuke kemudian "Oohh..mmm~~ baby Im happy~..mmm…." Naruto mulai bersenandung.

"Fly me to the moon

Let me play among those stars

Let me see what spring is like

On Jupiter and Mars

In othe words, hold my hand

In other words, darling kiss me

Fill my heart with song

And let sing for ever more

You are all I long for

All I worship and adore

In other words, please be true

In other words, I love you"

Sasuke tersenyum, dia menangkup wajah Naruto. Dia tidak tahu apa yang sedang dinyanyikan Naruto, itu adalah bahasa asing baginya namun maknanya entah mengapa sampai pada hatinya. Dia mencium pemuda tersebut dan Naruto tertawa sesudahnya.

"Sasuke, I love you…aku mencintaimu." Ujaran Naruto sesaat membuat Sasuke tercenung, kemudian dengan rasa hangat yang perlahan menjalari hatinya, dia kembali tersenyum.

Mereka kembali berciuman.

.

.

Mimpi kali ini tampak begitu panjang, dia telah kembali tidur dan mengira akan terbangun pada dunianya yang sesungguhnya. Namun Sasuke tetap berada pada dunia mimpinya bersama Naruto yang mengamatinya dengan wajah polos.

"Aku tahu kau sudah bangun." Naruto mendekatkan dirinya dan mencium pipinya.

Sasuke akhirnya membuka mata dan menyentuh dahi Naruto "Apa yang akan kau lakukan hari ini?"

"Hmmm, kau tahu aku pengangguran dan seorang istri. Karena ini masih akhir pekan dan suamiku masih terhitung libur. Aku ingin kau menemaniku jalan-jalan, ada Café baru yang buka di dekat toko kue."

"Baiklah." Ia bergegas bangkit untuk mandi.

"Sasuke."

"Ya?"

"Keberatan jika kita sarapan di luar saja?"

"Keberatan."

"Kau selalu memakan masakanku setiap pagi. Satu hari ini saja, aku lelah." Ujar Naruto cemberut.

Sasuke berjalan mendekat dan mencium pemuda tersebut "Ku ijinkan."

.

.

Kota itu berbeda dari definisi kota dalam pikiran Sasuke. Kota ini dan kota milik Fireland sangat berbeda. Kata apa yang bisa dia definisikan untuk mengungkapkan perbedaan semacam itu? Mungkin modernitas dalam bahasa Naruto.

Kota ini bernama Konoha, kota kecil sebelum Tokyo. Banyak toko dengan arsitektur berbeda dari yang ia tahu. Mereka menyebut bangunan semacam ini sebagai beton. Yah, kota ini terdiri dari beton-beton yang tampak berjejal bagai hutan belantara keras dan kelabu, tapi ini dalam artian baik bahwa semuanya tertata apik. Mereka pergi hingga petang datang dan matahari tak lagi menjadi penerang. Cahaya dimalam hari tidak disinari oleh obor dan api namun bohlam lampu dari listrik. Kendaraan bukanlah gerobak yang ditarik keledai atau kuda namun kuda-kuda besi yang mereka sebut mobil. Dari besi dan memiliki mesin sebagai penggerak.

"Makanan Café itu sangat enak."

Naruto tersenyum cerah sambil menepuk-nepuk perutnya. Dia terkekeh lalu berkata "Maaf ya jika aku boros dengan kredit cardmu hari ini." ujarnya sambil menunjukkan sebuah kartu.

Nah, satu lagi. Dunia ini tidak membayar dengan uang, mereka menggunakan kartu yang digesek dan semua beres. Sangat praktis dan efisien. Bagaimana jika dia menerapkannya pada Fireland? Tapi bagaimana sistemnya? Naruto bilang hal semacam itu berada dalam cakupan ilmu ekonomi dan perbankan, entah apa itu.

"Kau ingin apalagi?" Tanya Sasuke, meski pada awalnya dia bingung harus membayar memakai apa sampai Naruto mengeluarkan kartu ajaib itu dari dompetnya. Sasuke merasa seperti penyihir sekarang.

"Wah! Kau sungguh memanjakanku hari ini. Istrimu akan merampok uangmu, suamiku."

"Apa kau istri gila harta?"

Naruto tertawa mendengarnya "Aku cuma gila makan." Sasuke hanya tersenyum mendengarnya.

"Kita pulang saja, sayang sekali mobil kita belum keluar dari bengkel. Mari mencari bus." Ujar Naruto lalu menggandeng tangan Sasuke.

.

.

Perjalanan pulang itu membutuhkan sekitar 30 menit hingga sampai pada halte dekat rumah mereka. Perumahan mereka masih membutuhkan waktu 15 menit jalan kaki dan di jalanan yang cukup ramai itu, mereka memutuskan berjalan sambil memandang bintang yang berkelip di langit cerah.

"AWAASS!"

BRUK

Kejadian itu begitu cepat ketika seseorang menabrak Naruto dengan sepeda. Sasuke cepat-cepat menghampiri Naruto dan ketika dia hendak menghajar bocah yang menambrak mereka. Sebuah tangan menghentikannya.

"Lebih baik kau urus aku saja." Ujar Naruto.

Sasuke menghela nafas "Hn."

"Di depan ada klinik." Ujar Naruto.

Mereka menuju klinik dan Naruto mendapat pengobatan. Setelahnya mereka bergegas pulang.

Sepanjang perjalanan Naruto menahan tawanya, terkadang sebuah kikikan terlepas.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Sasuke.

"Kau tidak berpikir aku sengaja tertabrak bukan?"

"Tadi tidak, tapi karena kau bertanya aku jadi berpikir kau sengaja sekarang."

"Aku sungguh tidak tahu, tapi kupetik saja hikmahnya. Kau menggendongku, ini hikmah luar biasa."

Sasuke mendengus. Dia terkejut untuk kesabaran yang dia miliki dalam dunia mimpi ini. Apa itu berarti dia memang menikmatinya?

"Kenapa kau mencintaiku?" Tanya Sasuke tiba-tiba.

"Hmm…kau, satu-satunya pria es yang tidak berperasaan. Tapi kau peduli dan jujur. Tidak ada yang lebih baik darimu. Lagi pula, karena iba kau akan menjomblo selamanya. Aku yang baik hati ini akhirnya menjadi tidak tega dan mengorbankan diriku untuk mendampingimu."

Naruto masih berbicara panjang saat Sasuke diam-diam tenggelam dalam pikirannya.

Peduli dan jujur?

Sasuke merasa asing dengan jenis watak semacam itu.

Tak lama kemudian, Naruto kembali bersenandung lagu yang sama yang dia nyanyikan saat mencuci.

Malam cerah dengan bintang yang bertabur di langit musim panas. Naruto yang terluka tampak bahagia. Di tengah jalan mereka memetik bunga dan Naruto masih terus bernyanyi. Kelopak mawar yang indah itu terbang perlahan dibawa angin ketika Sasuke melirik Naruto yang terkekeh entah untuk apa.

Pandangannya kembali ke depan. Merenung. Dunia dalam mimpi ini mengapa begitu indah? Mengapa begitu menghanyutkan? Dia tidak lagi buruk dan Sasuke berpikir ini adalah mimpi terbaik sepanjang hidupnya. Dia merasa begitu hangat dan dibutuhkan, meski hanya dalam mimpi dia teramat bahagia bahwa pemuda dalam gendongannya ini memberikan sesuatu yang selama ini tak pernah dimilikinya. Cinta. Bolehkan ia berharap untuk tinggal dalam dunia ini saja?

Jika kesempatan seperti itu ada, dia rela melepaskan segalanya. Tidak apa tidak bisa memiliki kekuatan, tidak apa tidak menjadi raja. Asal dia mendapatkan apa yang selama ini tidak bisa dia miliki. Asal dia tidak lagi menanggung rasa sakit. Asal dia tidak lagi disia-siakan. Maka segalanya akan dia lepaskan.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Ini adalah mimpi kesekian.

Sasuke mendapati dirinya terbangun pada sabtu pagi di musim semi dan Naruto sibuk menyiapkan sesuatu. Pemuda itu tampak mencari sepasang kaos kaki kemudian dia membangunkan Sasuke dengan goyangan pelan pada bahunya.

Senyum itu masih sama dan Sasuke terbangun dengan perasaan yang baik. Naruto memamerkan sepasang kaos kaki di depannya dan ketika Sasuke bertanya padanya Naruto menepuk jidadnya dan berkata "Semalam kan kau bilang mau lari pagi? Bangun Pak Belalang! Kau harus membuat dirimu sehat selagi aku siap dengan sarapan."

Dan mau tidak mau dia menuruti Naruto, dia tidak keberatan dengan lari pagi. Tubuhnya telah banyak ditempa selama menjadi raja Fireland dan lari adalah bukan hal sulit.

Pagi itu untuk pertama kalinya dia mengegelilingi kompleks perumahan mereka. Rumah mereka berada di dekat di blok ketiga setelah belokan. Sasuke memutuskan untuk berlari lebih jauh, menyadari bahwa udara pagi di kota ini tidak sesegar yang dimiliki Fireland, tapi langit pagi yang murni membentang ketika dia berhenti untuk melihat tower di atas bukit.

Itu adalah menara sinyal, di atasnya ada penangkal petir. Dia pernah bertanya pada Naruto sebelumnya. Sasuke menyeringai kecil, lucu sekali mereka memasang penangkal petir. Apakah mereka akan mati terkejut jika dia mengatakan bahwa dia bisa mengeluarkan petir dan mengendalikannya?

Lari pagi itu hanya memakan waktu 1,5 jam ketika Sasuke memutuskan bosan dan memutuskan kembali. Menebak-nebak apalagi yang dimasak Naruto di pagi ini.

.

.

Ada aroma telur, bacon, dan roti bakar. Cengiran adalah hal pertama yang didapatkannya ketika Naruto mendapatinya berdiri di ambang dapur dengan keringat di dahinya.

"Cepat mandi dan bantu aku menata." Sasuke tidak menuruti Naruto, dia nampak mencomot selapis bacon dan memakannya.

"Kau bukan sapi kan yang makan sebelum mandi?" Sasuke menatap Naruto melotot, dia masih membawa sifat lamanya bahwa dia tidak suka diperolok. Dan melihatnya Naruto reflex mengangkat tangannya "Seseorang yang istimewa akan datang."

"Siapa?" Tanya Sasuke cepat.

"Mandi dulu nanti kuberitahu."

Pada akhirnya ia setuju, bergegas menuju kamar dan mandi.

Mandi Sasuke di dunia ini tidak memakan waktu selama yang dia lakukan di Fireland. Mandi yang dia lakukan di Fireland bisa sampai 1 jam, dia harus menunggu para pelayan mempersiapkan semuanya.

Setelah dia selesai mandi, dia memutuskan bergegas menghampiri Naruto di dapur. Menyadari bahwa ternyata pemuda itu mungkin sudah mandi sebelum dia kembali, dia masih bisa mencium aroma sabun dari pemuda itu. Rasa penasaran akan orang 'istimewa' yang akan bertandang membuat Sasuke tidak bisa menahan diri untuk kembali bertanya.

"Siapa yang akan berkunjung?" tanyanya.

Naruto tersenyum lebar "Kau pasti terkejut, dia rela terbang lebih awal dari Amerika setelah pekerjaannya selesai."

Amerika?

Dia tidak tahu apa itu Amerika dan tidak mau tahu. Dia hanya peduli pada siapa orang 'istimewa' ini hingga Naruto terlihat begitu semangat.

"Sasuke, Itachi akan berkunjung." Senyuman itu mengantarkan rasa kosong pada kepalanya. Jantungnya sejenak berhenti.

Jangan katakan dia..

Sasuke berharap dia mengalami ganguan pendengaran "….siapa?"

"Itachi. Uchiha Itachi. Masa kau lupa dengan kakakmu satu-satunya?"

Informasi itu sangat mengejutkan.

TING TONG TING TONG

"Astaga dia lebih cepat tiba!" Naruto berseru dan berjingkrak kesenangan sedangkan Sasuke masih membeku di tempatnya.

Ada keringat dingin yang tiba-tiba mengalir di tulang belakangnya. Sebuah sensasi yang amat dikenalnya perlahan merayap seperti mawar berduri dan kembali melukainya. Amarah perlahan muncul seperti hantu buruk rupa yang menonjok jantungnya.

Pria itu…

Berdiri di ambang pintu dengan senyuman yang bagu Sasuke amat memuakkan.

"Hello, brother!" sapanya.

Sasuke masih memperhatikan Itachi, tidak sanggup berkata-kata. Dia mengakui bahwa saat ini dia merasa begitu marah dan sengit melihat sosok itu. Sosok yang benar-benar sangat dibencinya bahkan dalam setiap sel dalam darahnya, setiap nafasnya adalah kebencian.

"Nee Itachi-nii, kau bawa apa?" Naruto yang menyadari suasana yang terasa menekan kemudian memutuskan untuk membuka suara.

"Ah, kudapan." Ujar Itachi sambil memberikan bungkusan pada Naruto. Pemuda itu bersemangat untuk membukanya dan terkesiap dengan apa yang ditemukannya. Tak menunggu lama Naruto memutuskan untuk menatanya di piring.

"Kami baru saja mau sarapan." Ujar Naruto saat Itachi memutuskan untuk duduk dan tersenyum canggung pada Sasuke yang masih menatapnya begitu benci.

"Sasuke, aku rela datang cepat setelah pekerjaanku beres. Kau tahu ayah dan ibu juga akan pulang dari honeymoon mereka. Mereka pasti merindukan kalian."

Ayah dan ibu?

Kepalan tangannya menguat. Dia tidak tahan, Sasuke tidak tahan untuk mengamuk dan menghajar wajah Itachi di depannya. Dia mengutuk kakaknya hingga ke dasar neraka. Dia mengutuk seluruh keluarganya.

BRAAK

Sasuke menggebrak meja kemudian kembali ke kamarnya, menimbulkan pekikan dari Naruto yang terkejut dan Itachi yang kemudian mendesah.

"Naruto, apa Sasuke masih marah karena aku semena-mena memasukkan namanya dalam bursa CEO selanjutnya?" Tanya Itachi dengan sedih "Aku mungkin keterlaluan." Desah Itachi.

Naruto yang melihat kakak iparnya tercinta bersedih kemudian bersuara "Tidak apa-apa. Dia akan mengerti bahwa ini semua demi dirinya."

Di sisi lain…

Kamar itu terdengar gaduh saat Sasuke masuk dengan wajahnya yang memerah menahan amarah.

PYARR

Dia meninju cermin di dinding kemudian menatap pantulan dirinya melalui pecahan-pecahan kaca. Sesaat dia terpaku saat menyadari bahwa dirinya lebih muda dibanding dirinya yang lain di Fireland. Mungkin 3 atau 4 tahun lebih muda. Itu sesuatu yang tidak pernah diperhatikan Sasuke selama berada di dunia mimpi ini.

Geram dalam diri Sasuke kemudian teralihkan saat disaat tanpa sadar dia melihat sesuatu dari pantulan cermin. Sebuah bingkai foto. Ia mendekat dan meraihnya, itu adalah gambar dirinya bersama Naruto. Kemudian dia menemukan sebuah album. Membukanya dan melihat kumpulan foto-foto, di dalamnya wajahnya mungkin tidak selalu tersenyum namun disana Sasuke tahu bahwa kumpulan wajah itu memancarkan kebahagiaan. Ada foto dirinya dengan kakaknya dan orang tuanya, hal-hal yang membuatnya terkejut. Dan di halaman paling belakang, ada foto dirinya bersama Naruto.

Sasuke termenung.

Bukan, itu bukan dirinya…palsu

Dunia dalam mimpi itu tiba-tiba menjadi ilusi mengerikan baginya. Dia tidak bisa lagi menganggap bahwa mimpi ini mimpi indah. Dia kembali pada pemikiran awalnya bahwa mimpi ini buruk, jauh jauh lebih buruk. Sasuke tidak akan bisa menerima kenyataan bahwa ia dan kakaknya akrab, bahwa dia dan orang tuanya baik-baik saja. Setengah mati rasanya untuk menerimanya. Hidupnya hancur dan merekalah penyebabnya, Sasuke tidak bisa menerima ilusi manis semacam itu. Kebencian pada dirinya tidak akan termaafkan hingga rasanya itu menggerogotinya hingga tak tersisa. Yang Sasuke tahu saat ini adalah dia harus keluar dari ilusi ini.

Sasuke bergegas keluar rumah, berlari dan berlari. Dia harus keluar dari mimpi tersebut. Mengabaikan teriakan Naruto dan Itachi di belakangnya. Kepalanya terasa begitu pusing dan berat, nafasnya memburu dan dia bisa merasakan gigil di tengkuknya.

Dia berlari jauh hingga dia kembali melihat sungai di depannya, membentang luas. Tempat dimana Sasuke melewatinya saat lari pagi dan ketika dia kembali melihat tower di atas bukit. Sasuke yang serasa kehilangan arah kemudian dia mendapatkan ide.

Tanpa pikir panjang, Sasuke melompat ke sungai. Membiarkan air menenggelamkannya. Dia tidak keberatan mati, karena dia akan menerimanya dengan baik dibanding kenyataan bahwa dia dan keluarganya terkurung dalam situasi yang mustahil.

.

.

Ada sensasi jatuh dan pening di kepalanya. Sasuke kembali merasakan jantungnya dipompa cepat hingga rasanya mau meledak. Ia bangkit dan terduduk, memegang kepalanya kemudian dia dapat mengendalikan nafasnya. Dengkuran halus terdengar resah di sampingnya. Sasuke menoleh cepat dan terkesiap menatap Naruto yang tertidur di sampingnya.

Ragu saat dia memeriksa Naruto. Menyibakkan selimut pemuda itu dengan tangan gemetar dan mendapati bahwa perut pemuda tersebut buncit.

Dia telah kembali dan entah untuk apa Sasuke merasa lega.

Sasuke diam sejenak, mengingat betapa mengerikan baginya berada dalam mimpi dia dipaksa menerima semua senyum dan ucapan ramah Itachi padanya. Sasuke kembali gemetar, ada keringat cemas yang mengalir dingin di sepanjang tulang belakangnya.

Perlahan Sasuke membaringkan dirinya kembali, menghadap ke arah Naruto dan memeluk pemuda tersebut, ketakutan bahwa dia akan kembali pada mimpi itu. Sasuke menenggelamkan wajahnya di leher Naruto sembari mendorong sosok itu semakin mendekat, mengikis jarak hingga merasakan perut buncit pemuda itu menempel di dadanya. Sasuke mungkin begitu tenggelam dalam gelisah tanpa menyadari bahwa ada tendangan-tendangan kecil dari dalam perut tersebut yang tiba-tiba sangat aktif.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Suatu malam, Sasuke memutuskan untuk keluar. Merenung di tepi sungai. Mimpi-mimpi itu sangatlah manis. Mengetahui bahwa Sasuke sangat dicintai membuat dia haus dan haus. Tapi kenyataan bahwa itu bukanlah dirinya, Naruto di dalam mimpinya bukan menyukainya namun menyukai Sasuke yang lain, seseorang yang tidak dikenalnya, dan hal tersebut membuatnya sadar. Hal lainnya adalah bahwa dia tidak bisa menerima bahwa kakak dan orang tuanya sangat akrab dengannya. Dia benci mereka.

Masa kecilnya amat sangat tidak menyenangkan, seperti jelmaan neraka. Mengingatnya saja membuat siksaan dalam dirinya. Mencekiknya sampai rasanya mau mati. Sasuke tidak pernah menceritakan luka itu pada siapapun, toh dia menyadari bahwa dia tidak memiliki siapapun untuk mendengarkan. Dia tidak mempercayai siapapun, dia sendiri dan mandiri. Dia kuat dan tak terkalahkan.

Namun dia mengakui bahwa masa lalunya yang menyakitkan membuatnya menjadi orang yang skeptis, dia takut orang-orang menghianatinya ketika dia tidak kuat dan ditakuti. Dia tidak ingin ditentang dia ingin semua orang menurut, mendengarkannya karena tahun-tahun awal hidupnya dia selalu diabaikan. Dia tidak ingin tinggal di menara pusat karena disanalah orang tua dan kakak yang amat dibencinya pernah tinggal. Dia benci dihianati karena keluarganya menghianatinya dan membuangnya. Dia menjadi kejam agar orang-orang tunduk padanya dan tidak melawan, dia lelah melawan dunia sendirian.

Penerus. Yang dia inginkan adalah anak sebagai calon penerus, Sasuke ingin segera melepaskan statusnya sebagai raja. Dia ingin melimpahkan tanggung jawab itu kepada anaknya dan Sasuke begitu ingin menjauh dari kehidupannya yang baginya mengerikan. Meski dia tidak menyukai kaum Fea namun setelah melihat Naruto, menjadi pengelana tidaklah buruk. Dia akan meninggalkan anaknya pada Kabuto dan menyuruh pria itu untuk membesarkannya, karena Sasuke mustahil untuk melakukannya. Dia tidak tahu caranya menjadi orang tua, dia tidak memiliki sosok yang bisa menjadi acuan. Hal yang Sasuke janjikan bahwa dia akan memastikan Fireland baik-baik saja tanpa dirinya. Ada bagian dari dirinya menerima tanah itu sebagai bagian hidup.

Rencananya yang mulus itu terasa terjal karena nyatanya Naruto begitu pemberontak. Tidak pernah ada yang berani melawannya berkali-kali, terlebih kaum lemah seperti Fea. Sasuke mungkin menerima mengapa kakeknya menerapkan sistem kasta, jika mau tetap hidup maka kau harus kuat dan berkuasa, karenanya Sasuke yang dicekoki oleh Madara bahwa kelemahan adalah sesuatu menjijikkan merasa begitu kesal karena Naruto yang sangat lemah justru dengan berani memainkan kesabarannya berkali-kali. Dia membenci pemuda itu hingga mimpi-mimpi yang tampak nyata mengenai Naruto yang lain begitu mempengaruhinya. Sasuke frustasi pada kenyataan bahwa dia berharap mimpi itu nyata dan dia benar-benar dicintai sebagai manusia. Tapi dia sadar bahwa yang dicintai dalam mimpi itu bukanlah Uchiha Sasuke sang Raja Fireland, tapi Uchiha Sasuke seorang pemuda yang tak dikenalnya.

Sasuke membungkuk, memegang kepalanya, berbisik "Kumohon, hentikan mimpi itu." Pinta Sasuke entah pada siapa.

Sejak hari itu entah mengapa Sasuke berhenti memimpikan Naruto yang lain.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Membayangkan wajahmu adalah siksa, kau kini menjadi racun dalam darahku.

Setelah mimpi itu tidak lagi mendatanginya. Dia berusaha melakukan apapun untuk menghalau bayang-bayang mimpi itu. Mulai dari mempercepat perjalanan, memotong waktu istirahat, dan berusaha sebisanya untuk menghindari menatap Naruto yang asli.

.

.

Petang tiba dan Sasuke berlatih pedang di sekitar sungai. Ini adalah istirahat yang kesekian setelah Naruto lagi-lagi mengalami demam selama dua hari dan mereka harus berhenti dan mendirikan kemah. Sasuke hendak kembali ke perkemahan sebelum sepasang matanya mendapati Naruto ternyata sedang membasuh wajah di tepian sungai di balik batu.

Saat Naruto menoleh, sekilas dia seakan bisa melihat Naruto di dalam mimpi. Dia melangkah maju "Naruto…"

Namun sekejab berubah menjadi Naruto yang nyata. Langkahnya berhenti dan dia memandang wajah Naruto yang tampak was-was dan penuh kewaspadaan. Ada takut dalam sepasang mata jernih itu.

Sasuke menyarungkan pedangnya lalu menutup mata sebentar, berusaha mengambil nafas dan meredakan pikirannya.

Ketika dia membuka mata, wajah takut Naruto masih menghiasi wajahnya.

"Berhenti bermain air dan kembali!" ujar Sasuke.

Naruto diam sejenak, nampak terkejut bahwa Sasuke tidak melakukan hal macam-macam padanya. Terakhir kali pria itu mendapati dirinya di sungai, Sasuke memaksanya berhubungan badan. Naruto bisa melihat tangannya gemetar, rasa takut itu nyata dan sadar atau tidak dia tidak bisa menghindar.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Naruto terbangun dengan Sasuke yang tidur memeluknya. Wajahnya begitu dekat Naruto ingin menyingkir dari pria itu, dia tidak ingin berada dekat-dekat dengannya apalagi berada di posisi intim semacam itu. Saat Naruto hendak bangun, Sasuke menarik pinggangnya dan merengkuhnya, merapatkan punggung Naruto ke dadanya.

"Lepas!" pinta naruto sambil memberontak, ada rasa takut dalam dirinya saat dia mendengar geraman rendah.

Rengkuhan itu mengencang.

"Lepaskan aku, sialan!" Naruto terus memberontak, Sasuke yang kesal kemudian membungkam mulutnya dan berbisik ke tengkuknya.

"Jika kau tidak mau tenang, aku bersumpah akan memperkosamu." Ancamnya dan berhasil. Naruto tenang meski tubuhnya mengigil ketakutan.

Pada awalnya Sasuke memang menghindari Naruto, mungkin selama 4 minggu. Dan rasa cemas ketika akan memejamkan mata di malam hari begitu menghantuinya. Dia takut terbangun di dunia yang lain dan lagi-lagi tenggelam dalam ilusi manis dengan sosok Naruto yang lain.

Namun di suatu malam hujan deras, Sasuke memutuskan untuk mendekati istri kecilnya yang mengigil kedinginan di tengah malam. Malam itu, Suigetsu telah memberinya obat usai Naruto mengeluh sakit di perutnya, pemuda itu baru sembuh dari demamnya yang entah untuk keberapa. Sasuke terbangun setelah tidur ayamnya di atas dahan dan memutuskan berteduh di dalam perkemahan. Satu-satunya tempat yang bisa dia tuju hanyalah tenda Naruto. Meski awalnya dia enggan namun ketika dia melihat sosok itu mengigil dan tersiksa, sebuah perasaan menuntunnya untuk merengkuh Naruto dalam dekapannya. Menaikkan suhu tubuhnya dengan chakra dalam dirinya dan puas ketika melihat Naruto tidak lagi mengigil.

Malam itu Sasuke tidak bertujuan tidur, dia selalu takut tertidur karena yang sering dia lakukan adalah meditasi. Namun tanpa dia sadari dia memejamkan mata dan merasa damai. Kedamaian yang entah sejak kapan muncul itu membuatnya tenang dan tertidur, tanpa bermimpi. Dan sejak itulah Sasuke memutuskan memeluk Naruto demi tidur nyenyak.

Getar di tubuh Naruto menguat saat Sasuke kembali menariknya lebih dekat ia mengusap perut buncit Naruto dan tiba-tiba merasakan gerakan. Tangan Sasuke berhenti sejenak, dia merasa takjub.

"Sejak kapan dia bisa bergerak?" Tanya Sasuke namun Naruto tidak menjawab.

Sasuke tidak ambil pusing, dia meletakkan tangannya di atas perut Naruto. Menikmati tendangan-tendangan kecil dari anaknya.

.

.

:: King and Lionheart ::

.

.

Mereka sebentar lagi akan tiba, mungkin lusa. Petualangan itu telah memakan waktu berbulan-bulan.

Mereka berlari cepat dan cepat. Dia tidak ingin membuang waktu untuk tiba di istananya, namun ketika matanya tanpa sadar melihat wajah Naruto yang pucat. Dia tahu bahwa meski bukan pemuda lemah itu yang berlari namun pemuda itu kelelahan. Bagaimana pun mereka telah berlari 24 jam tanpa henti.

Lembayung senja yang elok terlukis di langit. Mereka berhenti di padang rumput luas ketika matahari mulai condong di ufuk barat dan merubah cahayanya dari kuning keemas-emasan menuju merah jingga. Merubah warna dalam bentangan cakrawala menjadi begitu memikat. Hawa yang tadinya panas pun berangsur-angsur menjadi sejuk.

Suigetsu telah berada dekat sungai Vale. Meminum banyak-banyak airnya ketika Sasuke menyadari Naruto tiba-tiba berdiri diam sambil menatap ke arah padang di bawah bukit. Sosoknya terlihat beku seakan dia tengah dibungkus oleh lembaran-lembaran timah kasat mata. Sasuke masih memperhatikannya saat pemuda itu melangkah menuruni bukit. Berjalan pelan, membiarkan ujung pakaiannya menyapu ilalang.

Langkah itu pelan dan Sasuke mendapati dirinya mengikuti Naruto jauh dibelakangnya, mengamati pemuda itu dengan penasaran.

Di sisi lain, Naruto merasakan hatinya diremas.

Dia tahu padang ini, dia mengenalkanya seakan mereka adalah sahabat lama. Dia masih terus melangkah dan melangkah. Memastikan bahwa dia tidak salah, bahwa ada bagian dari dirinya mendorongnya untuk lebih dekat.

Naruto berhenti sejenak, memandang padang di depannya. Lalu dia bisa merasakan getar pada tangannya, dia benar. Firasatnya benar.

Badai perasaan yang kuat datang seperti sebuah meriam yang di tembakkan kedalam dadanya. Naruto berlari menghampiri padang yang tidak banyak ditumbuhi rerumputan. Padang itu mungkin tidak memiliki apapun, tapi dia memiliki banyak cerita hidup untuk Naruto. Padang yang perlahan membuat air matanya mengalir begitu panas di kedua pipinya.

Padang itu adalah rumah kaumnya di masa lalu. Disinilah dia pernah menetap bertahun-tahun dan terpaksa pindah ke tempat baru hingga kemudian sebulan setelahnya mereka diserang oleh suku barbar Tarankotta, dibantai begitu kejam hingga tak tersisa selain dirinya dan kesedihannya. Padang itu adalah rumahnya.

Disanalah Naruto hidup sebagai pengembala biri, sebagai anak semata wayang orang tuanya, sebagai anak paling muda kedua dalam sukunya setelah bayi kecil milik Atha lahir. Disanalah dia pernah begitu bahagia dalam ketidak tahuannya tentang betapa kejam dunia ini.

Naruto tercekik oleh tangisannya. Dia teringat akan ibunya, ayahnya, neneknya, teman-temannya, dan sosok anak kepala suku yang paling diidolakannya.

Jika suatu hari kau tersesat, gembala kecilku. Padang ini akan memanggilmu pulang, cinta ibu dan ayah akan memanggilmu pulang.

Ucapan ibunya terngiang-giang dalam kepalanya.

"Ibu..ayah..gembala ini pulang, gembala kecilmu kembali pulang..." Naruto menangis sesenggukan.

Naruto terduduk, tanpa sadar lagu pengantar tidur yang seringkali dinyanyikan ibunya membahana dalam kepalanya. Sambil menangis Naruto mencoba mengingat-ingat liriknya. Menyanyikannya begitu terasa menyiksa sekarang.

"Oh a-anak gem..hiks..gembala kecil..ayo pu..hiks..hiks pulang..anak gembala..hiks..kecil..berlari pulang…pulang..."

Lagu itu membawa kenangannya pada kaumnya yang bersahaja, kehidupannya yang sederhana dan bahagia. Lagu itu membawa kerinduan yang begitu hebat baginya.

Sasuke melihatnya dalam diam. Dia tidak tahu apa yang terjadi hingga Naruto menangis begitu hebat di depannya. Namun ketika sayup-sayup dia mendengar sebuah lagu yang dinyanyikan dengan tergugu. Dia mengerti.

Pemuda itu tertidur kelelahan usai menangis. Dan berada di padang jauh lebih dingin dibanding di tengah hutan. Sasuke membenahi tidur Naruto, menyelimuti pemuda itu dan menyalakan api unggun tak jauh darinya. Lama kiranya dia memandangi Naruto, melihat kelelahan dan kesedihan pada raut wajahnya.

Sasuke pada akhirnya memutuskan untuk mengusir kawanannya kembali lebih dulu ke istana. Dia akan kembali nanti, Naruto mungkin masih merindukan tempat dia tertidur. Terlihat dari betapa tenangnya dia dalam tidur meski sesekali mengigau. Itu adalah igauan tentang ibu dan ayah dan tentang kampung halamannya.

Dia akhirnya memutuskan untuk tidur di samping Naruto, memberikan lengannya sebagai bantal dan mendekap sosok itu. Menaikkan suhu tubuhnya dengan chakra untuk membuat dirinya dan Naruto hangat. Kemudian jatuh tertidur.

.

.

.

Pagi itu Sasuke terbangun dan mendapati Naruto telah bersiap pergi tanpa mengatakan sepatah katapun padanya, dia bahkan tidak ingin repot-repot memandang Sasuke.

Sasuke terduduk sebentar, melihat Naruto perlahan pergi menjauh. Sejujurnya dia mengira pemuda itu akan memilih tinggal setelah luapan emosi yang terlihat seakan Naruto ingin menetap. Jika pemuda itu ingin menetap, dia akan memberinya waktu setengah hari.

Tak lama kemudian dia memutuskan untuk berjalan mengikuti Naruto dari belakang. Terkejut bahwa dirinya tidak keberatan dengan semua itu. Di hari biasa dia akan memaksakan Naruto untuk sampai ke istana secepat yang dia bisa karena kesabarannya pada sesuatu tidaklah banyak. Tapi entah mengapa sekarang Sasuke memilih untuk mengikuti suara hatinya yang berkata "Ikuti saja dia"

Sasuke berjalan mengikuti Naruto dari belakang, pelan melangkah di antara cahaya pagi kekuningan yang jatuh dan menyebar di daratan. Naruto berjalan sepuluh langkah di depannya, begitu lamban dan terlihat rapuh. Sambil memegangi perutnya yang besar, tangan kanannya menyapu pucuk-pucuk ilalang. Dia kembali bernyanyi lagu semalam…

"Angin selatan menggulung

Sungai Vale mengalir ke timur

Suku selatanku bermigrasi bagai burung

Namun tanah dan rumah kudekap dalam relung

Oh anak gembala kecil

Ayo kembali pulang

Anak gembala yang sehat

Berlari pulang"

Lagu itu tiba-tiba mengingatkan Sasuke pada sebuah lagu di masa kecilnya dimana anak-anak sebayanya sering menyanyikannya. Itu adalah sebuah lagu untuk mengingat perang tiga Negara sebelum Fireland terbentuk. Deretan lirik yang kembali diingatnya itu kini ia senandungkan…

"Abu di salju

Jatuh begitu lambat

Seperti rapuh, patah hati

Tanpa tempat untuk pergi

Anak prajurit kecil

Ayo berbaris pulang

Anak prajurit yang pemberani

Ayo berbaris pulang"

Sasuke tersenyum sejenak, memori masa kecilnya bukan tempat yang pantas untuk dikunjungi. Banyak hal adalah mimpi buruk yang mengerikan, tapi ada saat dimana anak-anak seumurnya bermain di atas permukaan tanah, suara mereka yang ceria adalah hal yang sangat diirikan olehnya dulu. Namun suara mereka menenangkan, dia tahu bahwa dalam detik di masa itu dia tidak kesepian, nyanyian mereka menghiburnya dan diam-diam Sasuke mengikutinya bernyanyi.

Ia mengalihkan pandangan pada matahari di ufuk barat, bersinar begitu terang seperti bola panas. Sasuke menyentuh pucuk-pucuk ilalang, lalu kembali bernyanyi …

"Daun dari pohon anggur

Jatuh begitu lambat

Seperti kerang rapuh dan kecil

Melayang di busa

Anak tentara kecil mengatakan

"Bawa aku pulang"

Anak tentara yang sedang tidur

Dibawa pulang"

Saat Sasuke menyelesaikan lagunya, dia kembali memandang Naruto. Terkejut bahwa pemuda di depannya berhenti berjalan dan menatapnya dalam diam.

Begitu lama, seolah pada detik itu waktu berhenti baginya, bagi mereka.

"Sasuke…"

.

.

:: tbc ::

Hai hai…halooo ~~

Ada yang kangen sama aku, hehe?

Well, lagu yang dinyanyikan Naruto waktu dia mencuci itu lagi Fly Me To The Moon versi Angelina Jordan. Aku udah tambahin, entah kenapa scenenya dapet waktu Sasuke gendong Naruto.

Terus lagu yang dinyayikan Naruto waktu dia kembali pada perkemahan lamanya adalah lagu yang aku gubah dari lirik lagu Leaves From The Vine. Dan yang dinyanyikan Sasuke adalah lirik asli lagunya dalam bahasa Indonesia. Lagu ini sempat dinyanyikan Jenderal Iroh di Avatar yang pengisi suaranya Mako. Lagu yang memotivasiku buat nulis chapter ini, that song break my heart…

Jadi ini lagunya, aku suka covernya yang ini. Kalau perlu kalian dengerin ini waktu Sasuke nyanyi

Oh ya, ada yang penasaran sebenarnya apa yang dialami Sasuke? Jadi dia terlempar dalam dimensi berbeda ketika sedang tidur, seolah semua adalah mimpi. Hal ini terjadi karena kekuatan Oldja, kalau kalian teliti di chapter kemarin, Oldja (Dewa Penjaga hutan Makahaya yang berbentuk rusa) sempat mendekati Naruto dan Sasuke. Dialah yang membuat Sasuke terlempar ke dimensi lain. Alasannya? Nah itu secara implisit bakal terungkap di chapter-chapter selanjutnya.

Aku tidak meminta uang atau emas berlian, aku meminta kalian berkomentar dan yang demikian memberiku semangat

See you next chap~

-with love Ivyluppin-