'Bisakah kau kirimkan fotomu padaku?

Karena aku ingin menunjukan pada semua orang—

bahwa malaikat itu ada...'

Naruto terkikik setelah membaca kembali isi pesan yang telah di kirimkannya pada sang pujaan hati. Apa penuturannya terlalu lebay? Biarlah... Kata orang cinta itu buta, tapi Naruto bersedia kok untuk mengoreksinya. Cinta itu gila, segila cintanya yang telah jatuh pikirnya sinting. Jemari tan kembali menari.

'Apa kau tahu apa yang bisa kulakukan selain menilang hatimu?

Aku juga bisa memborgol cintamu, sayang~'

Naruto cengengesan sesaat setelah ponselnya bergetar pelan. Akhirnya...pujaan hatinya membalas pesannya juga.

'Gombal!'

Dan Naruto sukses tertawa hanya karena satu kata.

Shikamaru yang duduk di seberang meja mendengus. Sepertinya sahabat seprofesinya itu sudah gila. Sudah seminggu ini sahabatnya itu tak berhenti mengelus ponselnya sepanjang hari sembari cekikikan sorang diri. Hey! Sebenarnya siapa yang telah ditilang hatinya disini. Sepertinya author fic ini salah memberi judul cerita.

Sekuel:Hatiku Ditilang Polisi Ganteng © NaouraIda

Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: AU, Typos, Abal, Aneh, OOC, NaruHina.

Just for fun

Don't like? Don't read

.

~o0o~

.

Hinata tersentak kala mendapati seseorang berseragam khas polisi lalu lintas membuatnya berhenti dengan paksa. Manik lavendernya menangkap sosok tinggi menjulang berjalan menghampirinya. Kejadian ini terasa de javu bagi pemilik surai indigo. Jadi sekali lagi, ia melemparkan senyum manisnya pada sang polisi yang baru saja melepas helmnya, menampakan surai pirang secerah mentari.

"Bisa tunjukan surat-suratnya?"

Maksudnya surat bukti cintaku padamu begitu pikir hinata ngaco. Sepertinya putri Hyuuga sudah terlampau kenyang disuapi rayuan gombal sang polisi setiap di pagi hari. "Ka-kali ini apa salahku?" Hinata berusaha berucap tegas, meski tak berhasil karena tergagap di awal.

Naruto, sang polisi ganteng katanya, berdehem pelan. "Kau menaruh tas di dek bawah motormu."

Hinata melirik motor maticnya, lalu menatap Naruto dengan pandangan bingung. Hari ini ia memang membawa tas tangannya, bukan tas selempang yang biasa dibawanya. Jadi, ia sengaja menaruhnya di bawah, lalu apa masalahnya?

Naruto yang mendapatkan tatapan imut itu berusaha untuk tidak menerjang Hinata dan memeluknya gemas. Sungguh tatapan itu terlihat seperti mata kucing yang minta di punggut, manis sekali... Sang Uzumaki berdehem lagi, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk tetap terlihat cool di depan pujaan hatinya. "Kau tahu Hinata? Cara berkendaramu itu tidak aman, tas itu bisa menghalangi kaki saat menyetir." Naruto berucap dengan dada membusung lalu melempar senyum—yang dibuat—menawan. "Jadi, bisakah kau serahkan surat-suratnya dan ikut aku ke pos?"

Hinata tambah bingung, apa itu peraturan baru? Setahunya tidak ada jenis pelanggaran seperti itu. Tapi yang jelas Hinata sudah kapok untuk bersilaturahmi ke pos polisi, dia tak mau ditilang lagi. "Ta-tapi—"

"Hinata!"

Pemilik surai indigo menoleh, lalu lavendernya membulat. "Neji nii-san," cicitnya pelan. Ia bingung bagaimana kakak sepupunya bisa berada di sini.

"Apa yang terjadi Hinata? Kenapa kau berhenti di sini? Bukankah kau berangkat untuk kuliah?" tanya Neji beruntun hingga Hinata bingung menjawabnya. Ia melirik Hinata cemas, lalu beralih pada pemuda di sebelahnya. Manik bulannya menyipit tajam, ia mendesis. "Uzumaki. Apa yang kau lakukan pada adik sepupuku?"

Naruto cengo, masih memproses kejadian yang berlangsung cepat di depan matanya. Bagaimanapun pria berambut panjang ini tiba-tiba muncul dan menghancurkan momen pdkt-nya. Tunggu, pria berambut panjang? Permata saphire membulat. "Hyuuga-sensei!" pekik Naruto sembari menunjuk tidak sopan.

Hinata melirik bergantian dua pemuda tampan di hadapannya. Bertanya-tanya bagaimana mereka bisa saling mengenal.

Neji mendengus pelan. "Jadi, Uzumaki. Apa yang mendasari tindakanmu untuk menilang Hinata, hmm?" ujar Neji tenang, tapi Naruto bisa merasakan adanya tekanan dalam nada bicaranya. Naruto mati kutu, ia tidak mungkin menggunakan alasan yang sama kan?

"Neji nii-san, aku ingin bertanya." Hinata menyatukan dua jari telunjuknya, Neji menatapnya lembut hingga membuat Naruto terkejut. Tatapan itu berbeda sekali saat ditujukan padanya. "Katakanlah, Hinata!"

"Apa sekarang ada peraturan baru—"

"A-ah, Hinata. Lain kali, lebih berhati-hatilah dalam berkendara. Utamakan keamanan dan keselamatan. Berkendara di jalan raya bukan hanya mencangkup keselamatan diri sendiri, tetapi juga keselamatan pengendara lain. Karena itu berhati-hatilah!" tutur Naruto lantang nan berwibawa.

Hinata melupakan pertanyaannya yang dipotong si polisi, maniknya menatap tanpa berkedip. Hingga sapphire dan lavender bertemu. Hinata segera menunduk menyembunyikan semu di pipi.

"Ehm." Neji berdehem keras, menginterupsi keduanya.

"Hyuuga-sensei. Kau boleh membawa pulang Hinata." Hari ini Naruto akan membiarkannya lolos, tapi tidak untuk selanjutnya.

Neji menarik Hinata mendekat. "Hinata, aku akan mengantarmu pulang."

"Tapi bagaimana dengan kuliahku?"

"Kita pulang!" ucap neji tegas. Hinata tahu ia tak bisa membantah, ia mengangguk.

Neji mengikis jaraknya dengan polisi muda, kemudian berbisik, "Kau tahu apa yang akan kau dapatkan jika mengusiknya kan, Uzumaki?" Neji meremas kepalan sang pirang, lalu melangkah mundur. Menatap Hinata lembut, sebelum berkata, "Uzumaki akan mengantarkan sepeda motormu."

"Huh?" Naruto mendapat tatapan tajam, ia melirik kunci motor dalam genggamannya. "Ah, tentu. Aku akan mengantarkannya."

Dua Hyuuga melengang pergi memasuki mobil sang lelaki, meninggalkan Naruto yang menunduk dalam. Seringai perlahan muncul, Naruto mengacak surainya. "Kheh, menarik." Naruto tertawa setan, mengabaikan bisik pengguna jalan raya yang mengiranya dilanda stress berat. "Hahaha... Kau sungguh menarik, Hyuuga Hinata."

Seringai masih tertahan di bibir. Naruto tak pernah menyangka bahwa mangsa yang selama ini di incarnya ini melebihi ekspektasinya. Terlebih Naruto mendapat lawan yang sepadan. Hyuuga Neji, dosennya sewaktu di Akademi Kepolisian dulu. Dosen mata kuliah Kriminologi Politik yang paling disegani di AKPOL.

Naruto tahu jalannya kini tak akan mudah. Salahkan dirinya yang tak menyadari marga Hinata lebih dulu. Tapi Naruto pastikan dirinya yang akan menang kali ini.

Sang Uzumaki berbalik untuk kemudian mendapati sepeda motor Hinata. Ia menghela nafas. Sial! Uzumaki Naruto, pemuda ganteng dengan seragam khas polisinya yang gagah, mengendarai motor scoopy putih-biru yang lucu dan manis kegemaran remaja feminim. Ini akan menjadi bahan lelucon hebat!

.

.

.

End?

or TBC?

.

.

.

Cung yang minta sekuel! Ini buat kalian semua, semoga ga menghancurkan cerita awalnya ya.

Pendek? Hu'um, ini pelarian karena lagi pusing mikirin konflik buat fic satu lagi. Hehe, untuk gombalannya aku asal comot dari internet, lalu dimodif gitu~

Thanks to:

Sparkyurindi, Sella Ameilia, ana, nana anayi, Desi Rei Hime, naruto boruto, Arum Junnie, nailatuss, Baby-Damn, mintje, vicky-chan, OhimePanda, Guest(1), anita, Yz namikaze, keyko keinarra minami, Guest(2), rifkiwahyu53, minami1990, fujo69, afika chia, UzuNami Fuujin, Sandal784, Marveon, Etrama D Raizel, Dorothy9413.

Review kalian penyemangatku, terutama yang panjang-panjang(?)..

.

.

Omake:

...Aku juga bisa memborgol cintamu, sayang~'

Hari itu masih pagi, tapi Hinata sudah merasa terlalu banyak tersenyum. Sesekali terkikik pelan pada ponselnya. Membuat Neji yang berada di depan pintu kamar Hinata mengernyit heran.

Pada akhirnya Hinata memutuskan untuk membalas pesannya. Jemari lentiknya mengetik cepat. 'Gombal!'. Hinata mengurung wajahnya pada bantal, ia mendadak malu, ingin menggantinya tapi ternyata sudah terkirim. Bagaimana ini?

"Hinata?"

Hati Hinata berbunga. Bagaimanapun usaha sang polisi ganteng selama dua bulan ini patut diacungi jempol. Hinata sudah sering kali mengabaikan pesannya, tapi Naruto sungguh pantang menyerah, karenanya hati Hinata luluh sudah.

"O-oy Hinata?"

Hinata tak bisa menghentikan senyum manisnya. Sepertinya hatinya telah ditilang. Hatiku ditilang polisi ganteng.

Neji mencium sesuatu yang asing di sini. Siapa yang dengan lancangnya membuat Hinata tidak mengacuhkannya? Neji akan memastikannya mendapat 'perhatian kecil' darinya. Ia tak akan membiarkannya lolos.

Dan Hinata tak menyadari, pagi itu kakak overprotectivenya mengekori perjalanannya ke kampus.