M
.
.
Baekhyun adalah satu dari sekian banyak wanita yang sedang menggantungkan nasib di sebuah universitas ternama Korea. Keinginannya sejak dulu untuk bisa menjadi wanita berpendidikan tinggi lulusan universitas terbaik sebentar lagi akan terbayar dengan dicapainya sebuah gelar untuk tambahan namanya. Satu semester lagi study-nya akan berakhir dan dia bertekad akan memulai kembali hidupnya.
Baekhyun adalah anak tunggal keluarga Byun.
Sejak kecil Baekhyun sudah hidup sebagai anak perempuan yang ceria dan menyenangkan. Semua mengatakan jika Baekhyun adalah sumber kebahagiaan meski lingkungan keluarganya tidak semenyenangkan sifat Baekhyun. Ibunya seorang petarung hebat demi membiarkan Baekhyun bisa bernafas di dunia. Merelakan nyawanya untuk sebuah nyawa baru nan suci hidup di dunia harus di bayar wanita itu dengan erangan panjang yang berujung sebuah pendarahan hebat beberapa jam setelah melahirkan putri cantiknya. Ujung dari semua perjuangannya berakhir dengan suara panjang nyaring dari layar kecil milik rumah sakit. Wanita itu beristirahat dengan tenang bersama Tuhan.
Gadis kecil itu tumbuh besar bersama Nenek dan Ayahnya. Ia menjadi anak perempuan cantik dan periang—sesuatu yang mencolok ia dapatkan dari ibunya, begitu kata Nenek. Tubuh mungilnya selalu berlari kecil dengan senyum merekah seperti mawar perawan menjadi penghias kesuraman di rumahnya.
Kehidupan Baekhyun tak selalu sebahagia senyumnya. Keadaan memaksanya menelan mentah-mentah pahitnya kehidupan yang katanya tak selalu berisi penderitaan. Bahagia atau menderita bagi Baekhyun sama saja. Pada akhirnya dia menjadi satu-satunya pihak yang tersiksa batinnya karena kehidupan selalu mencambuknya dengan kenyataan yang lebih buruk dari kotoran babi.
Satu-satunya kebahagiaan yang pantas Baekhyun bicarakan di sini hanya Neneknya. Wanita renta yang selalu tulus menyayangi Baekhyun itu menjadi hal tunggal yang bisa membuatnya bertahan hidup. Neneknya yang renta itu masih harus bekerja mencuci piring di restoran karena anak lelakinya adalah penggila judi. Setiap malam pulang dengan keadaan mabuk dan hutang menumpuk. Bermain wanita bukanlah hal baru untuk diketahui. Karena terkadang lelaki tak bertanggung jawab itu membawa pulang jalangnya dan mencumbunya dengan begitu rakus di salah satu kamar sederhana rumahnya.
Melihat keadaan seburuk itu, Baekhyun bercita-cita memiliki pekerjaan yang menjanjikan banyak dolar. Tujuannya sangat sederhana; membawa pergi Neneknya jauh dari keburukan Ayahnya dan hidup lebih baik. Lelaki berstatus Ayah itu sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk bertanggungjawab pada keluarganya. Apa yang bisa didapat dengan berjudi selain hutang yang menumpuk?
"Nenek tunggu sebentar lagi, ya? Aku akan membawa Nenek keluar dari sini." Begitu yang selalu diucapkan Baekhyun setiap malam pada Neneknya.
.
.
Hari separuh ceria untuk Baekhyun kembali pada kenyataan. Tidur malamnya tak bisa senyenyak yang orang lain rasakan. Tapi setidaknya saat kembali membuka mata ia memiliki keyakinan untuk sesuatu yang lebih baik. Atau ia harus bergelut kembali dengan kemalangan nasibnya—menjadi seonggok daging yang menderita. Hal yang pertama ia terima ketika keluar kamar adalah beberapa pakaian tercecer. Semua berserakan sepanjang lorong menuju ruang utama. Ulah siapa lagi jika bukan ulah ayahnya. Atau Baekhyun harus berhenti memanggilnya ayah?
Neneknya sudah pergi bekerja. Wanita renta itu mungkin mendapati yang lebih buruk tentang apa yang terjadi di ruang tamu rumahnya. Baekhyun berani bertaruh Neneknya pasti berangkat dengan airmata menggenang di pelupuk matanya.
Baekhyun juga harus segera pergi dari rumah ini. Telinganya enggan terkontaminasi lagi dengan suara desahan yang memekakkan telinga. Hari masih terlalu pagi tapi mereka sudah kembali bercumbu.
Berbekal pakaian casual dan rambut yang ia kuncir asal, wanita itu meninggalkan rumah. Meski jadwal kuliahnya masih berlangsung 2 jam lagi, ia memutuskan untuk segera keluar rumah demi menyelamatkan batinnya. Ia memilih duduk di hate bus, menyesap susu strawberry yang ia beli di supermarket, dan mencoba mengatur nafasnya demi kebaikan hatinya. Mau sampai kapan semua ini akan terjadi? Tidakkah Tuhan terlalu berlebihan menguji kesabarannya?
.
Biasanya Baekhyun akan duduk termenung cukup lama di kedai ramen Suho, atau dia pergi berkelana bersama Sehun dan Luhan, atau dia menyelinap ke perpustakaan dan tidur di salah satu ruangan rahasianya. Namun malam ini ia lebih memilih berjalan menyusuri Sungai Han—mengisi paru-parunya yang hampir sesak karena hidup yang selalu memihak kesialan padanya.
Baekhyun berjalan santai dengan berbagai macam pikiran melekat dibenaknya. Percaya atau tidak, dia sedang menimbang apakah mati akan menjadi lebih baik daripada hidup menderita seperti ini. Tapi sayangnya segala pikiran gila itu dikalahkan oleh kelogisan otak cerdasnya. Dia mahasiswa, seseorang yang berpendidikan tidak memiliki opsi mati kecuali Tuhan sudah berkehendak. Akhirnya ia akan mendesah kasar, bebalik pada realita kehidupannya, dan terus berharap semoga suatu hari akan ada malaikat yang menyelematkannya.
Sebenarnya Baekhyun tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada ayahnya. Mabuk, bermain wanita, judi, siapa yang peduli dengan hidup kotor seperti itu? Hanya saja Baekhyun sedikit terganggu kala ada beberapa orang asing yang datang ke rumah dan menagih sejumlah uang. Uang apa? Mulanya Baekhyun tidak mengerti. Ia dan Neneknya hidup serba berkecukupan. Bisa mendapat beasiswa penuh serta bisa makan dengan layak sehari tiga kali bersama Nenek sedikit banyak ia syukuri. Baekhyun baru mengerti jika uang yang dikatakan orang-orang itu adalah hutang yang belum atau bahkan tidak dibayar oleh ayahnya.
Lalu dengan berbekal keberaniannya untuk berdiri pada sebuah kebenaran, Baekhyun menolak. Lagipula untuk apa ia membayarnya kalau bukan dia yang berhutang?
Pernah sekali Baekhyun membayarkan hutang ayahnya pada seorang rentenir, berharap lelaki itu berhenti membuat rumit keadaan rumah, namun nyatanya lelaki itu semakin gencar hutang dan judi kesana-kemari karena kebaikan Baekhyun membayar hutangnya sekali. Sejak saat itu Baekhyun menolak setiap hutang yang ditagih kepadanya. Ia bukan seorang konglomerat untuk meladeni dan membayar semua perbuatan ayahnya, dia hanya gadis malang yang mencoba bertahan disisa-sisa kebaikan dunia.
.
Tugas akhir membuat Baekhyun harus lebih rajin mengunjungi perpustakaan. Ia akan mengambil sebuah penelitian demi memenuhi ketuntasan masa kuliahnya. Dengan begitu ia akan cepat mendapat surat pernyataan kelulusan dan dia bisa bekerja lebih layak. Ia ingin membawa Neneknya pergi demi sebuah hidup yang lebih baik.
Beberapa meter di ujung jalan dekat rumahnya, Baekhyun mendapati beberapa mobil hitam mewah legam berjejer begitu sombong. Tak hanya itu, di sana juga ada beberapa lelaki ber-jas hitam dengan badan besar mengepulkan banyak otot sedang berdiri tegak di sekitar gerbang rumahnya. Apa lagi ini? Mendadak Baekhyun didera rasa tidak mengenakkan dalam dirinya.
Kecurigaan Baekhyun tak lebih baik dari seekor merpati cacat. Saat ia berdiri tegak di depan pintu, ia mendapati Neneknya sedang tersedu memohon dan bersimpuh di atas lututnya yang lemah.
"Nona Byun?" Baekhyun mengalihkan pandangan pada lelaki yang sedang duduk dengan kaki bersila di salah satu sofa. Wajahnya angkuh.
"Kau siapa?" Tentu itu hal pertama yang ditanyakan ketika berhadapan dengan orang asing yang sudah membuat Nenek menangis dan keadaan rumah menjadi kacau.
"Park Chanyeol." Lelaki itu bangkit dari tempatnya, berjalan angkuh menuju tempat Baekhyun berdiri dengan memasukkan tangannya dalam saku. "Putri tuunggal si pencuri telah pulang ke rumah."
Pencuri? Baekhyun menatap tajam pada lelaki yang kini berjalan mengitari dirinya bersama sebuah senyum memuakkan.
"Ah," dia berhenti tepat di depan Baekhyun, "aku harus bercerita sedikit. Singkatnya, ayahmu yang serakah itu sedang mencoba menguji kesabaranku. Ku rasa dia salah alamat jika harus melakukan permainan kekanakan ini. Jadi," lelaki itu menarik dagu runcing Baekhyun untuk berhadapan langsung dengannya, "mari segera kita selesaikan agar aku bisa tidur nyenyak malam ini."
"Jangan sakiti Nenekku!" desis si wanita.
"Tidak, tidak. Aku tidak akan melukai wanita tua itu. Tapi, aku membutuhkan sesuatu yang lain agar semua rasa muakku pada ayahmu bisa berakhir. Apa kau memiliki ide untuk itu?"
.
.
.
"Lepaskan aku!" Tubuh mungilnya meronta sekali lagi saat ia dikeluarkan dari mobil. Meski yang sedang mencengkeram dua lengannya adalah dua laki-laki berbadan tambun dan berwajah sangar, Baekhyun masih mengusahakan untuk melepaskan diri.
Di depannya berjalan seorang lelaki angkuh dengan langkah penuh kesombongan. Jangan ditanya seberapa besar kesombongan yang ia miliki, karena jika dikalkulasi dengan jutaan bilangan tak akan pernah cukup untuk menggambarkannya.
Setelah melewati sebuah pintu utama dengan ukiran megah berwarna putih, Baekhyun dipaksa naik ke lantai dua—sebuah kamar yang ada di ujung lorong. Ia sempat memberontak untuk dipaksa masuk karena merasa akan ada sesuatu yang buruk setelah ini. Dan benar, saat dua bodyguard itu menarik tubuh kurus Baekhyun untuk masuk dan menghempaskannya di sebuah kasur ber-sprei sakura, ia sedang berada di kandang serigala.
Seseorang duduk di sebuah kursi dengan kaki menyilang, dagu yang diangkat penuh kesombongan, dan pandangan licik yang terlihat penuh kilat kejahatan.
"Kuracaci sepertimu bernyali besar juga." Dia berdecih.
"Bajingan kau, Chanyeol!"
"Itulah aku." Dia berdiri mendekat, mengangkat dagu lancip wanita yang ada di ranjang, dan kembali menunjukkan senyum sepihaknya. Smirk. "Awalnya aku hanya peduli dengan hartaku yang ada di ayahmu. Ah, tidak. Itu bukan harta, tapi sisa receh tak berguna dari perusahaanku yang dipungut liar oleh ayahmu."
"Dia bukan ayahku!"
"Terserah apa katamu," jemarinya menyusuri pipi tirus Baekhyun—lembut dan putih. "Yang jelas, aku baru saja berfikir sisa receh itu kau yang akan menebusnya."
"Kalau kau ingin meminta recehmu itu kembali, minta pada lelaki itu! Jangan bawa-bawa aku apalagi nenekku."
"Awalnya begitu. Tapi, ketika kau datang dan berlagak seperti pahlawan kesiangan, kurasa akan lebih menarik jika receh itu diganti dengan dirimu."
"Bajingan kau!"
Segumpal saliva keluar dari bibir Baekhyun dan mengotori sisi kiri lengan kemeja Chanyeol.
Lelaki itu tersenyum kecil sebelum kembali mengapit dagu runcing Baekhyun lebih keras. Setan kecil ini, berani-beraninya meludahi kemeja mahal Chanyeol. Punya berapa nyawa dia?
PLAK!
Panas dan perih. Baekhyun merasakan keduanya di pipi kanan beserta rasa asin yang menguar di sudut bibirnya.
"Ku peringatkan. Jangan pernah bermain-main dengan Park Chanyeol. Karena kau tau apa, aku bukan orang yang memiliki banyak kata ampun. Terlebih oleh iblis kecil sepertimu!"
Chanyeol memberi satu tamparan lagi pada spot yang sama lalu beranjak dari tempatnya setelah melihat wanita di depannya terluka.
Kekesalan Chanyeol berbuntut pada bantingan pintu dengan suara menggelegar. Baekhyun segera berlari menyongsong pintu yang telah lebih dulu dikunci oleh Chanyeol dari luar. Dia menjerit meminta pertolongan tapi sia-sia karena semua orang di rumah ini lebih patuh pada Chanyeol dari pada orang asing yang baru saja dipungut karena sebuah kasus korupsi.
Dan bersama airmatanya yang malang itu Baekhyun bersimpu didaun pintu. Mengutuk semua perbuatan ayahnya yang tidak tau malu hingga membuatnya tersiksa seperti ini.
.
.
Seberkas cahaya masuk melalui tirai-tirai mewah jendela kamar. Wanita mungil yang meringkuk dalam tidurnya mencoba perlahan menyejajarkan kembali kesadarannya dari sisa-sisa rasa remuk dan perih di tubuhnya.
"Bangunlah."
Ada sesuatu yang dingin yang menggerayang di sekitar rasa perih bibirnya. Lelaki itu, si angkuh Park Chanyeol, sedang memegang cutton-buds berlapis gel bening dan di oleskan di sekitar bibir Baekhyun.
"Ah!"
"Sakit? Tahan sebentar."
"Kau mau apa?!" Yang lebih kecil menepis tangan Chanyeol dan bergerak mundur. Ia masih ingat dengan jelas perlakuan apa yang ia dapatkan semalam. Dan sekarang, lelaki itu mengobati lukanya. Bukankah ini menggelikan?
"Aku akan mengobati lukamu."
"Keluarkan aku dari sini!"
"Ini masih terlalu pagi, Baekhyun."
"Keluarkan aku, bajingan!"
"Jangan melawan atau kau kutampar lebih keras lagi!"
Chanyeol mengancam dan itu cukup membuat Baekhyun menutup mulutnya.
"Ku tekankan sekali lagi," Chanyeol mendekat, menarik dagu lancip Baekhyun dengan sangat kasar, dan mendesis tepat di depan matanya, "aku bukan orang yang memiliki banyak ampun. Jadi, patuhlah padaku dan nyawamu tidak akan terbuang sia-sia."
.
.
.
Labirin seram, begitulah Baekhyun menyebutnya. Rumah ini terlalu membingungkan. Gerbang setinggi tembok Berlin, para penjaga di setiap pintu serupa penjaga kerajaan Inggris, dan kemewahan yang tersaji di setiap sudut.
Baekhyun tidak tau seberapa kaya si sombong itu. Tapi melihat dari semua fasilitas yang ia miliki, Chanyeol bisa saja lebih kaya dari seorang konglomerat ternama. Rumah besar dan mewah, tapi hanya dihuni oleh dirinya beserta para pengawal dan maid. Dimana keluarganya?
Sudahlah, itu bukan urusan Baekhyun. Dia hanya seorang tawanan malang dari kekejaman Park Chanyeol. Dia tidak perlu memikirkan seberapa banyak harta yang dimiliki Chanyeol, yang harus ia pikirkan adalah bagaimana caranya keluar dari tempat ini. Neneknya di rumah pasti sangat khawatir karena melihat Baekhyun dipaksa untuk ikut dengan pria asing.
Suatu keberuntungan adalah ketika Chanyeol tidak mengunci kamar tempat menahan Baekhyun. Seharian ini dia mengamati keadaan rumah dan para penjaga itu selalu berdiri dengan tegap di setiap pintu. Bahkan di pintu utama Baekhyun mendapati ada 4 penjaga yang berdiri disana-bahkan sepertinya nyamuk tidak akan bisa menorobos. Jika Baekhyun nekat menerobos, bisa dipastikan dia akan terjepit dengan malangnya. Jadilah ia menunggu waktu yang pas untuk menggalakkan rencana kaburnya.
Lalu ketika hari mulai senja, penjaga-penjaga itu mulai berkurang dan saat gelap mulai menyapa, para penjaga itu enyah.
Bagus, ini kesempatan yang Baekhyun tunggu.
Namun saat Baekhyun baru saja memantabkan niatnya, suara deru mobil yang baru saja dimatikan terdengar dari garasi. Si angkuh sudah pulang, batin Baekhyun. Semua itu menjadi awal dimana Baekhyun akan kembali menjadi si cantik pemberontak dengan nyali yang tinggi. Tidak peduli sisa memar dan sudut bibirnya yang belum sepenuhnya kering dari siksaan Chanyeol beberapa hari ini, Baekhyun akan tetap memberontak dan keluar dari neraka ini. Terus berdiam diri di labirin seram yang orang katakan mewah ini seperti mencoba bunuh diri perlahan-lahan. Dia bukan tahanan tapi harus tahan.
Keberaniannya memang tak sebesar keinginannya, karena saat ia tiba di pangkal tangga megah rumah Chanyeol, lelaki itu membanting pintu utama dan melempar tas kerjanya hingga memecahkan satu vas mewah. Tak ada yang berani mendekat. Semua bergeming dengan ketakutan masing-masing pada sang penguasa berhati iblis. Jangankan mendekat, bernafas kala majikan itu sedang marah sudah sesulit mencari jarum dalam sejuta ton jerami.
Lalu ketika Baekhyun akan memulai langkahnya, lelaki itu telah lebih dulu membuat langkah lebar-lebar dan tiba di hadapannya. Sungutan emosi Baekhyun tunjukkan di balik wajah cantiknya yang memiliki luka lebam. Ulah siapa lagi jika bukan ulah Chanyeol. Laki-laki kasar, tak berhati, kejam, entah apalagi yang bisa menggambarkan lelaki itu. Jika memang ada ungkapan di atas kejam, maka seluruhnya adalah milik Chanyeol.
Matanya serupa elang, bertambah dengan kerutan kasar yang jelas dari dahinya beserta dengusan nafas kesal. Sesuatu yang buruk pasti sudah terjadi, Baekhyun yakin. Entah kemerosotan saham atau ia ditipu klien, Baekhyun tak menaruh peduli pada hal itu. Yang ia pedulikan saat ini bagaimana mengumpulkan kembali keberaniannya untuk melawan Chanyeol. Yah, hanya keberanian yang ia butuhkan. Karena jika ia harus mengiba atau memelas seperti pengemis, harga dirinya akan tercecer di kandang ayam. Baekhyun tidak mau itu.
"Kau mau kemana?"
"Keluar dari neraka ini!"
"Kau tidak boleh kemana-mana!"
"Berhenti mengurungku seperti pencuri!"
Chanyeol mengepalkan tangan di kedua pinggangnya, mendongak ke langit-langit dan mencari nafas serupa kesabaran karena dihadapannya sedang ada wanita dengan keberanian sebesar biji jagung. Berani benar wanita ini? Apa dia tidak takut dengan kekejaman Chanyeol?
"Kau harus tetap di sini. Urusan kita belum selesai." Kata Chanyeol di nada paling rendah.
"Ini bukan urusanku. Kau hanya berurusan dengan ayahku. Jadi lepaskan aku." Langkah Baekhyun di hentikan oleh sebuah cengkeraman kuat di pergelangan tangannya. "Biarkan aku pergi, bajingan!"
"Kau harus di sini. Jangan melawanku."
"Lepaskan!"
"Ku bilang jangan melawan!"
PLAK!
Sudut bibir Baekhyun bertambah perih kala tangan besar Chanyeol kembali menamparnya. Bertambah buruk ketika rambut legam Baekhyun menjadi sasaran berikutnya—ditarik paksa masuk ke kamar tanpa peduli Baekhyun yang menjerit kesakitan. Dan ketika Baekhyun dilempar ke ranjang dengan tangan yang siap diborgol di besi kepala ranjang, sesuatu yang lebih buruk akan terjadi.
Jangan katakan jika..
"Jangan Chanyeol! Jangan.."
"Ku bilang jangan melawan tapi kau terus melakukannya. Seberapa besar nyalimu, hah?!"
Lelaki itu berdiri di atas selangkangan Baekhyun dengan bertumpu pada lututnya. Matanya sudah buta dengan rintihan Baekhyun di bawah kuasanya yang mulai menggerakkan badan, berharap ada celah untuk lari dan hal 'itu' tidak akan ia alami.
Tapi Chanyeol memiliki tenaga dan kuasa lebih besar. Karena saat Baekhyun menjeritkan sebuah ampunan, lelaki itu menghentak kemeja Baekhyun hingga robek lalu menggumuli payudaranya. Menyesap, menggigit, meremas, semua dilakukan tanpa pernah melihat bahwa wanita di bawahnya mencoba memberontak.
"Jangan coba-coba melawan jika aku sedang dirasuki iblis, Baekhyun!"
Chanyeol membuka kemeja beserta celananya. Jika yang ada di bawah sekarang adalah pelacur atau sejenis wanita penikmat nafsu, mungkin akan ada gairah lain untuk menanti tindakan Chanyeol. Tapi yang sekarang ada di bawah adalah Baekhyun, merpati malang yang sedang menanti eksekusi paling menyedihkan.
Baekhyun mengalihkan pandangan kesamping saat Chanyeol mengeluarkan ereksinya yang mulai berdenyut. Apa yang terjadi setelah ini? Apa yang terjadi setelah Chanyeol juga menyentak celana Baekhyun hingga wanita itu kini tak berbalut apa-apa?
Mata Chanyeol menunjukkan gelora yang aneh. Setelah puas mencumbu payudara Baekhyun, lelaki itu beralih kebawah dan membuat kaki polos Baekhyun terbuka lebar. Baekhyun tau ini akan terjadi, Baekhyun tau Chanyeol akan melakukannya. Dan wanita itu hanya memiliki sedikit tenaga untuk melawan sedang Chanyeol sudah semakin brutal.
Sepersekian detik kemudian Baekhyun harus mengangkat tubuhnya, menjerit kesakitan karena ada sebuah sayatan menyakitkan dari kewanitaannya. Sungguh, ini lebih menyakitkan dari pukulan atau tamparan Chanyeol. Bagaimana bisa lelaki itu memasukinya sekali sentak dan membuat selaput darah yang susah payah Baekhyun jaga selama ini hanya menyisakan aliran merah lekat meluber keluar.
"S-sakit...C-chanyeol..." rintih Baekhyun di tengah isaknya.
Namun Chanyeol sudah tuli. Ia hanya tau bagaimana cara menyelesaikan semua kenikmatan penuh paksaan ini-menghentak, mendorong, dan menindih Baekhyun dengan semua nafsunya. Bertambah menggairahkan kala Chanyeol mengetahui wanita di bawahnya ini masih perawan dan dia adalah orang pertama yang mendapatkannya.
Erangan tertahan Chanyeol berkontaminasi dengan tangis Baekhyun. Laki-laki itu mendapat kepuasan sedang Baekhyun mendapat sesuatu yang sangat menyakitkan.
Lalu ketika Chanyeol mendapatkan pencapaiannya, lelaki itu tumbang menindih tubuh polos Baekhyun-bernafas memburu dengan senyum jahat yang sarat akan kepuasan.
"Sudah ku katakan jangan melawanku." Chanyeol bangkit, mengenakan kembali pakaiannya, dan kembali tersenyum seperti bajingan paling memuakkan di mata Baekhyun.
Lelaki itu membelai pipi tirus Baekhyun yang sudah basah keringat bercampur air mata. "Lain kali, pikirkan lagi niatmu untuk melawan."
Sebuah ciuman paksa berlanjut lumatan kasar menjadi akhir dari malam itu.
"Selamat malam, sayang." Ucapnya seraya keluar kamar dan terdengar suara klik dua kali. Dia kembali menawan Baekhyun.
.
.
.
END?
TBC?
.
.
Entahlah, semua tergantung respon kalian :)
Gak panjang-panjang, Ayoung mau hibernasi lagi sambil nunggu respons kalian.
PPYONG!
Yang nunggu DP, tetep tungguin aja ya.. :D udah selesai ketik tinggal upload aja dalam waktu dekat :D
