"YAK CHOI MINGYUUUU! KAU KEMANAKAN MOUSE LAPTOPKU?!."

"KULETAKKAN DIATAS MEJA BELAJARMU HYUNG! KAN AKU SUDAH BILANG! DAN BERHENTILAH BERTERIAK!."

"TIDAK ADA, BODOH!."

"APA KAU BILANG?!."

"AKU BILANG BODOH!."

"DASAR PENDEK!."

"KEMARI KAU HITAAAAAAMMMMM!."

Jisoo memijat pelipisnya, sudah beberapa hari ini Ia terus mendengar suara ribut dari lantai atas—a.k.a kamar Mingyu dan Wonwoo—rumahnya. Entah itu karena Mingyu yang menghilangkan barang Wonwoo, Wonwoo yang menghabiskan sunblock Mingyu, dan lain-lain.

Seungcheol yang melihat itupun segera memeluk istrinya itu dari belakang, lalu membantu Jisoo mempersiapkan makan malam. Sembari menciumi wajah Jisoo, Seungcheol mengeratkan pelukannya.

"Wonwoo masih 18 tahun. Mingyu hanya berjarak setahun lebih muda dari hyung-nya", ucap Seungcheol. "mereka masih labil. Biarkan saja dulu, eung? Bersabarlah, jagiya."

Jisoo menghela nafas.

"Aku tahu…tapi…", jawabnya. "Hanya lelah saja. Aku tidak apa-apa, sungguh."

Seungcheol mengelus rambut Jisoo dengan sayang. Jisoo tersenyum manis, lalu mengecup bibir Seungcheol.

"Anak-anak, waktunya makan malam!."

Mingyu makan dengan sangat rakus. Entah karena memang lapar, atau karena dia suka menu makan malam hari ini, atau memang dari brojolnya sudah begitu.

"Makan pelan-pelan, Mingyu", nasihat Seungcheol. Mingyu merengut, namun akhirnya Ia menuruti perkataan Ayahnya.

Jisoo tersenyum, lalu menambah sepotong Chicken Katsu lagi untuk Wonwoo.

Mingyu mengerang kesal. "Tidak adil! Aku juga mau Chicken Katsu lagi!."

"Badanmu bongsor dan tinggi. Sementara hyung-mu ini kurus kering. Sesekali Kau yang harus mengalah pada hyung-mu, Mingyu," jelas Jisoo. Diam-diam Wonwoo menyeringai kecil.

"Tapi, Eomma-."

"Kau mau hyung-mu mati kelaparan, Mingyu?," Tanya Seungcheol.

Mingyu akhirnya terdiam, dan mereka semua pun makan dengan tenang.

"Tapi Eomma, tambah nasi boleh kan?, hehe."

Mingyu merebahkan badannya diatas kasur Wonwoo. Toh, kasur mereka kasur bertingkat. Wonwoo 'sih tak masalah, yang penting Ia bisa mengerjakan PR-nya dengan tenang.

"Hyung."

"Mm," Wonwoo menggumam sebagai jawaban untuk panggilan Mingyu. Tangannya masih bergerak-gerak menulis rumus dan jawaban untuk menyelesaikan PR Matematikanya.

"Kau sudah putus dari si jojong-jojong itukan?," Tanya Mingyu.

"Jojong? siapa?."

"Aduh, Aku lupa namanya!," erang Mingyu. "Marganya kalau tidak salah…Yoon?."

"Yoon Jeonghan, maksudmu?."

"YA! ITU!," seru Mingyu yang langsung disambut oleh cubitan Wonwoo di pinggangnya.

Wonwoo lalu duduk disebelah Mingyu, merilekskan badannya.

"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya."

"Bohong!."

"Aku tidak bohong Mingyu!."

"Aku mengikuti kalian saat kalian di Taman Bermain—ups," ucap Mingyu, keceplosan.

Wonwoo mengerjap-erjapkan matanya. Adiknya mengikutinya waktu Ia pergi ke Taman Bermain dengan Jeonghan?.

"Kau…," belum sempat Wonwoo menyelesaikan kata-katanya, Mingyu sudah terlanjur kembali ke ranjangnya dan bergelung di dalam selimut, pergi tidur—

-lebih tepatnya berpura-pura tidur.

Wonwoo menghela nafasnya pelan, lalu lebih memilih untuk ikut pergi kea lam mimpi.

"Selamat malam, Mingyu."

-tbc