.

.

Note :

Ini adalah adaptasi cerita dari Movie yang saya padukan dengan karakter naruto, cerita ini, dan author mengubah sedikit alur pada cerita Aslinya agar nyambung, jika kalian tak suka gendre Vampre atau welwof silahkan membaca cerita Author yang lain, Cerita memiliki gendre drama, mist, Family, Gore, cring, Flastback, Dimohon agar tidak memberi kritikan atas cerita jika, tidak bermanfaat, tapi berilah Autor pembelajaran agar lebih baik kedepanya.

16+

EnJoY ReAd

.

.

.

.

"OOO***OOO+++OOO+++OOO***OOO"

*Masashi Kishimoto and Stephenie Meyer*

"-_-_-To Moon and Sun-_- _-"

By

"-_- Ligthting Shun -_- "

""OOO~"OOO***OOO+++OOO+++OOO***OOO"~OOO'''

Sekarang Sudah Mei

Benar-benar musim sangat mudah terganti

Waktu berjalan begitu cepat

Apakah waktuku akan seperti itu

Tetap penuh gelap

Penuh Kabut

Penuh kehampaan

Ataukah!

Aku akan bisa bahagia..

Ataukah aku akan menderita..

Berjalan disisi yang sama disisi lembah gelap, segelap masalalu yang membuatku akan terus terdiam, tampa adanya cahaya.

Aku!

.

.

.

"_[THE FROST]_"

.

.

.

Oke kisah bermula pada sosok Seorang gadis cantik bersurai kuning-keemasan lurus, sepinggul, memiliki iris mata blusafira-muda, kulit yang kuning langsat, dia mengenakan Jaket berhoodie abu-abu tebal rajutan, bagian kakinya ia mengenakan jins biru, sepatu kats sport, dan sebuah tas gandengan baju berwarna hitam dengan motif bunga matahari.

Bola matanya nampak sibuk memandangi pemandangan yang disuguhkan oleh ilahi, berupa hutan-hutan lembap yang dibasahi oleh curah hujan yang mulai menutupi dataran- daratan pepohonan hijau caver, cemara atau apalah!, ia terus memandang dari jendela kereta hingga sebuah suara panggilan nampak terdengar mengalihkan pandanganya sejenak. pemandangan itu berubah sejenak saat kereta yang ditumpanginya memasuki daerah bangunan peron tua sederhana, bersamaan suara rentetan kereta yang melaju dengan deretan klasik, menandakan laju kereta mulai memelan.

[PERHATIAN! PERHATIAN! KERETA KRALODA TELAH SAMPAI DIPERON-FROST VALLETINA]

Suara sang Anggota Kereta memenuhi semua ruangan, lewat mesin pengeras memandu para penumpang untuk membenahi perlengkapan masing-masing, Pandangan gadis itu melebar, ia mengangkat dagunya dan menyelaraskan matanya kepintu ruangan, lalu berdiri dari posisi duduknya dan membenahi sedikit bajunya, yang lumayan lecek karna duduk ditempat duduk penumpang berjam-jam.

Suara deruhan nafas berhembus berkali-kali, dengan tampang lelah ia berharap akan menemukan tempat yang nyaman selain sofa kereta yang dingin dan keras layaknya berisi rotan kolper yang membuat kepala dan bokongmu pening.

Terimakasi atas waktu yang segera berlalu, agar posisi menunggu ini segera berakhir.

.

.

.

[PENUMPANG SEBENTAR LAGI PINTU KERETA AKAN DIBUKA DIMOHON KELUAR PERLAHAN-LAHAN, DAN DIMOHON MENGENGECEK SEGALA BAWAHAN ANDA, TERIMA KASIH]

.

.

.

Seurai suara terdengar, amat keras bersama beberapa pemberitahuan-pemberitahuan yang terdengar berjam-jam, begitu membosankan. Gadis itu lalu menarik kopornya secara hati-hati agar tak menubruk orang lain, dikarnakan ia berada dilautan manusia yang awalnya penumpang lainya yang akan turun, dan berjalan perlahan-lahan melewati antrian untuk turun dari kereta, tampa perlu harus menyerobot, usai sampai dipintu keluar seseorang menyapanya dengan begitu santai.

"Baguslah kau sudah sampai dengan selamat! Naruko Uzumaki ,"Ucap Seorang wanita berambut pirang-platina yang nampak disanggul berantakan, menyambut saat Gadis itu keluar dari kereta, Wanita-cantik itu mengenakan blus ketat dan tangtop hitam, menutupi pinggung rampingnya yang langsing dengan celana panjang jins ketat membuat dia nampak propotional, ia juga mengenakan sepatu boots berhak tinggi membuat ia sangat luar biasa cantiknya.

"Selamat malam Nona Tsunade,"Ucap Naruko sembari membungkuk hormat dalam-dalam, lalu mengandeng tas kecilnya.

"Um! Berhentilah bersikap Formal padaku! Karna mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku, Kita adalah keluarga,"Ucap Tsunade lalu mendekat dan membelai kepala Naruko dengan senyuman, bibir sensual yang seksi Tsunade nampak dilapisi lipstik merah terang dapat membuat semua orang tergoda apa lagi Naruko yang terpanah pada kecantikan wanita dihadapanya."Ada apa?!,"Tanya Tsunade, memperhatikan Sosok Naruko memandang wajahnya dari kepala hingga ujung kaki.

"Tidak ada! Maaf,"Ucap Naruko mengeleng, sembari menenteng tasnya, sementara Tsunade mengangguk lalu menarik Tas-bawaan Naruko, dan juga tangan gadis berambut pirang itu.

"Sebaiknya kita pulang sekarang, dan berbenah semua barang-barangmu akan diantar oleh pihak barang dua hari kemudian,"Jawab Tsunade menarik gadis itu pelan, sembari membuat gadis itu hanya terkejut tampa bisa melawan.

Tsunade lalu menarik Naruko keluar, dari area Peron menuju ketempat parkir mobil, udara disini benar-benar amat menyegarkan, hawa yang terbilang alami dan bebas membuat, Naruko merasa nyaman ini benar-benar jauh berbeda dari tempat tinggalnya dijepang, yang notabene area perkotaan yang serba sibuk. Naruko lalu memerjabkan mata mengarah pada Mobil-bagus Tsunade, yang terparkir manis didepan sana, sebuah Infiniti Q40-berwarna metalik-hitam nampak sangat luar biasa untuk dimiliki seseorang penghuni yang tinggal disini, apa lagi dikota kecil Frost.

"Sebaiknya kita tak perlu menunggu untuk hanya melihat mobil berjam-jam, kau pasti akan sangat nyaman jika duduk didalamnya"Ucap Tsunade dengan tawa-jenaka, sembari menepuk kepala Naruko dengan pelan, sembari mempersilahkan gadis muda itu masuk mobil, Naruko memandang dengan penuh canggung. "Ayo?!,"Jawab Tsunade semangat.

Naruko Pov :

"Indah,"Perumpamaan kata yang mungkin cocok untuk mengambarkan penorama Frost, kota-kecil yang hijau ditaburi pepohonan tinggi, dengan curah-hujan yang melebihi kapasitas ketimbang negara yang lain, suhu udara lembab, namun. Nona Tsunade sudah mengantisipasi dengan memasang sedikit, mesin penghangat mobil saat mobil dijalankan, beberapa menit yang lalu. Nona Tsunade adalah Seorang profesor peneliti-obat herbals, yang menetap di Forst, beberapa tahun lalu, dan disinilah aku, menjadi seseorang pendatang yang akan hidup didataran dingin, dengan penuh curah hujan.

"Bagaimana pendapatmu?!,"Tanya Tsunade, sembari tetap memandang fokus jalanan, melewati hutan-hutan dan jalanan tol yang lancip dan menukik tajam, dan sesekali menatapku lewat ekor matanya.

"Bagus.."Jawabku pendek, sembari memalingkan jendela mobil yang nampak berembun, dimana saat ini waktu menunjukan jam 6 setengah pagi, dan untuk tempat ini masilah dengan kondisi berkabut.

"Sulit bagi kita mendaki gunung dengan mobil dijam-segini sebenarnya, makanya aku tak meminta takxy atau supir-bayaran menjemputmu,"Ucap Tsunade sembari memiringkan kepala, lalu malah terlihat menambah kecepatan mobilnya. "Tapi tenang saja Sayang, aku hafal daerah ini sepenuhnya, karna aku tinggal diarea gunung,"Ucap Tsunade sembari tersenyum.

"Ya aku percaya pada anda, Nona Tsunade-san,"Ucapku sembari tersenyum, dengan nada agak canggung.

"Sudah dibilang jangan panggil nona, aku taksuka Formalitas, Dear,"Ucap Tsunade sembari sedikit mengubah raut tak menyenangkan, membuatku terkekek miris.

"Baiklah maaf Bibi-T-tsunade,"Ucapku terbata membuat ia tersenyum lalu menganggu, aku lalu fokus menatap kaca jendela, saat beberapa menit setelahnya aku menyipitkan mata, terfokus pada sesuatu yang asing diluar sana, meski kaca masih berembut, aku dapat melihatnya.

What!

Aku melihat sesuatu yang kuanggap layaknya seperti mimpi atau hayalan fantasy, dimana ditanah cukup hijau, tidak jauh dari lokasi tempat kulihat, aku melihat beberapa lelaki berlari kencang memasuki hutan dan tiba-tiba, detik berikutnya ia berubah menjadi seperti sosok seekor hewan berkaki empat, layaknya anjing atau serigala bertubuh 5-kali lebih besar namun karna laju mobil jugalah penglihatanku samar-samar, aku tak bisa melihatnya dengan jelas, namun aku bersumpah aku tak berimajinasi, aku cukup sehat jasmani atau rohani, meski bukan seorang gadis yang bisa dibilang jago olaraga, aku cukup bisa dibilang sebagai wanita bertubuh Fit.

[Normal Pov]

"Ada apa Naruko, kau baik-baik saja,"Tsunade lalu menghentikan mobil ditengah jalan yang sepi dan mengecek keadaanku, membuatku hanya tergelagapan ditempat sembari, mendekapkan kedua tanganku kedada, lalu mengeleng pelan sebagai jawaban, Ya-Tuhan aku tak bisa berkata apa-pun saat ini, bibirku seolah terkunci dengan rapat.

"Aku baik – Baik saja!,"Ucapku.

Tsunade lalu menghelah nafas, dan memutuskan menyalakan mesin, mengemudikan kembali, mobilnya dan beberapa kali kami melewati pendakian, hingga sampai disebuah komplex lorong yang terisi beberapa rumah didekat pegunungan. Sebuah rumah mungil berlantai dua, nampak dihadapan mobil Tsunade. "Well selamat datang dirumah barumu,"Ucapnya sembari tersenyum. Sementara aku hanya terpaku sebentar memandang rumah dimana tempaku akan bernaung selama beberapa tahun kedepan. Rumah Tsunade tak jelek namun terlihat segar dan sederhana, rumah yang terdiri dari lantai dua beton bercat hijau-muda, dengan genteng biru nampak terlihat segar, memiliki tanah lapangan kecil, dipagari berwarna biru muda, dan ditanami beberapa bunga dipekarangan, aku seperti merasa tinggal dirumah boneka rasanya.

"Siapa yang kau bawa itu Tsunade!?,"Suara seseorang terdengar mulus, sampai ditelingaku saat aku dan Tsunade turun dari mobil, pertanyaanya sedikit membuatku canggung. Seorang wanita paruh baya berambut berwarna perunggu dan bermata caramel bertanya pada Tsunade, wanita itu mengenakan Dress tumit berwarna abu-abu, dengan sendal jalan sembari membawa beberapa kayu dipunggungnya.

"Hai..Ema! (Tsunade melambai pada ema) Dia adalah anak-angkatku Naruko, seperti kau lihat aku jadi ibu muda sekarang,"Ucap Tsunade dengan nada penuh canda, pada Elma membuat wanita-paruh baya itu mengeleng-sembari tersenyum, kecil.

"Sebaiknya kau segera mencari lelaki dan memulai hubungan yang serius, ingatlah Tsunade usiamu hampir kepala-lima,"Ucap Elma sembari menghelah nafas. "Supaya kelak kau akan merasakan benar-benar menjadi ibu,"Ucap Ema sembari sedikit argumen mengejek.

Aku tersenyum melihat, percakapan Wanita bernama Elma dan Tsunade, nampaknya mereka tetangga yang akrab, seperti yang diutarakan Ema, Tsunade belum menikah, dan berstatus Singel meski-pun begitu, Tsunade sendiri tidak begitu mempermasalahan prihal masalah asmara diumur kepala-lima, wajahnya sendiri malah nampak seperti wanita karir yang berumur kepala-tiga benar-benar wanita yang awet-muda.

"Kenalkan Naruko..dia 'Elma Mithi', tetanggaku-paling lama, dan pembuat kembab ter-enak diFrost,"Ucap Tsunade.

"Itu pujian yang berlebihan,"Ucap Ema tersipu, sementara Tsunade mengedipkan mata tulus, keduanya benar-benar sangat akrab.

"Halo Madam-Ema,"Ucapku dengan hendak menyalaminya namun ia menolaknya-dengan halus.

"Maaf Nak, jangan menyalamiku aku baru saja mengambil beberapa kayu bakar pagi ini, jadi maaf tanganku kotor,"Ucapnya tersenyum lembut.

"Ah baiklah,"

"Nona-Tsunade,"Panggil seseorang gadis, membuat Tsunade, Ema dan aku membalik badan mencari asal suara, mendapati Seorang berambut SoftPink tersenyum lembut pada kami bertiga, nampak berdiri didepan pintu.

"Ah Sakura?!,"Panggil Tsunade melambaikan tanganya dengan santai, membuat Sakura nampak tersenyum manis.

"Aku sudah menyiapkan kamarmu dilantai atas,"Ucap Sakura melirik Naruko, sementara Si-pirang mentari hanya sedikit tersenyum kikuk. "Namaku Haruno Sakura, asissten Nona Tsunade,"Ucap Sakura melirik Tsunade, lalu menarik tangan Naruko lembut dan membawa gadis-mentari itu masuk rumah. Sementara Tsunade tetap diluar dan mengisap sebatang Rokok-kesukaanya.

"Ruangan ini memang jarang dipakai kecuali ada tamu, aku sedikit berbenah saat Nona-Tsunade bilang kau akan tinggal disini,"Ucap Sakura yang saat ini memandu Naruko disebuah kamar, dengan tembok biru, kasur berseprai ungu-tua, sepasang meja-belajar, diatasnya terdapat komputer-tua yang masih bisa dipakai nampak terpasangi Wifi, sebuah lemari kayu-hitam terbuat dari jati-komplex benar-benar ruangan yang menenagkan. "Aku memberimu selimut berwarna Ungu, apa kau suka?!,"Tanya Sakura pada Naruko sembari tersenyum manis.

"Ya ini indah terimakasi Sakura-san,"Ucap Naruko membungkuk.

"Jangan terlalu begitu Formal, begini-begini kita seumuran,"Ucap Sakura. "Panggil saja Sakura atau Sakura-chan, aku akan memanggilmu Naruko-chan,"Ucapnya tercengir lembut.

"Ya salam kenal Sakura,"Ucap Naruko.

"Ah! Kurasa kau butuh waktumu sendiri sekarang, jadi aku akan pergi, nona Tsunade pasti mencariku sampai jumpa besok pagi Naruko-Chan,"Ucap Sakura lalu melambaikan tangan sebelum meninggalkan kamar.

"Sampai jumpa besok!,"Ucap Naruko.

Usai ditinggal Sakura Naruko terdiam ditempat lalu memutuskan duduk dikasurnya, sembari menyelaraskan tubuh yang pegal, sembari sorot mata indahnya turut memandangi kaca jendela yang mulai berembun dengan udarah salju mulai membekas dikaca jendela, harum cemara benar-benar memabukan membuat saraf menjadi rilex dengan mudanya, akan tetapi tatapan mata Naruko masih nampak begitu muram, menginggat tentang kejadian saat dimobil tadi.

"Apa itu kira-kira ya,"

""OOO~"OOO***OOO+++OOO+++OOO***OOO"~OOO'''

"Kau tak perlu khawatir Naruko akan kujaga dengan baik, kau tak percaya padaku Bocah!,"Tanya Tsunade yang tengah saat ini, ada dikamarnya dalam keadaan menelpon seseorang, dan menghadap jendela serta memandang keluar.

"Terimakasi Nenek Tsunade!,"Ucap sebuah suara berat lawan bicaranya yang sedang tersambung dalam komonikasi tampa kabel, yang merupakan suara berat seorang lelaki.

"Naruto! Aku akan mencoba membuat Naruko lebih baik, kau tak perlu khawatir, sebaiknya kau jaga saja Hinata baik-baik,"Ucap Tsunade.

"Ya! Aku akan menjaganya, kalau masalah itu tak perlu diragukan lagi, Jika semuanya sudah selesai maka aku akan mengunjungi kalian, dan membawakan Nenek oleh - oleh :D,"Ucap Lelaki yang dipanggil Tsunade dengan panggilan Naruto.

"OI - OI! Jika kau kemari aku akan menjitakmu atau mengikatmu dengan kepala dibawah selama berjam - jam, aku bersumpah wahai Keponakanku tersayang, berhenti memanggilku dengan sebutan NENEK!,"Ucap Tsunade dengan Aura mengerikan, sembari melengkingkan suaranya membuat lawan bicaranya nampak merinding.

"Maafkan aku! Bibi Tsunade!,"Ucap Naruko yang terdengar terkikik kecil dari sambungan telpon sebrang. "Jadi adakah hadiah yang kau inginkan jika aku kesana?!,"Tanyanya seolah terdengar mencairkan suasana.

"Tidak!,"Jawab Tsunade seketika wajahnya yang sebelumnya menahan Amarah, langsung berubah buram. "Yang aku inginkan kau kembali dengan selamat! Hanya itu yang aku inginkan,"Ucap Tsunade menundukan wajahnya.

"Bibi! Jangan Khawatir aku pasti pulang!,"Ucap Naruto, lalu seketika mata Tsunade mengeluarkan air mata, namun ditahanya, agar terisak.

"Baiklah, jika begitu aku ada urusan! Aku tutup dulu,"Ucap Tsunade lalu menutup telponya dengan secara sepihak, lalu mengenggam handphonenya. Dengan gemetaran air matanya jatuh lalu memandang salju dari jendela kamarnya.

"Oh Tuhan! Semoga semuanya akan baik - baik saja!,"

.

.

O++O

OoO++O++OoO

O++O

.

.

"Ah! Nona Naruko..sibuk membersihkan!,"Ucap seseorang sembari tersenyum, sosok Mithi terlihat diluar pagar dan sedang menjemur pakaian sementara, Naruko sedang menyapu halaman. "Dimana Tsunade!,"Tanyanya ramah

"Ah tak perlu memanggilku Madam, cukup anda memanggilku, Naruko saja!,"Ucap Naruko masih sibuk menyapu, ungkapan itu membuat Mithi tersenyum.

"Jika begitu panggil saja aku Bibi Mithi jangan panggil Madam,"Seru Mithi..

"Am.. Baiklah bibik Mithi...tadi Bibi Tsunade membawa Sakura dan bilang mau melakukan penelitian obat dikantornya,"Ucap Naruko ramah.

"Ah.. Mereka memang guru dan murit pekerja keras!,"Ucap Mithi sembari penuh senyuman, lalu menguma pelan dan mengangkat ember bekas cucian yang semuanya sudah dijemur. "Nah pakaian sudah selesai, saatnya aku mencari kayu untuk pemanas ruangan siang ini!,"Ucapnya bersenandung riang.

"Eh bibi Mithi mau pergi mencari kayu!,"Tanya Naruko lalu memandang wanita india setengah baya itu.

"Ia sayangku, suamiku sedang pergi bekerja dan pulang besok, putraku yang biasanya memotong kayu untuk perapian sedang ada tugas sekolah dan menginap dua hari, aku sendirian dirumah hari ini, dan kau tahu jika saat malam, suhu tempat ini sangat dingin dan aku kehabisan kayu untuk pemanas ruangan malam ini,"Ucapnya sembari berceloteh panjang lebar, ucapan Mithi membuat Naruko tak enak hati dan tersenyum.

"Tunggu bibi biar aku membantu, bibi,"Ucap Naruko lalu menaruh sapunya.

"Tunggu tapi Nak!,"Ucap Mithi.

"Tidak apa-apa! Bibi aku juga ingin mencoba mengenal tempat ini sedikit demi sedikit, kalau bibi tidak keberatan,"Ucap Naruko lagi.

"Ah baiklah Sayangku, terimakasi banyak," dan Mithi tersenyum tampa melarang gadis pirang itu, menginggat dia memiliki teman untuk mengobrol.

.

.

O++O

OoO++O++OoO

O++O

.

.

Sepanjang jalan, disekitar hutan Mithi selalu memiliki banyak hal untuk sebuah obrolan, membuat Naruko tak bosan dan semangat membantu, Naruko memang tripikal gadis pendiam tapi dia tetaplah gadis yang juga menjadi pendengar dan komentar yang baik, mereka mengambil kayu-kayu rapuh yang sudah kering, dan mengikatnya dalam satu ikatan besar dalam dua keranjang, Mithi juga mengajarkan jika mereka mendapat kayu yang lembab atau basah mereka, harus memisahkanya untuk dikeringkan ditempat kayu bakar, sehingga jika kayu basah itu kering maka sudah bisa digunakan, rata-rata beberapa penduduk Frost lebih banyak mengunakan pembakar kayu untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga tak heran dibeberapa tempat Naruko dan Mithi juga bertemu beberapa orang yang juga mencari kayu, entah untuk dipakai sendiri atau dijual. "Aku berterimakasih padamu Naruko ternyata kau gadis yang ulet,"Puji Mithi.

"Sama-sama,"Ucap Naruko sembari mengangguk sembari mengikat seikat kayu menjadi beberapa ikatan hingga dimasukan didalam keranjang kayu.

"Hutan adalah dunia yang menjadi dunia yang paling sangat indah bagi semua manusia yang menjaganya, sayang sekali sekarang sudah sangat banyak orang yang menelantarkan mereka,"Ucap Mithi menghelah nafas.

Naruko pun hanya menghelah nafas, memang apa yang dikatakan Mithi memang tepat, tahun-demi-tahun berganti hutan yang dulu indah sudah mulai menghilang sedikit demi sedikit, akibat tidak tanggung jawab manusia yang merusak serta penebangan liar dimana-mana, dan pemandangan yang cukup asri itu masih bisa dilihat diforst, sebuah kota kecil yang menyimpan sejuta keindahan yang besar, bagai sebuah mutiara kecil didalam kota berisi pasir, dia begitu kecil namun, berharga.

"Ah bibi itu siapa..!,"Naruko nampak terkejut, setelah menunjuk sebuah objeck dan bertanya pada Mithi. Dan yang dilihat adalah beberapa sosok lelaki telanjang dada yang berada beberapa puluh meter dari mereka yang dihadapkan dengan tebing dan juga lautan dibawahnya yang nyambung dengan sebuah pantai yang disebut Lapus, sosok beberapa lelaki-lelaki tersebut nampak melompati jurang satu persatu yang amat tinggi dan melompat langsung kebawah yang terdapat air laut.

"Mereka menganggap itu, sebagai perosotan air yang memacuh ardenalin, jangan khawatir mereka terlatih mereka terbiasa melakukan itu,"Jawab Mithi.

"Siapa mereka bibi,"Tanya Naruko.

"Mereka adalah para putra dari suku asli indian yang menetap lama berpuluh-puluh tahun, dan suka tinggal diatas gunung, mereka kaum yang ramah, aku kenal salah satu istri-istri mereka dan anak-anaknya, mereka sangat baik nantiku kenalkan juga padamu,"Ucap Mithi sementara Naruko mengangguk.

Pandangan safir biru Naruko kembali memandang, sosok-sosok pria yang nampak tertawa lepas dan tak heran mereka menjatuhkan diri dan baik-baik saja saat melempar diri kelaut lepas. satu persatu dari mereka melompat tebing layak orang mau bunuh diri(?), melihat semua lelaki itu terjun Naruko menyadari sesuatu.

seolah sebuah waktu berhenti, mata Savir Naruko menangkap tatapan sorot mata tajam memandang mata Naruko tampa kedip, hal itu membuat Naruko membulatkan matanya saat, mematung seperti batu sosok lelaki itu ikut memandang matanya tampa kedip, membuat jantung Naruko berdetak lebih cepat tak ayal seolah dia dipandang dengan tubuh telanjangi.

"Naruko! Ayo pulang kayunya sudah cukup!,"panggil Mithi ceria.

"Y-Ya!,"Ucap Naruko buru-buru berbalik memutuskan pandanganya dari sipenatap, dan langsung perlahan berjalan menjauh meninggalkan lokasi itu bersama Mithi, dengan jantung gadis itu yang nampak berdebar-debar.

.

.

[Bersambung]

Kamis-Sebtember-29-2016

.

.

My Note :

Halo..! Nama Saya Lightning Shun, ini pertama kalinya saya gabung [Naruto and Twilight Crossovers] Alasan utama saya menyukai tema ini untuk! Membuat sebuah cerita dengan alur yang baru tak hanya berkutat dengan satu argumen jadi saya tertarik. Dan alasan kedua adalah saya penyuka Novel dan komik mereka- jadi saya berpikir mencoba membuat alur ini dengan digabung, so semoga kalian enjoy dengan cerita yang saya suguhkan..by my friends :)