Love, baeki.
.
Cast :
- Byun Baekhyun - Park Chanyeol -
.
Rate : M
.
Summary :
Tarik nafas dalam dalam dan mulai dari awal. Ceritakan pada mereka bagaimana pertama kali kita bertemeu. Ceritakan pada mereka saat kita saling berbagi mimpi, bahkan disaat mimpi teranehmu. Jangan. Biarkan itu jadi rahasia kita.
-Byun Baekhyun.
.
A/n:
cerita ini aku sadur dari seuah film produksi Constantin Film dengan judul "Love, Rosie..". Sedikit aku ubah untuk alur cerita. Keseluruhan cerita menggunakan sudut pandang Byun Bekhyun.
Selamat membaca.
Please, kindly leave a review ^^ readernim.
.
Boston, 2014
"Baek? Baekhyun, sudah waktunya."
Saat ini aku sedang duduk didepan sebuah meja bundar yang diselimuti telapak dari kain sateen berwarna peach, dengan hiasan bunga carnation berwarna pink muda dan putih yang tertata rapi dalam sebuah vas kecil berpita warna senada. Panggilan dari Luhan membangunkanku dari lamunan dan membuatku menoleh kearahnya yang kini tengah duduk manis disebelahku. Aku tersenyum padanya.
Aku melihat ke sekitar dan kudapati banyak tamu yang sedang memperhatikanku. Aku berdiri dan merapikan setelan tuxedo berwarna putih gading dan tersenyum ke arah para tamu yang hadir di sebuah pesta pernikahan ini.
"hai, semuanya." Aku menarik nafas karena waktu seolah berhenti. Seseorang, tolong ingatkan aku, bahwa ini merupakan salah satu hari terbaik dalam hidupku.
"untuk kalian yang belum mengenalku secara langsung, aku baekhyun." aku melambaikan tanganku ke arah para tamu undangan. Beberapa menyambutku dengan senyum dan aku membalasnya, dan beberapa terlihat acuh sibuk dengan orang disebelahnya.
Dihadapanku, Chanyeol dengan setelah tuxedo biru navy tersenyum kepadaku. Senyum yang menenangkanku. Chanyeol menganggukan kepalanya kepadaku, memintaku untuk melanjutkan sambutan.
"dan hari ini adalah salah satu hari terbahagia dalam hidupku."
Aku terisak didalam kamar hotel tempatku menginap di Boston. Aku memeluk diriku sendiri. Sebuah perasaan sesak memenuhi hatiku. Dan aku berbohong jika hari ini adalah salah satu hari terbahagia dalam hidupku. Ini adalah hari dimana hatiku hancur menjadi pecahan pecahan kaca tipis.
Seoul, 2004
[10 Tahun yang lalu]
Hari ini aku berulang tahun, tepatnya ulang tahun ke 17. Aku dan chanyeol sepakat merayakannya di sebuah club, tanpa sepengetahuan orang tua kami berdua tentunya.
Dan disinilah kami, berpesta dengan hentakan musik dari seorang DJ, ditemani minuman berkadar alkohol rendah untuk menambah kemeriahan acara.
Aku melompat lompat dengan meliukkan tubuhku mengikuti musik-beyonce- racikan DJ. Chanyeol, sahabatku, menari melompat dan menghentakkan tubuhnya didepanku. Aku berteriak kegirangan dan bahagia. Chanyeol melakukan hal yang sama. Seluruh manusia yang berada di lantai dansa seolah terhipnotis dan menjadi gila.
Aku menarik tangan chanyeol menuju meja bar saat aku merasakan tenggorokanku mulai serak dan aku membutuhkan air. Bartender dibalik meja bar memberi aku dan Chanyeol masing masing satu gelas margarita dengan irisan lemon diatasnya. Aku mengaitkan lenganku dengan lengan milik Chanyeol, seolah sedang beradu panco-tapi tidak- dan kamu meminum margarita kami dalam sekali teguk, dan menggigit irisan lemon yang membuat kami berdua mengernyit merasakan campuran dari rasa tequila dan rasa asam.
"yaaaay, fantastis!" pekikku dan kemudian kami berdua tertawa.
Aku dan chanyeol menghabiskan 4 sloki margarita secara langsung, dan kini aku merasakan tubuhku terasa ringan. Chanyeol duduk dihadapanku dengan jarak yang rapat. Dia menyuapiku irisan lemon dan aku membuka mulutku. Menggigit dan kemudian mengernyit. Chanyeol tersenyum dan memperlihatkan gigi rapinya, yang entah secara sengaja atau tidak membuatku terpesona. Perlahan aku mendekatkan wajahku ke arah chanyeol, menempelkan dahiku ke dahi milkinya. Aku merasakan hembusan hangat nafas milik chanyeol yang menabrak wajahku. Aku memerah. Rona di pipiku semakin padam ketika chanyeol mendekatkan bibirnya ke arah bibirku. Aku mengecup bibir chanyeol. Terasa seperti jus lemon, segar, manis, dan memabukkan. Aku membuka mulutku mencoba untuk melumat bibir bawah chanyeol. Detik berikutnya semua terlihat gelap.
Bias cahaya matahari menerpa wajahku, dan menusuk mataku. Memaksaku untuk membuka. Kepalaku terasa berputar, efek dari minuman yang aku minum semalam. Aku terbangun diatas tempat tidur dikamarku, dan menyadari hari sudah tak lagi pagi.
Lamat lamat aku mendengar ibuku menyapa Chanyeol dari luar kamarku. Aku menoleh ke arah pintu dan mencoba bangkit. Aku keluar dari kamarku dengan selimut tebal yang kaitkan dikedua bahuku. Pagi ini terasa dingin. Aku berjalan menuju tangga dan kudapati chanyeol sedang berdiri di anak tangga terbawah dan ibuku didepannya. Aku menyandarkan kepalaku di dinding. Chanyeol menoleh kearahku dengan senyuman khas seorang park chanyeol.
"naiklah!" perintahku dan chanyeol mengekor dibelakangku. Mengikuti masuk kedalam kamarku.
"aku malu sekali soal semalam" erangku. Aku berjalan menuju ranjangku dan langsung merebahkan tubuhku diatasnya.
"tidak, kau tidak perlu malu, baek." Chanyeol berkata sambil menutup pintu kamarku, dan kemudian ikut merebahkan tubuhnya-setengah duduk- bersandar di dinding dan sikunya bertumpu diatas ranjangku. Dia berada di ujung ranjangku. Memperhatikan wajahku yang terlihat kelelahan karena mendapatkan hangover.
"arrrgh. Aku sangat buruk dalam hal alkohol dan minuman keras." Aku menggeram dan membenamkan wajahku ke bantal.
"terkadang 'buruk', terdengar bagus." Chanyeol terkekeh.
"bagus?" aku mendongakkan kepalaku dan menoleh ke arahnya. "hanya memikirkannya saja aku merasa mual." Ucapku yang kini membalik badan menjadi terlentang.
"di bagian yang mana?" chanyeol bertanya dan menegakkan duduknya.
"semuanya. Anggap hal itu tidak pernah terjadi." aku memutar mataku malas. "jangan pernah mengatakan hal itu pada siapapun, Park!" tegasku.
Chanyeol yang semula memandangku, menundukkan kepalanya kebawah dan tersenyum tipis.
"baiklah." Ucapnya singkat.
Aku membenarkan posisi tidurku, menaikkan selimut tebalku yang semakin membungkusku hingga dagu dan beralih menghadap chanyeol.
"bagaimana cara kita pulang dari rumah sakit, yeol?"
"eh, ibuku menjemput kita. Pihak rumah sakit membutuhkan wali seorang yang sudah cukup umur. Aku tidak memberi tahu nama orang tuamu, jadi aku menelpon ibuku. Lagipula ini salahku. Aku memberikan pengaruh yang buruk padamu." Chanyeol menundukkan kepalanya, nada bicaranya kental akan penyesalan.
"ah,, memang benar." Ujarku yang kemudian menarik punggungku untuk duduk.
"jadi, sekarang aku harus menghabiskan 2 jam di perpustakan setiap hari selama dua minggu."
"uh, mimpi buruk."
"ya, bisa saja lebih buruk. Park Jiyeon bekerja paruh waktu disana." Aku menaikan kedua alisku mendengar Chanyeol menyebut nama Park Jiyeon.
"yang benar saja?" aku bertanya, dan dibalas senyuman lebar milik Chanyeol. Aku tau dia tertarik dengan seorang bernama Park Jiyeon.
"apa?" tanyanya.
"park jiyeon. Lupakan saja, Yeol. " aku memutar mataku, menggodanya dengan senyuman jahilku.
"asal kau tau saja, baek. Dia sudah memberiku sinyal." Chanyeol menyeringai.
Aku terkekeh melihat ekspresinya.
"dia akan melirikmu saat telinga lebarmu itu berubah menjadi telinga peri." Ucapku sambil menarik telinganya. Chanyeol memekik kesakitan. Detik berikutnya kami saling menarik telinga satu sama lain dengan gemas.
Liburan musim panas akhirnya tiba. Beberapa klub di sekolahanku mengadakan sebuah piknik di pantai bersama untuk merayakan tahun terakhir kami di sekolah.
Aku berjalan dengan kain selimut tipis yang aku dekap didadaku. Chanyeol berjalan dibelakangku dengan tangannya yang membawa keranjang piknik, itu ideku.
Aku dan chanyeol sangat menikmati piknik kali ini, karena tidak ada perpaduan antara pantai, musim panas, semangka, dan cahaya matahari yang menghangatkan kulitmu?
senja mulai datang dengan menampakkan bias cahaya orensnya. Aku dan chanyeol duduk didekat api unggun bersama beberapa anggota klub lain yang terlihat sedang memebicarakan sesuatu. Suasana terasa hangat.
"lihat itu si bodoh Jung." Ucap chanyeol yang dagunya diarahkan untuk menunjuk ke arah jung daehyun yang sedang duduk bergerombol dengan beberapa gadis dan gerombolannya.
Aku melirik ke arah yang ditunjuk dagu chanyeol dan terkekeh pelan, kemudian kembali mengalihkan pandanganku ke arah chanyeol.
"ya, tapi serius yeol, dia terlihat seksi." Bisikku, sambil menyeringai. Ya aku akui jung daheyun terlihat seksi dengan perut absnya yang terlihat semakin seksi karena cahaya dari api unggun.
Chanyeol mendecih dan mengerutkan alisnya merasa jijik.
"dia mengajakku ke acara pesta kelulusan sekolah." Ucapku. Aku tersenyum bangga, dan menaik-turunkan kedua alisku. Chanyeol terlihat kaget.
"uh, kau jawab apa?" ia bertanya.
"tidak. Tentu saja tidak. Aku akan pergi denganmu." Aku menyenggol lengannya.
"hai park, aku tidak melihatmu di perpustakaan hari ini." Aku dan chanyeol reflek mendongakkan kepala kami dan melihat park jiyeon berdiri didepan kami dengan rok pendek yang bergerak tertiup angin. Memerkan paha mulusnya.
"uh-uh yaa.." chanyeol terdengar gugup. Aku berhenti mendongak dan menatap ke arah chanyeol.
"maksudku, ah, aku agak sibuk." Chanyeol terbata kali ini.
"jangan bersikap seolah kita tidak saling mengenal." Ucap jiyeon yang memberikan senyum genit dan berjalan ke arah gerombolan teman temannya. Aku melihatnya, park jiyeon yang sedang menggoda sahabatku.
"sampai jumpa disana." Chanyeol memekik. Membuat aku sedikit menjauhkan kepalaku dari chanyeol.
"me-nye-dih-kan." Sindirku.
"kau lihat? Dia menggodaku." Bisik chanyeol.
"kau beruntung dia tidak terpeleset lidah gugupmu, dan berakhir di ujung jalan." Sindirku sarkastik pada kegugupan chanyeol saat didepan jiyeon.
"whoaaa, oke, baek. Itu cukup kejam." Dia terkekeh karena ucapanku. "kalau begitu beri aku sedikit tips kalau kau merasa begitu pintar."
Aku menaikkan kedua alisku, sedikit membulatkan mataku. Ya aku memang pintar dalam urusan ini. Sedikit informasi, aku salah satu siswa populer dan aku sudah tidur dengan beberapa teman pria disekolahku–yang kebetulan orientasi seksnya menyimpang sepertiku dan kebetulan lagi adalah mereka semua dominan yang tampan dan seksi. Dan kebanyakan dari itu hanya hubungan one night stand, karena aku tidak benar benar menginginkan sebuah keterikatan.
"beri tahu aku, bagaimana cara menggoda seseorang, yang berada di luar jangkauanku?" tanyanya.
Aku terkekeh lagi. "apa itu pertanyaan yang serius?" tanyaku.
"ya." Jawabnya singkat.
"uh oke. Agak sulit untukmu, karena kau masih perjaka." Bisikku. Chanyeol menggeleng kepalanya karena ucapanku dan menghela nafasnya.
"tidak, haha, tidak. Kita bisa mengatasi itu, yeol. Aku hanya bercanda." Aku menenangkan.
"pertama, kau harus bersikap cuek. Jangan acuhkan dia. Bersikaplah 'ambil atau tinggalkan'." Ujarkau menggurui.
"ya, kau tau aku sudah terlatih untuk hal itu." balasnya.
"kedua, kau harus membuatnya merasa seperti, kau melihat sesuatu dalam dirinya yang orang lain tidak punya. Emm, seperti jiwanya." Sambungku.
"oke, sambil tidak mengacuhkannya?" tanyanya memastikan teoriku.
Aku mengangguk, mengiyakan.
"emm, bagiamana dengan seksnya?" tanyanya lagi sambil berbisik.
"ini semua tentang seks, yeol." Ucapku meyakinkannya.
"wow, astaga." Dia terkekeh. " kau gila baek."
Aku hanya tersenyum. "hmm, kau tak tau soal itu semua." Ucapku sambil mengejek dengan senyum mengejekku.
"dia ingin aku mengajaknya ke pesta kelulusan sekolah." Aku menoleh kaget ke arah chanyeol.
"benarkah?" tanyaku singkat.
"yap." Ucapnya percaya diri. Aku tersenyum melihat wajah sahabatku yang terlihat senang dan bangga karena gadis incarannya memberikan sinyal ketertarikan. Aku harusnya ikut senang.
Aku berdeham sekali. Menormalkan suasana.
"ajak dia, yeol, jika itu sangat berarti untukmu." Aku tersenyum tulus kepeda chanyeol.
Chanyeol tersenyum dan menganggukan kepalanya. Aku tidak megerti apa yang sedang dia pikirkan. Aku memandang pucuk kepalanya dan tiba tiba dia menatapku. Menatap tepat dikedua iris mataku. Untuk 5 detik pertama aku seolah membeku karena tatapannya. Aku tersadar saat dia tersenyum kepadaku.
"ayolah baek. Kau nanti tidak punya pasangan." Ucapnya. Aku memutar mataku.
"uh ayolah park, aku diajak oleh seorang cowok terkeren di angkatan kita. Ku rasa aku baik-baik saja." Ucapku berbangga diri.
"emm, jadi kau merasa baik-baik saja jika tidak pergi denganku?" tanyanya memastikan.
"ya.." jawabku singkat. Menyembunyikan gejolak angin yang berdesir di hatiku.
"baiklah. Aku akan mengajaknya."
"ya, ajak dia, bodoh."
Chanyeol mengerucutkan bibirnya, nampak sedang berpikir. "oke, baiklah." Dan kemudian dia berdiri dan berjalan menghampiri park jiyeon.
Aku membuang nafasku. Menarik dan menghembuskannya berulang kali. 'Saat ini sahabat baikku, sedang mengajak seorang gadis seksi-populer- di angakatanku, dan oh apa itu? aku tidak tahu kalau ajakan ke sebuah pesta sama dengan sebuah ajakan kencan karena saat ini sahabatku dan gadisnya sedang bericuman. Di pinggir pantai. Saat senja. Terlihat romantis. Dan kau tidak akan cemburu baek.' Aku berkata dengan batinku.
Jariku berkutat dengan keyboard, dan wajahku berhadapan dengan layar. Saat ini sedang ujian akunting. Aku akui aku tidak bodoh, tapi semua angka angka didepanku ini membuat otakku serasa berkabut.
Aku mendengar suara siulan, yang berarti itu adalah chanyeol yang berusaha menarik perhatianku. Aku meliriknya sekilas dan mencoba mengabaikan dengan tetap fokus pada layar dihadapanku.
Aku membuka aplikasi chatting di komputerku.
Baekhyun_byun: berhenti menggangguku dengan wajah bodohmu.
mr_park_chanyeol: aku punya berita untukmu.
Baekhyun_byun: aku juga. Beritaku, aku harus berkonsentrasi agar aku lulus ujian, dan melanjutkan hidupku, park.
mr_park_chanyeol: aku sudah tidak perjaka lagi.
mr_park_chanyeol: hey, byun. Kau masih disitu?
Byunbaekhyun: jadi, siapa gadis tidak beruntung itu?
Aku meberdoa dalam hati. Mengaitkan jari telunjuk dan jari tengahku menjadi jalinan tanda x. Berharap orang yang dimaksud chanyeol bukanlah park jiyeon. Aku memohon dalam hati. Sungguh. Aku melirik chanyeol sekilas. Kulihat dia sedang mengetik. Dan aku semakin tidak ingin mengetahui apapun. Aku kembali melirik tajam ke arah layar chat ku dengan chanyeol.
mr_park_chanyeol: PARK JIYEON.
"Fuck!" aku memekik pelan. Aku rasa.
"baiklah byun baekhyun. pergi ke ruang kepala sekolah!" aku menoleh dan segera berdiri. Gur choi memandangku dengan tatapan tajam. Ya aku merasa bodoh karena mengumpat didalam kelas. Saat sedan ujian.
"tunggu, pak choi. Ini semua salahku." Ucap chanyeol. Membelaku dan berdiri dari duduknya. Aku masih terdiam dan menatap chanyeol kesal.
"ada sesuatu yang harus aku katakan pada baekhyun, jadi—"
"jadi, park chanyeol. Aku mengucapkan selamat atas apa yang terjadi padamu." Ucap pak choi yang kemudian aku mendengar suara pekikan seluruh siswa dikelas.
Pak choi menampilkan chat ku dengan chanyeol di depan kelas. teman temanku bersorak gaduh, dan bertepuk tangan. Aku memandang ke layar di depan kelas, kemudian menoleh ke arah chanyeol tidak percaya. Aku memutar mataku dan berjalan keluar kelas, menuju ruang kepala sekolah.
TBC.
please, kindly leave a review ya..
