Naruto by Mashashi Kishimoto

Highschool DxD by Ichiei Ishibumi

Dusk Maiden of Amnesia by Maybe

-Yuremonogatari-

by PancakesKnight

Genre: Supernatural, Mystery, Horror(?), Romance(?)

Pair: What the heck!? Must i tell you about this!?

Warning: Typo! First Published!

HAPPY READ!

and

Review|Follow|Favorite :D


"Hey….. Apakah kamu percaya hantu?"

Pertanyaan itu, pasti sudah kalian dengar setidaknya sekali seumur hidupmu. Dan apa jawaban yang akan terlontarkan ketika mendengar pertanyaan itu?

"Percaya….Karena aku pernah melihatnya….."

"Tidak, hanya orang bodoh yang percaya hal semacam itu."

Atau,

"Aku tidak tahu. Antara percaya sama tidak sih…."

Setidaknya, begitulah jawaban yang terlontarkan. Dan, aku salah satu dari sekian banyak yang menjawab salah satu dari ketiga jawaban di atas.

"Naruto, apakah kamu percaya hantu?"

Waktu itu, aku masih kecil, berumur sekitar 12 tahun, ketika aku ditanya tentang itu.

Dan jawabanku,

"Aku tidak tahu. Antara percaya sama tidak…."

Yah, diriku setengah percaya setengah tidak terhadap hantu. Aku tidak percaya karena aku belum pernah mengalami bertemu dengan hantu sekalipun, selama ini. Aku percaya? Semenjak hari itu, aku merasakan keberadaan hantu yang terus mengikuti diriku…

Kejadian yang membuatku meralat jawabanku saat itu.

"Aku mulai percaya adanya hantu…."

Kukisahkan saat-saat dimana aku mulai percaya bahwa hantu itu benar-benar ada. Aku harap kalian berkenan mendengar kisahku ini, yang mungkin sedikit membuat anda bosan.

Saat itu…

Aku merasakan 'dia' benar-benar ada, dan ingin dekat denganku.

Aku merasakan, bahwa 'dia' ada hubungannya denganku, mungkin saat ini atau di masa lampau, seperti memiliki kenangan bersamaku.

Meskipun aku tidak ingat itu….

Nampaknya, kisahnya bercerita tentang diriku.

Warna merah terlukis dengan indahnya di langit. Menampakkan pemandangan sekolahku yang begitu eloknya. Akademi Kuoh, sekolah yang dulunya khusus perempuan, akhir-akhir ini menjadi sekolah campuran dengan kebijakan sekolah yang membolehkan laki-laki masuk dan bersekolah disini.

Sekolah ini memiliki banyak bangunan, contohnya bangunan yang nampak tua daripada bangunan lainnya. Bangunan itu menjadi ruang klub penelitian gaib. Dan klub itu cukup terkenal.

Namun, masih ada bangunan lain yang tak kalah lamanya. Saking lamanya, bangunan tersebut layaknya bangunan yang terbengkalai. Entah mengapa bangunan tersebut berbeda dengan bangunan yang menjadi ruang klub penelitian ilmu gaib.

Meski begitu, bangunan tersebut masih tersambung dengan bangunan utama yang lebih baru. Bangunan lama yang sudah tak terpakai, di sekelilingnya dibangun kembali bangunan-bangunan baru, menandai sejarah kurang lebih 60 tahun sejarah di dindingnya.

Beberapa ruang kelas menjadi ruang penyimpanan,

Ada tangga yang tidak digunakan,

Beberapa lorong yang buntu,

Bangunan tua itu telah melilit dalam satu labirin raksasa.

Sebab itulah, bangunan tersebut melahirkan berbagai rumor aktivitas paranormal.

"Oh, sial. Dimana aku sekarang?"

Oke, untuk kesekian kalinya aku tersesat di bangunan tua ini.

"Mungkin ini lantai pertama dari bangunan ini."

*Kliiing*

Aku mendengar bunyi lonceng, lagi. Aku beberapa hari terakhir sering mendengar lonceng tersebut. Aku merasa sumbernya dari bangunan ini.

'Hey, apa kau dengar?'

Crap-

'Mereka mengatakan ada hantu di bangunan tua ini. Terdapat kaca yang besar di dalam salah satu ruangannya. Tidak masalah, apa yang terjadi saat kau berdiri di depannya-'

Crap-

Sial, badanku tiba-tiba menggigil. Bulu kudukku serasa berdiri.

"Sekarang bukan waktunya untuk mengingat rumor…. Tidak masalah, apa yang terjadi saat kau berdiri di depannya- Eh, apa 'dia' yang memberitahuku?"

*Kliiing*

"Apakah lewat sini ya?"

Tap-tap-tap

Suara langkah kakiku menggema, menambah suasana tegang di gedung ini…

"Huft…."

*Kliiiing*

"Eh-"

Aku melihat sebuah ruangan dengan pintu geser yang kayunya sudah termakan oleh usia, serta kacanya yang sudah terihat retak dan kusam.

"Permisi, apa ada orang?"

Pintunya sedikit sulit dibuka. Debu berterbangan ketika pintunya berhasil terbuka sedikit….

Dan, tidak ada seorangpun disana.

"Ya iyalah, tentu saja tidak ada. Apakah ini semacam gudang?"

Aku melihat-lihat ruangan ini, banyak barang-barang yang tersimpan disini.

*wussshhhh*

"Eh-"

Tubuhku tiba-tiba merasa tidak enak. Namun, begitu aku menoleh ke kiri, terdapat sebuah kaca besar yang mampu memantulkan bayangan seluruh tubuhku.

"Sebuah kaca, ya... Agak menyeramkan."

Aku memandangi bayanganku sendiri sambil menyentuh cermin itu dengan telapak tangan kananku.

"Ini tidak mungkin dalam cermin. 'Dia' memberitahuku tentang….."

'Naruto-kun….'

"Eh-"

Aku menoleh kebelakang…. Dan….

Seorang wanita berambut hitam panjang berseragam Akademi Kuoh menatapku…

"Eeeeeehhhhhhhh-"

Aku terjatuh kebelakang, aku kaget ditambah takut!

"Oh, kejamnya."

Ia mengatakannya dengan nada layaknya gadis biasa, dengan tangan kanannya berada di dekat bibir.

"Heh-"

Aku tekejut…..

"Apakah aku telihat menakutkan?"

Tangannya kali ini disilangkannya ke belakang.

"Ak…aku… minta maaf. Aku hanya terkejut."

Wajahku terlihat menyembunyikan sesuatu. Ya iyalah, aku ketakutan setengah mati tadi.

"Hahahaha….."

Ia tertawa kecil mendengar jawabanku.

"Aku jarang mendapatkan tamu disini."

Aku kemudian berkeliling gedung tua ini bersamanya. Kami berbincang-bincang dengan akrabnya. Namun, ada sesuatu yang membuatku penasaran….

"Apakah kamu murid tahun kedua?"

"Aaa- Iya."

Aku mendeskrepsikan dia sebagai wanita yang cukup jangkung, berkulit putih pucat mulus, bermata tajam, serta ramping.

Tapi, masih ada lagi,

Dadanya.

Dadanya besar,

Bukan itu! Dasar laki-laki pikirannya…..

Ada aura aneh pada dirinya.

"Apakah kamu sering berkeliaran disini?"

Ia tertawa kecil.

"Emmm…"

"Dasar…."

'Hey, apa kau dengar? Mereka bilang ada hantu di bangunan tua ini.'

Aku kemudian tersentak, dan mengehentikan langkahku. Dia yang menyadari aku berhenti menoleh kepadaku.

"Ada apa?"

"Tidak, tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, kenapa kamu disini?"

"Eh-"

Ia menampakkan ekspresi kaget.

"Kamu bilang kamu jarang mendapat tamu, itu terdengar seperti kamu telah berada di sini sejak lama."

Ia tersenyum.

"Aku memang berada disini sejak lama. Sangat lama. Maksudku, aku adalah hantu bangunan tua ini."

"Eh-"

Aku melotot seakan tak percaya. Gadis didepanku ini merupakan hantu?

"Aku Hantu."

Ia mengatakannya sambil memejamkan kedua matanya dan tersenyum.

Aku tak percaya…

"Aku bilang, aku hantu."

Hoy, hoy, ini sudah kelewatan tau?

"J-jangan bercanda tentang hal itu, oke?"

Aku merasakan ada tangan yang berusaha menggapaiku dari belakang.

Aku merasakan ada gadis berambut panjang yang sangat kelam…..

Aku merasa melihat gadis yang bersimpuh tak berdaya…..

Aku merasa melihat…sebuah jasad yang tinggal tulang…..

"Apa-apaan dengan ilusi ini? Dia tidak serius kan? Tapi…"

Aku melihat….senyuman mengerikan…..

"Eh-"

Aku tersentak. Aku memperoleh kembali fokusku. Kemudian aku berpikir sejenak, dan memutuskan untuk menyentuhnya. Kalau dia hantu, pasti aku tidak dapat menyetuhnya, kan?

Tanganku berusaha menggapai gadis itu…..

*boing*

Empuk…..

Aku bisa menyentuhnya!?

"Ah…ah…."

Rona merah terlihat di wajahnya.

"Maafkan aku! Kupikir aku tidak bisa menyentuhmu karena kamu hantu, tapi-"

Ia tersenyum.

"Hanya karena dapat menyentuhku, bukan berarti aku ini bukan hantu."

Aku terdiam beberapa saat…..

"Tapi, itu tidak menjadi masalah kan?"

Kami kembali menyusuri bangunan tua ini, sambil mendengar kisahnya yang begitu menyentuh-

"Aku tidak terlalu ingat bagaimana aku meninggal. Aku seperti hilang ingatan. Aku tidak tahu dimana dan kenapa aku mati,Aku seperti tanpa penyesalan maupun tidak ingat hidupku dan juga aku tidak ingin mengetahuinya. Meski begitu, kamu tidak masalah, kan? Bagaimana aku?"

Ia mengatakannya di atap bangunan, berlatarkan matahari senja yang menampakan cahaya keemasannya yang indah. Rambut serta bajunya melambai-lambai diterpa oleh angin. Dan wajahku nampaknya sedikit merona.

"Namaku Yuuma. Amano Yuuma. Namamu?"

Ia mengulurkan tangannya kearahku.

"Naruto. Uzumaki Naruto."

Aku mengatakan namaku sambil meraih uluran tangannya.

"Naruto-kun, kah? Itu nama yang lucu."

Tiba-tiba aku mengingat saat dimana aku memandang cermin itu…..

Bukankah ia telah mengetahui namaku?

Kami melanjutkan kembali jalan sore kami, Aku mulai penasaran bagaimana ia menjadi hantu.

"Yuuma-san, adakah waktu yang dimana kamu merasa ingin tahu? Maksudku, tentang bagaimana kamu meninggal."

Ia menoleh kepadaku.

"Jadi kamu telah menerima bahwa aku ini hantu."

"Ah… tidak persis…."

"Eeehh, Aku tahu, aku tahu. Kamu ingin tahu lebih banyak tentangku. Di sini, mari kutunjukkan sesuatu."

Ia berhenti di depan salah satu ruangan. Ia mengajaku masuk kedalam…..

"EHHHHHHH!?"

Wajahku layaknya kepiting rebus! Yuuma berusaha melepas pakaiannya! Secara reflek, aku berbalik membelakangi Yuuma.

"A-apa yang kamu lakukan?"

"Aku akan menunjukkan seragam ketika aku hidup."

"Kamu kan hantu, seharusnya kamu langsung bisa mengubah pakaianmu atau apalah-"

Aku, sambil menahan rasa maluku (serta nafsu?), mulai membayangkan hal-hal aneh. Bagaimana erotisnya Yuuma ketika berganti pakaian, dadanya yang begitu besar-

"Bagaimana bisa? Jika kamu tidak bisa maka akupun tidak bisa."

"Eh- Apakah memang tidak bi-"

Secara tak sengaja, aku menoleh ke belakang, melihat Yuuma yang sedang berganti pakaian.

"Ah!?"

Sial!?

"Aku-aku-aku-aku minta maaf!"

Ia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kamu ini aneh, Aku tidak pernah mengatakan kepadamu untuk berpaling membelakangiku."

"Kau-kau tidak keberatan jika aku melihat tubuhmu?"

Ia sedang membenarkan roknya, sebelum ia menjawab pertanyaanku.

"Ini bukan tubuh asliku juga." Ia pun menyibakkan rambutnya. "Ta-da! Inilah yang kupakai sebelum aku meninggal."

Ia tersenyum, sambil memperlihatkan seragamnya yang nampaknya merupakan seragam lama siswi Akademi Kuoh.

"Aku pikir, itu sangat cocok untukmu. Dan lebih baik."

"Maksudmu, apakah aku terlihat kuno?"

"Tidak-tidak, bukan itu yang aku maksudkan."

Kami berjalan menyusuri tangga dan sampai di sebuah ruangan yang dulunya merupakan kantin. Ia terus memegangiku, entah apa alasannya.

"Hei, mengapa kamu terus memegangiku?"

"Aku sangat senang, aku sangat senang karena bisa menyentuhmu! Aku ingin tahu mengapa."

Aku kembali dibawa ke atap bangunan tua ini, namun di gedung yang lebih tinggi. Ia tiba-tiba berusaha menjatuhkanku….

"A-apa yang kamu-"

*Bruk*

"Tolong, biarkan aku melakukan ini, karena aku sangat ingin melakukanya."

Ia membuatku berbaring di pangkuannya.

"Suatu hari, kamu tidak dapat melihatku kembali."

Aku terpana, dadaku berdetak dengan kencangnya.

"Apa maksudmu?"

Aku tak mengerti dengan ucapannya serta tindakannya ini.

"Aku hanya halusinasimu, rumor ini tidak cukup pada akhirnya. Aku bukan dari realitas."

"Aku tidak mengerti maksudmu."

Aku masih merasa bingung.

"Bagaimana kita bisa tetap bersama?"

Ia tertawa kecil.

"Mari kita lihat…. Bagaiman dengan ini?"

Ia memegangi daguku, kemudian ia menundukkan kepalanya mendekat ke arah wajahku. Rasanya ia mau menciumku-

*cup*

Aku memejamkan mata ketika ia menciumku tepat di keningku. Aku terkejut!?

"Apa- apa kamu mau bermain-main denganku?"

Aku mengatakannya dengan nada grogi.

"Yup."

"Hentikan!"

Ia kemudian memelukku dengan eratnya.

"Aku tahu kamu menyukainya!"

Ia sangat suka memelukku. Membuat pipiku selama ini merona.

"Bagaimana? Aku yakin kamu tidak pernah melupakanku sekarang!"

"Rasanya kamu seperti menghantuiku-"

Aku mengatakannya dengan nada datar.

"Jahatnya-"

"Kamu tidak benar-benar menghantuiku, kan?"

Ia nampak mulai serius.

"Kamu tahu, ada cerita yang benar-benar tua."

Ia mulai bercerita dengan nada serius.

"Tanah ini berhantu. Sebuah kutukan terperangkap di dalam tubuh sang gadis di dalam sekolah ini. Dia terletak di suatu tempat di halaman sekolah sampai saat ini."

Aku cukup terkejut mendengarnya.

"Apakah ini mengacu kepadamu, Yuuma-san?"

"Mungkin."

Jika memang benar tentang Yuuma-san, pasti ia masih terjebak di Akademi Kuoh ini.

-menunggumu -

-Dua kepribadian Yuuma saling bertolak belakang, dengan rambut berkibar yang gelap, serta terlihat anggun untuk yang terang-

Aku melototkan mataku, merasa ada sesuatu yang selama ini tidak kusadari.

'Aku takut!?'

'Tolonglah aku, tolonglah aku!?'

Aku merasa melihat seorang gadis bersimpuh, menangis meminta pertolongan. Serta melihat sesosok remaja laki-laki yang memandangnya-

"Naruto-kun?"

Panggilan Yuuma menyadarkanku. Aku tiba-tiba bangkit dari pelukan Yuuma.

"Ada apa?"

Yuuma terkejut melihat gerak spontanku.

Apakah itu mimpi?

Aku teringat gambaran seorang gadis menangis-

Tidak,tidak.

Teringat kembali gambaran remaja laki-laki yang memandangi gadis yang menangis itu….

Yuuma membutukan pertolonganku.

"Naruto-kun?"

Yuuma memanggilku dengan nada lirih. Namun, aku mengabaikannya, aku berusaha untuk menemukan sesuatu. Di suatu tempat- Di suatu tempat di bangunan tua ini….

*Kliiiing*

Aku teringat cermin tadi. Aku langsung bergegas menuju ke cermin itu.

"Naruto-kun!?"

Yuuma terkejut melihatku tiba-tiba berlari meninggalkannya.

'Hey, apa kau dengar? Mereka mengatakan ada hantu di bangunan tua. Ada cermin besar di gedung.'

Aku sudah sampai di depan cermin tadi. Aku kemudian memandangi sekeliling, dan menemukan sebuah tongkat baseball. Dengan cepat dan sekuat tenaga, aku memecahkan cermin itu.

*Pyaar*

Aku tahu! Inilah cermin yang dibicarakan tadi. Yuuma-san terletak di depan-

"Tunggu! Jangan pergi lebih jauh!"

Yuuma terengah-engah mengejarku.

Aku menghiraukan peringatannya, dan langsung masuk kedalam ruangan bawah tanah yang tersembunyi di balik cermin.

"Tidak!"

Sialnya, aku tergelincir dan jatuh ke bawah.

"Ow, aduh!?"

*Bruk*

"Aduh-duh…. EH!?"

Aku terkejut! Aku melihat sebuah jasad berseragam lama Akademi Kuoh yang hanya tersisa tulang saja!

Crap-

Tak peduli apa yang terjadi saat kau berdiri di depannya, jangan melihat melewati bahumu.

Jika kau melakukannya, hantu akan menarikmu, dan kau akan terjebak di dalam cermin selamanya.

"Jadi, kau melihatnya…."

Yuuma berubah drastis! Ia nampak gelap sekarang…

"Aku bilang jangan…"

Rambutnya berkibar mengerikan! Ia nampak mengerikan dan beraura sangat gelap!

"Yuuma….san?"

Aku terpojok pasrah.

"Tidak...Tidak…..Tidak….."

Aku melotot, pasrah terhadap takdir yang terjadi pada diriku.

"Tidak…..Tidak…Tidak!"

*Blank*

Biarkan aku terbakar..

Ini bukanlah dosa untuk membakar dan mencoba merangkulmu, bukan?

Sucikan kegelapan dengan api pada

Choir Jail..

Meskipun jika kamu bersedih, impian itu tidak akan menyanyi..

Aku berteriak di sini "Apa jawaban yang kamu tunggu?"

Aku tidak akan menyadarinya jika aku terus melihat ke bawah..

Aku mencari masa depan di dalam matamu..

Jika saja kamu dapat mengenal keajaiban..

Mari kita hapus segala air mata kita, menatap ke depan dan melangkah..

Bukalah diriku..

Dengan rasa sakit ini aku tak dapat melihat apa pun..

Biarkan aku terbakar..

Ini bukanlah dosa untuk membakar dan mencoba merangkulmu, bukan?

Sucikan kegelapan dengan api pada

Choir Jail..

...