Re-kun coming,

Ok, untuk kali ini saya kembali mengingatkan jika karakter Namikaze Naruto yang saya pakai adalah IZANA WISTARIA, silahkan search di Gugel, Ok.

.

.

.

Terima kasih atas review pada chapter sebelumnya dan selamat membaca.

Warning : terlalu mainstream, typo dimana-mana, sangat OOC.

Re-Incarnation

Konoha's Hospital

Para Medic-Nin yang bertugas terlihat hilir mudik ketika memulai hari mereka untuk kembali melakukan tugas merawat penduduk desa yang tengah terluka. Beberapa diantaranya juga menemani pasien yang berniat mencari udara segar di pagi hari.

Sinar matahari di pagi ini membaur sempurna dengan tanah basah yang tercipta karena hujan kemarin malam, menciptakan aroma udara khas embun yang mulai menguap seiring berjalannya waktu. Benar-benar pemandangan yang sangat langka, mengingat udara bersih seperti ini akan jarang ditemui saat musim kemarau nanti.

Namun, kebahagiaan ini tak sempat dirasakan oleh sang kepala rumah sakit, Tsunade Senju.

Wajah pucat, bibir kering disertai garis hitam yang menghiasi mata coklat madunya adalah hal yang bisa kita lihat dari paras cantiknya. Kedua bola matanya memandang tajam hasil laporan pasien yang berbaring di ranjang kantor tempatnya bekerja.

Perlu diketahui, selama ia berstatus sebagai kepala rumah sakit. Ranjang di kantornya ini tidak pernah dihuni oleh siapapun bahkan Minato yang notabene nya seorang Hokage saat sedang sakit ia tidak pernah dirawat diruangan ini.

"Naruto..."

Gumam lemah Tsunade.

Remaja pirang itu tiba-tiba ambruk setelah melaporkan hasil misi pertamanya.

Setelah tiga hari melakukan pemeriksaan intensif, Tsunade dikejutkan oleh beberapa kenyataan pahit yang pernah dilaluinya. Hasil laporan menunjukkan jika tubuh luar Naruto tidak terluka sama sekali, tapi tidak dengan organ didalam tubuhnya yang telah rusak.

Satu-satunya pengalaman medis Tsunade yang dapat ia gunakan sebagai panduan adalah saat ia berstatus sebagai Chunnin dulu. Yaitu ketika mengotopsi mayat kakeknya, Hashirama Senju.

Pada awalnya banyak orang meragukan berita kematian dari Dewa Shinobi itu, bagaimana mungkin Shinobi yang memiliki kemampuan Regenerasi Monster sepertinya bisa meninggal setelah berkali-kali selamat dari pertarungannya melawan Uchiha Madara. Demi memuaskan rasa ingin tahunya, Tsunade kecil meminta ijin kepada Nidaime Hokage.

Saat itulah ia menemukan fakta mengejutkan. Tubuh luar Hashirama sama sekali tak mengalami pembusukan, hal ini dikarenakan chakra senjutsu miliknya yang terus aktif bahkan saat penggunanya meninggal. Tapi sayangnya chakra senjutsu itu tidak dapat melakukan hal yang sama terhadap organ didalam tubuhnya. Meski organ dalam miliknya terlihat utuh, namun tetap tidak bisa menyembunyikan bekas kerusakan yang diterima oleh Hashirama, hal ini disebabkan hancurnya organ dalam yang terus-menerus dipaksa ber-regenerasi hingga akhirnya melambat seiring banyaknya luka yang di dapat oleh Hashirama.

Tapi ingat! Itu adalah pengalaman medis Tsunade dari Mayat.

Dan kondisi Naruto tak jauh berbeda dengan mayat Hashirama.

Tsunade mengutuk keras atas keputusan cerobohnya membiarkan Naruto menjalani misi keluar desa. Jika saja waktu itu ia kembali mempertimbangkan dengan sebaik mungkin, mengingat sifat remaja kuning kesayanganya ini yang selalu membantu orang lain dan tak akan pernah mementingkan dirinya sendiri. Andai saja...

Lamunan Tsunade terbuyarkan saat melihat Kurenai masuk dengan membawa sekotak bekal dikedua tangannya.

"Ne... Naru, hari ini kubawakan kau Tamagoyaki (Telur Dadar Gulung) spesial. Ja- jangan salah paham dulu, ok. Aku membuat ini tanpa micin, setelah memakannya kupastikan kau akan merasa seperti dilahirkan kembali... jadi... kumohon bangunlah... Baka..."

Nada bicara Kurenai perlahan melemah hingga terdengar seperti bisikan. Mata merahnya menatap ke arah Tsunade.

"..."

Diamnya Tsunade membuat Kurenai tahu jika keadaan Naruto sama sekali tidak ada kemajuan.

Keduanya pun kembali terdiam dan hanyut kedalam perasaan masing-masing.

The Hyperbolic Time Chamber

Dimensi 'aneh' milik Madara yang kini beralih ke tangan Naruto, tetap tenang seperti biasanya. Jika diperhatikan secara seksama, terlihat dua orang laki-laki yang sedang...-ehm.

"Sigh!"

Umpat Naruto kesal, mengetahui jika efek fuinjutsu yang ia gunakan ternyata efek sampingnya akan separah ini. Mungkin jika di dunia nyata ia hanya terbaring selama tiga hari, tapi di dimensi ini.

Ia sudah pingsan selama tiga tahun.

Demi menjaga kesehatannya, mungkin lain kali ia tidak akan menggunakan fuinjutsu 'sesat' itu lagi.

Membuka kedua matanya, ia melihat wajah 'Namikaze Naruto' yang sedang menatapnya layaknya binatang buas.

Namikaze Naruto yang di depannya adalah gumpalan chakra dari wujud asli Naruto di Dimensi ini yang berhasil di manifestasikan oleh Madara guna mengambil ingatannya.

"Oh... Kau sudah bangun? Putri Tidur?"

"Menyingkir dari wajahku, kampret!"

Naruto menendang laki-laki yang menurutnya memiliki potensi 'berbahaya', membuatnya terbang... sedikit menjauh.

"Padahal aku bermaksud baik, kenapa kau sangat jahat kepadaku?"

"Bermaksud baik?"

Tanya heran Naruto curiga, karena telah lama dilatih oleh Madara. Saat ini di pikirannya hanya berisikan hal-hal pertempuran jika berduaan dengan laki-laki di tempat sepi seperti ini.

"Ya... Karena kau sangat lama tertidur, kupikir kau akan terbangun jika aku mencium mu!"

Ucap makhluk itu dengan menunjukkan senyum manis khas 'Bang ipul'

"Kubunuh kau sekarang juga jika itu benar-benar kau lakukan!"

Chakra gelap Naruto menguar keras, wajahnya menampilkan seringai kejam.

"Bukan kah hal itu terlalu kejam untuk kau katakan pada orang yang tubuhnya kau ambil dengan paksa?"

Tanpa merasa takut. 'Namikaze Naruto' berjalan mendekat, seolah ancaman itu bukanlah apa-apa baginya. Karena jika ia menghilang, otomatis ingatannya didunia ini juga akan memudar dan hal itu tentu saja buruk bagi Naruto yang sedang beradaptasi di Dimensi ini.

Mengetahui ancamannya tadi tidak membuahkan hasil, Naruto kecewa dengan dirinya sendiri meskipun ia sudah bersusah payah untuk meniru Madara.

"Setelah ini semua selesai aku ingin bunuh diri saja."

"Oy.. oy... aku bercanda, ok!"

Sahut 'Namikaze Naruto' yang menepuk pelan pundak Shinobi payah itu.

Naruto membalikkan badannya, "Namikaze... aku turut bersedih dengan nasibmu."

"Sudahlah, aku tak lagi pedulli dengan sikap keluargaku yang seperti itu. Mungkin dulu aku memang sangat benci terhadap mereka, namun setelah aku sadar jika aku memang tak memiliki kekuatan sehebat yang mereka harapkan. Aku sangat berterima kasih kepada mereka karena telah membuangku dari bagian keluarga Hokage. Karena... aku tak ingin lagi melihat tatapan kecewa dari orang tua dan adik kecilku."

"Bukan... Bukan Drama murahan itu yang aku maksud."

"Hah? Jika bukan itu, lalu apa yang kau makud hal menyedihkan dariku?"

Sahutnya tak mengerti dengan tatapan bodoh dari orang yang kini merebut tubuhnya itu.

"Kont*lmu kecil."

"Yang begituan gak usah kau bahas, njeng!"

Namikaze mencak-mencak tidak jelas setelah mendengar jawaban vulgar yang diucapkan dengan nada penuh kecewa itu.

Keduanya terdiam begitu lama, mencoba menikmati keadaan yang sudah pasti tidak akan bertahan lama ini.

Keheningan itu berakhir saat terdengar hembusan nafas panjang dari salah satu orang kembar disitu.

"Uzumaki.. ah- bukan! Untuk diriku, kuharap kau dapat memenuhi alasan kenapa kau di takdirkan untuk memiliki tubuhku. Setidaknya buatlah orang tahu jika Namikaze Naruto bukanlah seorang pecundang seperti dulu. Tegapkan tubuhmu, pandangilah langit dan tegaskan pada dunia "AKU ADALAH SHINOBI TERHEBAT!" katakan itu saat kau selesai dengan tugasmu di dunia ini."

"..."

Ucapan penuh semangat serta keinginan yang kuat itu hanya ditanggapi dengan diamnya Naruto.

"Dan juga sebagai pemilik tubuh aku ingin kau memenuhi satu permintaanku."

Ujar Namikaze melanjutkan keinginannya.

"Apa itu?"

"Jangan buat perempuan disekitarku menangis."

"Sialan! Kau memberiku tugas yang lebih berat daripada menyelamatkan dunia!"

Umpat kesal Naruto, meski ia tetap tersenyum dengan permintaan egois seperti itu.

Wanita adalah makhluk misterius yang berasal dari planet gula-gula, saat tersenyum maupun marah mereka sama-sama terlihat lucu dan menggemasakan bagi laki-laki 'normal.'

Tapi entah kenapa saat mereka menangis, suatu tempat didalam tubuh seorang laki-laki akan merasa sangat sakit, sakit sekali. Hingga mampu membuat seorang laki-laki kecewa karena membiarkan air mata itu terjatuh.

"Untuk yang terakhir, kuharap kau membuat Hime-Sama bahagia menjadi seorang wanita!"

Naruto mendelik tajam atas permintaan terakhir dari Namikaze tampan bernasib malang di depanya ini, "Kau gila! Terangsang pada nenek-nenek seperti dia!"

Semprot Naruto jengkel.

Bukan tidak mau memenuhi permintaan itu. Hanya saja, menjalin hubungan dengan wanita yang hampir berumur tiga kali lipat darinya itu adalah sesuatu yang... What The!

'Meskipun aku suka MILF, tapi ga sampe segitunya juga coeg!' Batin nista Naruto.

Sampai akhir pemahamannya, Naruto menyimpulkan jika Namikaze itu ingin membalas kebaikan sang Senju Terakhir. Mengingat jika selama ini hanya dialah satu-satunya orang yang memberikan kasih sayang yang tidak ia dapatkan dari keluarga maupun orang disekitarnya.

Namun alasan yang keluar dari mulut Namikaze selanjutnya, merubah raut wajah Naruto.

"Terserah! Suatu saat kau akan mengerti rasa kenyal...-ah! Maksudku kau akan mengerti perasaan ini!"

"Tunggu... barusan kau bilang kenyal bukan?"

Sang pelaku berdiri lalu memasang muka datar tak berdosa.

"Aku harap kau menepati janjimu, Uzumaki."

"Woy... kau mendengarkanku bicara, bukan?"

Jengkel karena tidak didengar, Naruto berteriak keras.

"Kalau begitu aku pergi eek dulu, jaa ne!"

Makhluk perwujudan nafsu kotor itu segera pergi mengabaikan Naruto yang mencak-mencak kesal.

"Tunggu! Woy... jangan berwasiat seperti kakek-kakek yang sedang sekarat dan juga ... jangan kau kotori dimensiku ini! Bajingan!"

Umpat Naruto, disertai pengelihatannya yang mulai menggelap. Tanda jika ia akan segera tersadar.

Konoha's Hospital

"Naru... Kumohon bangunlah!"

"..."

Kurenai yang masih terus menangis dan Tsunade yang terdiam dengan raut wajah penuh putus asa adalah pemandangan yang menghiasi ruangan khusus ini.

Sebagai seorang wanita, Tsunade juga memahami tingkah Kurenai. Perempuan itu tak berbeda dengan Naruto, hidup sendiri tanpa adanya keluarga, hanya teman-teman disekitarnya lah yang selama ini bersedia mengisi kehidupannya. Pria yang sedang ia tangisi adalah orang yang sangat ia harapkan untuk menghabiskan waktu hidup bersamanya.

Tak heran jika keadaaan Naruto yang seperti ini merupakan pukulan yang sangat mengguncang jiwa Kurenai.

"Berhentilah menangis, sarapan dan air mata wanita bukanlah kombinasi yang bagus untuk pencernaanku."

Suara serak khas orang bangun tidur itu membuat nafas Kurenai dan Tsunade berhenti mendadak.

"Naru/Naruto!"

Seru keduannya lalu menghambur ke dalam pelukan satu-satunya lelaki di ruangan tersebut.

"Kau... benar-benar... membuat... kami khawatir bodoh!"

Ucap Kurenai disela-sela tangisnya.

"Maaf."

Hanya itu yang keluar dari bibir Naruto.

"Bisa kau jelaskan, kenapa kau bisa terbaring seperti ini?"

"Karena aku lapar, mungkin?"

Dirinya yang sekarang tidak mungkin mengatakan jika ia telah menerima efek 150 kali lipat dari Kinjutsu.

"Ck, seharusnya aku tahu jika kau tidak akan menjawab pertanyaanku meski aku khawatir setengah mati."

Kurenai mendesah pelan, karena pertanyaan seperti itu adalah hal yang tidak akan pernah Naruto jawab dengan serius.

"Meski aku tahu jika kau tidak ingin membuat kami khawatir." Lanjut Kurenai menatap Naruto lembut.

"Itu tidak masalah, karena inilah Naruto kita."

Sahut Tsunade memaklumi tingkah Shinobi pirang itu.

"Kali ini aku setuju denganmu."

"Apa kau bilang!"

Jawaban sinis Kurenai berhasil membuat mood Tsunade berantakan, meskipun hal itu membuat suasana ruangan yang penuh duka kembali terlihat hidup.

"Sudah-sudah, daripada kalian mulai bertengkar. Kemarilah temani aku tidur."

Ucap Naruto dengan kedua mata yang masih menutup.

"Kau jangan meminta yang tidak-tidak saat kau sedang sakit."

Mulut Tsunade menyangkal permintaan konyol itu, tapi tidak dengan tubuhnya yang perlahan mendekati ranjang tempat Naruto berbaring.

"Tidur bersama dua wanita cantik, aku yakin akan mimpi indah nanti." Ucap lanjut Naruto terus menekankan permintaan anehnya.

Kurenai bersidekap dan memasang wajah ketus, "Hmph! Maaf saja, aku selalu pilih-pilih untuk tidur dengan laki-laki. Jadi jangan harap aku mau tidur bersama...mu." Keinginan Kurenai untuk berlagak sok jual mahal perlahan pupus, saat melihat Naruto yang kembali terlelap beserta Tsunade yang bersandar di pundak Shinobi pirang tersebut.

"Ck, sial! Dasar para makhluk vulgar!" Umpat Kurenai kesal dan segera bergerak mendekat ke arah para makhluk yang tengah mendengkur halus disana.

Hokage's Tower

Minato menyeka keringatnya yang terus bergulir sambil mengumpat kesal, "Menyelesaikan tumpukan 'monster' ini lebih sulit daripada membuat fuin Hiraishin."

Kumpulan kertas yang 'mungkin' saja bersifat penting bagi para pengirimnya. Tapi...

'Hokage-Sama aku kehilangan kunci rumah. Tolong selamatkan aku...'

Oy... Aku ini Hokage lho!

'Kepada Hokage-Sama Yth, datanglah pada acara ulang tahun pernikahan kami.'

Nikmati aja semua itu dengan istrimu, sialan!

'Hokage-Sama, jadikan aku istri keduam-'

Ok cukup!

Semua kertas itu hanyalah coretan orang-orang yang pasti berencana untuk membuatku mati muda. Lagian kemana Asisten ku pergi disaat bosnya hampir mati akibat melihat tulisan yang seperti kutukan ini.

"Hokage-Cama, permici."

Suara imut itu terasa menyejukkan bagi jiwa Minato yang sedang dilanda kemunduran mental.

"Ada apa sayang? Kenapa kau kemari sendiri? Kemana ibumu?"

Tanya beruntun Minato dengan memasang muka overprotektiv kepada sosok mungil didepan nya.

"Ibu dirumah, Yamanaka Obaa-Chan. Bercama ibu-ibu lain nya mereka ada banyak! Mito kecini mau..."

Dengan mata yang penuh harap, serta tangan kanan yang mengadah. Minato menghela nafas kecil.

"Kenapa tidak minta ibumu?"

"Ibu bilang uangnya habic, buat abi.. ami..? oh! Arican."

"Ayah tidak membawa uang Mito-Chan."

Minato menggeleng pelan, karena tadi pagi dia memang bangun agak terlalu siang.

"Cih, Hokage miskin!"

Umpat Mito yang ajaibnya lidahnya sangat lancar jika digunakan untuk mengumpat.

Pelipis Minato berkedut jengkel, 'Bocah ini.'

"Kembali kepada ibumu, bilang untuk mengambil dompet di atas meja rias. Sekalian suruh mengambil dokumen dibawah dompet itu."

Mendengar itu, sikap Mito lagsung berubah cepat.

"Roger, Kapten!"

Ucapnya hormat dan segera berlari keluar ruangan.

Minato mengangkat satu tangannya, "Inu! Awasi anak itu! Jangan sampai ada bahaya yang mendekatinya!"

Dalam sekejap bayangan hitam muncul dihadapan nya.

"Hai"

Jawab Hormat sosok Anbu bertopeng anjing itu dan segera menghilang dari tempatnya.

"Dan juga jangan sampai kaki mungilnya menginjak kotoran ayam dijalan!"

Perintah lanjut Minato di sertai suara terpeleset seseorang.

"Auh!"

Unknown Place

Tempat gelap gulita yang sangat lembap, disertai nafsu membunuh liar yang bercampur menjadi satu. Membuat tempat ini terasa sangat mencekam, jika ada orang asing yang tidak memiliki kekuatan, dipastikan orang tersebut akan langsung pingsan ditempat ini.

Saat mendekat kedalam, terlihat patung zombie? Atau mumi? Tau ah, yang jelas patung itu sangat mengerikan jika kau jadikan hiasan dalam kamarmu.

Diatas jari-jari patung aneh itu berdiri delapan makhluk yang sepertinya manusia.

"Ekor Tiga telah tumbang!"

Ucap seorang wanita berambut biru mengawali pembicaraan itu.

"Wow, siapa orang yang mampu melawan monster keras itu!"

"Aku mendengar jika wanita berliur lava telah lama bertarung dengannya, jadi pada akhirnya dia menang ya?"

"Apa ada wanita aneh seperti itu di Elemental Shinobi?"

Sahutan dari beberapa orang disana terdengar seperti sedang bercanda, karena mereka tahu jika hal yang dibahas bukanlah sesuatu yang dapat mengancam mereka.

"Mei Terumi."

Laki-laki bermuka datar dengan mata sharingan yang berputar pelan, menjawab pertanyaan orang disebelahnya.

"Itachi kau kenal wanita aneh itu?"

"Hm."

"Sialan, aku selalu benci dengan jawaban kerenmu itu!"

Laki-laki pirang bermata satu, sedang meloncat-loncat tidak jelas.

"Zetsu?"

Suara berwibawa yang berasal dari orang berambut oranye, menghentikan aktifitas seluruh orang disana.

"Maaf, waktu itu aku sedang melakukan penelitian tentang eek jadi aku tidak tahu sama sekali kejadiannya." Jawab makhluk si setengah putih, "Dan juga kematian Yagura itu terlalu cepat, aku sama sekali tidak paham dengan situasinya." Lanjut si setengah hitam menjelaskan.

"Selanjutnya..."

"Salah satu bawahan Kakuzu di Yuki no Kuni melaporkan, jika dalam waktu dekat mereka akan melakukan kudeta. "

Lapor si setengah hitam.

"Keuntungan?" Tanya singkat sang pemimpin.

"Kita dapat memperluas jaringan perdagangan 'barang' di Elemental Shinobi."

Jelas si setengah Hitam, disambut seringai kejam salah satu orang disana.

"Untuk mencegah hal yang merugikan Akatsuki, kita akan lepas tangan kali ini. Zetsu, laporkan situasi."

Makhluk setengah-setengah disana mulai berbicara serius.

"Karena insiden penculikan Kazekage, kondisi desa besar dalam status siaga. Tiga orang bawahan Deidara di Iwagakure telah membocorkan informasi, dua orang bawahan Kisame di Kirigakure tertangkap. Untuk yang terakhir Uchiha Sasuke berhasil menguasai Juinjutsu, kini ia sedang melakukan proses perburuan Itachi."

Laporan itu ditutup dengan diamnya seluruh makhluk disana, mereka semua menanti perintah dari sang pemimpin.

"Untuk sekarang kita bersembunyi." Perintah itu menggema keseluruh ruangan. "Tobi!"

"Hai', Bos!"

Shinobi bertopeng spiral berdiri tegak dengan pose hormat, menatap sang pemimpin.

"Bunuh semua bawahan Deidara dan Kisame yang masih hidup!"

Nada dingin yang semakin membuat suasana terasa semakin mencekam disambut seringai beberapa makhluk membuat tempat ini terasa lebih gelap daripada sebelumnya.

"Itachi... "

"Aku mengerti."

Itachi memejamkan matanya, mengetahui jika namanya disebut tanpa perintah apapun itu berarti ia harus bersembunyi untuk sementara.

"Zetsu, kau ikut dengan Tobi!"

Ucapan terakhir dari sang ketua yang perlahan menghilang dari tempatnya dan disusul oleh semua anggota yang melakukan hal yang sama.

Hokage's Tower

Braaakk!

Pintu ruangan Hokage terbuka dengan paksa bersambut dengan monster cabe merah-... ah maksudku Kushina yang sedang dalam mode 'manisnya'.

"Mi.Na.To!"

Panggilan sayang yang disertai dengan senyuman indah dari sang istri membuat nyali Minato menciut seketika.

"A-Ada apa? Sayang?"

Tanya Minato yang segera menghindari sesuatu yang tajam dari arah sang istri.

"Kenapa kau menghindar sayang?"

Kushina kembali menunjukkan senyum yang kelewat indah hingga terkesan horor di mata suaminya.

"T-tunggu, kenapa kau mencoba menyerangku?"

Minato dengan segala tekad untuk hidupnya menghindari serangan bertubi-tubi dari Khusina.

"Kenapa? Tentu saja karena aku sangat mencintaimu?"

"Cinta? Kenapa harus membawa pisau dapur? Aku ini suamimu lho! Bukan Timun!"

Minato yang merasakan hidupnya sekarang sudah mencapai tetes terakhir mulai mengeluarkan chakranya, bersiap untuk kabur.

"Diamlah! Jika kau terus menghindar, bagaimana aku bisa mengiris Timun Liar milikmu itu?"

"Timun Liar?"

Minato menoleh ke arah pisau dapur yang ternyata sudah berada tepat dibawah senjata masa depannya. Keringat dingin dipunggunya terasa semakin mengucur deras, hingga ia melihat sesuatu di tangan kiri istrinya.

"Ini ?!"

"Sebentar, a-aku bisa menjelaskan dia siapa."

Sebuah foto, lebih tepatnya foto seorang perempuan yang sangat cantik.

"Menjelaskan? Oh... Skandal gelap Hokage dan Artis."

Kushina yang tengah gelap hati, menghiraukan segala alasan buaya pirang di depannya.

"B-Bukan, ini bukan seperti itu."

Minato menggelengkan kepalanya, sungguh ia benar-benar tak ada niatan untuk mencintai wanita selain wanita merahnya ini. Saat pikirannya mulai kembali ia merasa sesuatu yang dingin menempel di daerah –ehem.

" Hiiiii ! "

"Bicara! Jika Timun ini mengeras saat kau menjelaskan... Akan kubuat benda ini lenyap!"

Perintah yang disertai hawa membunuh itu membuat semua Anbu yang selalu bersembunyi dibalik ruang Hokage kabur secara bersamaan.

"O-Ok!"

Minato menelan ludahnya untuk mengatasi rasa gugup yang berlebihan.

"Koyuki Kazahana, seorang artis terkenal yang bermain dalam serial TV Pedang Pelangi. Berperan sebagai Fu'un Hime, hobi memelihara burung- ah!"

"Aku tidak butuh penjelasan itu!" Potong Kushina serius sembari memperbaiki posisi pisau dapur miliknya yang masih menempel.

"Sebenarnya, saat ini Konoha sedang dalam kondisi waspada. Para Anbu menemukan Tiga puluh lebih warga desa dalam keadaan terpengaruh obat-obatan terlarang."

"Jangan bilang?!" Mata Kushina melebar, ia tahu jika obat-obatan terlarang itu selalu di tentang keras oleh seluruh Kage Desa di Elemental Shinobi.

"Uhm, serbuk putih yang bisa membuat penggunanya mengalami Euforia sesaat, para Anbu menyebutnya 'Sabu-Sabu'." Minato menghembuskan nafasnya lega dan melanjutkan penjelasannya, "Kazahana-San adalah salah satu benang rumit dalam kasus ini, oleh karena itu saat ini aku sedang meneliti setiap laporan yang ada."

"Apa pihak Rumah Sakit mengetahui hal ini?"

Tanya Kushina langsung ke arah penanganan korban.

Minato mendesah singkat,"Mereka mengetahuinya, tapi menolak untuk melakukan perawatan dikarenakan Tsunade-Hime tengah mengurung diri di kantor utama miliknya."

"Mengurung diri?" Kushina tidak percaya jika orang yang bertanggung jawab disaat seperti ini malah lepas tangan.

"Ah, maksudnya ia sedang merawat pasien da tidak dapat di ganggu." Minato mencoba meluruskan jawabannya.

"Pasien macam apa yang berada di kantornya? Bahkan saat kau sakit, dia hanya menempatkanmu di ruang biasa." Emosi Kushina kembali meningkat, wanita yang telah merebut putranya itu selalu bertindak se enaknya.

"Siapa lagi jika bukan Naruto."

Jawaban Minato segera menghilangkan emosi Kushina berganti dengan rasa khawatir dan takut secara bersamaan, "A-aku harus menjenguknya sekarang!"

"Tunggu!"

Minato mencoba menghentikan tindakan istrinya, karena ia sendiri tidak tahu bagaimana kondisi putranya tersebut dan apa yang harus ia lakukan saat berada disana.

"Minato... Aku sudah tidak kuat lagi menanggung dosa ini. Meskipun Desa menjatuhkan hukuman, aku akan tetap pergi."

"..."

Namun wajah sang istri yang sedang menangis menghentikan niatnya untuk mencegah. Pada akhirnya ia hanya mampu terdiam dan memandangi langkah istrinya yang pergi meninggalkan ruangan ini.

Konoha's Hospital

Insting merupakan hal yang wajar bagi manusia biasa untuk merasakan keadaan sekitar. Bagi para Shinobi insting merupakan senjata yang ampuh untuk melindungi diri dari serangan musuh.

Naruto telah mempelajari insting ini sejak lama sebelum ia bertemu Madara, akan tetapi saat bertemu lawan yang tak peduli akan hidup atau mati, insting miliknya segera hilang berganti rasa takut yang luar biasa.

Madara telah mengajari Naruto untuk mengasah insting itu hingga tahap Evolusi. Yakni merasakan bahaya dalam kondisi apapun.

Khususnya saat ini, disaat ia seharusnya istirahat ditemani dengan dua wanita cantik. Insting Shinobi miliknya merasakan bahaya mendekat dari arah kirinya, dengan sigap ia memegang benda tajam yang mengarah ke Tsunade yang tertidur dengan tangan kosong.

Saat membuka mata, Naruto melihat Anbu bertopeng polos bawahan Danzo mencoba untuk menyerang Tsunade. Dengan cepat ia melakukan Shunsin kebelakang Anbu Ne dan menusuk jantungnya menggunakan tangan yang telah di aliri chakra angin,pembunuhan yang hanya berlangsung beberapa detik.

"Ugh!"

Anbu itu mengeram tertahan dan segera terjatuh lemas di tempatnya berdiri.

"Houtei."

Sesosok makhluk tercipta dari bayangan tubuh Naruto, perlahan sosok itu mulai nampak memperlihatkan wujud yang menyerupai Naruto lengkap dengan baju Anbu hitam dengan mata terpejam sedang tersenyum tipis ke arah Naruto.

"Bawa tikus ini ke sarangnya!" Perintah Naruto dingin.

"Apa aku boleh bersenang-senang?"

Tanya Houtei dengan santai mendekati mayat Anbu di depan Naruto.

"Lakukan sesukamu." Jawab acuh Naruto yang bersambut seringai kejam dari sosok aneh itu.

Naruto menatap bunshin... lebih tepatnya makhluk itu yang tercipta saat ia mencoba menetralisir inti chakra dari pohon Shinju yang ia peroleh dari Madara. Bagaimanapun hebatnya kekuatan yang ia miliki saat ini, tetap saja ia tidak dapat mengontrol chakra inti dari pohon dewa tersebut.

Tetesan chakra hitam yang meluap saat ia mencoba mengontrol chakra dewa itulah yang menjadikan sosok hitam yang selalu bersembunyi dibalik bayangan tubuhnya ini.

"Naru, kau sudah bangun? Bagaimana dengan lukamu?"

Kurenai yang terbangun melihat Naruto tengah berganti pakaian langsung menyerang Naruto dengan pertanyaan wajar.

"Apa aku terlihat seperti orang yang sedang terluka?" Naruto tersenyum ringan melihat Kurenai yang memasang raut wajah khas bangun tidur, "Apa kau tidak ingin tidur lagi?" Tanya Naruto sedikit khawatir.

Menggelengkan kepalanya, Kurenai turun dari ranjang dan melihat Tsunade yang sedang tertidur sangat lelap, "Perempuan ini membuatku tidak sadar selama dua hari, saat aku mencoba untuk merawatmu disini. Sedangkan dia sendiri malah terus berjaga."

Yang dimaksud Kurenai, Tsunade membuatnya pingsan saat ia bersikeras untuk ikut merawat Naruto.

"Dia memang seorang Ninja medis bukan?"

Ujar Naruto menyimpulkan tingkah wanita yang sangat ia sayangi tersebut.

"Hm, dia memang yang terbaik dalam urusan merawat orang lain." Kurenai merapikan selimut Tsunade lalu menghadap Naruto yang melangkah ke arah pintu kamar, "Kau mau kemana?"

"Aku ingin minum sake."

Jawab Naruto terus melangkah.

"Aku ikut."

Root Place

The Foundation itulah julukan untuk tempat yang berada dibawah Desa Konoha ini, tepat seperti namanya ruangan bawah tanah ini mengubur beberapa tragedi kelam Desa Konoha.

Segala hal yang dilakukan Danzo, semua itu untuk kepentingan desa. Itu merupakan Visi dari Danzo yang dulu, akan tetapi disaat Minato mulai memimpin Desa, ia mulai kehilangan cengkraman kekuasaan di Desa. Demi memuaskan hasrat pribadinya, ia mulai melakukan tindakan-tindakan kotor untuk tujuannya menjadi pemimpin mutlak Desa Konoha.

"Konnichiwa!"

Suara riang menggema di seluruh ruangan, Danzo pun juga dapat merasakan chakra gelap yang sedang mendekati tempantnya berdiri.

"Anbu?"

Danzo heran dengan apa yang ia lihat, lebih dari pluhan tahun ia berada dalam Militer Konoha dan ia yakin tidak pernah melihat pakaian hitam pekat yang dipakai Anbu manapun.

Dalam sekejap dua Anbu berada didepan Danzo, mencoba melindungi tuan nya.

"Kau yakin akan menghentikanku hanya dengan dua kecoa ini?"

Sambut suara riang itu, wajah tersenyumnya benar-benar menambah dingin ruangan ini,"Bagaimana dengan tujuh puluh empat sisanya yang berada di seluruh sudut ruangan? Apa mereka hanya seekor lalat tak berguna, saat melihat tuannya dalam keadaan tidak nyaman?" Lanjutnya mengoceh seakan semua Anbu yang bersembunyi kini telah berada di jaring-jaring kekuasaannya.

Danzo tetap tenang dan mengamati Shinobi itu, saat ia melihat wajah dan tato clan senju yang terukir di lengan kirinya, ia mulai menemukan titik terang, "Ada urusan apa seorang Anbu spesial Tsunade repot-repot datang kesini." Nada meremehkan ia keluarkan dengan sengaja.

"Aku tadi tidak sengaja 'menginjak' (baca:membunuh) seekor tikus saat sedang mengigau tadi."

Jawab asal Houtei yang berpenampilan seperti Naruto, namun ia tetap memejamkan mata dan tetap tersenyum terus menerus.

"Oh... bukankah ini berarti kau ingin membasmi tikus itu dengan datang ke sarangnya? Ini... menarik."

Danzo tertawa geli, sepotong sampah tanpa chakra yang ia selalu incar sejak kecil kini datang dengan sendirinya.

"Menarik? Rakun Tua keriput sepertimu sepertinya sangat suka membual, apa kau tidak sadar jika saat ini kau sedang dalam posisi 'diburu!'"

Ucapan itu di ikuti dengan suara 'brukkh' yang berada di seluruh penjuru ruangan, para Anbu Root yang bersembunyi jatuh pingsan saat chakra gelap meracuni indra mereka, kini hanya tersisa Danzo dan dua Anbu yang melindunginya.

"Aku tidak peduli dengan alat seperti mereka."

Balas dingin Danzo melihat keadaan itu. Pengalaman nya sebagai Shinobi membuat ia dapat mengendalikan ketenangan yang luar biasa dalam kondisi seperti ini.

"Heeh~ sepertinya kau cukup yakin." Houtei berjalan mendekat kearah Danzo, dua Anbu root yang melindungi Danzo bersiap namun mereka dapat merasakan chakra tajam yang melingkari leher mereka. Chakra hitam ini langsung membatasi pergerakan kedua Anbu itu.

Danzo mendesah pelan, "Jika untuk melindungiku, aku bisa mengorbankan sebanyak mungkin orang disekitar-"

"Gya..gya... gya. Berhenti banyak bacot, berisik tau!"

Potong Houtei yang kini sedang duduk di atas pagar disamping Danzo. Hawa dingin kembali menekan ruangan, Danzo juga telah mulai mengaktifkan chakra miliknya.

Sejak kapan sampah Namikaze ini menjadi begitu kuat hingga membuat Veteran seperti Danzo memasang sikap siaga, pikir Danzo heran dengan perubahan Drastis dari pria yang sedang tersenyum riang didepan nya.

Houtei berpikir jika dia bisa saja membunuh Danzo sekarang, tapi konsekuensinya akan berakibat terhadap jalan ninja Naruto dan sebagai bayangan dari orang yang telah memberinya kehidupan, Houtei tidak ingin merepotkan Naruto. Sepertinya kali ini ia harus menunda nafsu membunuhnya utuk saat yang tepat.

"Karena jasamu selama ini pada Konoha, aku akan sedikit berbaik hati." Houtei turun dari pagar dan melangkah menjauhi Danzo yang tetap berdiri tenang.
"Jika kau mengganggu tidurku lagi..." Ucapan yang disertai dengan nafsu membunuh liar segera mendesak keringat dingin Danzo untuk keluar, "Akan kupastikan mata curian itu tak bisa menyelamatkan nyawamu." Lanjut siluet Anbu hitam itu mulai menghilang dari tempatnya.

"K-Kau?!"

Mata Danzo melebar panik, yang tahu rahasia tentang mata ini hanya dia seorang. Dan seluruh perban yang ia gunakan telah terranam fuinjutsu level tinggi, bahkan Shinobi sekuat kepala klan Hyuuga tidak akan tahu apa yang ada di balik kain perban Danzo.

Shushuya

Kedai yang bergaya cina ini menjual berbagai macam makanan khususnya sake, tempat ini sangat populer dikalangan para Shinobi Konoha.

"Sebenarnya hal ini sangat menggangguku." Ungkap Kurenai yang sedang menatap Naruto dengan penuh niat menyelidiki.

"Hm? Kau datang bulan?" Jawab asal Naruto.

"Bukan itu, baka!"

Menghembuskan nafas beratnya, Kurenai memaklumi sikap Naruto jika perkataan itu keluar dari mulut Shinobi lain, mungkin dia akan menjebaknya dalam Genjutsu pribadi miliknya.

"Hanya dalam seminggu aku tidak bertemu denganmu, tiba-tiba saja kau memiliki hanya itu, dalam sekilas aku dapat merasakan jika saat ini tingkat kekuatanmu sama dengan High-Jounin. Apa ada penjelasan tentang hal itu?"

Naruto sedikit menggigil melihat mata merah milik Kurenai yang terasa akan mengupas kulit Naruto hingga menyisakan tulangnya saja.

Melirikkan matanya berusaha menghindari tatapan tajam itu, "Aku memakan buah iblis." Ucap Naruto dengan mulut mecucu (Maaf gak tahu bahasa indonya apaan, intinya melipat bibir hingga nampak seperti paruh burung emprit, ah.. emboh lah!)

Dahi Kurenai berkedut, "Jangan bercanda! Kau bukan luf*y. Bahkan tubuhmu tidak bisa memanjang." Kurenai mengalihkan tatapan matanya menuju 'bagian bawah' milik Naruto, "Kecuali benda itu."

"Kurenai-Chan no Ecchi."

Kurenai segera menenggak sake miliknya, berusaha mengalihkan perhatian, "Bisa kau serius sekarang?" Tanya Kurenai kembali.

Naruto memaksa otaknya untuk berusaha mengelabui wanita ini, "Umm... etto..."

Naruto mengerti jika ia tidak mungkin memberitahukan kepada Kurenai jika jiwa serta chakra miliknya merupakan pemberian dari Madara, bagaimanapun jika Kurenai mengetahui Naruto yang ia kenal sudah berganti dengan seorang pahlawan gagal ia mungkin akan shock dan akan menghindarinya.

Tentu saja Naruto sangat tidak ingin hal tersebut terjadi!

""Sensei?""

Teriak dua remaja dari seberang jalan.

"Oh, Kiba! Hinata!" Kurenai melambaikan tangannya untuk menyambut mereka.

"Hanya tinggal satu bulan lagi kita akan mengikuti Ujian Chunnin, anda telah absen selama tiga hari. Bagaimana mungkin kita bisa lulus jika Sensei tidak serius dalam membimbing kami?" Protes dari Kiba saat melihat gurunya sedang berkencan dengan seorang pecundang emosinya tidak dapat ia tahan.

"Kalian berdua duduklah." Ucap Naruto mengabaikan tatapan jijik dari kedua remaja tersebut.

"Maaf! Kami tidak ada urusan dengan orang sepertimu!" Ucap dingin putri dari Clan Hyuuga itu.

"Hinata!" Nada Kurenai meninggi saat melihat etiket para muridnya.

"Tindakan Hinata benar. Sensei tidak perlu menghabiskan waktu dengan 'Genin Abadi' sepertinya."

"D.U.D.U.K"

Perintah Kurenai dengan wajah yang mulai menggelap, keduanya langsung menuruti perintah gurunya dengan wajah ketakutan. Sebagai murid dari salah satu master Genjutsu Konoha, mereka sering mencicipi kekuatan itu saat menjalani hukuman dan tentu saja meski gurunya ini terlihat baik dan cantik ia juga memiliki sifat istimewa yaitu Sadistic.

Naruto yang merasakan suasana agak berat ia meminum lagi sake miliknya, "Baiklah, mumpung saat ini aku punya uang. Pesanlah apapun sesuka kalian." Tawar Naruto, berusaha mencairkan suasana disini.

Mendengar itu Hinata melirikan matanya, "Cih, aku tidak butuh kebaikanmu itu."

"Pada dasarnya makanan adalah sumber utama energi manusia. Untuk menjaga stabilitas meridian chakra yang akan selalu bertambah seiring dengan latihan para Shinobi, asupan gizi serta pola latihan yang baik akan sangat berguna untuk membantu meningkatkan kapasitas Chakra seorang Shinobi." Ucap tenang Naruto sembari menyesap sake miliknya berkali-kali.

Ketiga manusia disana sedikit menganga mendengar semua itu, Kurenai yang tersadar segera menggelengkan kepanya pelan, "Meskipun penjelasan nya melebihi pemahamanku, aku setuju dengan ucapannya."

"B-Baiklah jika kau memaksa." Jawab Hinata mewakili Kiba yang tetap ternganga tak percaya.

.

Mereka mulai menyantap hidangan yang telah tersaji didepannya.

"Naruto, kuharap kau membantu mencarikan solusi untuk Team 8. Saat ini aku sedang mengalami kemacetan untuk memberi bahan materi latihan lanjutan." Kurenai sangat mengenal Naruto, karena pemuda ini memiliki pengetahuan materi tentang Shinobi yang lumayan dalam. Untuk itulah Kurenai meminta bantuan kepadanya.

"Sensei! Bagaimana mungkin dia bisa membantumu? Sedangkan dia sendiri tidak memiliki chakra." Kiba sangat tidak menghargai sikap gurunya, dia adalah seorang Jounin kenapa dia harus meminta pencerahan materi dari seorang Genin! Terlebih lagi dengan Genin Abadi seperti dia!

"Kiba! Apa-apaan dengan sikap burukmu itu!" Kurenai benar-benar kesal dengan tingkah muridnya ini.

"Cih." Kiba mendecih kesal. Jujur ia sangat tidak suka dengan Naruto, selain terkenal memiliki chakra yang lemah tapi wajah tampan yang keterlaluan itu pernah membuat kakak perempuannya depresi berat akibat ditolak oleh Naruto saat menyatakan perasaanya. Inilah yang membuat Kiba membenci Naruto.

"Aku tidak peduli dengan tingkah remaja egois sepertimu. Tapi, pemahaman Naruto tentang Shinobi jauh lebih baik dariku." Jelas Kurenai.

"Hah, mau bagaimana lagi." Naruto mendesah pelan, "Sebelum aku mulai menjelaskan, sebaiknya kalian ingat ini baik-baik."

"Aku bersikap baik hanya dalam dua kesempatan. Yang pertama saat aku kenyang dan yang kedua saat sedang mabuk."

"Seperti aku peduli." Balas Hinata acuh.

"Baiklah karena sake ini aku bersedia membantu Ku-Chan memberi sedikit materi."

"Paling-paling kau hanya akan membual." Timpal Kiba.

Naruto mengabaikan tingkah keduanya, meski dalam hati ia sedikit terkejut dengan sikap Hinata yang sangat berbeda dengan masa lalunya, Naruto mulai memaklumi sikapnya saat melihat kembali beberapa ingatan milik 'Si Namikaze'.

Tatapan matanya sangat dalam saat melihat kedua remaja didepannya, "Team 8 Konoha. Sebuah team yang terdiri atas Shinobi dari klan Aburame, Hyuuga dan Inuzuka, dengan kemampuan spesial yang diturunkan oleh garis darah, sudah pasti kalian unggul dalam bidang Observasi dengan kata lain Pengintaian. Jika dijelaskan secara spesifik lagi...-ah paman sakenya habis!"

"Aburame memiliki kemampuan untuk menjadi Marskman (Penyerang jarak jauh) dikarenakan pengendalian serangganya, namun dia sangat lemah dalam situasi serangan mendadak. Untuk mengatasi hal ini, kita mempunyai Hyuuga-San untuk mengantisipasi hal tersebut, dengan Byakugan dapat dipastikan serangan musuh dalam jarak dekat maupun jauh dengan mudah akan dihindari."

Naruto menjelaskan beberapa hal yang telah ia pelajari sebelum reinkarnasi dari trio yang terkenal ahli dari beberapa misi pengintaian ini.

"Aku?" Tanya Kiba yang mulai sedikit tertarik dengan penjelasan Naruto.

"Oh kau, hanya pengendus yang baik."

"Sialan!"

Naruto tersenyum ringan, hingga tanpa ia sadari Kurenai tengah memerah total saat melihat Naruto saat ini, prilakunya yang sangat dewasa serta kepribadiannya yang tenang, ceria dan sangat cerdas telah menambah beberapa poin plus dalam hati seorang Yuhi Kurenai.

"... Inuzuka memiliki partner anjing yang dapat bertarung dengan kemampuan tak jauh berbeda dengan penggunanya, kamu adalah penentu berhasil tidaknya sebuah misi. Karena kau memilik peran yang sangat penting kau harus lebih kuat dari kedua temanmu." Jelas Naruto mengakhiri kuliah sederhananya.

Tatapan jijik dari kedua remaja tadi mulai sedikit melunak saat mencoba memahami penjelas dari orang yang mereka benci.

Sebelum mengakhirinya, Naruto meninggalkan beberapa pesan, "Untuk yang terakhir." Nadanya mulai serius saat mengingat kembali kegagalan melindungi teman seperjuangannya dulu.

"Team Shinobi terkuat adalah sekumpulan Shinobi yang saling melindungi punggung rekan mereka."

"""Oh.."""

Jawab ketiganya kagum dengan nasihat Naruto.

"Karena sudah larut malam, sebaiknya kalian pulang. Aku akan mengantar kalian." Kurenai yang mulai mendapat beberapa ide dalam otaknya untuk mengasah keterampilan semua muridnya segera bergegas untuk pergi dan mulai mengatur beberapa rencana pelatihan timnya.

"Hai' Sensei."

Ketiganya mulai pergi ke arah yang berlawanan dengan Naruto.

Hokage's Residence

"Kaa-Chan? Apa yang sedang kau lakukan." Tanya Menma saat bertemu ibunya di depan rumah yang terlihat panik.

"Menma, apakah kau bertemu dengan Naruto di jalan?" Tanya Kushina, saat dia ke rumah sakit ia hanya mendapati Tsunade yang tertidur lelap diranjang miliknya dan ia segera kembali pulang untuk bertanya pada Menma.

"Tidak, kurasa aku terlalu kuat hingga membuatnya ketakutan dan mencari jalan lain." Jawab bangga Menma.

Tatapan keduanya mulai melebar saat melihat Naruto tengah berjalan ke arah mereka.

"N-Naruto?!"

"Apa kau tidak apa-apa? Kudengar kau sedang dirawat dirumah sakit?" Kushina segera berjalan pelan menuju arah Naruto dan segera berhenti membeku saat mendengar nada dingin yang berasal dari putra sulungnya tersebut.

"Apa pedulimu?"

"Jaga ucapanmu, brengsek!" Teriak Menma marah saat melihat tingkah Naruto.

"Apa kau tidak pernah diajari untuk tidak mengusik percakapan orang dewasa?" Tanya Naruto acuh tak acuh.

"Sialan akan kuhajar kau!" Ledakan Chakra mulai menguar dari tubuh Menma. Hingga dapat dirasakan seorang shinobi dari kejauhan.

"Menma cukup!" Bentak Kushina.

Seumur hidupnya, hanya kali ini Menma mendengar bentakan itu, "Kaa-Chan..."

Mengabaikan Menma, Kushina mulai kembali bicara, "N-Naruto, aku tahu aku salah. Kumohon maafkanlah semua perbuatan buruk ibumu. Jangan biarkan aku terus menanggung dosa yang terus menghantuiku setiap hari." Ucap Kushina memohon.

"Bodo amat dengan semua itu. Lebih baik pergilah dari hadapanku! Jangan membuatku jijik dengan sikap egois milikmu." Naruto bahkan tidak mengubah sikap dinginnya. Bagi seorang yang telah lama merasakan apa itu Yatim Piatu dia sama sekali tidak peduli dengan apa orang yang mereka sebut itu kasih sayang Orang Tua.

"NAARUTTOOO—RRHH!" Menma yang tidak dapat mengendalikan amrahnya langsung mengandalkan Chakara Kyuubi berniat untuk membunuh kakak yang sangat ia benci itu.

Menma segera melesat ke arah Naruto dan mengarahkan Cakar Chakranya menuju dada Naruto.

Tanpa ragu Naruto segera melangkah dan menghindari serangan tersebut, selanjutnya ia mencekik leher Menma dan membanting tubuhnya ke tanah. Sebagai satu-satunya Jinchuriki Kyuubi yang mampu mengendalikan kekuatannya secara penuh. Naruto dengan cepat mengambil tindakan pencegahan.

Mungkin bagi Shinobi normal, menyentuh Chakra Bijuu secara langsung akan menimbulkan resiko, tapi Naruto yang telah berhasil menyerap Inti Chakra Shinju adalah pengecualian. Menghadapi Jincuriki tiga ekor? Bahkan Jika itu Kyuubi sendiri Naruto bisa mengalahkannya semudah membalikkan telapak tangan.

"Ku...ra..ma kubunuh kau nanti!" Baik Menma maupun Kyuubi yang berada dalam tubuhnya langsung merasakan tulangnya menggigil kerasa saat menatap kedua mata Naruto yang berubah menjadi hitam pekat, seakan mata itu hanya dimiliki iblis yang sangat kejam.

"Naruto! Menma!" Teriak Kushina panik.

"Lepaskan tanganmu dari putraku!" Ucap seseorang yang menyerang Naruto dari belakang menggunakan bola biru yang diarahkan ke punggungnya.

"Anda yakin ingin membunuhku, Hokage-Sama?" Tanya Naruto, hanya satu kedipan mata hitam miliknya kembali normal. Menma langsung pingsan begitu chakra Kyuubinya menghilang.

"Jika itu maumu!"

Minato segera berpindah tempat menggunakan Hiraishin untuk mengambil tubuh Menma dan meninggalkanya di samping Kushina yang masih terdiam shock ketika melihat keluarganya saling bertengkar.

Naruto membiarkan tindakan Minato, saat ini ia tengah fokus menyebarkan chakra miliknya ke udara untuk mengantisipasi Hiraishin Minato.

'Syuut-Syuut'

Puluhan Kunai bercabang tiga mengarah ke Naruto. Sebelum Kunai itu sampai ke tubuh Naruto, Minato telah berada dibalik punggungnya dengan Rasengan yang telah berada dalam gengggaman, tanpa ragu Minato mengarahkannya ke arah Naruto.

Naruto menggerakkan tubuhnya sedikit menghindari semua Kunai didepannya dan segera berbalik menangkis tangan Minato hinnga membuat Rasengan di tangannya terlempar ke samping. Minato yang terkejut segera melakukan Hiraishin ke Kunai lainnya dan kembali memunculkan rasengan lagi.

Sudut bibir Naruto terangkat, dia segera berpindah ke arah belakang Minato sebelum Minato muncul disalah satu Kunai milikinya dan langsung mengarahkan jarinya ke arah leher Minato.

Minato sangat sadar dengan apa yang telah dilakukan Naruto, jari itu telah menyentuh saraf tengkorak belakang miliknya. Sedangkan Minato paham dengan apa yang akan terjadi jika saraf tersebut diserang.

MATI !

Minato yang terlalu sibuk dengan menganalisa batas kekuatan Naruto, kini wajahnya sangat pucat. Bertahun-tahun ia telah diakui sebagai Shinobi tercepat, satu-satunya Shinobi yang membunuh ribuan lawan hanya dengan seorang diri dan ia adalah seorang Shinobi yang akan dihindari jika terjadi pertempuran. Tapi saat ini...

"Kau pikir dengan mengandalkan Hiraishin akan membuatmu terlihat hebat, begitu?"

Suara dingin dari belakang tubuhnya membuat Minato menyadari apa itu rasa takut akan kematian, seolah-olah suara itu dikeluarkan oleh iblis pencabut nyawa.

Selanjutnya wajah pucat Minato semakin terlihat menyedihkan saat mengingat itu adalah suara dari putranya sulungnya sendiri.

Anak yang membuat Minato merasakan perasaan menjadi seorang Ayah.

Anak yang membuat Minato meneteskan air mata saat ia terlahir didunia.

Anak yang membuat Minato memiliki kehidupan baru dalam keluarganya.

Kini semua telah berakhir, ketika menyerangnya dengan niat membunuh. Dia telah melanggar batasan hubungan darah hingga membuatnya sangat sadar jika Naruto membunuhnya sekarang hal itu tidak bisa dianggap sebagai tindakan tabu.

"KUMOHON HENTIKAN SEMUA INI, NARUTO!"

Jeritan, tangisan serta wajah menderita Kushina masuk kedalam pengelihatan Naruto. Itu dulu adalah wajah yang sangat Naruto rindukan setengah mati di kehidupan sebelumnya, wajah yang selalu Naruto ingin lihat dan wajah yang selalu ingin Naruto cium penuh kasih sayang karena telah melahirkannya ke dunia ini.

Naruto menelah ludahnya yang terasa sangat pahit, dari awal ia memang tidak berniat membunuh. Di tambah dengan melihat wajah 'ibunya'. Hati Naruto merasa sangat hancur, ia benar-benar tidak ingin melihat pemandangan mengerikan seperti itu lagi.

Naruto segera melangkah pergi dan menghilang saat mencapai dibalik kegelapan.

Sebelum dia benar-benar lenyap, Kushina serta Minato mendengarkan beberapa kalimat terakhir darinya.

"Berhenti bertingkah seolah kalian berdua punya hak terhadapku, tingkahku ini adalah bukti jika aku sangat mematuhi perintah ibu dan ayahku saat kalian mengusirku malam itu."

Hokage's Tower (Meeting Room)

Para Tetua Desa, Ketua Clan, serta beberapa orang penting di Konoha. Telah berkumpul ketika merasakan aliran chakra Kyuubi kemarin malam.

Tanpa ada pemberitahuan, mereka akan selalu melakukan ini untuk tindakan evaluasi dari kejadian teror 21 dan 16 tahun yang lalu.

"Rapat darurat kali ini akan segera dimulai." Ucap Minato tegas, "Kalian semua bisa membaca beberapa laporan yang ada dihadapan masing-masing."

Shikaku Nara sebagai moderator bersiap memulai rapat ini, "Baiklah, menurut aturan desa yang dibuat oleh Nidaime Hokage. Penyerangan terhadap hokage adalah tindakan kriminal berat, namun masalah kali ini dilakukan oleh bawahan Tsunade-Sama yang menurut kesepakatan lebih berhak untuk memberikan hukuman atas Anbu pribadinya."

"Tsunade-Sama, silahkan berbicara." Lanjut Shikaku.

Tsunade menguap lebar, memperlihatkan jika ia sama sekali tidak terkejut dengan tindakan Naruto, "Memang benar insiden kemarin malam dilakukan oleh Naruto." Tsunade mengakuinya dengan nada malas, "Tapi aku tidak dapat menghukumnya –"

"Aturan Konoha adalah mutlak, tidak peduli siapapun pelakunya."

Suara wanita tua menyela ucapan Tsunade, "Jika kau ingin membelanya, kau harusnya mengerti resiko yang akan terjadi kepadamu." Lanjutnya.

Tsunade menyandarkan kepala pirangnya ke tangan kirinya yang terkepal, "Aku tak peduli dengan resiko itu, tapi satu hal yang ingin kutegaskan pada makhluk berotak batu seperti kalian!" Matanya berkedip sesaat kemudian ia menghirup nafas dalam-dalam, "Naruto hanya mematuhi aturan yang kalian buat, tanpa memikirkan resiko yang mungkin akan menghancurkan hidupnya."

"Mematuhi aturan? Dengan menyerang seluruh keluarga Hokage, kau bercanda?" Koharu mendengus liar.

"Aku akan mengingatkan kembali hukum yang dibuat oleh kalian semua."

Tsunade mengubah posisi duduknya menjadi serius, "Segala hal keputusan Hokage adalah mutlak untuk dipatuhi dan satu hukum lagi..." Tsunade melirik ke arah Minato, "Untuk mencegah Kyuubi mengambil alih Jinchuriki, dalam keadaan darurat segala tindakan akan dianggap sebagai pencegahan."

"Alasan itu sangat tidak tepat dijadikan bahan pembelaan tersangka." Sela Homura yang menginterupsi persepsi Tsunade.

Tsunade menaikkan salah satu alisnya, matanya menatap remeh kepada tiga orang yang duduk di depan nya, "Oh... meskipun kalian yang membuat hukum, ternyata kalian juga yang mengabaikannya? Bukankah Dewan Konoha ini semakin terlihat konyol?" Dengus Tsunade geli.

"Cukup! Tsunade-Hime, biarkan Naruto keluar dan mengakui segala kelakuan bodohnya." Pinta Koharu yang disambut dengan anggukan seluruh anggota dewan.

"Kalian benar-benar tak tahu malu." Tsunade memejamkan kedua matanya.

"Keluarlah!" Perintah singkat Tsunade.

Di salah satu sudut gelap dibelakang tempat Tsunade duduk tiba-tiba terdapat langkah kaki, paha, tangan, tubuh hingga kepala. Seolah-olah ada makhluk yang lahir dari kegelapan.

Wajah yang tertutup topeng perak, rambut pirang satu stel pakaian Anbu hitam mulai terlihat jelas, saat melangkah Naruto langsung melepaskan hawa membunuh saat melihat para Anggota Dewan.

'Semua bajingan inilah yang telah mencekik leherku dalam 21 tahun terakhir ini, aku ingin tahu apakah kalian dapat menahan ini hanya dalam 21 detik?' Batin Naruto dengan memasang seringai kejam dibalik topeng peraknya.

''''Trrrr!''''

Semua orang selain Hyuuga Hiashi dan Tsunade, merasakan oksigen disekitar mereka mulai berkurang. Wajah panik menghiasi raut muka para dewan, terlebih bagi tiga orang tetua desa Danzo, Koharu dan Homura, wajah ketiga orang tua tersebut sangat tidak sedap dipandang. Danzo yang menyadari jika kedatangan Naruto kemarin memang sesuai dengan pernyataan yang ia ucapakan. Dia adalah seorang PEMBURU.

Hanya dengan mengandalkan hawa membunuh yang telah dilatih selama 7 tahun tanpa berhenti saat menghadapi Uchiha Madara, kini Naruto menggunakannya kepada para Shinobi Elit Konoha hanya selama 21 detik!

Dan itu berhasil membuat kaki mereka gemetar.

Meski diselimuti aura kejam seperti itu Danzo malah menyeringai dengan kejam, ia tidak terlalu peduli darimana seorang Shinobi tanpa chakra sepertinya tiba-tiba memiliki hawa membunuh hebat seperti ini. . . melihat potensi ini mana mungkin ia tidak memanfaatkannya, terlebih lagi tujuan utamanya adalah kursi kepemimpinan milik Namikaze Minato.

Hanya sedikit minyak maka api akan semakin membesar.

Seringai diwajah Danzo semakin liar, mengingat dia juga memiliki kemampuan manipulasi mutlak yang ia dapat dari Uchiha Shisui (Kotoamatsukami.)

"Kenapa kalian semua terdiam?" Tanya bingung Tsunade.

Minato tetap terdiam, sejak peristiwa kemarin malam dia mulai terbiasa dengan aura ini.

"Ehm.." Shikaku berdehem ringan, "...Naruto mulailah menjelaskan." Ucapnya mempersilahkan.

Naruto tetap tak bergeming, topeng perak itu menyamarkan raut wajahnya. Para tetua menatapnya dengan wajah menahan amarah.

'Braaak!'

"Jangan membuang waktu kami, bocah sialan!" Umpat kesal Koharu, sikap Naruto yang tanpa hormat sejak semula telah membuatnya sangat kesal.

"Aku bukanlah bagian dari Konoha!" Datar, terlalu datar. Naruto seperti berbicara dengan tembok, "Segala tindakanku akan diperintahkan oleh Hime-Sama." Setelah mengucapkan itu ia berbalik menghadap Tsunade dan segera membungkuk hormat kepada Tsunade.

Dada Tsunade terasa lebih lebar, nafas yang ia hembuskan mengandung sikap penuh kebanggaan. Di depan seluruh Dewan Konoha aura Tsunade terlihat sangat mendominasi. Dalam hati ia mengangguk puas atas sikap Naruto.

"Kau?!" Koharu hanya mampu melotot geram, Homura dan Danzo segera menggunakan chakra mereka untuk membuat Naruto juga menunduk terhadap para tetua, tapi sayangnya orang yang menjadi target malah tersenyum mengejek dibalik topengnya, 'ini yang kalian sebut tekanan chakra?' Naruto hanya merasa ketiaknya seperti dilewati oleh angin segar.

"Kalian bertiga, kumohon tenangkan diri kalian!" Teriak Minato kepada tiga orang tua yang bersifat terlalu kekanak-kanakan itu.

Mengabaikan sikap Minato, Naruto menoleh kearah Tsunade dan sebagai respon Hime-nya itu hanya mengangkat dagunya satu kali.

"Malam itu, aku bertemu dengan Uzumaki-Sama beserta putranya, beliau memintaku untuk kembali dalam Clan Namikaze, karena menurut keputusan desa orang yang telah dikeluarkan dari Clan tidak dapat kembali... maka aku menolak permintaan beliau." Naruto mulai menjelaskan.

Seluruh ruangan mulai hening, mereka semua terfokus terhadap suaranya.

"Karena penolakan itu, Menma-Sama menyerangku menggunakan Chakra Kyuubi yang saat itu berada di tahap tiga ekor... untuk mencegah hal yang dapat mengakibatkan kerusakan desa, aku menghentikannya!" Naruto dengan tenang mengungkapkan kejadian secara ringkas.

"Dan yang terakhir, Hokage-Sama datang menggunakan Hiraishin saat melihatku menghentikan perubahan Kyuubi, tanpa pikir panjang beliau menyerangku... beruntung aku hanya menghindar dari serangan tanpa membalas dan pergi meninggalkan mereka bertiga."

Mendengar penjelasan telah berakhir, sikap tenang para dewan langsung berubah.

"Beruntung?" Koharu menatap jijik Naruto, "Apa kau pikir bocah lemah sepertimu bisa melawan Hokage?" Tanya nenek keriput itu.

"Koharu benar, dari semua penjelasanmu ada dua kebohongan yang tidak dapat kami terima." Bahkan Danzo yang telah melihat kekuatan Naruto tetap tidak mempercayai jika Naruto memiliki kemampuan untuk melawan Hokage serta mencegah perubahan Kyuubi.

"Sekali sampah selamanya tetap sampah." Umpat kesal Homura.

Shikaku yang mulai tak tahan dengan tingkah para bayi keriput itu mulai mencoba mengambil alih perhatian, "Ehm, maaf. Aku tidak bisa menarik kesimpulan sebelum mendengar apapun dari Hokage-Sama."

"Semua yang dikatakan olehnya adalah fakta. Pagi tadi Kushina menjelaskan kepadaku dan apa yang dikatakan oleh Naruto memang benar." Ucap tenang Minato, tapi dalam hati ia berteriak, 'tanpa membalas kau bilang? Kemarin malam nyawa ini telah berada ditanganmu dan kau bilang itu hanya sebuah keberuntungan? Fuck!'

Minato menggeram kesal.

Shikaku Nara memijit pelipisnya kesal, ia sudah menduga jika pertemuan kali ini yang bertujuan untuk menekan Naruto akan berakhir menekan wajah para Dewan Konoha. "Baiklah, untuk saat ini Naruto terbebas dari statusnya menjadi tersangk-"

"Tunggu!"

Sanggah Danzo, menyala keputusan Shikaku.

Tsunade menyipitkan matanya, "Apa kau keberatan dengan kebodohan rapat ini?"

Danzo menghiraukan perkataan Tsunade, "Untuk menegaskan jika Anbu milik Tsunade memang tidak membahayakan Konoha, seharusnya dia memiliki beberapa Kontribusi kepada Desa."

Dalam sekejap ruangan yang semula tenang kembali menjadi berat.

Dilain sisi para tetua sangat ingin menghukum Naruto, tapi yang mereka dapatkan hanyalah angin kosong yang menerpa kulit keriput mereka.

Ketika para tetua mendengar perkataan Danzo, api amarah yang hendak padam, mulai tersulut kembali. Mereka tidak akan puas jika mereka meninggalkan ruangan ini setelah dipecundangi oleh 'Sampah Konoha' itu, satu-satunya cara untuk menghilangkan perasaan malu ini hanyalah menentukan hukuman untuk Naruto.

"Kita akan memberikan misi untuk mebuktikan hal itu."Koharu mulai angkat bicara, "Jika berhasil, maka Tsunade-Hime serta Naruto akan dibebaskan dari segala tuduhan." Tukas Koharu sambil mendengus geli didalam hati.

Seluruh Dewan termasuk Minato hanya mampu menyetujui apa yang keluar dari mulut busuk para tetua itu. Selama 21 tahun Naruto sebagai Genin di Konoha ia tidak pernah sekalipun menyelesaikan misi. Dan sebagai Shinobi yang telah lama hidup di desa ini ia memang belum pernah memberikan sedikitpun bantuan kepada Konoha.

Bahkan Tsunade yang mampu memahami maksud sebenarnya dari 'misi' yang akan diberikan oleh para tetua, ia hanya terdiam dan mengutuk keras dalam hati tak mampu menyangkal.

"Jika gagal?" Tanya Tsunade.

Danzo menyeringai, "Dia harus berada dibawah pelatihan Anbu Root selama dua tahun, setelah itu dia akan dikembalikan kepada Tsunade-Sama."

"Omong kosong!" Tsunade berdiri, "Kau hanya ingin menggunakan Naruto sebagai alat!"

"Hime-Sama... kumohon tenanglah."

Suara lirih Naruto, kembali menyadarkan Tsunade.

"Apa ada yang keberatan?"

Shikaku yang melihat Tsunade mulai tenang, mencoba mencari kesimpulan.

"Aku setuju dengan Danzo."

Seluruh dewan yang mendengar usulan Danzo memberikan suara kepadanya.

"Aku juga."

Minato pun mengerti jika tujuan lain dari misi ini adalah untuk mengontrol Naruto, sejujurnya ia saat ini tidak mengetahui seberapa jauh tingkat kekuatan Shinobi yang dulunya dikenal sebagai pecundang oleh seluruh Elemental Shinobi, tapi insiden kemarin malam telah membuka matanya untuk menyelidiki lebih jauh tentang Naruto.

Sungguh ironi, seorang ayah yang tidak mengetahui apapun tentang keadaan anaknya sendiri.

Naruto menganggap rapat ini tak lebih dari kicauan burung di pagi hari, bahkan saat ini ia yakin jika dia ingin menyerang. Konoha hanyalah sebuah lelucon jika ia berniat menghancurkan semuanya.

Tapi mengingat jika tugasnya sekarang untuk mencegah bangkitnya juubi, misi yang diberikan oleh para tetua busuk ini tak banyak berarti baginya.

"Sebelum itu, aku ingin sebuah perjanjian tertulis yang harus disetujui oleh seluruh Dewan Anggota." Tsunade mencoba menjalankan rencananya yang telah ia susun selama ini.

"Tsunade-Hime, kau berada dalam posisi yang tidak tepat untuk mengusulkan hal semacam itu."

"Koharu-San benar, kami tidak harus repot-repot untuk melakukan sesuatu yang akan merugikan desa untuk kedepannya."

Para tetua yang menyadari permintaan Tsunade akan berakibat buruk untuk mereka, segera menolak tanpa ampun.

"Meski aku berkata jika aku berniat untuk mengusulkan untuk selamanya mengabdi kepada Konoha dan tentu saja aku tidak akan menolak segala perintah yang di usulkan oleh Dewan?" Ucap lirih Tsunade yang langsung membuat para tetua diam.

"T-Tunggu... kami akan mendengarkan usulan anda." Homura yang tak ingin mengabaikan kesempatan emas ini segera merubah sikapnya.

"Demi membersihkan nama baik Anbu pribadiku, jika ia gagal menyelesaikan misi ini aku akan menghabiskan seluruh hidupku untuk Konoha serta memberikan keputusan kepada para Dewan atas nasib Naruto jika ia gagal dalam misi." Dengan mata terpejam Tsunade melanjutkan, "Tidak hanya itu. Konoha berhak atas segala aset tentang Clan Senju beserta segala penelitian jutsu medis milik ku."

"Tawaran anda terdengar sangat menggiurkan bagi kami. Namun..." Danzo menyadari jika siput betina ini memliki lendir beracun dalam setiap kata-katanya, "Seandainya ia berhasil, apa yang anda minta kepada kami?"

"Cukup mudah, aku ingin segala pelanggaran yang dilakukan oleh dewan. Seluruhnya akan di adili oleh Naruto dan Konoha tak berhak ikut campur atas apa yang ia perbuat ke depannya." Ucap Tsunade.

Seluruh dewan terdiam, mereka terkejut karena permintaan Tsunade memiliki maksud untuk merombak kembali tatanan pemerintahan Desa.

"Untuk apa seorang Dokter ikut campur dalam urusan Jinmon Butai ?" Tanya Danzo.

"Tentu saja untuk memperbaiki Konoha!" Ucap lantang Tsunade dengan tegas.

"Desa yang dibangun oleh para leluhurku, tempat yang seharusnya menjadi pelindung bagi para generasi Shinobi yang memiliki tekad api. Kini menjadi sebuah Desa tempat dimana kekuatan adalah segalanya, konoha tak segan untuk memburu para Shinobi yang dianggap bertentangan dengan ideologi desa, mengucilkan mereka dan bahkan sampai ke tingkat untuk membunuh mereka."

"Atas dasar apa kau berbicara seperti itu?" Koharu merasa tersinggung karena ucapan Tsunade secara tidak langsung menghina keputusan Dewan Konoha.

Dengan geram Tsunade berdiri, "Insiden Kyuubi pertama (Kelahiran Naruto) yang merenggut nyawa Sandaime Hokage, pada awalnya kupikir kebocoran informasi berasal dari luar desa tapi setelah Insiden Kyuubi kedua (Kelahiran Menma) kita dapat melihat jika yang mengetahui hal itu selain Kushina hanyalah 7 orang. Minato, aku, Jiraiya, Biwako-San serta tiga orang tetua desa."

"Kau mencurigai kami-"

"Aku belum selesai bicara. Tolong perhatikan sikapmu!" Karena sudah muak dengan tingkah para Tetua busuk serta para dewan yang hanya memandang keuntungan dari segala hal, Tsunade menyebarkan chakra superior miliknya hingga membuat meja retak disekitarnya.

"Karena kejadian itu, salah satu anggota Sannin meninggal. Kurasa Konoha yang sekarang hanya akan membawa pengaruh buruk untuk beberapa generasi kedepannya. Demi melindungi tekad api desa yang dibangun oleh kedua air mata darah Hashirama. Aku Tsunade Senju akan berjanji untuk menghancurkan kebusukan Konoha sampai ke akar-akarnya."

Kata-kata penuh penyesalan bercampur emosi mendalam dari seorang keturunan langsung Hashirama Senju dengan cepat memberikan efek tamparan keras kepada seluruh orang disana, mereka benar-benar tak bisa membantah ucapan itu.

"Baiklah, sekarang akan kujelaskan misi yang akan dijalani oleh Naruto."

Tak ingin wajah para dewan hancur karena ucapan tajam dari Tsunade, Minato segera mengalihkan perhatian pada masalah utama.

"Misi untuk menyelidiki jaringan obat-obatan terlarang. Untuk detai misi ini sangat minim akibat jalannya jalur perdangangan gelap yang sangat rahasia, hanya satu orang yang akan menuntunmu untuk memasuki misi ini." Jelas Minato.

"Apa kita hanya mengirim Naruto seorang diri?" Tanya Hyuuga Hiashi, matanya menatap sedih kepada Anbu bertopeng perak disebelah Tsunade.

"Tentu saja! Konoha akan mencegah setiap kecelakaan Shinobi yang ada." Ucap Koharu acuh tak acuh.

"Tapi misi ini telah mengakibatkan tewasnya 2 Anbu Elit Konoha, bukankah lebih baik kita mengirimkan beberapa bantuan?"

Hiashi mencoba menanyakan kembali keputusan yang menurutnya tak masuk akal ini.

"Aku menerimanya." Ucap santai Naruto, ia menganggukkan kepalanya berterima kasih kepada pemimpin Clan Hyuuga tersebut.

"... baiklah lakukan sesukamu." Hiashi menggelengkan kepalanya atas kelakuan ceroboh Naruto.

"Hime-Sama..." Ucap Naruto segera berlutut hormat di sebelah Tsunade.

"Pergilah!" Perintah Tsunade.

Naruto langsung berdiri dan berjalan kembali kearah ruangan gelap dibelakang Tsunade dan keberadaanya segera lenyap seperti hantu.

Semua orang diruangan menarik nafas berat, 'Shunsin macam apa itu?'

Para Anbu elit yang bertugas juga segera mengaktifkan chakra untuk menyusuri jejak Shunshin aneh Naruto dan tak lama kemudian mereka segera menghentikan tindakan karena usaha yang mereka keluarkan sama sekali tak berguna, ini seperti mereka sedang mencoba menyentuh angin.

"Hiraishin?" Ucap Shikaku tak sengaja.

Minato yang mendengar Shikaku, menggelengkan kepalanya, "Bukan."

Ini bukan teleportasi, ini jelas-jelas menghilang! Pikir Minato lebih lanjut.

Hyuuga's Residence

Hiashi berjalan dengan tenang menuju gerbang depan kediaman Clan Hyuuga, namun langkahnya terhenti saat melihat tamu yang sedang bersandar dipintu gerbang.

"Hiashi-Ojiisan."

"Ada perlu apa kau kemari?" Kembali melanjutkan langkahnya ia bertanya kepada Naruto yang telah melepas topengnya.

"Ini tentang pertunangan yang anda ajukan." Ucap Naruto mengikuti langkah Hiashi.

Pertunangan.

Kelahiran Naruto awalnya bukanlah sebuah aib bagi keluarga Hokage, ini semua karena hasil pemeriksaan Hiashi saat diminta oleh Minato guna menentukan masa depannya sebagai Shinobi. Saat pemeriksaan ia benar-benar terkejut karena Naruto hanya memiliki sedikit chakra, tanpa memikirkan resiko ia segera melaporkan kejadian itu kepada Minato.

Minato serta Kushina yang mendengar laporan dari Hiashi dengan penuh rasa kecewa mulai mengabaikan Naruto, sikap mereka itu semakin bertambah parah saat kelahiran Menma. Hiashi setiap pagi selalu melihat Naruto yang tertidur di taman dan tak jarang ia melihatnya berkeliaran di hutan terlarang, ketika ia bertanya dengan senyum polosnya naruto selalu menjawab 'Aku sedang mencari makanan, paman.'

Merasa bersalah, Hiashi menuju ke kediaman Hokage dan mengajukan pertunangan Hinata dengan Naruto. Keluarga Minato yang memang sejak awal tidak terlalu menaruh perhatian kepada Naruto langsung menyetujui pertunangan tersebut tanpa bertanya kepada Naruto.

Hiashi berharap jika tindakannya suatu saat akan membantu masa depan Naruto.

.

Setelah berada didalam ruangan utama kediaman ketua clan, keduanya duduk berhadapan.

"Apa kau ingin hal ini dipercepat?" Hiashi benar-benar tidak mengharapkan ini, "Setidaknya buatlah ia terkesan lebih dahulu dan jangan terburu-buru." Usulnya melihat bocah pirang di depannya.

'Sebegitu nafsunya kah dirimu, bocah!'

Naruto tersenyum canggung, "Bukan itu yang aku maksud."

Setelah menghela nafas berkali-kali, Naruto mengatakan maksud kedatangannya.

"Aku ingin pertunangan ini dibatalkan."

Mata abu-abu Hiashi melebar, "Kurang ajar!" Dengan marah ia memuntahkan rasa kesalnya, "Sadari dulu kemampuanmu, kau pikir aku rela menikahkan putri sulungku dengan Shinobi sepertim-!" Ucapan Hiashi berhenti, ia segera menyesali ucapan bodohnya.

Naruto tersenyum ringan, ia sadar jika selama ini kebaikan Hiashi hanyalah berdasarkan pada rasa bersalah terhadapnya. Meski memiliki tempramen buruk, seorang Hyuuga Hiashi adalah orang yang sangat bertanggung jawab dan Naruto sangat menghargai itu

Tapi sebagai seorang Ayah yang memaksakan kehendak kepada putrinya sendiri, Naruto benar-benar membenci salah satu sikapnya ini, karena menurutnya kehidupan manusia bukanlah sebuah lelucon yang dengan seenaknya dapat diatur oleh manusia lainnya.

"Untuk itulah, aku ingin mengakhiri hubungan ini. Aku berterima kasih atas sikap anda 11 tahun yang lalu." Naruto menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Aku hanya tidak ingin berhutang kepada siapapun." Jawab Hiashi menghela nafas beratnya.

"Terima kasih, anda benar-benar orang yang baik." Ucap tulus Naruto dengan dalam menatap mata abu-abu milik Hiashi.

Ditatap oleh mata biru seindah langit itu, Hiashi tersenyum ringan. Tubuhnya terasa ringan saat mengetahui maksud 'orang baik' yang Naruto ucapkan. Seolah-olah beban berat yang ditanggungnya selama ini menghilang dengan sendirinya.

Sudah lebih dari 10 tahun Hiashi pikiran Hiashi selalu terbayang bagaimana caranya menyelesaikan masalah yang tak mungkin dapat ia tebus meski untuk menawarkan hidupnya sendiri untuk remaja pirang di depannya ini.

Namun seiring dengan tumbuhnya umur dan matangnya pemikiran, remaja ini sekarang memintanya untuk melupakan kesalahannya, dia juga tanpa ragu mengucapkan 'terima kasih' dan menyebutnya sebagai 'orang baik'.

"Sebelum aku undur diri, ini adalah beberapa coretan tentang Byakugan yang telah aku temukan di sisa-sisa desa Uzushiogakure. Kuharap anda menerimanya."

Naruto mengeluarkan dua buah gulungan jutsu dan menaruhnya didepan Hiashi. Sejujurnya ia menulis kedua gulungan itu sendiri, menggunakan ingatan yang ia peroleh saat mempelajari Taijutsu Sempurna milik Uchiha Madara, menggunakan penelitian seumur hidup beserta pengetahuan sang Hantu Uchiha, Naruto berhasil mempelajari ratusan jenis Taijutsu dan kedua gulungan itu adalah karya pribadi milik Madara.

Mata Hiashi melebar tak percaya, "I-ini ?!" Mendongak untuk melihat lawan bicaranya,"Bagaimana bisa kau menemu-"

Namun kehadiran Naruto telah lenyap, Hiashi mengaktifkan Byakugan untuk mencari kemana perginya Naruto dan ia menyadari jika sosok itu telah lenyap dalam waktu kurang dari satu nafas. Itu semua dilakukannya tepat didepan hidung seorang Master Byakugan. Mengabaikan Naruto, Hiashi mulai fokus pada kedua gulungan berwarna Silver dan Biru di atas meja.

Dua coretan tertulis indah di masing-masing gulungan.

Gentle Fist Jutsu (Complete)

Eight Trigrams Heavenly Art (Mastered)

Teknik bertarung tingkat atas milik Clan Hyuuga yang diyakini telah menghilang lebih dari 100 tahun yang lalu!

Bahkan Hiashi yang seorang veteran hanya mampu mempelajari tingkat kedua dari Gentle Fist (One Blow Body) dan yang diberikan oleh Naruto adalah versi lengkap Gentle Fist Art. Dengan kata lain gulungan ini berisi lima tingkat sempurna dari Gentle Fist Art.

Gulungan satunya bahkan membuat tangan Hiashi keluar keringat saat menyentuhnya, Eight Trigrams Heavenly Art. Tingkat akhir dari Eight Trigrams yang dikenal sebagai seni bertarung surga adalah teknik yang membuat seorang Clan Hyuuga tak terkalahkan dalam duel satu lawan satu. Membayangkan jika seluruh anggota Clan Hyuuga menguasai teknik ini, itu akan membuat Clan Hyuuga mempunya ratusan Shinobi Elite Class. Menakutkan!

Hiashi menelan ludahnya dengan berat, dua gulungan ini adalah harta karun tak ternilai bagi Clan Hyuuga.

"Otou-Sama ada yang ingin aku bicarakan."

Suara Hinata dari balik pintu membuat pikiran Hiashi kembali ke titik normalnya, "Masuk."

Hinata melakukan Dogeza dan bersuara pelan, "Tentang tunanganku dengan Namikaze-San, aku ingin segera mengakhirinya."

"Apa kau mulai berani menentang keputusanku?" Tanya dingin Hiashi.

Sekarang bagi Hiashi seorang Naruto tak lebihnya dari utusan Dewa, membiarkan Shinobi penuh kejutan itu tak dapat menjadi menantunya adalah keputusan yang sangat bodoh. Jika Naruto serta Hinata menolak pertunangan ini, Hiashi akan membiarkan takdir mempengaruhi jalan mereka berdua. Meski terkesan egois Hiashi benar-benar berharap Naruto akan bergabung dengan Clan Hyuuga.

"Maafkan aku, Otou-Sama." Jawab Hinata lirih.

Berdiri dari duduknya, Hiashi menaruh gulungan Gentle Fist di depan Hinata"Pelajari gulungan itu, tunjukkan hasil latihanmu satu bulan lagi." Melangkah pergi ia melanjutkan ucapannya, "Kau akan melawan Neji, jika kau menang aku akan memikirkan kembali permintaanmu."

"Baik, Otou-Sama."

Hinata mengambil gulungan dan segera melangkah pergi menuju kamarnya.

Kirigakure (Boundary Area)

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu minggu, Naruto akhirnya tiba di bagian utara perbatasan Kirigakure - Yuki No Kuni.

Perjalanan berjalan mulus hingga kemarin ia bertemu beberapa bandit saat sedang mandi cantik di sungai dan sekarang ia memasuki toko untuk membeli beberapa makanan.

"Cih, kenapa harus lolipop?" Naruto menatap sedih kepada dua gulir manisan ditangannya, "Padahal 200 Ryo sangat berarti untuk anak kos sepertiku, dasar nenek tua! Layu! Kadaluarsa!"

Mengucap sumpah serapah sambil berjalan ia akhirnya berhenti di salah satu toko elektronik. Siaran televisi di dalam toko menunjukkan wajah yang membuat senyumnya mengembang.

Koyuki Kazahana

Artis papan atas yang saat ini pada puncak ketenarannya setelah membintangi serial Televisi Rainbow Sword, meskipun dia dikenal dengan nama Yukie fujikaze oleh sebagian besar orang, tapi menurut informasi yang telah disampaikan oleh para Anbu dia adalah keturunan langsung dari Daimyou dan satu-satunya orang yang berhak atas kursi kepemimpinan Daimyou berikutnya.

Berita di televisi kini menunjukkan jika artis tersebut sedang tertimpa masalah serius karena manajer pribadinya telah terbunuh oleh beberapa penggemar fanatiknya.

"Hujan, kah?"

Ungkap Naruto saat beberapa bulir air hujan mulai jatuh menimpa wajah tampannya, ia pun segera berteduh didepan salah satu toko sambil mulai menikmati lolipop dimulutnya.

"Jadi hal ini juga tengah disiarkan di seluruh elemental. Tak dapat dipungkiri jika ini akan semakin merepotkan kedepan nya, ah nasibku."

Menerima misi yang berkaitan dengan orang yang memiliki popularitas tinggi bukanlah hal yang mudah bagi para Shinobi yang sejatinya selalu bekerja dibalik bayang-bayang. Sekali mereka membuat kesalahan dalam misi, identitas shinobi yang seharusnya rahasia akan terganggu oleh popularitas sang artis.

Di dunia Shinobi yang kejam ini, identitas seorang shinobi bukanlah hal umum yang dapat dijadikan sebagai bahan pembicaraan. Karena misi selalu dikerjakan secara rahasia demi menghindari konflik berkelanjutan seperti balas dendam atau semacamnya, para shinobi lebih memilih gagal dalam misi daripada mendapatkan masalah yang tidak perlu di kemudian hari.

"Tuan, apa kau tidak membawa payung?"

Naruto mengalihkan pandangannya menuju perempuan yang kini membungkuk didepannya, "Eh?"

"Silahkan dipakai." Ucap perempuan itu meletakkan payungnya dan melangkah lemah meninggalkan Naruto.

"T-Tunggu!" Panggil Naruto, "Aku tidak ingin terlihat seperti preman yang merampok payung seorang perempuan." Ujar Naruto beralasan.

"Lebih baik kau memakainya sendiri." Naruto berjalan mendekatinya.

Perempuan itu tetap melangkah pelan meski sebagian tubuhnya telah basah oleh air hujan, "Maaf, aku tidak bisa." Ujarnya lemah.

"Hah... Apa maksud-" Ucapan Naruto berhenti saat melihat senyum dari perempuan didepannya.

"Aku hanya ingin menyembunyikan sesuatu dibawah tetesan air hujan ini."

Meski senyuman perempuan cantik dikabarkan dapat melelehkan hati, tapi senyuman yang terlihat didepan Naruto bukanlah senyum seperti apa yang telah mereka ucapkan.

"Mau minum?"

.

Kedai Sake kecil ini tidak terlalu ramai, mungkin karena hujan deras yang mengguyur seluruh perbatasan.

Hanya terlihat lima pelanggan termasuk Naruto dan perempuan disamping Naruto. Naruto merasakan niat membunuh yang berasal dari tiga orang dibelakangnya Naruto menyeringai kecil dan memilih mengabaikan mereka.

"Apa gosip itu yang membuatmu seperti ini?"

Tanya Naruto pada perempuan yang menurutnya mungkin keluar dari layar televisi secara ajaib. Koyuki Kazahana.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanya Koyuki heran, karena setahunya saat ini ia tak memakai make up jadi sebagian orang mungkin tidak dapat mengenalinya.

"Anggap saja aku seorang penggemar." Ucap singkat Naruto yang langsung membuat Koyuki mengangguk mengerti.

Tidak mungkin Naruto melupakan wajah yang menjadi target misinya.

Setelah terdiam cukup lama. Koyuki mulai membuka mulutnya, "Demi menjaga profesionalitas dalam dunia hiburan, aku sudah lama di didik untuk mengabaikan hal bodoh semacam itu." Ucapnya penuh keyakinan, "Sebelum aku menyadari jika itu membuat para fansku menjadi sangat kecewa dan mereka melampiaskan amarahnya terhadapku, harusnya aku yang mati saat itu... akan tetapi, kenapa paman malah melindungiku!"

Penyesalan akut saat melihat orang yang telah bersamanya sejak kecil dibunuh tepat didepan matanya membuat air mata Koyuki menetes.

"Jika saja aku yang mati..." Emosinya menjadi runtuh saat mengingat kembali kejadian itu.

"Kau bodoh ya?" Tanya Naruto tiba-tiba yang membuat Koyuki langsung terhenyak.

"Mengabaikan nyawa yang telah diselamatkan oleh orang lain, adalah tindakan bodoh yang tidak dapat dimaafkan." Kata Naruto, karena ia sendiri sangat mengerti perasaan itu.

Bahkan kondisi yang dialami Naruto ribuan kali lebih menyakitkan dibanding Koyuki. Melihat semua orang yang seharusnya ia lindungi dibantai oleh Juubi adalah hal yang telah membuat kegelapan tak berujung didalam hati Naruto.

Kata-kata pemuda disebelahnya membuat Koyuki kesal, "Kau tidak akan pernah mengerti perasaan yang sedang kurasakan saat ini." Koyuki menggeram marah.

"Aku merasa reputasiku tak berbeda dengan Naruto, Shinobi lemah dari Konoha itu."

Ucapnya tragis, seolah-olah ia tak jauh berbeda dengan Shinobi lemah yang namanya bahkan telah dijadikan oleh seluruh Elemental Shinobi sebagai bahan ejekan.

Naruto mengangkat alisnya saat Koyuki menyebutkan namanya, setelah berpikir jika perempuan ini hanya mendengar dari reputasi buruknya di masa lalu. Naruto mengabaikan ucapannya.

"Mengerti perasaanmu? Alasan membosankan seperti itu hanya akan membuatmu hancur nanti." Naruto menyesap kembali sake miliknya, "Aku tidak peduli apa yang kau rasakan, meski kau terluka, tersakiti dan dikhianati. Setidaknya hargailah nyawa itu dengan terus berjuang untuk hidup."

Terdapat penyesalan yang sangat mendalam di mata aquamarine milik Naruto, Koyuki yang melihat itu dapat merasakan jika pemuda pirang didepannya ini memiliki masa lalu yang sangat buruk, hingga dapat menyebabkan orang yang baru ia temui beberapa waktu lalu merasakan kesedihan di balik kata-katanya.

"Itulah satu-satunya harga yang pantas untuk orang yang telah mengorbankan hidupnya untukmu." Ucap Naruto mengakhiri pembicaraannya.

Ada tatapan suka cita di mata Koyuki saat mendengar kata-kata Naruto. Kalimat ini adalah sesuatu yang sangat ia butuhkan saat jiwanya sedang rapuh seperti sekarang, "Arigatou."

"Sekarang minumlah, aku juga akan bersulang untuk pamanmu."

Naruto menuangkan sake ke gelas kecil dan menyerahkannya ke Koyuki.

"Kau orang yang aneh ya?" Tanya Koyuki mengabaikan gelas yang dipegang oleh Naruto.

"Entahlah, hanya saja aku tidak ingin sake milik ku terasa seperti air mata." Jawabnya enteng.

Koyuki tersenyum, sejenak ekspresinya berubah saat melihat gelas ditangan Naruto, "Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, aku ingin memberitahumu satu hal."

"Aku benci disentuh pria." Ucapanya disertai tatapan jijik yang mengarah ke tangan Naruto.

Naruto tidak terlalu mempedulikan tatapan itu, menaruh gelas didepan Koyuki dia segera meminum sakenya sendiri, "Tenang saja, yang kotor hanyalah otak ku, bukan tanganku."

"Baguslah kalau begitu." Koyuki mendengus lega.

Mereka berdua minum dan berbicara beberapa percakapan ringan, hujan dan sake adalah kombinasi yang bagus untuk memulai keakraban.

Kazahana's Castle

Setelah beberapa waktu terlewat. Naruto mebuka kedua matanya dia mendapati tangannya terikat dan benda bulat aneh menempel di dadanya. Naruto merasa jika alat ini perlahan menghisap chakranya meski saat ini dia tidak mengaktifkan chakra miliknya, dia menyimpulkan jika benda ini berfungsi untuk menghisap chakra di tubuh seorang Shinobi.

Tidak terlalu memperdulikan alat tersebut ia segera mengaktifkan sebagian kecil chakra di jiwanya, Shinobi normal mungkin tidak akan memiliki chakra jiwa, tapi berbeda dengan jinchuriki mereka mempunyai chakra tambahan dari bijuu yang tersegel didalam jiwa dan Naruto yang memiliki inti chakra Shinju di lautan jiwanya tidak berbeda dengan jinchuriki, hal ini membuat alat penghisap chakra tak ubahnya seperti aksesoris tambahan di tubuhnya, besi bulat ini benar-benar tidak berguna!

Naruto segera merasakan suhu diruangan yang sedikit menurun, sekarang ia dapat memastikan jika lokasinya berada di lantai atas sebuah bangunan. Dia melihat ke depan dan mendapati lima orang berada disana.

"Ho, kau sudah sadar, bocah cantik?" Suara dari satu-satunya pria yang duduk di atas kursi batu menggema diruangan ini.

Naruto tersenyum tipis, "Sudah kuduga, ini memang mudah."

Awalnya Naruto curiga dengan bandit yang menyerangnya di perbatasan Kirigakure, mereka bukan seperti bandit pada umumnya. Dengan pemikiran yang matang Naruto tidak membunuh mereka, sebaliknya ia menggunakan identitasnya sendiri untuk memancing keluar musuhnya sedangkan ketiga pria yang ia temui di kedai sake tadi kini berdiri disamping pria tersebut.

Dan seperti yang ia harapkan, para penjahat kecil ini jatuh didalam skema sederhananya.

"Beberapa bawahanku menemukan hitai-ate dengan lambang konoha, tak kusangka jika Shinobi sepertimu berbaik hati untuk memburuku, bukankah begitu keponakanku yang manis?"

Doto Kazahana, pemimpin Yuki No Kuni yang menggantikan ayah Koyuki setelah meninggal. Pria ini adalah otak dari beredarnya obat-obatan terlarang yang menyebar di seluruh Elemental Shinobi, dengan statusnya ia dengan mudah melancarkan bisnis gelapnya meski hanya melalui beberapa perdagangan gelap.

Naruto mengabaikan Doto, ia menatap lemah Koyuki yang memasang wajah dingin disamping Doto, "Kenapa kau melakukan ini?"

"Sepertinya kau lupa, aku ini seorang artis."

Tanpa ekspresi Koyuki menjawab pertanyaan Naruto.

Doto tertawa geli, "Dengan kemampuan aktingmu, kau berhasil mendekati shinobi seperti dia. Menceritakan kembali kematian Sandayou, benar-benar trik yang bagus."

Ia sengaja mengirim Koyuki untuk menangkap Naruto, dengan kecantikan yang ia miliki pria manapun pasti tidak akan menaruh curiga terhadapnya.

"Besok adalah pelantikanmu menjadi Daimyou baru, sekarang istirahatlah. Dengan posisimu, bisnis yang aku pegang akan menjadi sangat meningkat. Sebagai hadiah karena pekerjaanmu, akan kuberikan berita bagus." Suara Doto kembali meninggi mengingat bisnisnya akan semakin mudah jika ia mendapatkan seorang Daimyou yang bekerja untuknya.

"Sebenarnya yang membunuh Orang tuamu dan Sandayou adalah Aku." Doto menyeringai saat melihat ekspresi terkejut dari Koyuki, "Aku akan memberimu pilihan, hidup untukku atau mati."

"Pilihan yang mudah, bukan?"

Koyuki tak dapat mengendalikan emosi yang berkecamuk di dalam dadanya langsung meludahi wajah angkuh Doto.

"Apa yang kau lakukan Gadis Tolol!" Teriak murka Doto, Ia menampar wajah Koyuki dengan kekuatan penuh hingga menabrak dinding, seteguk darah keluar dari mulut Koyuki.

"Bawa dia ke kamarnya! Beri dia pelajaran agar tidak bertingkah seperti itu lagi." Perintah Doto kepada tiga Shinobi disampingnya.

Ketiga orang itu menyerang Koyuki bertubi-tubi, salah satu dari mereka menarik Koyuki yang terbaring tak berdaya.

Doto membersihkan air ludah Koyuki diwajahnya dan menatap Naruto tajam, "Sekarang giliranmu, karena mulai besok bisnisku akan berkembang cepat. Aku tidak ingin menjalaninya tanpa bermurah hati." Dengan bangga ia membusungkan dadanya, "Apa permintaan terakhirmu sebelum kau mati?"

Wajah Naruto menggelap, "Singkirkan tangan kotor itu darinya atau kubuat kau tak dapat menggunakanya lagi."

"Ho... Kau mengancam kami?" Salah satu Shinobi mengejek Naruto, "Aku takut.. bercanda, dengan baju anti chakra serta alat yang menyerap chakra ditubuhmu, bagi kami Shinobi tak ada bedanya dengan seekor lalat."

Naruto yang terlalu muak dengan mereka menghancurkan ikatan ditangannya, mata birunya menatap nyalang ke arah tiga orang yang mengelilingi Koyuki, "Kau tidak dengar aku bicara apa?"

"Bagaimana bisa?" Ucap Doto tak percaya.

"Alat yang kau sebut penghisap chakra ini adalah hal bodoh, untuk Shinobi yang terkenal tidak memiliki Chakra sepertiku." Jelas Naruto perlahan melangkah.

"Khu khu khu... Jika seperti itu aku sama sekali tidak terkejut." Doto menatap malas Naruto, "Zirah milikku adalah pengecualian, dengan ini aku dapat menyembuhkan semua luka. Tentu saja itu termasuk Regenerasi." Menjelaskan kemampuan dengan bangga ia menatap remeh Naruto.

"Kalian bertiga habisi bocah tak ber-Chakra ini." Perintah Doto.

Ketiga Shinobi itu langsung menyerang bersamaan ke arah Naruto.

Naruto menangkap kaki salah satu Shinobi yang menuju wajahnya, tanpa ampun ia menghancurkan kaki itu, selanjutnya ia memukul perut rekannya dengan tangan kosong dan yang terakhir ia memukul wajah orang ketiga yang tengah shock saat melihat kedua rekannya kalah dalam waktu yang sangat singkat.

"Apa aku harus mengulangi perkataanku lagi?" Tanya dingin Naruto kepada Doto yang saat ini mencengkram tangan Koyuki saat ketiganya pergi menyerang Naruto.

"I-ini bohong, kan?!" Doto menatap suram Naruto yang meluncurkan tiga kunai ke arah kepala tiga Shinobi yang tergeletak dilantai.

Tanpa ada jeritan kematian, ketiga Shinobi itu mati dengan keadaan mengenaskan. "Giliranmu." Ucap lirih Naruto, "Kudengar kau bisa regenerasi, berarti tidak apa-apa kan? jika aku sedikit menyiksamu?"

Tanpa pikir panjang Naruto melesat langsung ke arah Doto dan mengarahkan tinjunya tepat didada Doto.

Pukulan itu menyebabkan Doto memuntahkan seteguk darah, "Aku terlalu meremehkanmu." Doto mengusap darah dibibirnya dan mengalihkan tatapannya ke arah Naruto, "Aku akan serius sekara-"

Namun Naruto tetap melanjutkan serangannya tanpa memberi kesempatan Doto untuk bicara, dengan menggunakan tangan serta kaki yang telah dialiri chakra hitam dia terus menghajarnya tanpa ampun, "Akh, bajingan!"

Meski jubah Doto dapat terus menerus membuatnya ber-regenerasi tapi tetap saja alat itu tidak dapat menghilangkan rasa sakit, semakin lama rasa sakit itu menyerangnya akhirnya Doto mulai menyadari jika saat ini dia telah menyinggung makhluk yang tak seharusnya ia ganggu.

"Kenapa diam?" Tanya Naruto, "Teruslah mengoceh seperti tadi." Dia tetap menghajar wajah Doto hingga wajah itu terlihat seperti babi, bahkan seandainya orang tua Doto masih hidup jika mereka melihat wajahnya sekarang mereka benar-benar tidak akan mengenalinya.

"B-berhenti, kumohon." Pinta Doto memelas menggunaka seluruh kekuatannya hanya untuk memohon kepada Naruto.

"Kau takut?" Naruto menatap Doto dengan wajah yang dipenuhi seringai kejam.

"...a-ampuni ak.. aku."

Melihat Doto yang tengah sekarat, Naruto segera mencekik lehernya dan mengangkat tubuhnya ke udara, "Sebelum kau mati, aku akan mengajarkan bajingan kecil sepertimu." Dia langsung melempar Doto ke udara.

"Siapa yang lebih jahat."

Itu adalah kata-kata yang Doto dengar terakhir kali dalam hidupnya, sebelum kemudian ia merasakan rasa sakit yang tak terlukiskan saat tangan, kaki , dada serta kepalanya hancur menjadi kabut darah.

"Hoeek.." Koyuki memuntahkan isi perutnya saat melihat bagaimana cara Doto mati, bahkan dalam mimpi terliarnya ia tidak dapat membayangkan kematian seperti itu.

Naruto menoleh ke arah Koyuki dengan wajah yang terlumuri darah Doto, "Oh, maaf. Aku lupa jika kau masih berada di sini." Ucapnya sambil mendekati Koyuki yang tengah shock disana.

"Menjauhlah dariku." Teriak Koyuki mundur menghindari Naruto.

Tak menghiraukan peringatan Koyuki, Naruto tetap maju mendekatinya, "Hei, apa ini caramu berterima kasih kepada orang yang telah menolongmu."

"Pergi! Jangan mendekat!" Koyuki yang panik terus menghindari Naruto tak sadar jika saat ini mereka berada diatap sebuah kastil dipuncak jurang bersalju.

Wajah Naruto merengut melihat kelakuan Koyuki yang menghindarinya terus menerus,"Apa semua artis memang seperti ini sifatnya? Benar-benar mengejutkan jika tindakan yang selama ini kau perlihatkan hanyalah sebuah pencitraan publik. Tahu begini lebih baik aku tidak menolong.. -hei awas!" Naruto berteriak panik saat Koyuki hampir jatuh ke jurang dibawah kastil, "Tunggu sebentar aku akan menolongmu." Mendekat ia berusaha meraih tangan koyuki yang masih bertahan di pembatas atap kastil.

"Tidak! Aku tidak bisa disentuh oleh pria." Koyuki dengan keras menolak uluran tangan Naruto.

Naruto yang sudah muak dengan tingkah Koyuki langsung meraih tangannya, "Ini bukan saatnya berbicara seperti itu!"

"Hwaaaaah!" Jerit Koyuki saat merasakan tangan keras milik Naruto, ia merasa cengkraman Naruto sangat kuat dalam kondisi terkejut akibat pengalaman 'disentuh pria' pertama seluruh hidupnya Koyuki menendang Naruto yang telah menyelamatkannya.

Selang beberapa saat ia menyadari jika Naruto sekarang tengah melayang didepan matanya, 'Orang ini! Dia mencoba menyelamatkan ku, bahkan saat dia tetap tersenyum dengan bodohnya!' Batin Koyuki tidak mengerti dengan kepribadian aneh Shinobi pirang yang tersenyum lima jari didepannya. Dengan segenap tenaga ia meraih tangan Naruto berusaha melawan trauma yang telah menghantuinya seumur hidup.

"Kau menyentuhku." Ujar Naruto penuh percaya diri.

Menatap mata biru yang indah itu membuat Koyuki sedikit salah tingkah, "Jangan konyol! Kau percaya aku akan mengulurkan tangan?!" Bentak Koyuki kesal.

"Aku berfikir jika kau akan menyentuh seorang pria jika aku melakukan ini. Sepertinya usahaku ini berhasil." Naruto tersenyum ringan.

"Jangan konyol!" Koyuki terus memarahi tindakan nekat Naruto meskipun wajahnya tengah memerah saat melihat senyum lembut dari wajah Naruto.

Koyuki mengendalikan emosinya saat ia menarik tangan Naruto, sampai sekarang yang menyebabkan ia menjadi artis terkenal adalah pengendalian emosi mutlak yang ia miliki. Akan tetapi emosinya langsung runtuh saat ia mendengar kata-kata dari Naruto.

"Tapi harus kuakui, ini benar-benar tangan seorang wanita yang sangat indah."

Yuki no Kuni (Daimyou 's Residence)

Pagi ini seluruh Yuki no Kuni sedang melakukan persiapan untuk penobatan Daimyou baru Negara Air, sebagai penguasa feodal yang akan memimpin beberapa desa dibawah kekuasaannya, pelantikan seorang Daimyou dirayakan oleh beberapa desa kecil dibawah yuridiksi Negara Air, Kirigakure adalah salah satu desa yang merayakan pelantikan tersebut.

"Hime-Sama, perjamuan anda akan dimulai 1 jam lagi. Bersiaplah." Seorang pelayan menghampiri Koyuki yang tengah dirias oleh beberapa pelayan wanita.

"Terima kasih." Jawab Koyuki, "Dimana Shinobi Konoha itu?"

Mendengar pertanyaan itu, pelayan mengerutkan wajahnya, "Maksud anda, Naruto-Sama?"

"Naruto?" Tubuh Koyuki menegang saat mendengar nama yang disebutkan oleh pelayan.

"Benar, dulu saat hamba ikut dalam pertemuan Daimyou di Hi no Kuni, Naruto-Sama adalah orang yang bertugas menyapu halaman kuil Daimyou." Jawab pelayan dengan hormat.

"Bagaimana mungkin?!" Koyuki langsung berdiri dan menatap pelayan dengan shock berat.

Sang pelayan yang tidak mengantisipasi tindakan Koyuki segera menghampirinya dengan khawatir, "Hime-Sama, anda baik-baik saja?"

Jujur ia telah mendengar dari seluruh orang tentang bagaimana buruknya si pecundang Naruto ini, tapi ia tidak pernah bertemu langsung dengan orangnya. Saat pertama kali ia bertemu Shinobi yang telah menghangatkan hatinya ia benar-benar tidak menyangka jika penolongnya adalah orang yang memiliki reputasi terburuk dalam sejarah Elemental Shinobi.

"Uhm, dimana dia sekarang?" Koyuki berusaha bersikap normal, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

"Dia ada di depan gerbang, sepertinya dia ingin pergi." Jawab sang pelayan.

"Aku akan kesana sebentar."

Koyuki langsung bergegas pergi tanpa menghiraukan permintaan para pelayan disana.

Para pelayan hanya mampu membiarkan Calon Daimyou mereka yang tengah panik seperti gadis yang akan ditinggal pergi oleh kekasihnya.

.

Setelah menyita seluruh barang bukti tentang peredaran sabu-sabu, ia segera bergegas untuk kembali ke Konoha. Sebagai seorang Shinobi Konoha Naruto tidak ingin mengganggu proses pelantikan Daimyou Negara Air, dengan perlahan ia menutup gerbang kediaman Clan Kazehana dan berniat untuk pergi.

"Kau mau kemana?"

Suara Koyuki menghentikan langkah Naruto.

"Kita tidak bisa menyelenggarakan perjamuan tanpa hadirnya tamu kehormatan." Koyuki dengan enggan mengatakan alasan untuk mencegah Naruto pergi.

"Tamu kehormatan?" Tanpa menoleh ia hanya tersenyum ringan, "Apa kau bodoh? Sudah kubilang aku hanyalah seorang penggemar." Naruto kembali mengingatkan Koyuki.

Tak mendengar balasan dari lawan bicara, Naruto melanjutkan, "Dan jika aku disini itu semua hanyalah karena misi."

Orang biasa mungkin akan tertipu jika tidak melihat secara langsung segala perbuatan Naruto, tapi Koyuki berbeda. Ia sangat paham jika itu bukanlah alasan yang sebenarnya, "Kau tidak ingin dunia tahu kan? jika Yuki no Kuni terkait kasus peredaran obat-obatan terlarang." Jelas Koyuki menatap tajam ke arah Naruto, "Kau datang padaku agar kau bisa menyelesaikan masalah ini tanpa diketahui oleh media bukan?"

Melihat Naruto yang mengalihkan pandangan matanya, Koyuki menghela nafas pelan, "Jadi dari awal kau memang berniat untuk tidak dibayar karena masalah ini? Kau tahu jika masalah ini akan merusak karirku sebagai Artis maupun Daimyou, tapi masih..."

"Jangan bercanda!" Sela Naruto, "Siapa juga yang bilang aku kerja gratis?" Ia segera mengambil sebuah kertas kosong.

"Tanda tangan di sini, lalu kirimkan kembali kepadaku." Ujar Naruto memberikan kertas itu kepada Koyuki.

Mata Koyuki memerah, "Aku berjanji akan mengirimnya kembali."

"Hm." Jawab Naruto langsung melangkah pergi.

Koyuki menatap lembut kepergian Naruto, "Naruto-Kun, meski masalah ini akan disembunyikan. Aku tidak akan melupakan apa yang telah kau lakukan."

Sebagai seorang artis semenjak kecil, hidup yang selalu ia jalani dengan penuh kepalsuan, kini seorang laki-laki datang menawarkan ketulusan dan ia pergi dengan cepat meninggalkan kenangan singkat yang begitu dalam,"Aku akan selalu mengingatmu, satu lagi orang yang paling berharga dalam hidupku. Jadi, biarkan aku mengatakan satu hal..."

Hati kecilnya mungkin menginginkan Naruto untuk tetap tinggal tapi ia hanya mampu menangisi kelemahannya untuk merelakan kepergian laki-laki tersebut.

"Kepada Shinobi yang berteduh dari hujan, arigatou... hontou ni arigatou"

Naruto yang selalu mendengar ucapan dari Koyuki hanya menjawab dengan mengangkat salah satu tangannya, sebagai seorang laki-laki ia hanya akan membiarkan punggung lebarnya berbicara. Seperti kata pepatah "Punggung seorang laki-laki berbicara lebih banyak daripada mulutnya."

.

.

.

To Be Continued...

Kalian marah? Kesal? Mules-mules? Tulis aja di kolom review... atau kalau ingin menanyakan sesuatu kalian bisa langsung chat di facebook (Hilman Wahyudi) kalo ingin berteman silahkan chat dulu ya... maaf jarang buka PM soalnya, hehe.

Untuk yang terakhir kali, saya benar-benar minta maaf karena lambatnya jadwal update. Untuk seorang sepertiku yang terlahir tak memiliki banyak harta aku harus bekerja keras demi mencukupi kebutuhan hidupku, meski aku seorang jomblo aku juga memiliki beberapa adik kecil yang kini biaya hidupnya berada dipundak ku, jadi tolong dimaklumi.

At last... terima kasih banyak untuk para pembaca, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk chapter selanjutnya.

Re-kun, out.