Seharusnya aku update cerita lama...
Bukannya ngepost cerita baru :"
Sedang stuck dengan NamJin.. tak mengerti... sedang tak dapat feel mo nulis gmn T^T
Maafkan.. Ini ff baru.. YoonMin... Tp janji aku bakal ngusahain cepet update cerita terbengkalai lainnya.. Love you guys..
.
.
.Enjoy...
.
.
CHAPTER 1
.
.
.
Bel berbunyi.
Yoongi berjalan dengan langkah malasnya menuju pintu apartemennya. Memutar knop pintunya.
Senyuman secerah mentari pagi yang menyilaukan menyambutnya saat ia membuka pintu itu. Senyuman yang sudah sangat lama tak ia lihat. Senyum seorang Park Jimin. Teman masa kecilnya yang selalu bersamanya sampai dia SMA.
Tunggu..
Apa baru saja aku bilang Park Jimin?!
"A-apa yang kau lakukan di sini?" Yoongi menatap horror namja lebih muda di depannya lalu mencoba menutup pintu secepat mungkin. Tapi terlambat, Jimin menahan pintu apartemen itu dan memaksa masuk ke dalam apartemen itu.
"Keluar dari rumahku! SE-KA-RANG!" Yoongi berteriak histeris.
Jimin hanya melenggang masuk ke dalam tak memperdulikan teriakan melengking di belakangnya dan mendudukkan dirinya di sofa lalu menyalakan televisi. Yoongi setengah berlari masuk ke dalam ruang tamu saat mulai sadar kalau ia diacuhkan di rumahnya sendiri. Kini Yoongi berdiri di depan Jimin, membelakangi televisi, menatap Jimin dengan tatapan marah dan tidak suka.
"Hyung.. Aku ingin menonton tv.. Atau... kau mau melakukan striptis di depanku? Aku tak keberatan." Jimin menunjukkan senyuman mesum terbaiknya membuat Yoongi semakin naik darah.
"Park Jimin. Keluar dari rumahku sekarang juga! Untuk apa kau ke sini? Aku tak ingin melihatmu lagi!"
Yoongi ingin sekali menusuk namja di depannya dengan pisau. Dia bahkan heran bagaimana mungkin Jimin bisa menemukan alamatnya setelah hampir 15 tahun Yoongi sukses di telan bumi. Oke mungkin berlebihan. Setidaknya dia berhasil pergi dari hidup namja di depannya saat ini.
"Aku merindukanmu hyung."
Belum sempat Yoongi menyemburkan amarahnya tapi Jimin menyeringai dan menunjukkan layar ponselnya ke arah Yoongi. Yoongi membulatkan bola matanya, seluruh badannya kaku, terasa dingin. Keringat dingin mulai menetes dari pelipisnya.
"A-apa y-yang kau inginkan?" suaranya bergetar, ia merasa takut.
Jimin menekan tombol play pada layar ponselnya. Lalu sebuah video mulai berputar di sana. Yoongi reflek menutup telinganya dan badannya jatuh terduduk di lantai karena kakinya sudah lemas oleh rasa takutnya yang tak ingin ia ingat lagi.
Jimin menyeringai melihat reaksi namja lebih tua di hadapannya. Kondisi Yoongi saat ini membuat Jimin bisa mengamati dengan jelas bagaimana sosok indah di depannya. Kulit putih seputih gula yang terlihat menggiurkan. Tubuh yang selalu saja lebih mungil darinya. Surai mint yang terlihat begitu lembut. Pipinya yang sedang bersemu bak tomat segar yang minta digigit. Bibir plum yang kini bergetar seolah minta dilumat. Jangan lupa bahu dan paha putih tak bernoda milik Yoongi. Salahkan Yoongi yang mengenakan pakaian kebesaran dan celana pendek di dalam rumahnya saat tidur.
Yoongi memejamkan matanya rapat-rapat dan mencoba menutup telinganya sekuat mungkin agar tidak mendengarkan suara dari rekaman video yang terpampang di layar ponsel di hadapannya.
"Ah... ah.. Jimh... Ughhh... ber..hen..tihhh..."
"Argh..ssshhh..."
" ah... there... Jims... Faster... Argghh... ah..."
"You're tight.. ah.. so good.. ini terlalu nikmat..."
"Ah.. Jimin... Jimin..Jimin... aku... ah... ah..."
"Bersama sayang..."
"AAAAAAHHHHHHHHHHHHHH..."
Yoongi semakin mengeratkan tangannya untuk menutup telinganya dan semakin memejamkan matanya dengan sekuat tenaga seolah tak ingin tahu dan mengingat apa yang sedang dihadapannya. Sampai sebuah tangan menyentuh tangannya dan membuatnya terbelalak kaget. Nafas Yoongi memburu seperti seorang yang baru selesai lari sprint. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Hyung. Kau sangat manis bahkan sebelum aku menyesapmu aku sudah bisa merasakan betapa manisnya dirimu. Aku merindukanmu hyung. Bahkan seluruh sel tubuhku menjeritkan dirimu."
Jimin mencengkram tangan Yoongi dan membisikkan kalimat itu.
"Seluruh sel di tubuhku membencimu." Yoongi mendesis dan menyentak tangan Jimin tapi genggaman tangan Jimin bukan terlepas tapi malah mengerat.
"Lepaskan aku tuan Park." Yoongi semakin menark tangannya tapi yang ia dapatkan malah cengkraman Jimin yang semakin kuat.
Jimin menarik Yoongi ke atas sofa, membanting tubuh mungil itu ke atas sofa dan menindihnya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Jimin menindih tubuh mungil kesayangannya ini. Begitu hangat, menggairahkan, membutakan seluruh indranya.
Jimin menyerang leher putih mulus milik Yoongi, mengecupnya.. menjilatnya.. menyesapnya membuat tanda merah yang membuat Jimin menyeringai bahagia. Akhirnya ia bisa menandai leher putih mulus itu. Menyesap aroma dan rasa manis dari namja yang lebih tua tapi mungil itu. Yoongi hanya bisa mengerang, tangannya mencoba mendorong badan Jimin sekuat tenaga. Jimin yang mulai merasa terganggu kini mencengkram kedua tangan Yoongi, menahannya dengan satu tangan di atas kepala Yoongi. Bukan hal yang sulit untuknya karna Jimin selalu rajin untuk ke gym melatih otot-ototnya.
Jimin menurunkan satu tangannya untuk menyibakkan kaos kebesaran milik Yoongi, menyesap kuat nipple milik Yoongi dan memelintir satu lagi nipplenya.
"Arrrgghhh... Hen..ti..ka...akh..."
Yoongi menggelinjang nikmat tapi tak ingin mengakuinya. Dia hanya ingin Jimin berhenti sekarang. Selagi Yoongi masih dalam kewarasannya. Dia tak ingin mengingat masa lalu. Bagaimana ia merasakan dan mendambakan sentuhan kasar namja lebih muda di atasnya. Yoongi hanya tidak ingin dirinya kecewa dan terpuruk karena Jimin lagi.
"Ahhhh... Hentikan.. Kau... Menjijikkan..."
Yoongi semakin melengkingkan suaranya ketika Jimin meremas bagian selatan Yoongi dan mulai menggesekkan tangannya di bagian luar celana pendek katun itu. Seolah tuli, Jimin bukannya berhenti tapi semakin menjadi. Ia menekankan miliknya yang tertutup celana jeans ke milik Yoongi yang masih terbalut rapi pula. Menekannya kuat dengan gerakan yang intens.
"Ah... akh.. Stophhhh..."
Pertahanan Yoongi hancur. Ia tak bisa lagi berhenti mendesah. Sudah 15 tahun semenjak terakhir kali Yoongi berhubungan seintim ini dengan orang lain. Ya sudah 15 tahun. Bayangkan saja ia menahan semuanya selama 15 tahun ini. Bukannya dia tidak solo. Tapi rasanya begitu berbeda. Ia sudah tak bisa mengontrol hormonnya yang ia tahan selama ini meledak begitu saja karena namja yang sedang mencoba memperkosanya lagi saat ini.
Namja yang lebih muda begitu menikmati pemandangan yang ia lihat di bawahnya. Mata sayu dengan sirat nafsu yang kuat, bibir manis yang tadi gencar menolaknya kini semakin mendesah tak karuan. Jimin semakin tak tahan dan meraup bibir manis itu. Lembut selama beberapa detik lalu melumatnya semakin kasar, melesatkan lidahnya masuk dan mengobrak-abrik mulut Yoongi.. Oh.. jangan lupakan tangan Yoongi yang masih ditahan kuat oleh Jimin yang kini sudah berada di antara kepala Yoongi dan jangan lupakan juga Jimin masih menggesekkan bagian selatan mereka berdua yang masih tertutup rapi dan menegang.
Ruang tengah itu kini semakin panas. Aktivitas bergairah itu masih terus berlanjut semakin liar bak bara api yang sedang berkobar.
"Nghhh..mmpphhh.."
Yoongi sudah tak bisa melawan nafsu yang kini meledak dalam dirinya. Sungguh ia bahkan sudah lupa barusan dia merasa sangat jijik saat Jimin menyentuhnya tapi kini ia malah menikmati setiap sentuhan dan perlakuan kasar Jimin yang membuatnya menginginkan lebih.
"Eommaaaaa aku pul- APA YANG KAU LAKUKAN PADA EOMMA!"
Suara berat yang mengerang begitu keras di depan pintu ruang tengah bak guyuran es di atas permukaan kulit Yoongi. Semua kegiatan panas di ruangan itu berhenti seakan mereka semua membeku. Badan Yoongi kini berubah dingin seperti es. Letupan gairah yang dirasakannya menghilang begitu saja.
Seorang namja berumur belasan tahun sedang memandang kedua orang di atas sofa itu. Tidak. Lebih tepatnya ia memandang namja yang sedang menindih eommanya. Ya.. Yoongi adalah eommanya. Namja muda itu bergerak mendekati sofa menarik kerah Jimin hingga Jimin terjungkal dari atas sofa dan kini ia menarik eommanya dan memeluknya erat.
"Eomma tidak apa-apa?" lelaki muda itu memeluk Yoongi dengan erat seperti tak ingin kehilangan.
"T-tae.. Aku baik-baik saja. Bisa kau lepaskan pelukanmu? Aku sesak nafas." Yoongi mencoba melepaskan diri dari pelukan namja yang memanggilnya eomma.
Jimin terdiam memandang pemandangan yang sedang terjadi dihadapannya. 'Eomma? Siapa yang eomma?' Pertanyaan itu muncul begitu saja. Ia masih terkejut dengan apa yang terjadi. Matanya mengerjab seperti orang bodoh yang kehilangan pikirannya saat itu.
Menyadari tatapan dari Jimin, Yoongi pun berdiri dan menarik Jimin untuk segera keluar dari apartemennya. Yoongi mendorong Jimin keluar pintu dan anehnya ia menurut begitu saja padahal sedari tadi ia memaksakan dirinya untuk masuk ke rumah itu. Setibanya Jimin di luar wilayah Yoongi ia baru tersadar.
"Pergilah..."
Belum sempat Jimin menanggapi ucapan Yoongi tiba-tiba pintu dihadapannya sudah tertutup dan terdengar suara kunci yang diputar. Jimin hanya menghela nafas dan kembali ke mobilnya dan pulang ke rumah dengan pikiran berkecamuk tak karuan mencoba memproses apa yang barusan terjadi.
.
.
.
"Itu tadi pacar Eomma? Apa Tae mengganggu Eomma tadi? Tapi Tae tak suka Eomma dikasari seperti tadi walau kalian akan bercinta di ruang tengah bahkan di atas bantal kesayangan Tae... Kenapa tidak di-"
"Min Taehyung." Potong Yoongi menghentikan ocehan anaknya yang seperti kereta shinkansen tanpa rem itu. "Dia hanya teman Eomma. Tak lebih. Dan kami tidak ada hubungan apa-apa. Yang kau lihat tadi lupakan saja." Lanjut Yoongi.
"Tapi Eom-"
"Tak ada tapi-tapian. Atau kau tak dapat uang jajan minggu depan." Namja yang bernama Min Taehyung itu hanya diam mencebik ke Yoongi. "Kau mau makan siang?" Yoongi mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia tak ingin anaknya menanyainya lebih lanjut soal hal tadi.
"Tidak Eomma. Hari ini aku akan piknik bersama Kookie. Seokjin-Eomma memasak bekal bersama Kookie untuk kami makan siang ini. Dan ini untuk Eomma." Taehyung menyerahkan kotak makan ke Yoongi sambil tersenyum. Cengiran kotak khas milik anaknya yang kadang seperti alien itu membuat Yoongi tersenyum tipis.
Hening sejenak.
"Eomma..."
"Hmm...?" Yoongi memakan kimbab dari dalam kotak makanan itu dan mendudukkan dirinya di sebelah Taehyung seperti tidak terjadi apa-apa beberapa menit yang lalu.
"Apa ajussi tadi adalah Appa?"
"Uhukkk..." Yoongi tersedak dan Taehyung segera meraih gelas berisi air yang ada di atas meja lalu memberikan pada Yoongi sambil mengelus punggung Yoongi dengan sayang, "Apa yang- apa.. kenapa? Kenapa kau berkata begitu?"
"Bingo. Jadi benar perasaanku barusan. Kalian mau baikan? Aku tak apa kok kalau kalian baikan. Sepertinya Appa juga mencintai Eomma. Kalau tidak untuk apa dia datang mencari eomma setelah memperkosa eomma 16 tahun yang lalu. Dibela-belain ke Jepang pula buat nyamperin Eomma."
Yoongi hanya bisa melongo melihat respon dari anaknya yang kadang kelewat dewasa menanggapi sesuatu. Memang Taehyung dan Yoongi ibu dan anak tapi mereka lebih seperti sahabat dekat yang akan selalu mendukung satu sama lain. Memang benar Jimin memperkosa Yoongi dan merekamnya lalu mengancam Yoongi selama sebulan untuk tidur dengannya setiap hari –ralat : Setiap Jimin menginginkannya. Dan lagi fakta bahwa anaknya tau adalah karena Yoongi sendiri yang bercerita. Taehyung mendesak Yoongi untuk bercerita tentang ayahnya saat ia mulai tinggal bersamanya 3 tahun yang lalu. Taehyung mengancam tidak akan mau bertemu Yoongi lagi dan kembali ke rumah orang tua Yoongi kalau ia tak menceritakan hal sebenarnya tentang ayahnya.
"Tapi Eomma.." lanjut Taehyung, "bisa tidak... kalau kalian mau begituan jangan kasar-kasar. Kan aku jadi kesal juga kalau Eomma dikasari begitu. Walau aku tau Eomma sejenis masokis yang suka bonda- AUW"
Kepala Taehyung bercumbu dengan tutup kotak makanan.
"Jaga mulutmu anak kecil. Kenapa kemesumanmu sama seperti orang itu?!" Hardik Yoongi.
"Hmm... jadi benar tadi itu Appa. Ho..ho.. Aku memang jenius.."
Yoongi menyesali kenapa anaknya begitu jenius dengan IQ yang hampir 200 dan punya firasat yang kuat seperti cenayang.
"Kau bilang kau mau piknik. Lalu kau pulang untuk apa?" Yoongi mencoba mengalihkan pembicaraan lagi.
"Eummmm..." Taehyung memasang pose berpikirnya yang kadang terlihat menjijikkan di mata Yoongi, "Memberi Eomma makanan dan... Mandi?!" Taehyung berlari secepat mungkin memasuki kamarnya tak menghiraukan teriakan Yoongi yang marah karena ternyata anaknya keluyuran sedari pagi tanpa mandi.
.
.
.
Hari ini Yoongi hanya ingin tidur seharian di kamarnya. Lelah dengan apa yang terjadi tadi pagi. Tak ingin mengingatnya. Taehyung pergi pamit untuk piknik bersama Jungkook dan berkata akan pulang besok karna mau menginap di rumah Seokjin. Yoongi hanya mengiayakan. Saat ini Yoongi merebahkan dirinya di kasur nyamannya. Dia hanya ingin beristirahat dari berkas-berkas di meja kerjanya dan ingin melupakan seorang Park Jimin yang sudah memporak-porandakan hatinya.
.
.
.
.
I'm so sorry.. really. tp yang ini emang udah ada di laptop.. trus takut ceritanya kenapa2 makanya di upload.. hehe...
Emmm... diri ini akan sangat senang kalau kalian memberikan pendapat tentang ff inj.. kalau banyak yang suka bakal cepet update juga karna sudah ada beberapa chap di laptop tinggal upload..
Pelarian dari NamJin yang aku tak mengerti mau nulis apa :" /sedang kabor ceritanya
Maapkeun..
Thank you yang udah sempat membaca chap awal ini dan mau repot2 review ^_^
