POPULAR

Naruto © Masashi Kishimoto

Main Chara : Hyuuga Hinata X Sabaku Gaara

[Allternative Universe]

My First Fic for this Pairing

.

.

.

Fiksi ini pure karangan Nononyan. Jika ada kesamaan model cerita. Percayalah,

Itu tanpa sepengetahuan author sendiri.

So— Check this Out.

.

.

Part 1—

Went i see you again

Dia bukan laki-laki yang patut dijadikan incaran. Itu kalimatku. Itu kataku. Dan itu MEMANG KENYATAAN. Demi Mie soba tertua di dunia, kenapa pula aku harus terjebak dengan si MONSTER. Playboy ulung dengan modal tampang dan kekayaan. Heran, kenapa harus ada makhluk sedemikian beruntung sedang sekian persen manusia lain harus hidup serba pas-pasan, dibawah standar. OH-! Aku tak menyalahkan kehidupannya yang menyenangkan, serba ada dan terjamin. Termasuk penampilan berkualitasnya yang OK punya. Aku hanya- kau tahu, semacam- Emm, kesal! Ya, kesal. Kekesalan. Sebut aku munafik atau apalah-

What ever,

Hey. Hey. Ayolah jangan berlebihan menanggapi sikapku.

.

.

.

.

"Tes. Tes. Tes—Okay, sahabat radio. Kembali lagi dengan Hina yang akan menemani malam minggu kalian dari sini. Waduh, daerah Hina sedang hujan lebat sekarang. Brrr, dinginnnya sampai menusuk tulang. Buat kamu yang sedang berdua-duaan dengan sang pujaan - jangan sampai terbawa suasana untuk mencari kehangatan lho. Bukan apa-apa, nanti Hina cemburu disini. Sudah siaran sendiri, malam minggu, hujan pula. Tapi. Tapi. Tapiii. Apa sih hal yang tidak Hina lakukan untuk para pendengar setia 112.3 FM. Hm? Hm? AKAN HINA LAKUKAN APAPUN! Saking cintanya Hina pada kalian.

Yosh! Untuk menemani awal sabtu malam ini, Hina punya satu buah lagu spesial dari Ariana- Grande. Gimana? Gimana? Hehe. Pasti senang, yah.

Omong-omong soal Ariana Grande? Rasanya bukan lagi rahasia dong, jikalau mendengar pemusik asal Florida bernama lengkap Ariana Joan Grande ini mendapat julukan sebagai artis multitalent. Mulai dari akting, memainkan beragam alat musik terutama piano sampai suara khasnya yang luar biasa mengagumkan, semua dilakukannya secara sempurna. Setuju? Hm?

Yak! langsung saja— Berjudul Popular, Ariana Grande akan segera menyapa indera pendengar semua. Ini, diaaa,"

.

.

.

CRAT—!

"A-APA!?" Gadis itu bertaruh ini tak pernah terjadi sebelumnya. Hinata melotot dengan background semburan kawah panas pegunungan. Goddamn—seragamnya yang putih, bersih, kinclong, licin tersetrika kini harus rela berubah warna kecoklatan, lepek, basah, dan yang pasti KOTOR bukan main. Hinata menggulirkan kelereng dari baju ke arah kubangan bekas air hujan, lalu bergulir lagi kearah mobil sport yang berhenti beberapa meter didepan dengan tanpa mematikan mesin. Tak lama sebuah lengan terjulur melambai keluar dari kaca jendela pengemudi. Sebentuk kepala bersurai merah bata menyembul melongok Hinata yang misuh-misuh menggigiti bibir bawahnya geram. Jangan tanya, sudah segatal apa tangan Hinata saat ini.

"Sebaiknya kau cepat pulang, ganti seragammu dengan yang lain. Dua puluh menit lagi masuk."

Hell you!

Hinata menggeretakkan rahang. Mendelik galak ke semua orang yang mengasihani nasibnya. Sekarang, seisi halte menatapnya prihatin. Sabaku Gaara, Sialan!

"Kau jauh lebih nampak lucu dengan ekspresi itu," Hinata melempar tas, marah. Sebodo garong pada para penonton. Terserah kalaupun mereka akan menganggap tindakan Hinata barusan jauh terlihat seperti orang gila. Orang gila ngamuk, uh? TERSERAH! Hatinya benar-benar siap meledak kapan saja. Sudah begitu, Gaara pergi begitu saja dengan membawa serta tawanya yang pecah. Kusoo!

Lagi-lagi gadis itu..

Background Music : Ne Yo- Miss Independent

Jari-jemari panjangnya mengetuk-ngetuk dashboard mengikutsertakan irama musik car Mp3 Player yang menghentak. Sebuah garis lengkung U menghias bibirnya yang pucat nan seksi. Usahanya gagal untuk menahan kedutan geli. Rasanya seperti OREO. Berkali-kali ditepis pun, bayangan Hinata- junior tingkat dua sekaligus anak baru itu masih saja berseliweran dalam memori.

Cara amethyst itu memandang, kibaran helai rambutnya yang cantik, pipi tembemnya yang merona alami, gerak sensual bibir kemerahannya yang memukau, porselen kulitnya yang bersinar, dan tentu saja bentuk tubuh manisnya yang menggemaskan.

.

.

"Ojamashimasu—"

"Ho- kau kehujanan, Hinata-chan?"

Suara ini-

"Um. Tempat siaranku hujan lebat, Ji-san."

"He? Mungkin disini juga akan lebat nanti. Sejak tadi suara gemuruhnya memang kuat. Eh? Kau mau makan itu lagi?"

"Hehe. Daisuki,"

112.3 FM- ?

.

.

Sungguh awal pagi yang menyenangkan,

Bukan?

Gaara bersiul, memanggul santai tasnya di bahu. Melenggang melewati koridor. Kelasnya ada dipenghujung jalur ini. XII IPS 1. Paling pojok. Paling Ramai. Paling terkenal ributnya seantero SHS. Sesekali Gaara membalas sapaan kawan sejawatnya dengan rangkulan khas lelaki. Sedang sering kali acuh saja melewati serbuan sapa anak perempuan yang dirundung tanya. Semenjak pertemuan anehnya dengan gadis indigo beberapa hari lalu di toko 24 jam, yang tak lain Hyuuga Hinata—Gaara jadi lupa caranya menggoda para gadis. Sebutlah yang gampangan, akan gampang pula dilupakan. Kalau diingat-ingat, pertemuan malam itu terlalu manis dan membekas.

"Matsuri barusaja kemari," Gaara menautkan alis. Matsuri? Yang mana?

"Murid IPA 1!" Gaara mengangguk-angguk, namun tak yakin yang dimaksud Kiba adalah si gadis bersurai merah berkacamata atau bukan."Apa katanya?"

"Janji. Bertemu. Pulang sekolah. Di taman belakang." Gaara menyandar Rileks pada kursi, menyelonjorkan kaki ke atas meja. Menutup seluruh wajah tampannya dengan buku paket bahasa Inggris. Terlelap nyaman, memberi kode Kiba untuk diam dan bersiaga. Kakashi-sensei selalu punya cara membuatnya takluk. Gaara cukup waspada dengan guru yang satu itu.

Dia- berbahaya.

Hinata menatap pantulan wajahnya dalam kaca spion. Bersih! Make up tipis bernodakan air kubangan yang semula menempel, telah hilang tanpa bekas, hasil basuhan air keran WC umum. Sudah gadis itu putuskan untuk menelpon Neji, lekas membawakannya seragam ganti sekaligus menyupiri ia sampai pelataran sekolah. Segera. Dan tak sampai lima menit sepupu dekatnya itu datang bak seorang super Hero. Mengendarai mobil BMW dengan Ugal-ugalan, setelah mendengar nada merintih Hinata yang memilukan diujung sambungan telepon. "Jadi, apa yang terjadi—Hm!?"

Hinata menarik napas,

"Tadi ada 'KATAK MERAH' coba melompati kubangan yang luasnya mirip samudera. Herannya katak itu terlalu percaya diri, yakin akan berhasil. Setelah mengambil ancang-ancang mulai dari hitungan seribu ke satu, akhirnya 'KATAK MERAH' itu memompa kakinya melompat jauh. Kelanjutannya? Kau pasti tahu, 'KATAK MERAH' itu gagal, jatuh tercebur dan menghancurkan semuanya. Menghancurkan hariku yang indah berkilauan." Neji berfantasi. Kalau Hinata sudah mengibaratkan sesuatu dengan hal-hal aneh, berarti masalahnya cukup berat. Itu sudah menjadi wataknya sedari dulu. Jadi dimohon maklum saja. "Aku bersumpah akan mengutuk 'KATAK MERAH' itu jadi katak merah yang sesungguhnya."

"Em, kurasa kejadian itu sulit kumengerti,"

"Yah, bukan segala sesuatu tak harus dimengerti?" Neji tercenung.

"Nah, ini dia. Kita sampai,"

"Hn. Terima kasih sepupu cantikku. Nanti kutraktir mie ayam sepulang sekolah. Bye—!" Neji diam menunggu Hinata masuk melewati gerbang. Memastikan. Hinata sesekali menoleh dengan cengiran asal. Dari gerak bibirnya, Hinata menyuruh Neji pergi. Mengibas-ngibaskan telapak tangan bermaksud mengusir.

Dai-jou-bu.

Background Music : Silky Heart- Horie Yui

My Silky Love- nijuuyo jikan Zutto

(setiap jam dalam sehari)

My Silky Love- kimi no koto omou tabi

(setiap saat aku selalu memikirkanmu)

My- Silky Love- modokashii kono kimochi

(perasaan tak tertahankan ini)

My Silky Love-Tada afurekaetteku

(terus melimpah)

Hinata mengenyahkan setiap mata yang menatapnya ingin tahu. Maklum saja, Hinata itu nyentrik- apalagi keberadaannya masih terbilang baru dan asing. Dua minggu. Dengan gaya tomboy serta surainya yang berbeda dari gadis kebanyakan, telah sukses menarik minat banyak kalangan terutama kaum adam. Belum lagi dengan wajah semanis itu, siapapun mampu dibuat gemas bukan kepalang. Postur tubuhnya memang bukan si proposional. Hinata itu pendek dan sintal. Bukan si tinggi dengan kerampingan tubuh menggiurkan. Pokoknya Jauh!

Langkah ringan Hinata berbelok dipersimpangan. Melompati keseluruhan anak tangga untuk sampai kelas.

XI A1. Lantai dua.

Deretan pintu dengan papan-papan nama kelas, Hinata amati acuh tak acuh. Semua nampak serupa. Sepasang Headset masih setia menyumbat dua lubang telinganya. Mengadu suara dengan gemuruh panas hati Hinata yang menguap drastis. Dengan musik, semua bisa bereksplorasi. Hati jadi damai. Otak spontan merefresh secara otomatis. Kan, cocok.

Yabure sou na shiruku no ha—to

(Hati terasa seperti serpihan-serpihan kecil)

Kimi ni atte Kidzuita yatto

(setelah bertemu denganmu, akhirnya aku merasakan)

Ai ni wa bukiyou dattan datte

(bahwa aku sangat sadar akan datangnya cinta)

Wasurekaketa koi no kizuato

(luka yang pernah aku rasakan hampir terlupa)

Kyuu ni uzuki dashita no kyun to

(tiba-tiba terasa sakit kembali)

Itsuka wa watashi rashiku suki to

(suatu hari nanti aku akan berusaha)

Iwanakya Ima yori yowaku nacchau yo_

(aku harus mengatakan aku mencintaimu, jika tidak aku akan semakin lemah)

Lagu ini benar-benar mewakili segala rasa. Ia merindukan kekashinya yang-

Brak-

GABRUGH!

Demi tuhan, bayangkan keberadaanmu tepat diluar pintu kelas yang terjeblak tiba-tiba? Bukan hanya jidat terantuk kerasnya kayu mahoni, bokong juga harus rela menyium lantai, mengepel debunya secara sukarela! Dan malunya? Please kuburlah Hinata dalam-dalam. Rok selututnya agak terbuka. Paha mulus itu sukses jadi tontonan massa. Banyak diantaranya meneguk ludah berkeinginan meraba.

Cobalah, jangan berkhayal nikmatnya saja. Bayangkan juga akan seperti apa tinjuan maut yang Hinata layangkan sebagai balasan.

"Ups. Ada orang ternyata." Hinata mendongak. Lagi-lagi, si makhluk tak beradab. Hinata menatap sedih pada sepasang headset dan Ipodnya yang jatuh tergeletak. Ia berharap saja, benda itu dalam keadaan baik. Mengindahkan benda itu, Hinata memalingkan wajah kembali ke atas. Dasar Alien! Rasanya kuku-kuku Hinata gemas ingin mencakar semua ukiran wajah Gaara yang mempesona. "Apa ada yang sakit?" Gaara memiringkan senyum receh.

"..."

"Kau mendadak bis-"Tak sengaja Gaara menangkap memar pekat di dahi Hinata yang reflek membelah kedua lengannya yang bersidekap. Bahunya merosot layu.

"Hey, apa itu karena ulahku?" Hinata menepis kasar lengan Gaara. Bangkit berdiri, lekas menepuk-nepuk bokongnya yang berdebu.

"Sudah puas? Maka enyah dari hadapanku, Tuan. Pergi, sebelum kucakar habis wajah sialanmu itu." Hinata mendesis memperingatkan. Menyenggol bahu Gaara kuat, untuk masuk ke kelasnya yang hening tak bersuara. Hinata membanting tasnya ke meja. Menyadarkan semua keterpanaan murid akan murkanya Hinata saat ini. Gadis itu tak peduli jika mereka beranggapan Hinata si murid baru, tak lain adalah gadis menyeramkan. Hinata sungguh tak peduli. Toh, sejak awal ia menjejakkan kaki di SHS, tujuannya hanya ingin meluluskan diri dari masa-masa sekolah, lantas menyambangi Australi demi bertemu sang pujaan hati. Sesuai syarat. Sesuai janji.

Tak ada niatan untuknya memiliki teman. Sekalipun memang pada akhirnya ada seseorang yang mau bersanding menawarkan diri mengambil posisi tersebut, ya biarlah. Hinata tak kan membatasi.

"Gaara, sedang apa kau di-"

"Ayo pergi, Kiba." Kiba menurut saja meski tanda tanya besar masih menempeli isi kepalanya. Ada apa ini? apa ada kejadian diluar sepengetahuannya?

Sial, dia terlambat.

Hey, mau tahu sesuatu?

.

.

.

Kudengar ketika cinta datang,

Maka tangan penuh kasihnya akan mengetuk dua hati yang bersangkutan perlahan-lahan

Ringan dan manis,

Serupa gulali kapas merah muda.

Ketika salah satunya enggan mengaku, maka Cinta akan mengetuk dengan jauh lebih keras

Pantang mundur menyadarkan satu sama lain bahwa kehadirannya benar ada dan nyata.

Cinta tak kenal menyerah, sekalipun harus menggunakan cara terakhir.

Ah-

Kala itu ada yang bertanya kepada cinta cara apakah itu?

Apa mampu?

Cinta menarik napas, tersenyum lantas menjawabnya lantang dan yakin,

.

.

.

"Akan kudobrak paksa..."

.

.

.

Tangan kokohnya memangku dagu. Suara decitan khas dari spidol dan papan tulis putih beradu, tak membuat jari jemarinya tergerak menuliskan beragam rumus matematika yang rumit. Kakashi tentu sejak tadi sadar, murid favorite nya itu jauh lebih diam ketimbang biasanya. Dan yang memukau adalah, Gaara yang dilihatnya sekarang tak lebih dari seorang laki-laki kehilangan gairah hidup. Begitu melankolis. Ia jadi jauh lebih kelihatan normal. Serta satu fakta tambahan bahwa seorang Gaara ternyata bisa juga merasakan apa itu Galaunya anak muda. Keajaiban.

Teet!

Pergantian jam pelajaran.

"Gaara-san. Temui aku istirahat nanti," Gaara menaikkan sebelah alisnya tinggi, sedang semua mata mengernyit ingin tahu. Ada apalagi ini? Apa ia berbuat kesalahan? Seingatnya ia cukup memperhatikan dan tak berulah apapun. Malah—ketimbang Kiba, Gaara lebih rajin dengan mencatat satu dua rumus.

"Gaara-san?"

"Ha'i, sensei." Kakashi tersenyum dibalik maskernya. Selesai merapikan buku-buku paket, pria dengan surai keperakan itu segera meninggalkan kelas yang sontak kembali ramai. Sebagian banyak membicarakan topik dengan Gaara Sabaku sebagai tokoh utama. Mereka beradu argumen diam-diam, memperkirakan kesalahan Gaara . Mungkinkah Gaara tertangkap basah mengkonsumsi obat-obatan? Ah- rasanya mungkin, tak mungkin. Asalnya Gaara memang penuh dengan misteri. Asalnya memang lebel playboy sangat sulit dicabut. Tapi Gaara nampaknya bukan seorang pemakai. Percayalah,

"Oi!"

"Hn."

"Dou shite? Mau menceritakannya padaku." Senggol Kiba mengorek informasi. Menempelkan-nempelkan tubuhnya mendesak, dibumbui rayuan kacang.

"Menyingkir dariku." Dorong Gaara, menjauhkan tubuh Kiba. "Aku akan keluar sebentar,"

"Hey, kau mau kemana? Kurinai-sensei OTW!" Gaara mengangkat bahu acuh. Mendelik galak ketika Kiba hendak bangkit dari kursi, menyusul. "Okay, okay. Up to you, Big Boss. Just go." Gaara memiringkan senyum, menjitak ringan kepala Kiba lekas berlalu.

.

.

Background Music : Maroon 5- Sugar

Gaara meneguk air soda kalengannya hingga tandas. Jade itu masih betah menenggelamkan bayang-bayang Hinata dalam balutan kaus olahraga. Melabuhkan bokongnya di bangku taman, Gaara memandang puas Hinata yang ada dalam barisan. Kelas XI A1 sedang pemanasan sebelum penilaian pashing atas Volley. Hinata nampak santai saja meski tak berkawan. Bibir menggemaskan itu sibuk mengunyah rakus permen karet. Sejak tadi. Gaara penasaran apa yang Hinata kunyah masih dengan merk permen karet malam itu?

Kalau memang benar, maka Gaara bersumpah akan membelinya sepulang sekolah nanti.

"Yosh! Minna, atasi semangat masa muda kalian yang membara dengan berolahraga. Jadikan olahraga sebagai pelampiasan dahaga. Kalian tentu tahu stamina remaja sangatlah besar dan menggebu. Dan diusia kalian ini, adalah tahap terbaik untuk belajar mengotrol lajunya yang terus bertumbuh. Kalian- bla bla bla." Hinata setengah mendengarkan. Posisinya yang terbelakang juga menjadi alasan mengapa ia tak terlalu peduli. Toh, aksi acuhnya tak kan terdeteksi. Demi bakwan jagung, Hinata benar-benar bosan. Olahraga adalah pelajaran paling

Mendokusai na-

Hinata menyisir setiap sisi lapangan. Bermaksud membandingkan arsitektur bangunan megah tersebut dengan sekolah lamanya. Ah- tentu berbeda jauh. SHS sangat memukau. Tak salah, Ia menantang Hinata untuk bisa menembus keangkuhannya. Sekolah ini benar-benar, berlebihan. Segalanya. Segala hal. Baru dua minggu satu hari ia menginjakkan kaki dalam kuasa grup Sabaku, Hinata sudah dibuat muak bukan kepalang.

"Cih! Tak heran anak konglongmerat mengidamkan seko-" gumaman Hinata berhenti tepat ketika amethystnya menemukan Gaara disebrang lapangan. Laki-laki itu menatapnya lurus tanpa kedip. Hinata menyipit tak suka. Bersidekap menantangnya dengan gerakan non verbal. Gaara tertantang. Melempar asal kalengnya ke tong sampah, masih tanpa melepas kuncian mata. Hinata benarlah gadis yang berbeda.

Menarik.

"Hinata Hyuuga? Apa kau mendengarku?" Hinata melepas lipatan lengannya. Menggeleng dibarengi senyum tipis. Sangat tipis. "Begitu kah? Jangan terlalu sering melamun. Nanti timbul kerutan. Kau tak mau seperti Uchiha Itachi, kan?"

Uchiha Itachi?

Serentak para gadis menjerit malu-malu. Menutup rona merah mereka dengan dua telapak tangan. Hinata menggaruk tengkuknya bingung. Sebenarnya siapa Uchiha Itachi? Nama itu asing. Sejauh deretan nama absensi yang sering kali guru sebutkan di kelas, tak satupun siswa memiliki nama tersebut.

"Yosh! Kita mulai saja penilaian hari ini. pengambilan sesuai urutan absensi. Dan seperti biasa, siswa terlebih dahulu. Dimulai dari, Akashi Seijuro (?)"

Meski rasanya enggan, tapi Hinata penasaran. Masihkah Gaara di sana?

"Hmh. Sudah kuduga, memang tak lebih dari seorang pecundang."

Gaara mengantungi dua lengannya dalam saku. Memar Hinata rupanya masih jelas nampak. Kuso! Poni saja tak mampu menutupinya, bodoh. Sungut Gaara membatin seraya menggenggam kuat angin. Surai merah batanya melambai tertiup angin. Tepat ketika pintu kearah rooftop gedung melebar terbuka. Mungkin Sabaku bungsu itu akan benar-benar membolos.

Lagipula ini bukan untuk yang pertama kalinya.

Percaya itu kan?

FLASHBACK, HONEY—

22.00

Background Music : All Around the World- Justin Bieber

You're beautiful, beautiful, you should Know it

(You're beautiful, beautiful, you should Know it)

I think it's time, think it's time that you show it

You're beautiful, beautiful

Gaara mengangkat tangan, ikut terhanyut akan permainan DJ nya sendiri. Lihai menggerakkan tubuh gagahnya menyambangi tubuh-tubuh seksi para gadis yang datang secara sukarela naik keatas panggung. Sontak saja suasana kian memanas ketika naluri membawa Gaara meraba salah satunya. Membelai-belai sakti sembari berbisik nakal. Oh, siapa yang tak kan layu dibuatnya.

"Aku menginginkanmu, Gaara-kun." Gaara tersenyum miring, melepas semua sentuhannya. Mengangkat gelas wine nya keatas meminta para pengunjung untuk bersorak. Dan sesuai dugaan, semua serentak menyuarakan gairah dan semangat ke puncak.

Malam kian larut, kian menggila akan rakusnya dahaga nafsu dunia.

All around the World people want to be loved (yeah)

All around the world they,re no different then us (no)

All around the World people want to be loved

All around the world they,re no different then us

"EVERYBODY SAY—?!"

"ALL AROUND THE WORLD!" Gaara menanggapi sorakan itu dengan puas. Mengambil sebotol anggur mahal. Dikocoknya kuat. Gaara berjalan angkuh ketepian panggung. Menatap lautan manusia yang ada, lekas membuka penutupnya dengan satu kali tarikan. Melepas liar segala semburan manis panas ke setiap pengunjung. Tertawa lepas mengetahui kebiasaannya ini selalu disambut meriah.

"YOU ARE THE BEST, GUYS! I LOVE YA!"

i love everything about you, you're imperfectly perfecr

everyone's itching for Beauty, but scratchin' the surface

lost time is never found , can the DJ please reverse it?

In life we pay for change

Let's make it second worth it!

00.00

Gerimis melanda kota Tokyo. Gaara mengendarai mobilnya dengan mabuk. Sesekali tertawa tanpa alasan dan maksud. Mencengkram asal, kepalanya yang berdenyut bekas minum-minuman beralkohol tadi. Dunia terasa berputar, berbayang, dan berkunang. Gaara tak ingat apa Dunia bisa sebegitu berkilauan.

"Okay, sahabat radio. Kembali lagi dengan Hina yang akan menemani malam minggu kalian dari sini. Waduh, daerah Hina sedang hujan lebat sekarang. Brrr, dinginnnya sampai menusuk tulang. Buat kamu yang sedang berdua-duaan dengan sang pujaan - jangan sampai terbawa suasana untuk mencari kehangatan lho. Bukan apa-apa, nanti Hina cemburu disini. Sudah siaran sendiri, malam minggu, hujan pula. Tapi. Tapi. Tapiii. Apa sih hal yang tidak Hina lakukan untuk para pendengar setia 112.3 FM. Hm? Hm? AKAN HINA LAKUKAN APAPUN! Saking cintanya Hina pada kalian.

"SHIT! Suara siapa, ini! sialan!" Gaara merutuk organ kebanggaannya yang terangsang hebat. Suara ini benar-benar, jalang! Dengan sangat terpaksa, Gaara meminggirkan mobilnya ke tepian. Memukul-mukul dashboard meredam sesaknya yang sulit sekali dikendalikan.

"YOU ASS*OLE!"

Yosh! Untuk menemani awal sabtu malam ini, Hina punya satu buah lagu spesial dari Ariana- Grande. Gimana? Gimana? Hehe. Pasti senang, yah.

Omong-omong soal Ariana Grande? Rasanya bukan lagi rahasia dong, jikalau mendengar pemusik asal Florida bernama lengkap Ariana Joan Grande ini mendapat julukan sebagai artis multitalent. Mulai dari akting, memainkan beragam alat musik sampai suara khasnya yang luar biasa, semua dilakukannya secara sempurna. Setuju? Hm? Yak! langsung saja— Berjudul Popular, Ariana Grande akan segera menyapa indera pendengar semua. Ini, diaaa,"

"Akh—!"

Gaara terengah. Lepas sudah er*ksinya ke udara. Gaara mengumpat hebat untuk itu. Ia menyambar beberapa lembar tisu lekas membersihkan cairan kental berbau tersebut dengan cepat. Salah, ini pasti hanya karena efek minum-minuam tadi. Sumpah, Gaara tak pernah keluar hanya untuk sebuah suara yang memang- okay,

Teramat erotis itu.

"Aku harus menjernihkan isi kepala kotor ini segera," Gaara berupaya menetralkan napasnya yang berat. Merapikan kembali celananya yang turun sampai lutut. Mengemudikan mobil dengan niatan mencari sebuah toko 24 jam.

"Aku pasti sudah gila."

.

.

.

Bersambung-

Iya, bersambung.

See ya-

Ada Author's Note sedikit. Enggak lebih dari perkenalan aja, kok.

Halloha GaaHina Lovers!

Sesuai yang tertera. Pen name saya Nononyan. Ini Fic Gaahina saya yang pertama. Selama ini, sejauh sampai fic ini dibuat, saya berkecimpung dan bergulat dalam pairing Sasuhina.

Sasuhina? Iya- Sasuhina.

Yosh! Karena telah dilebelkan note ini tidak akan panjang, maka perkenalan pertama saya rasa cukup. Sampai segitu ajah. Saya minta para GaaHina lovers mampu menerima kedatangan saya ini.

Peace-

Nononyan.