Disclaimer © Masashi Kishimoto
Story © Kika
Pair © Uchiha Sasuke, Hyuuga Hinata
Rated © T
WARNING : OOC kuadrat, humor gagal, ide pasaran, typo tak kasat mata (?), alur cepat dan teman-temannya.
Summary © Hinata, gadis telat mikir, pendiam dan kalem. Sasuke, pemuda arogan dan songong. Ada sesuatu yang tertukar diantara mereka/Apa yang tertukar?/Kok bisa?/Bagaimana keseharian mereka?/Cekidot, DLDR!
Note © Merasa terharu dengan teman-teman yang nyari fic ini.
Kika re-publish dan remake buat kalian-kalian fans setianya Kika, wkwkw.
Tetep tungguin kelanjutannya yah.
.
.
.
Chapter 1
-Tertukar-
.
.
.
Tahun 2016. Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata 'Tahun 2016?'. Banyak, Gan! Salah satunya adalah umur. Rasa-rasanya baru kemarin difoto dengan style tegap mingkem menghadap kamera untuk display picture Kartu Tanda Penduduk, check and recheck ternyata kemarin itu sudah 4 tahun yang lalu.
Jika kita berbicara tentang tahun 2016, yang ada di pikiran kita para remaja belia generasi muda penerus bangsa yang tak tentu arah adalah fenomena #Kekinian, anak gehol dengan gaya berpakaian tak lazim, berperilaku L4y tanpa pikir panjang (Contoh : baru hari ini jadian, besoknya pasang dp foto pegangan tangan sambil pakai jam tangan couple dengan keterangan hanya 'maut yang memisahkan' , eh, lusanya udah putus dan dua-duanya masih hidup, pas ketemu gue kira hantu. *Take me to another planet please..!),
Hyuuga. Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar nama keluarga Hyuuga? Loh? Tadi bahas Tahun 2016 sekarang bahas keluarga Hyuuga? Apa hubungannya ? Tenang. Ada hubungannya kok.
Keluarga Hyuuga adalah salah satu populasi manusia yang hidup di tengah-tengah zaman yang semakin modern, zaman yang mengutamakan segala sesuatu untuk memudahkan hidup, mulai dari memudahkan proses PDKT melalui akun-akun sosial media yang kadang kejebak #Friendzonesampai memudahkan perjalanan dengan besi terbang yang akhir-akhir ini sering mengalami kecelakaan. Kayaknya kurang status #saveflight deh saat pesawat akan take off. Anak gehoolll getoohhhh.
Lalu, apa yang salah dengan keluarga Hyuuga? Secara kasat mata, tidak ada yang salah dengan keluarga ini. Hotaru, istri yang sehari-harinya berprofesi sebagai Ibu rumah tangga. Hiashi, suami yang hampir setiap hari menghabiskan waktunya duduk tak santai di meja kerja sambil berkutat dengan dokumen perusahaan dan komputer untuk mengurus perusahaannya. Hanabi, anak bungsu dari pasangan Hotaru dan Hiashi yang masih duduk di bangku kelas 1 Junior High School Konoha. Neji, keponakan Hiashi yang diasuh dari kecil di lingkungan keluarga Hyuuga dan telah dianggap seperti anak sendiri oleh Hiashi dan Hotaru, sekarang Neji duduk di bangku kuliah semester 7 fakultas Kedokteran Universitas Konoha.
Belum lengkap rasanya daftar nama Kartu Keluarga Hyuuga jika kita tak menyebut nama Hinata. Hinata adalah anak sulung di keluarga ini, ia masih duduk di bangku kelas XII Konoha High School. Tidak ada yang spesial dari Hinata, hanya gadis biasa berambut panjang berwarna indigo, kulitnya putih mulus karena memang selalu duduk manis di rumah menonton TV sambil memakan kue buatan Mama. Hinata sangat pendiam bahkan saking pendiamnya, teman-teman sekelasnya mengira Hinata belum terlalu fasih berbicara gara-gara kebiasaan Hinata yang sering gagap saat berbicara. Sehari-harinya, Hinata berangkat ke sekolah mengemudikan... ehm, maksudnya mengendarai sepeda lipat hadiah dari Kak Neji saat ulangan harian Matematika Hinata tidak remedial, standar KKM 70 dan nilai ulangan Matematika Hinata dapat 71. Tidak remedial, kan?
Bukannya tidak mampu. Di garasi rumah, Merchedez Benz keluaran terbaru sedang tertidur lelap menunggu dibangunkan oleh Hinata untuk di ajak keliling jalan-jalan menikmati lampu-lampu kota. Hiashi menghadiahkan mobil mewah tersebut untuk menyemangati putrinya saat akan menghadapi ujian Olahraga lari jarak pendek. Hinata mencapai garis finish tanpa pingsan. Intinya, Hinata sangat payah dalam Matematika dan Olahraga.
Secara tidak kasat mata, ada banyak yang salah dari keluarga Hyuuga. Keluarga ini masih memegang teguh Ideologi dan prinsip hidup leluhur mereka dari zaman Adam and Eve sampai sekarang zaman You and I, we don't wanna be like this, *eh, keterusan nyanyi.
Ada begitu banyak larangan keluarga Hyuuga bahkan saking banyaknya diperkirakan mampu mengalahkan banyaknya larangan rambu-rambu lalu lintas di kota-kota besar, larangan yang lebih enak jika disebut 'Pamali'. Inilah keanehan yang dimaksudkan. Keluarga Hyuuga adalah keluarga yang masih menganut paham 'pamali' di tengah kemodernan zaman.
"Hinata... Jangan duduk di atas bantal tidur. Pamali, nanti bisulan" begitu teguran Hiashi ketika mendapati Hinata duduk di atas bantal tidur sambil bermain dengan si Teme, kucing kesayangan Hinata. Padahal larangan semacam ini hanya untuk mencegah bantal agar tidak mengeluarkan isi perutnya (kapas atau bulu).
"Hinata... tidak boleh bernyanyi saat memasak di dapur. Pamali, nanti kau menikahi laki-laki tua" Gilaan aja, yang ini angker bukan main. Meski saat itu Hinata hanya menghapalkan lagu yang akan diujikan di pelajaran Seni tapi terpaksa Hinata menghentikan aktivitasnya bernyanyi sambil memasak, takut-takut ia benar-benar akan menikahi laki-laki tua.
"Hinata... tidak boleh bercermin saat malam hari. Pamali, nanti kecantikanmu diambil bayanganmu di cermin" So what gitu loh? Untungnya, Hinata gadis penurut yang manis, Hinata menutup kaca lemarinya di malam hari dengan handuk atau apapun, takut-takut kecantikannya yang memang sudah 'secukupnya' berubah menjadi 'ala kadarnya' saat bayangannya mengambil kecantikannya ketika ia bercermin di malam hari.
Suasana makan malam kali ini berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Bukan karena ada masakan spesial yang dimasak oleh Hotaru tapi malam ini Hiashi akan menyampaikan sesuatu yang sakral hakikatnya bagi para pemilik nama depan Hyuuga.
"Bagaimana kuliahmu, Neji?" tanya Hiashi di sela-sela kegiatannya memakan masakan seafood kesukaannya.
"Tidak ada masalah, Paman. Hanya saja barisan para mantan eh para dosen maksudnya, selalu memberi tugas yang tidak ber-prikemahasiswa-an" Neji meminum teh hijau sambil mengingat kejadian saat ia tidak tidur semalaman mengerjakan tugas.
"Hinata?" Hiashi memanggil Hinata, berniat menanyakan hal yang sama dengan yang ia tanyakan pada Neji. 'Bagaimana sekolahmu, Hinata?'
"Bagaimana sekolahmu?" Hiashi melengkapkan pertanyaannya, biasanya Hinata telmi alias telat mikir.
Hinata tampak berpikir sejenak, mencerna dengan baik pertanyaan Hiashi yang memang selalu disampaikan secara lisan dan terkadang tersingkap kata-kata sarat arti dan makna yang mungkin masih tersirat bukan tersurat. *DipasungAnakSastra.
"Se-sekolahku ba-baik-baik saja, Ayah. Ba-bangunannya masih kokoh, wa-warna bangunannya ju-juga masih bagus, bola basketnya su-sudah jelek, sih. Tapi masih la-layak pakai kok"
Oke. Pertanyaannya adalah 'pertanyaan Hiashi yang kelewat klise atau daya tangkap Hinata yang masih menggunakan antena parabola karatan?'
Hinata mewarisi sifat dan kepribadian salah satu leluhur Hyuuga. Itulah pengobat hati Hiashi saat mendapati putrinya agak unik dan terkadang bertingkah ajaib.
"Maksud Ayah, pelajaranmu di sekolah bagaimana? Ada yang sulit? Atau bagaimana?" dengan lapang dada, Hiashi mengulang pertanyaannya. Ayolah, Neji. Selesaikan kuliahmu cepat-cepat dan jadilah dokter spesialis untuk mengobati apa yang salah pada diri Hinata.
"Ti-tidak ada yang sulit"
"Baiklah, ada yang ingin Ayah sampaikan pada kalian. Neji dan Hinata, kalian sudah melewati umur 17 tahun. Di keluarga kita, ada larangan yang sangat urgent" Hiashi menatap Neji dan Hinata bergantian, Hotaru membawa pergi Hanabi yang masih di bawah umur, hanya lampu remang-remang yang menerangi ruang makan saat ini.
"A-ayah, ge-gelap. A-aku takut ti-tidak bi-bisa mendengarmu..." Hinata ketakutan dengan sikon (situasi dan kondisi).
"Diamlah, Hinata. Kau masih bisa mendengar dengan baik saat gelap. Gelap hanya menganggu indra penglihatan, tidak dengan indera pendengaran" sepertinya Neji memang pantas mendapatkan IPK 3,95 semester lalu. Pelajaran dasar kedokteran sangat ia kuasai.
"Kalian tidak boleh berbaring atau tidur berdua dengan lawan jenis yang bukan keluarga kita..."
Tik... Tok... Tik... Tok..
Hening. Tidak ada yang mampu bersuara. Hiashi yang terlalu menghayati suasana, Neji yang masih berusaha mencari alasan logis dari pamali yang diproklamirkan secara khusus kali ini, sedangkan Hinata berusaha mengingat-ingat dengan siapa saja ia pernah tidur berdua.
'Tidak ada! Syukurlah' batin Hinata saat mengetahui bahwa dirinya belum pernah tidur malam ataupun tidur siang dengan laki-laki.
"Memangnya kenapa, Paman?" tanya Neji penasaran.
"Pokoknya tidak boleh. Ada bencana besar yang akan terjadi"
.
.
.
Lain danau lain ikannya, lain kampung lain orangnnya, lain Hyuuga lain pula Uchiha *eaahhhh. Begitulah pribahasa prematur yang cocok untuk mendeskripsikan perbedaan antara Hyuuga dan Uchiha. Jika Hyuuga adalah keluarga yang hidup di zaman modern tapi masih menganut paham 'pamali', maka Uchiha adalah keluarga yang hidup di zaman modern dengan bebas lepas tanpa beban.
Keluarga Uchiha sangat terkenal di kalangan Ibu-Ibu arisan. Oke, pelaku utamanya adalah Mikoto. Keluarga Uchiha juga sangat terkenal di kalangan pengusaha, jangan ragukan Fugaku dan Itachi, Ayah dan Anak yang telah berduet *eh, maksudnya* Ayah dan Anak yang telah bekerja sama hingga mengecap manisnya kesuksesan. Keluarga Uchiha juga sangat terkenal di kalangan para gadis, kok bisa? Rasa-rasanya Fugaku dan Itachi tidak se-charming itu deh. Bukan, bukan Fugaku dan Itachi tapi dia... Dia? Iya, Dia...
"Ya ampun, itu dia. Uchiha Sasuke, kece banget gak sih?" seorang gadis mengomentari pemuda berambut raven saat menutup pintu mobilnya.
"Gillaaaa... matanya, rambutnya, semuaanyyaa gue sukkkaaaa...!" gadis yang lain mengomentari penampilan bungsu Uchiha yang disebut-sebut masih betah menjomblo.
"Iya sih cakep, tapi songong dan sombong banget, girls..!" seorang gadis mencoba menyadarkan gadis-gadis lain yang hanya melihat sisi 'mempesona' Sasuke.
"Udah punya cewek belum sih dia?"
"Katanya rumahya gede banget, gue pengen gitu masuk kamarnya... pasti wanginya bikin pernafasan lega..."
Komentar-komentar tadi hanya sekeping serpihan komentar yang ditujukan untuk Sasuke. Diberikan kritikan, Sasuke Pe-De aja. Diberikan pujian? Sasuke makin Pe-de. Siapa sih yang akan menolak Uchiha Sasuke? pemuda tamvan keturunan Uchiha yang memiliki perusahaan terbesar di Jepang, meski kadang melupakan sopan santun tapi doi memiliki tubuh dan wajah yang kece punya girls, otak dan kemampuan di bidang olahraga ataupun pelajaran di kelas tak perlu lagi kau pertanyakan karena kita sama-sama tahu keturunan Uchiha emang udah ditakdirkan kece dari lahir.
Sasuke berjalan santai dengan hair style seperti biasanya, ujung kemejanya dibiarkan keluar, dasinya terpasang agak longgar dan caranya membawa ransel dengan hanya menggantungkan sebelah tali ransel di punggungnya menambah kesan cool padanya. Pokoknya Sasuke tuh Mr. Fantastis banget deh.
"Hei, ntar malem ke tempat biasa, gimana? Disana ada Bartender cewek yang cantik banget..." Naruto mengajak Sasuke ke cafe tempat mereka biasa nongkrong.
"Lagi males kemana-kemana, gue pengen di rumah aja" Sasuke menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Eh, liat tuh..." Sai menyenggol bahu Sasuke untuk melihat sosok yang memasuki kelas.
"Dia kenapa?" tanya Sasuke heran, tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Sai.
"Anaknya sih manis, tapi tampilannya kok angker gitu ya.." Sai geleng-geleng prihatin memandang Hinata yang berjalan memasuki kelas, rambut panjangnya di kepang dua, poni tebal menutupi wajahnya yang senantiasa menunduk, roknya kepanjangan di bawah lutut, kemejanya yang kedodoran selalu dimasukkan, entah contoh untuk siswa yang baik atau siswa yang bersekolah di zaman yang salah? Entahlah.
"Ngapain sih ngurusin orang, biarin aja kali..." Sasuke tak ingin ambil pusing dengan perkataan Sai yang mengajaknya memperhatikan penampilan Hinata yang sangat mencemaskan.
Apa tanda terbesar saat guru datang? Jawabannya adalah saat temen-temen sekelas kita yang lagi nongkrong di luar berlarian masuk kelas tapi pastikan dulu mereka gak ngerjain kita. Pura-pura berlarian masuk kelas seolah guru udah dateng padahal gak ada *Ngaku lo siapa yang sering gini*.
Tapi kali ini nggak, Gan! Temen-temen sekelas Sasuke dan Hinata berlarian masuk kelas karena emang mereka melihat penampakan guru yang akan memasuki kelas mereka.
"Hmm... Baiklah. Guru yang mengajar kelas kalian berhalangan masuk..." Kakashi-sensei, wali kelas amburadul emeseyu ini duduk di meja guru.
"Ppsstt.. maksudnya berhalangan? Lagi dapet menstruasi gitu? Yamato-sensei kan cowo?" Gaara menyenggol Kiba disampingnya, Gaara masih tidak terlalu mengerti pengaplikasian kata 'berhalangan'.
"Makanya, kalo malem tuh tidur. Jangan gosok batu akik mulu yang lo sibukin, biar pikiran lo jernih dikit. Berhalangan di kalimat Kakashi-sensei tuh maksudnya Yamato-sensei gak bisa hadir karena ada kesibukan atau sesuatu yang mendesak gitu lah pokoknya, bukan karena lagi mens" Kiba dengan sabar menjelaskan arti kata 'berhalangan' kepada Gaara.
"Elo tuh ya, jangan malu-maulin Geng. High class dikit dong ah..!" Naruto ikut menimpali.
"Nah, Naruto. Apa kau masih ingat pelajaran Yamato-sensei minggu lalu?" Kakashi-sensei memang selalu menunjuk siswa yang memiliki gerakan tambahan untuk ditanya-tanya dan Naruto adalah salah satu siswa yang memiliki banyak gerakan tambahan.
"Umm.. pelajaran minggu lalu ya..." Naruto menggantung kalimatnya menandakan kalo doi lagi mikir keras tapi kayaknya percuma. Naruto tidak mampu mengingat pelajaran Yamato-sensei minggu lalu.
"Udahlah Sensei, yang berlalu biarlah berlalu. Gak usah di kenang-kenang lagi, masa depan masih panjang..." Naruto kayaknya susah move on nih, doi baper alias bawa perasaan.
.
.
.
Hinata duduk di kursi meja belajar memandang sekeliling ruangan yang ia tempati. Jantungnya terasa ingin keluar lompat indah saat seseorang membuka pintu kamar.
"Sori ya bikin nunggu, Mama bikin minumannya lama soalnya.." Sasuke membuka pintu kamar membawa nampan berisi minuman dan toples berisi makanan ringan.
"U-u-uchiha-san, ma-maaf merepotkan..." Hinata berdiri lalu membungkuk sopan.
"Santai aja kali. Oh iya, panggil aja Sasuke. Lagian nama keluarga gue Uchiha, bukan U-u-uchiha. Huruf U-nya cuma satu, kok. Ngapain ditambah-tambahin?" Sasuke meletakkan nampan di meja belajarnya. Inilah Sasuke dengan komentarnya yang agak, ehm.. ya gitulah pokoknya.
"Oh, i-iya.." Hinata mengambil segelas minuman dingin.
"Kamu kalo bicara bisa nggak gagap, gak? Kok gue pegel sendiri dengernya. Emangnya kamu gak capek ya?" oeehh, Sasuke. Bicara gagap bukan kemauan Hinata kali.
Kok bisa Hinata ada di kamar Sasuke? Jadi, saat jam pelajaran kosong. Kakashi-sensei, wali kelas Sasuke dan Hinata mengisi kelas dan menghimbau agar siswa-siswanya saling membantu dalam pelajaran, salah satu caranya adalah memasangkan siswanya. Contohnya, Naruto yang miskin ilmu di pelajaran Biologi dipasangkan Sakura yang terobsesi menjadi dokter, Gaara yang payah dalam Bahasa Inggris dipasangkan dengan Matsuri yang telah mengikuti English Camp setiap tahunnya, Ino yang tidak tahu melukis –bahkan mampu mengenali warna cat saja sudah keberuntungan bagi Ino- di pasangkan dengan Sai yang menjadi ketua klub Seni lukis. Shikamaru dan Chouji yang tidak tertarik dengan olahraga dipasangkan dengan Lee, Kakashi-sensei berharap Lee mentransfer sedikit semangat masa mudanya kepada Shikamaru yang sangat madesu (Masa Depan Suram) agar hidup Shikamaru agak sedikit bergairah dan lebih berwarna, selebihnya Kakashi-sensei berharap Lee memberikan terapi khusus kepada Chouji yang tak kunjung memperlihatkan body shape yang jelas.
Dan ini dia, Sasuke dengan kelebihan yang kompleks dan Hinata dengan kekurangan yang kompleks. Kakashi-sensei adalah pria bujang lapuk yang menganut paham bahwa kita manusia sudah ditakdirkan hidup berpasang-pasangan saling mengisi satu sama lain *eaaahhh. Atas dasar itulah, Kakashi-sensei memasangkan Sasuke dan Hinata agar saling mengisi. Sasuke mengisi kekurangan Hinata dalam pelajaran dan Hinata mengisi kekurangan Sasuke dalam bertingkah dan berkata-kata.
"Oke, kita mulai dengan Matematika. Apa yang kau ketahui tentang Aljabar?" tanya Sasuke membuka bukunya. Hinata yang makan kripik pedas tampak berpikir.
"Aljabar, ka-kalau tidak salah. Dia pe-penemu Muslim yang sa-sangat terkenal dalam Matematika..." Well, tidak ada yang salah dengan perkataan Hinata.
"Tidak, Hinata. Maksudku, dalam pelajaran Aljabar apa yang kau ketahui?" Sasuke mulai tidak sabar.
"Ka-kalau ti-tidak salah, soal-soalnya dicampur antara hu-huruf dan angka..." Hinata menjawab seadanya.
"Benar sekali. Lalu apa lagi?" Sasuke sedikit merasa lega, sepertinya apa yang akan ia ajarkan pada Hinata tidak terlalu sulit di terima Hinata.
"Si-sisanya... a-ku sangat ti-tidak menyukai Ma-matematika. Me-membuatku pu-pusing saja"
Mendengar jawaban Hinata, Sasuke tak berniat untuk melanjutkan mengajari Hinata tentang Aljabar. Memang, beberapa siswa selain Hinata mengakui bahwa Matematika adalah pelajaran yang sangat membingungkan, ketika di kelas kita mengerjakan soal 1+1+5=..., lalu soal PR yang di bawa ke rumah a+6c-2 1/2x4 =..., parahnya, saat ulangan soalnya adalah 'Berapakah serpihan hati yang pecah saat melihat mantan memiliki pacar baru sementara kita masih jomblo dan susah move on? Bikin pusing banget, 'kan?
"Lalu, bagaimana dengan Bahasa Inggris?" kini Sasuke tengkurap di atas kasurnya, diikuti Hinata yang melakukan hal sama sambil memperhatikan buku Bahasa Inggris di hadapan mereka berdua.
"I I'm not go-good enough at, bu-but i ca-can speak we-well..."
"Hebat. Baru pertama kali gue denger orang pake Bahasa Inggris gagap. Terdengar... ahsudahlah..." Jujur, Sasuke memang baru pertama kali mendengar orang berbicara menggunakan Bahasa Inggris dengan gagap.
Bahasa Inggris, sulit. Orang gagap lebih sulit dimengerti. Lo nemu orang gagap bicara pake Bahasa Inggris nanya arah dan lokasi ke lo? Kelar idup lo vroh :v
Tiba-tiba di sela-sela kegiatan Hinata dan Sasuke, langit yang tadinya sangat cerah kini berubah menjadi mendung dan menjatuhkan tetesan air hujan yang mengundang rasa kantuk banyak orang. Selain mengundang rasa kantuk, hujan sejenis gerimis di sore hari membuat kita 99% ingat mantan dan kenangan, lalu 1% sisanya ingat mi rebus ditambah irisan cabe. *kok jadi laper gini*
"Baru juga jam 3 sore, di luar ujan. Kamu disini aja dulu, pulangnya nanti aja" Sasuke seakan membaca gerak-gerik Hinata yang sangat tidak tenang.
Mendengar perkataan Sasuke, Hinata sedikit tenang. Sasuke dan Hinata masih betah berdua di atas kasur Sasuke yang berwarna biru. Sasuke sibuk berkutat dengan Macbook di hadapannya, sedangkan Hinata diserang rasa kantuk berat.
'Sepertinya Sasuke sibuk, lebih baik aku tidur saja...' batin Hinata mulai mengambil posisi nyaman dan...
Tertidur.
.
.
.
"HUUUAAAAA...!" Hinata berteriak histeris saat berdiri di depan cermin.
"TIIDAAAKKKK...!" Sasuke pun turun dari kasur dan melihat pantulan dirinya di dalam cermin, Sasuke tidak kalah histerisnya.
"A-apa.. a-a-apa yang terjadi? Ke-kenapa aku jadi se-seperti ini.." Sasuke berbicara gagap. Kenapa Sasuke berbicara gagap?
"Loh, kok...kok gue. Rambut gue panjang, dada gue gede, gue pendek, guee..." Hinata berbicara lancar sekali dan merasa heran dengan fisiknya. Jangan-jangan...
Oke. Jiwa mereka tertukar. Jadi, pada saat Hinata tertidur, Sasuke juga terserang kantuk berat akibat pengaruh gerimis. Sasuke tidak tahu apa-apa, ia dengan santai membiarkan dirinya tertidur di kasur yang sama dengan Hinata. sementara bagi Hinata? hal tersebut merupakan larangan keras dalam keluarganya.
Hinata telah melanggar aturan urgent dalam keluarganya. Bencana besar yang dimaksud oleh Hiashi jika Hinata tidur bersama dengan laki-laki lain yang bukan keluarga mereka adalah 'jiwa mereka akan tertukar'. Jiwa Hinata terjebak dalam tubuh Sasuke. Sebaliknya, jiwa Sasuke terjebak di dalam tubuh Hinata.
Sasuke yang biasanya bersikap arogan, apatis, dan bertingkah semaunya kni menjadi Sasuke yang menyedihkan. Sasuke yang gagap dalam berbicara, Sasuke yang selalu menundukkan kepala saat berbicara dengan orang lain. Semua ini karena jiwa Hinata hinggap di tubuh Sasuke. Inilah Sasuke dengan jiwa Hinata di dalamnya, duduk meremas kedua tangannya di tepi kasur.
Lalu, Hinata yang biasanya duduk manis dan tak banyak tingkah kini menjadi Hinata sangat lincah bergerak kesana kemari sambil memegang rambut panjangnya. Yah, jiwa Sasuke ada di dalam tubuh Hinata.
"Jadi, ini gimana ceritanya? Pulang dan tanyakan pada orang tuamu cara mengembalikan jiwa kita!" Hinata dengan jiwa Sasuke di dalamnya, berjalan kesana kemari bak setrikaan. Apa yang akan terjadi jika ini terus-terusan berlanjut?
"Ti-tidak bisa. Kata Mama, kejadian semacam ini be-belum pernah te-terjadi se-sebelumnya. Lagi pula, ji-jika ini te-terjadi kejadian ini a-akan di-dianggap mencoreng na-nama baik keluarga. Hu-hukumannya a-akan di –bunuh" Sasuke dengan jiwa Hinata di dalamnya, menjelaskan secara detail kepada tubuhnya yang dihuni oleh Sasuke.
"Baiklah, ayo berpikir dan melakukan sesuatu" Meskipun telah berada dalam tubuh Hinata, otak encer Sasuke tetap bekerja dengan baik. Kalau mereka berdua pulang ke rumah Hyuuga, Hinata akan dibunuh. Hinata yang dibunuh tapi Sasuke yang mati. Oke. Sasuke tidak menginginkan hal tersebut.
"Nggak ada jalan lain. Gue bakalan ke rumah kamu dan menjalani hidup sebagai Hinata dan kamu akan tetap tinggal disini dan menjadi Sasuke. Jangan beritahu siapapun, kita berdua bakalan cari cara agar normal kembali, oh iya satu lagi. Sasuke nggak gagap kalo bicara, jadi sebisa mungkin kamu harus berbicara normal agar tidak mengundang kecurigaan orang. Mengerti?"
Sasuke dan Hinata dalam tubuh yang berbeda sepakat untuk menjalani hari-hari mereka sesuai dengan karakter dan kebiasaan tubuh baru mereka sampai mereka menemukan cara agar kembali normal seperti biasanya. Hinata menjelaskan kebiasaan-kebiasaannya di rumah dan Sasuke pun melakukan hal yang sama. Selain itu, mereka juga bertukar Iphone.
Meskipun mereka berdua berjanji akan melakukan hal yang biasa dilakukan oleh tubuh asli mereka tapi sepertinya akan sedikit sulit.
Cerita dimulai, Sasuke berjiwa Hinata dan Hinata berjiwa Sasuke.
.
.
.
To Be Continued
Segini dulu gengs,
RnR yaaa...
*yg nyari No Boyfriend No Problem cek bio ya, huehehe
