Unpredictable Love
©Anggara Dobby
Main Cast : Oh Sehun—Lu Han
Genre : Romance Humor Drama
Rate : M 18+
Summary : Luhan adalah seekor tikus kecil pengganggu yang gemar sekali terbawa emosi, sementara Sehun adalah kucing liar yang tujuan hidupnya hanya untuk membuat Luhan emosi. Sampai bumi dan langit bersatupun, keduanya tidak sudi untuk berteman. Tetapi untuk Baekhyun dan yang lainnya, menyatukan dua sepasang musuh itu adalah misi penting untuk mereka. YAOI! [HunHan]
Warn : YAOI—BoyxBoy, Gay content, Mature Content, School!life Enemy!Hunhan DLDR.
Chapter 1 : Eternal Enemy
Pemuda bertubuh kecil —dengan arti lain, kurus dan tidak terlalu tinggi— menyeret koper besar berwarna biru langitnya dengan malas-malasan. Surai coklat madu manisnya tampak berantakan, tetapi sepertinya sang pemilik helaian rambut halus itu tidak mempedulikannya. Dia tetap melangkah dengan langkah terseret-seret sepanjang lorong untuk menuju Asramanya. Seharusnya dia tidak datang terlalu pagi hari ini, akibatnya Ia harus berjalan sendirian di sepanjang lorong yang gelap-mengerikan-menyebalkan tanpa ditemani dua orang teman berisiknya yang bisa mengusir rasa bosan—alih-alih rasa takutnya.
Pemuda dengan yang di Anugerahi kulit seputih dan sehalus bayi itu bernama Luhan. Berasal dari negeri tirai bambu, China. Lebih tepatnya Luhan berasal dari Beijing. Yang kemudian memilih Korea Selatan untuk tempat menimba ilmunya dan menetap disana. Disaat orang-orang dari negeri lain sibuk menuntut ilmu ke negerinya (Ingat pepatah; Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China), Luhan dengan segala kenekatannya pergi ke negeri seberang untuk menuntut ilmu. Untunglah pemuda berparas manis itu memiliki sanak saudara di Seoul, jadi memudahkan segala kebutuhannya selagi Ia masih bersekolah di Seoul. Lagipula Luhan memiliki opini tersendiri tentang sebuah ilmu—semakin jauh dirinya mencari ilmu, maka semakin bertambahlah ilmu pengetahuannya dan pengalamannya.
Tetapi sepertinya bukan hanya sebuah ilmu yang Ia dapati dari sekolah ini, melainkan juga seorang… musuh abadi.
Langkah kaki Luhan terhenti saat sebuah sepatu ber-merk terkenal dan juga—pastinya—sangat mahal berhenti didepannya. Mata yang dihiasi dengan kelopak berbulu lentik itu mengerjab dua kali, sebelum pada akhirnya menelusuri tubuh si pemilik sepatu mahal itu. Luhan benar-benar harus mendongak untuk melihat wajah seseorang dengan tubuh tinggi menjulang itu. dan ketika mata rusanya bertemu dengan mata setajam burung elang itu bertubrukan, Luhan menampakan raut malasnya yang sangat kentara.
"Minggirlah, Oh. Kau menghalangi jalanku." Desah Luhan, bosan.
Ini adalah hari pertamanya masuk sekolah di Tahun ajaran baru, dan juga ini adalah hari yang sangat cerah—dengan matahari bersinar cantik menampakan raut gembiranya, burung-burung berterbangan riang, tak lupa pula kesejukan embun yang masih membekas di rumput-rumput hijau. Tetapi kenapa Luhan harus bertemu dengan seseorang dengan wajah arogan dan menyebalkan ini sebagai orang pertama yang Ia temui disekolahnya? Kenapa? Kenapa? Tuhan jahat sekali padanya.
"Kau yang minggir. Jelas-jelas kau yang menghalangi jalanku, China." Seseorang didepan Luhan mendesis seperti ular—dia memang selalu seperti itu jika berbicara, tidak mau membuka lebar-lebar bibir tipisnya yang senantiasa mengeluarkan cemoohan pedas. Raut tampan yang terlapisi ekspresi dingin itu tampak menyebalkan sekali dipandangan Luhan, membuat pemuda manis itu mendengus kecil.
Tidak mau berurusan dengan orang menyebalkan didepannya, Luhan memilih membungkam bibirnya. Hendak beralih kesamping, untuk meneruskan jalannya, Luhan malah semakin mendengus keras-keras saat seseorang didepannya juga bergerak kesamping. Luhan melangkah ke sisi kiri, dan seseorang itu juga mengikutinya. Luhan membuka bibirnya merahnya sedikit, merasa jengkel bukan main dengan orang dihadapannya.
"Dengar, Oh Sehun." Luhan menyebut nama seseorang didepannya penuh penekanan dan juga rasa jengkel. Tidak mempedulikan tatapan penuh ketidak-sukaan Sehun yang dilontarkan untuknya, karna sudah berani menyebut namanya dengan tidak sopan. "Koridor ini bukan milikmu, bukan juga milik Ayahmu yang sama menyebalkannya denganmu itu. jadi, menyingkirlah dan berikan aku ruang untuk berjalan."
"Kau tidak berhak mengaturku, China." Sehun mengibaskan tangannya dengan wajah arogannya itu.
"Aku punya nama!" protes Luhan.
"Dan aku tidak peduli. Lebih baik kau urusi saja rambutmu yang mirip permen kapas kusut itu."
"Urusi wajahmu yang miskin ekspresi itu!"
"Oho, bagaimana dengan tubuhmu yang tidak tinggi-tinggi itu?"
Luhan mendelik tajam, merasa berkali-kali lipat jengkel dari sebelumnya. Mereka saling melontarkan cemoohan diiringi delikan tajam. Ini dia yang Luhan malas kembali ke sekolah. Oh Sehun—musuh bebuyutannya sejak tahun pertama Ia menginjakan kakinya di Hongdae High School ini. Entah apa penyebab mereka menjadi sepasang musuh yang selalu membuat keributan disekolah setiap harinya, yang pasti mereka selalu bertengkar hanya karna masalah sepele. Luhan bukanlah seseorang yang senang mencari musuh, dia bahkan termasuk siswa yang sangat ramah dan murah senyum pada semua orang—kecuali Sehun, tentunya. Banyak murid yang menyukainya karna sikap Luhan yang easy going dan juga periang. Namun jika sudah berhadapan dengan Sehun, maka Luhan akan menjadi anak yang meledak-ledak dan mengabaikan segala peraturan disekolah untuk tidak berteriak-teriak disepanjang koridor.
Begitupula dengan Oh Sehun, dia adalah pemuda yang berperilaku layaknya Pangeran Bangsawan. Mungkin dia memang masih memiliki keturunan Bangsawan, mengingat keluarganya sangat menjaga tata krama dengan segala sikap elegan dan anggunnya. Keluarga Oh memang sangat dihormati dan termasuk keluarga yang berpengaruh di negeri ini—sebagian keluarga Oh bekerja di Kementrian, Ayah dari Oh Sehun pun seorang pemilik Pusat Perbelanjaan tersohor dikota ini. Maka dari itu, Sehun memiliki sikap tenang dan elegan khas keturunan Oh. Dia hanya berbicara seperlunya, dan pandai memilih teman—dengan kata lain, dia hanya ingin berteman dengan orang yang sederajat dengannya. Sehun memang agak (sangat) sombong dan arogan, dia bahkan memiliki lidah berbisa yang selalu mengeluarkan kata-kata beracun. Itulah mengapa Luhan sangat mengklaim Sehun sebagai musuh abadinya. Selain karna Sehun juga sangat tidak menyukainya (untuk yang satu ini, Sehun selalu banyak berbicara saat berdebat dengan Luhan), Sehun juga rival Luhan dalam memperebutkan prestasi disekolah.
"Jangan membawa-bawa tinggi tubuhku, Larva!"
"Beraninya kau menyebutku Larva." Sehun menggeram rendah. "Kau tidak tahu siapa aku?!"
Luhan memutar bola-mata cantiknya dengan jengah, "Tentu saja aku tahu. Kau itu Oh Sehun si anak manja yang selalu berlindung dibawah ketiak Ayahmu yang sedingin es beku itu."
Gigi Sehun bergemeletuk dengan kesal. Dia harus mengakui jika bocah didepannya ini memanglah 'The one and only' yang sangat berani padanya. Lihat saja sekarang, Luhan kembali membawa-bawa Ayahnya dan menunjuk-nunjuk wajahnya dengan tak sopan. "Dan kau? Kau hanyalah bocah tengik dari Tiongkok yang terdampar di Seoul dengan tubuh kekurangan gizi seperti itu." Sehun menarik satu sudut bibirnya, membentuk seringaian menyebalkan yang sudah ratusan kali Luhan lihat.
Luhan dengan api berkobar-kobar didalam tubuhnya, segera menjambak rambut hitam legam milik Sehun dengan sekuat tenaganya. Percayalah, Luhan mulai beraksi jika Sehun sudah mengeluarkan seringaian mencelanya itu.
Sementara itu, Sehun ditengah-tengah ringisan sakitnya akibat jambakan kuat dari Luhan, mulai menyerang balik pemuda kecil itu. Dia meraih tangan Luhan yang berada dikepalanya, dan memelintirnya kuat-kuat. Sehun melebarkan seringaiannya melihat Luhan berteriak-teriak sakit. Rasakan itu bocah! Suruh siapa mengatainya anak manja? Sehun sangat tidak senang dengan panggilan itu. dia bahkan rela bersekolah disini dan menetap di Asrama, meninggalkan mansion dan fasilitas-fasilitas mewahnya demi menuruti keinginan sang Ibu yang ingin dirinya belajar mandiri. Dan Luhan dengan segala kepintaran berbicaranya itu mengatainya anak manja? Hell, Sehun bersumpah akan membakar sepatu futsalnya nanti.
Oh Sehun memang sangat Out Of Character jika sudah dekat dengan Luhan. sikap tenangnya akan hilang, digantikan sikap meledak-ledaknya. Tata krama dan kesopanannya akan musnah, digantikan ocehan pedasnya untuk anak Tiongkok itu. dan juga hanya dengan Luhan, dia bersikap apa adanya—maksudnya, menunjukan segala kekurangannya yang kurang-ajar itu. seperti mengejek, dan mengganggu Luhan terus-menerus.
"Ini bahkan masih terlalu awal untuk membuat keributan, Oh Sehun, Luhan."
Sehun dan Luhan menulikan pendengarannya dari suara baritone yang dikenalnya sebagai suara milik si Ketua Osis. Suara derap langkah kaki mulai meramaikan koridor yang tadinya sangat hening itu, menandakan murid-murid mulai berdatangan memenuhi Asrama.
"Dasar mayat hidup!"
"Shut up, rusa betina!"
"YA! Aku ini Jantan, sialan!—Akh, tanganku!"
"Apa kalian tidak mendengarkanku?! Berhentilah bertengkar. Kalian ini sudah bukan anak ingusan lagi seperti Tahun lalu!" Kris—si Ketua Osis, membentak keduanya dengan jengkel. Dia memisahkan kedua anak berbeda tinggi badan itu dengan sekuat tenaga. Ya Tuhan, sampai kapan Kris menangani dua bocah yang sering membuat onar ini?
Luhan melipat kedua tangannya didada dengan wajah merengut. Merasa bersalah pada Kris yang harus memisahkan mereka lagi untuk yang kesekian kalinya. Ini semua 'kan karna ulah si Oh muda itu. sementara Sehun hanya memandang rendah pada Kris. Walaupun Kris adalah Ketua Osis sekaligus anak pemilik Yayasan ini, Sehun sama sekali tidak gentar pada lelaki berwajah kebaratan itu.
"Maaf, Kris. Larva itu yang memulainya." Luhan menunjuk Sehun dengan dagunya, masih dengan raut cemberut kekanakannya.
"Teruslah melakukan distorsi sampai tubuhmu tinggi, China."
"Kubilang jangan membawa tinggi badan—"
"Astaga, kalian benar-benar ingin kuhukum?!" bentak Kris, murka. Dia sudah siap-siap memukul kepala kedua anak itu, kalau saja suara datar Sehun tidak menginterupsinya.
"Kau belum bisa memberikan kami detensi, karna ini belum benar-benar aktif sekolah. Jadi, jangan coba-coba memukul kepalaku, Wu." Desis Sehun. pemuda tinggi itu lalu berjalan melewati Luhan dan Kris seraya membenarkan letak almamater-nya yang sedikit berantakan karna Luhan. melangkah dengan arogan, melewati beberapa pasang mata yang memandangnya dengan pandangan berbeda-beda makna.
Kris berdehem, merasa benar dengan yang diucapkan Sehun. Dia harus menelan hasratnya bulat-bulat untuk menendang Sehun. "Baiklah, kau hanya dapat peringatan kali ini. Tetapi tidak untuk besok-besok, Luhan. silahkan kembali ke kamarmu."
Luhan mengangguk kecil, lalu meneruskan jalannya yang sempat tertunda tadi.
Athena, adalah nama untuk Asrama yang Luhan tempati. Diambil dari nama Dewi Yunani yang terkenal karna keberaniannya dan kebijaksanaannya. Lambang asrama ini adalah Ular yang tidak berbisa dan juga identik dengan warna biru cerah. Entah hanya kebetulan saja atau apa, anak-anak dari asrama Athena memiliki kepribadian yang hampir sama. Lebih menonjol dibidang seni daripada di materi pelajaran—bukan berarti mereka bodoh dipelajaran, hanya tak terlalu menguasai materi pelajaran. Anak asrama Athena cenderung memiliki sifat seperti remaja pada umumnya. Senang bermain-main, penuh rasa keingin-tahuan, dan juga ramah pada setiap orang yang ditemuinya. Mereka bukanlah sekumpulan murid-murid yang gila belajar dan menaati segala peraturan disekolah, pada kenyataannya mereka tetaplah sama seperti pelajar lain. Adakalanya mereka membuat kenakalan untuk mengurangi rasa penat karna terus-menerus mempelototi buku pelajaran.
Sementara disisi kiri asrama Athena, terdapat satu Asrama lagi. Hongdae High School memiliki satu gedung besar yang digunakan untuk dua asrama sekaligus. Yang kedua ini bernama Ares, kali ini diambil dari nama Dewa Yunani yang terkenal dengan kepribadian mengerikan dan haus darahnya. Ini karna sebagian besar anak-anak dari Ares memiliki keberanian yang besar dan kecerdasan otaknya. Mereka lebih unggul dalam science daripada anak-anak Athena. Lambang asrama ini adalah seekor naga dan juga identik dengan warna hitam —yang menyebabkan Luhan mengatakan asrama Ares lebih pantas dibilang rumah angker— Seperti mitologi aslinya, dimana Dewa Ares bermusuhan dengan Dewi Athena—begitupula yang terjadi disekolah ini. Selalu terjadi perang dingin jika anak dari asrama Ares bertemu dengan anak dari asrama Athena. Biasanya yang memulai terlebih dahulu adalah anak-anak Ares yang terkenal dengan sikap arogan mereka. Bukan hanya karna anak-anak Ares yang semuanya dari kalangan atas, mereka juga memiliki kelicikan dan hobby merendahkan orang lain—khususnya kepada anak-anak Athena.
Walaupun anak-anak dari dua asrama itu bermusuhan, tetapi jika ada sebuah kerja-sama yang mengharuskan mereka bersatu dan berkelompok, mereka tetap menjunjung tinggi 'kerja sama' itu. menyingkirkan permusuhan dulu untuk sementara.
Dan yang paling terkenal karna permusuhannya adalah, Oh Sehun dan Luhan. dua anak berbeda asrama yang sejak tahun pertama di Hongdae High School sudah mendeklarasikan permusuhan mereka. Siapa yang tidak mengenal mereka? Yang satunya juara olimpiade fisika berturut-turut, yang satunya lagi Kapten tim Sepak Bola yang selalu memenangkan piala-piala untuk sekolah mereka. Dua orang berprestasi yang anehnya selalu masuk ruang Kesiswaan—karna setiap hari membuat onar disekolah.
Murid-murid disana sudah bosan sekali melihat Sehun dan Luhan berteriak-teriak adu debat sepanjang koridor dengan jari tengah teracung masing-masing ditangan mereka.
Begitupula teman-teman mereka yang sudah jenuh. Andai saja dua orang itu bisa akur—atau menjadi sepasang kekasih, pasti sekolah ini akan tentram dan nyaman.
Yeah, itu hanya seandainya.
"LUHAEN~ AKU RINDU SEKALI DENGANMU!"
Adalah teriakan memekakan telinga milik pemuda bertubuh mungil yang kini tengah memeluk Luhan dengan erat-erat. Mengalungkan tangannya dileher Luhan seperti anak kera, pemuda itu tidak menghiraukan suara tercekat Luhan yang sedang berusaha menghirup oksigen dengan baik.
"B—baek, urgh—"
"Bagaimana liburanmu di Beijing? Apa menyenangkan? Apa kau benar-benar menghabisi liburanmu didalam rumah hanya dengan tidur sepanjang hari seperti rusa hibernasi?"
"Memangnya rusa perlu hibernasi juga?" celetuk pemuda lainnya yang tengah memindahkan barang-barang dari dalam kopernya kedalam lemari besar yang tersedia didalam kamar mereka. Sesekali pemuda berwajah agak simetris itu mengumpat, melihat beberapa tikus yang berlarian saat Ia mengecek lemari bagian bawah. "Hell, apa makanan tikus sekarang adalah celana dalamku?"
"Baek, Luhan akan mati jika kau terus memeluknya seperti itu!" Suara menggelegar milik pemuda lainnya berhasil menyelamatkan nyawa Luhan yang sebentar lagi sepertinya akan terbang menuju awan-awan. Sementara pemuda mungil yang diketahui bernama Baekhyun itu melebarkan senyum kikuknya. "Maaf, Lu. aku hanya terlalu excited."
Luhan yang sedang berusaha bernafas dengan teratur itu mengangguk kecil. "Aku tidak apa-apa, aku tidak apa-apa." dengan wajah memerah, nyaris kehabisan nafas.
"Oh, aku rindu sekali dengan tempat tidurku ini." Pemuda kecil bernama lengkap Byun Baekhyun itu menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang miliknya. Mengabaikan koper besarnya yang tergeletak begitu saja diatas lantai.
"Bagaimana liburan kalian, teman-teman?"tanya Baekhyun.
Pemuda bermata bulat —yang sudah menyelamatkan nyawa Luhan dengan suara lantangnya— itu menjulurkan kepalanya kebawah, demi melihat Baekhyun yang berguling-guling malas diranjangnya. Kyungsoo –nama pemuda itu- memang mendapat tempat tidur yang berada di posisi atas—asrama ini menyediakan tempat tidur tingkat. Awalnya Baekhyun yang berada diatas, tetapi karna mengalami jatuh dari tempat tidur sebanyak lima kali akibat pergerakannya yang hiperaktif saat tertidur, Baekhyun memutuskan menukar tempat dengan Kyungsoo yang lebih tenang saat tertidur. Baekhyun tidak akan masuk keruang kesehatan lagi jika Ia tidur diranjang bawah.
"Aku hanya menghabiskan waktu dengan—"
"Membaca buku. Jangan dijawab, aku sudah tahu." Baekhyun memotong perkataan Kyungsoo cepat-cepat. Membuat pemuda bermata Owl itu mendelikan matanya dengan sebal.
"Liburanku cukup menyenangkan, karna aku bereksperiman dengan sepupuku untuk membuat penemuan canggih." Sahut Jongdae—pemuda berkacamata kotak, yang sedari tadi merutuki tikus-tikus yang menggigiti celana dalamnya selama Ia meninggalkan kamar asramanya. Sekilas orang yang baru melihatnya akan menyangka dia anak geek, padahal kenyataannya Jongdae sangat phobia membaca buku.
"Apa yang kau buat?" tanya Luhan. Jongdae itu memang memiliki kemampuan seperti seorang ilmuwan hebat. Dia sering membuat barang-barang unik yang berguna dari hasil tangan dan otak kreatifnya. Tapi terkadang penemuannya itu agak sinting dan tidak masuk diakal. Terakhir kali Ia mendapat detensi dari guru kesiswaan karna telah membuat sebuah Pulpen mata-mata. Dimana pulpen itu sangat berguna untuk Jongdae karna bisa melihat apa yang telah ditulis oleh orang yang menggunakan pulpen tersebut—istilah kasarnya sih, dia mencontek.
"Aku sedang ingin membuat Time-machine, tetapi belum berhasil."
"Time machine itu seperti apa?" tanya Luhan (lagi) dengan wajah bak anak kecil yang ingin mengetahui kenapa burung bisa terbang.
"Apa seperti yang dimiliki Doraemon? Yang bisa menjelajahi masa depan seperti yang Nobita lakukan?" celetuk Baekhyun tak kalah polosnya. Yang dihadiahi putaran bola-mata malas dari Kyungsoo. "Itu terdengar fiktif sekali."
Jongdae mengangguk antusias. "Kurang lebih seperti itu. tetapi aku memodifikasinya seperti sebuah jam tangan, dimana saat kau atur waktu dibenda itu sesuai yang kau mau, kau akan berada diwaktu yang telah kau setting dijam tangan itu. Ini baru rencanaku dan Changmin hyung sih."
Ah, Changmin adalah sepupu Jongdae yang merangkap sebagai guru Fisika dan Kimia disekolah ini. Guru jangkung yang terkenal dengan ketroll-annya dan sikap friendly-nya.
"Kau akan gagal, seratus persen." Sahut Kyungsoo, diangguki Luhan dan Baekhyun bersamaan. "Itu terlalu fiktif dan mengada-ngada. Ilmuwan-ilmuwan terdahulu yang seangkatan Albert Einsten saja tidak bisa membuat penemuan seperti itu. apalagi kau—" Kyungsoo memandang Jongdae dengan mata memicing, "—Yang notabene hanya anak tingkat tiga SMA dengan otak penuh keisengan."
Jongdae menahan hasratnya untuk tidak melempar kopernya kewajah Kyungsoo. semakin kesini, anak penggila buku itu semakin pintar mencelanya. Seharusnya dia lebih pantas di Ares, daripada di Athena.
"Benar, Jongdae. Tidak ada yang bisa menjelajahi waktu." Luhan mengangguk-anggukan kepalanya seperti seorang Proffesor bijaksana yang sedang mengajari muridnya. "Kalaupun ada, itu pasti di film fantasy."
"Kalian terlalu meremehkanku." Jongdae bereekspresi malas. "Lihat saja, dewasa nanti aku akan berhasil membuat benda seperti itu."
"Semoga sukses, Proffesor Kim troll Jongdae." Baekhyun melebarkan cengirannya yang diikuti oleh Luhan dan Kyungsoo. yang selanjutnya ketiga pemuda berperawakan kecil itu berlarian menghindari Jongdae yang sudah mengeluarkan taringnya, bersiap menyerang ketiga temannya.
"Jongdae-ya, selamat! Setelah mencoba yang ketigapuluh-lima kalinya, kau akan berhasil membuat Arloji canggih itu."
Tiba-tiba keributan yang dihasilkan oleh keempat remaja didalam ruangan itu lenyap, digantikan suasana hening yang awkward. Terlebih Jongdae yang terdiam, mengatupkan bibirnya rapat-rapat, saat pemuda lainnya yang baru saja masuk kekamar mereka menjabat tangannya dengan senyuman manis yang menampilkan dimple menggemaskannya.
"Dan penemuanmu itu akan sangat berguna untuk orang lain." Lalu pemuda itu beralih memandang kearah Luhan yang hanya bisa mengedip-ngedipkan mata rusanya, bingung. Setelah mengucapkan beberapa kalimat membingungkan, pemuda bernama Zhang Yixing itu berjalan santai menuju ranjangnya yang juga ranjang milik Luhan.
Keempat remaja yang masih mematung itu segera mengerubung, dan memojok ke sudut ruangan bagai kumpulan semut yang mengerubungi sebuah permen.
"Ada yang tahu maksud perkataan ambigu, si aneh Zhang itu?" Jongdae memulai, sebagai pihak yang dituju oleh perkataan Yixing.
Ketiga lainnya menggeleng bersamaan.
"Jangan dipikirkan, Yixing kan memang—" Baekhyun berbisik dengan mata menatap temannya satu-persatu. "Aneh dan tidak jelas."
"Jongdae-ya, aku punya racun tikus, jika kau mau untuk mengusir tikus-tikus kecil yang merusak beberapa celana dalammu itu."
Keempat pemuda yang sedang mengerubung itu refleks menengok kearah Yixing yang tengah merapikan barang-barangnya tanpa melihat kearah mereka sedikitpun. Jongdae meneguk liurnya susah payah. Anak itu baru saja masuk kedalam sini beberapa detik yang lalu, dan—
"DARIMANA KAU TAHU CELANA DALAMKU DIGIGITI TIKUS?!"
"Hei, kawan. Ada apa dengan wajah berlipat-lipatmu itu?"
Sehun baru saja melangkahkan kakinya kedalam kamar asramanya, dan langsung mendapat pertanyaan dari temannya yang memiliki telinga seperti peri.
"Sambutan yang bagus sekali, Chanyeol." Sehun melirik datar pada teman bertubuh jangkungnya yang tengah duduk dijendela yang terbuka itu.
"Terimakasih." Chanyeol nyengir.
Sehun mengabaikan Chanyeol yang kerap kali salah fokus dan tidak tahu kondisi itu. dia menyeret koper besarnya dan menaruhnya disudut ruangan. Sehun malas sekali untuk membereskan barangnya. Mungkin nanti malam baru Ia rapikan.
"Kau sudah bertemu Luhan? Bukankah tahun ini dia bertambah cantik dan manis? Tidak bertemu dengannya nyaris sebulan, membuatku terpana melihatnya lagi. Aku merasa telah jatuh cinta padanya." Chanyeol membuka suaranya kembali, kali ini awal pembicaraan yang sangat-amat tidak disukai Sehun. Oh, menjijikan sekali mendengar Chanyeol memuja Luhan dengan nada seantusias itu. Seterobsesi itukah temannya pada si China menyebalkan itu?
"Kau benar, Chan. Dia cantik sekali! Jika boleh jujur, dia bahkan lebih cantik dari siswi tercantik disini." Kali ini seorang pemuda berkulit tan yang membuka suaranya. Fokusnya pada komik anime ditangannya tergantikan dengan topik pembicaraan mengenai anak asrama sebelah bernama Luhan.
Chanyeol mengangguk, menyetujui. "Orientasiku bisa melenceng jika seperti ini."
"Bukankah kau sudah melenceng?"
"Setidaknya, belum. Sampai Luhan mau jadi kekasihku, mungkin?" Chanyeol tertawa dengan kalimatnya barusan, berbeda dengan Jongin yang mendengus.
"Jangan bermimpi. Sainganmu banyak sekali."
"Aku siap bersa—"
"Bisakah kalian berdua tidak membahas Kijang itu didepanku?" desis Sehun, penuh penekanan. Giginya bahkan sempat bergemeletuk mengerikan. Dua temannya ini apa tidak punya otak? Bukannya menyapanya dengan senyuman hangat setelah tidak bertemu berminggu-minggu karna liburan panjang (walau secara teknis Chanyeol dan Jongin sering main kerumahnya), malah mengagung-agungkan musuh besar Sehun dihadapannya. Rasanya dia ingin mendorong Chanyeol dari jendela kamar, dan menendang Jongin dari atas tempat tidurnya.
"Rusa, Sehun. bukan Kijang." ralat Tao, polos. Salah satu teman Sehun yang berasal dari Qingdao, yang memiliki sifat polos tapi menyebalkannya bukan main.
Ah, anak-anak dari asrama Ares 'kan memang menyebalkan semua.
"Peduli setan." Dengus Sehun.
"Kau belum melihat Luhan, ya? Makanya kau kesal seperti itu?" tanya Jongin. yang malah memancing amarah Sehun.
"Tentu karna aku sudah melihatnya, pagiku jadi kacau begini."
"Kau pasti sangat terpana hingga menjadi kacau." Tao kembali menyahut tanpa disuruh.
Sehun mendecih kesal. "Itu hanya dalam mimpimu, Tao. Aku tidak sudi terpana pada Kijang itu."
"Rusa, Sehun. bukan Kij—"
"Sial, Huang Zi Tao! Bisakah kau tutup mulutmu atau aku akan memasukanmu ke kebun binatang?" Geram Sehun. Tao kali ini membungkam bibirnya dan cepat-cepat berkutat lagi pada koleksi komik milik Jongin. Dua pemuda lainnya hanya terkikik melihat Tao mendapat semburan kemarahan dari Sehun. padahal masih pagi, tapi Oh Junior itu sudah meledak-ledak seperti ini.
"Bagaimana liburanmu, Sehun?" tanya Chanyeol, mengalihkan topik pembicaraan yang pastinya akan menimbulkan pertengkaran sengit ini. Sehun tidak menyukai apapun yang bersangkutan dengan Luhan, omong-omong.
"Kau sudah menanyakan itu ditelepon berkali-kali." Sehun tidak tahan untuk tidak memutar bola-matanya. Sikapnya memang seperti itu, apatis dan menjengkelkan. Tetapi sebenarnya, dia adalah tipe teman yang baik dan loyal.
"Sehun, ada kabar burung mengatakan kalau kau akan dijodohkan?" tanya Jongin, memandang kearah Sehun dengan lekat-lekat. Chanyeol dan Tao juga ikut memandangnya.
"Serius?" tanya Tao.
Sehun merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur miliknya. "Tanyakan saja pada Ayahku, aku tidak mengurusi hal itu." ujarnya. "Lagipula, aku masih terlalu kecil untuk menikah."
"Kau yakin, kau masih kecil? Bukankah yang dibawah sana sudah besar?"
Bantal putih itu langsung mendarat pas diwajah Jongin. "Bajingan." umpat Sehun, dengan seringaian samar. Entah apa maksudnya dia menyeringai, mungkin karna perkataan Jongin yang benar seratus persen.
"Itu hanya kabar-burung. Sampai saat ini Ayahku tidak mengatakan apa-apa tentang perjodohan." ucap Sehun. Dia tidak yakin ayahnya akan menjodohkannya. Pria itu bahkan tidak peduli sekali dengan percintaannya—walau sampai saat ini, Sehun belum mau merekrut seseorang untuk menjadi kekasihnya. Kedua orangtuanya tidak pernah menuntutnya agar segera mempunyai kekasih, karna dirinya masih diwajibkan untuk fokus saja pada sekolah. Lagipula, Ibunya akan sangat marah jika dirinya menikah diusia yang belum matang dan mapan. Sehun pun hanya ingin menikah dengan orang yang benar-benar tepat nantinya.
Sial, kenapa dia jadi memikirkan pernikahan? Lulus sekolah saja belum.
"Tapi jika kau benar-benar dijodohkan bagaimana? Hal itu bisa saja terjadi dikalangan anak-anak pengusaha dan pejabat." ucap Chanyeol. untung saja Ayahnya bukan keduanya, pengusaha atau pejabat. Jadi Chanyeol tidak perlu khawatir akan dijodohkan. Dijodohkan adalah pilihan yang sangat buruk.
"Jika menurut orangtuaku itu pilihan yang baik, aku akan menerimanya."
"Bagaimana kalau jodohmu adalah Luhan?"
Dan satu bantal melayang kearah Tao, tepat mengenai wajah tak berdosanya.
"HEY, HIDUNGMU BIASA SAJA YA!"
"Errr—Luhan, hidungnya Sehun memang seperti itu."
"Lihat! tampangnya itu mengundang fanwar, Kyung!"
"Han, fanwar itu pertempuran antar fans."
Kyungsoo memutar bola-matanya malas sekaligus sebal dengan Luhan yang masih saja meladeni Sehun yang sengaja mengejeknya dan membangkitkan emosinya. Salah Kyungsoo juga, kenapa memilih tempat duduk yang berdekatan dengan kubu Sehun. Jadi semuanya rumit seperti ini. Luhan dan Sehun pasti akan terus berdebat selama acara sambutan berlangsung.
"Sudah tahu Sehun suka sekali membuatmu kesal, masih saja diladeni. Kau berdua itu memang sama saja." Gerutu Kyungsoo. padahal hari ini pertama kalinya mereka bertemu setelah berminggu-minggu libur panjang, tetapi dua orang itu tidak pernah bisa menyurutkan api permusuhan mereka.
"Jelas aku tidak sama dengannya!" protes Luhan, masih mendelik pada Sehun yang tersenyum mengejek diseberang mejanya. Betapa inginnya Luhan merobek bibir tipis itu dengan tangannya sendiri.
"Lagipula siapa yang mau disamakan denganmu, China?" sahut Sehun, "Sudah kurus kering, temperamental, idiot pula."
Luhan menganga. Telinganya memerah dan hidungnya kembang-kempis. "Ap—kau yang idiot!"
"Kau."
"KAU!"
"Kau."
"KAU!"
"Sudahlah, kalian ini sama-sama idiot. Diam saja." Sahut Baekhyun dengan datar, mengundang gelak tawa berlebihan dari dua sahabat Sehun yang duduk disisi kanan-kiri pemuda itu, bagaikan pengawal.
"Park Chanyeol. Kim Jongin." desis Sehun.
Kedua orang itu langsung terdiam dan memasang wajah –sok- angkuhnya lagi. Dengan alis yang ditautkan, mata ditajamkan, juga dagu yang diangkat tinggi-tinggi. Membuat Luhan dan teman-temannya memutar bola-mata bersamaan. Anak-anak dari asrama Ares pasti memiliki penyakit sama semua, hingga wajah mereka terlihat menjengkelkan dan aneh seperti itu.
Suasana riuh para murid seketika menjadi hening saat seorang pria dewasa yang menjabat sebagai Kepala Sekolah mereka memasuki aula besar. Dibelakang Kepala Sekolah diikuti beberapa guru dan anggota Osis. Melihat itu, Sehun hanya bisa menghela nafas bosan. Ini akan memakan waktu yang banyak. Tradisi setiap awal masuk sekolah, pidato panjang lebar beberapa guru dan juga serangkaian celotehan Ketua Osis yang tidak berguna. Ah, dan juga sambutan untuk para murid baru yang akan menjadi adik kelas mereka nantinya. Betapa membosankannya hal itu semua untuk Sehun.
Pemuda tinggi berkulit pucat itu melirik kearah musuh besarnya, Luhan. anak itu terlihat bertepuk tangan dengan semangat saat Kepala Sekolah mereka berdiri dihadapan murid-murid dengan aura tegasnya. Sehun mendengus, konyol sekali Luhan itu. dia sepertinya memiliki obsesi tersendiri pada Kepala Sekolah mereka yang tergolong masih muda itu.
Sehun mendelik tidak suka saat Luhan membalas pandangannya, dengan diiringi acungan garpu tajam—seolah-olah Luhan tengah mengancam akan menusuk mata Sehun menggunakan benda itu.
"Apa lihat-lihat?!"
Sehun menarik satu sudut bibirnya keatas, "Dasar percaya diri!" ucapnya setengah berbisik—mengikuti Luhan. Choi Siwon yang terhormat bisa saja mendengar ucapannya jika Ia bersuara keras, mengingat Kepala Sekolah muda itu memiliki pendengarannya yang sangat tajam. Sehun tidak mau lagi diceramahi dua-jam penuh oleh Kepala Sekolahnya itu seperti tahun lalu, saat dirinya kepergok tengah beradu-mulut dengan Luhan. Beradu-mulut disini tidak berkonotasi porno oke? Mereka berdebat, hanya itu. memangnya apa yang bisa diharapkan dari Tom and Jerry itu?
"...Aku hanya ingin menyampaikan beberapa informasi untuk kalian, sebelum sarapan dimulai. Aku harap kalian semua mentaati peraturan baru yang sudah ditetapkan. Setiap peraturan yang dilanggar akan ada sanksi-nya. Kalian bisa lihat peraturan itu diruang utama asrama kalian dan—"
"Sudahlah, Choi Siwon tidak kemana-mana. Jangan dipandangi seperti itu, kau bisa melamarnya sepulang sekolah nanti." Sehun menyeringai tipis kearah Luhan yang lagi-lagi berhasil terbakar emosi. Lihat saja kilatan matanya yang mengobarkan api itu. Sehun senang sekali melihatnya.
Entahlah, bagi Sehun membuat Luhan marah-marah adalah kebahagiaan tersendiri untuknya. Melihat Luhan berjalan tenang tanpa ada gerutuan-gerutuan dibibirnya membuat Sehun selalu bersemangat untuk membuatnya terjangkit emosi. Seperti otomatis, Sehun melakukannya setiap hari. Menyulut api pertengkaran diantara mereka. Yang bodohnya, Luhan selalu meladeninya.
"Diam kau, Larva." Desis Luhan.
"Aku punya hak untuk berbicara, Kijang."
Luhan mendengus. Sehun selalu punya panggilan-panggilan baru untuknya. Bagus sekali, sekarang dirinya akan dikatai Kijang setiap saat oleh Oh Muda itu.
"Yang kau maksud berbicara itu mencela orang?"
"Aku tidak merasa mencelamu, jika kau terlalu percaya diri, China."
"Oh, aku maklumi itu. kau mana punya perasaan, otak saja tidak punya. Menyedihkan sekali hidupmu, Oh Larva."
Sehun menyeringai, "Sadarlah, siapa yang tidak punya otak disini."
Luhan menggeram. Sejurus kemudian melempar Roti selai kacangnya kearah Sehun, tepat mengenai wajah tampan pemuda itu, kini hidung Sehun penuh dengan selai kacang yang manis. Luhan tertawa bahagia. Tawa yang lebih mirip tawa anak kecil.
"Hahaha, selai kacang cocok untuk wajah menyebalkanmu, Oh Larva!"
Sementara itu, Sehun dengan cepat meraih makanan yang ada dinampan kudapan paginya kearah Luhan dengan bertubi-tubi. Beberapa makanan itu mengenai Baekhyun dan Kyungsoo yang duduk disebelah Luhan, bahkan ada yang melayang jauh. Tak ayal hal itu membuat Baekhyun dan Kyungsoo berteriak kaget, karna kepalanya menjadi sasaran timpukan Sehun.
"Rasakan pembalasanku!" Luhan juga melemparkan semua isi sarapannya kearah Sehun. dia meraup apa saja yang ada dinampannya.
Sehun dengan cepat menghindar kala melihat roti-roti dan beberapa buah melayang kearahnya. Alhasil makanan itu mengenai orang lain, lebih tepatnya mengenai Chanyeol dan Jongin.
Suasana menjadi riuh seketika, karna Chanyeol dengan iseng ikut melemparkan makanannya kearah meja anak-anak Athena. Insiden perang makanan pun terjadi didetik selanjutnya. Para anak gadis memekik melihat makanan berterbangan, dan sebagian mengenai wajah mereka yang sudah dipoles make-up sedemikian rupa. Sementara anak lelaki membalikan meja makan mereka, menjadikannya sebagai tameng dan benteng agar tidak terkena serangan.
Pidato Kepala Sekolah pun sudah tidak terdengar lagi, digantikan teriakan-teriakan para murid.
"AAAAA! WAJAHKU!" Baekhyun menjerit saat sebuah kue muffin mendarat diwajah manisnya. Dia memandang garang kearah Chanyeol, si pelaku pelemparan tersebut. "MUSNAH KAU, TELINGA GAJAH!" Baekhyun meraup kentang gorengnya dan melemparnya brutal kearah Chanyeol. for your information, dua anak ini juga sepasang musuh tak kalah tenarnya.
Kyungsoo dan Jongdae memilih berlari dari sana diikuti Jongin yang mengekor dibelakangnya, tetapi masih melempari makanan ke anak-anak lain.
"Jangan ikuti aku, jika kau masih melempari mak—"
PLUK!
Kyungsoo memejamkan matanya, merasakan sebuah telur mata sapi mendarat diwajahnya. Lalu perlahan-lahan jatuh menuju seragamnya.
"O-owh.." Jongin segera menjatuhkan nampan kudapannya. Siaga satu. "A-aku tidak sengaja, sungguh!"
"Kim. Jongin. Tanggung. Jawab!" Kyungsoo menggeram. Terlihat asap hitam imajiner yang keluar dari ubun-ubun kepalanya. Menyeramkan.
"Tanggung jawab apa?! Aku tidak menghamilimu, Aku berani bersumpah!"
Lalu dua orang itu sudah berkejar-kejaran, mengelilingi aula besar yang kini sudah jadi medan perang makanan. Jongdae yang ditinggal sendirian, lebih memilih melarikan diri sendiri. Kemanapun, asal tidak disini. Disini lebih mirip di medan perang, dibanding sebuah sekolahan.
Sementara itu Kepala Sekolah beserta guru-guru hanya bisa mematung, memandangi murid-muridnya yang menjadi bar-bar dan tidak terkendali seperti ini. Hanya seperkian detik, mereka berhasil membuat aula ini menjadi medan perang.
"SERANG MEREKA!"
"SERAAAAANG!"
For god sake.
Choi Siwon rasanya ingin mengundurkan diri menjadi Kepala Sekolah.
Sehun, Luhan serta Chanyeol menundukan wajahnya dalam-dalam diruang Badan Kesiswaan. Mereka bertiga dengan kompak hanya memandangi lantai putih dibawah kakinya. Seolah-olah dibawah sana ada sebuah tayangan menarik yang wajib ditonton. Sementara itu Miss Jung dengan aura dinginnya, mengelilingi mereka dengan penggaris kayu ditangannya. Hawa diruangan ini tidak menyenangkan sekali. Lebih tepatnya suram dan menyeramkan.
"Tahu apa kesalahan kalian?"
Suara dingin Miss Jung terasa amat menusuk kulit. Guru kesiswaan itu memang tidak pernah bersahabat, bahkan dia lebih mengerikan dari Wali Kelas Sehun yang bernama Cho Kyuhyun. Menurut Chanyeol, saat Miss Jung sudah marah maka seluruh udara terasa dingin, tumbuh-tumbuhan akan menjadi layu seketika, dan semua barang akan menjadi beku dalam sekejap. Yang langsung mendapat ucapan malas dari Jongin saat itu: 'Kau kira Miss Jung itu Voldemort?!'
"Kalian harusnya sadar diri, berapa umur kalian sekarang hingga masih melakukan hal-hal tak berguna yang anak SD saja malas melakukannya."desis Miss Jung. "Membuat kekacauan ditengah-tengah pidato Kepala Sekolah, kalian pikir itu tindakan yang bijak?"
"Si China ini yang memulainya." Sehun menuding Luhan dengan cepat.
"Itu tidak benar! Larva ini yang memulai semuanya!" bantah Luhan.
"Dua orang itu yang bersalah. Aku tidak tahu apa-apa, Miss. Sungguh!" kali ini Chanyeol membela dirinya sendiri. Luhan dan Sehun dengan –ajaib— kompak memandang Chanyeol dengan tatapan mematikan.
"Oh ya, kau tidak tahu apa-apa, Park Chanyeol?" Miss Jung menyunggingkan senyum mengerikannya pada Chanyeol. "Lalu siapa yang berteriak 'Serang' dan 'Perang dimulai' tadi?"
Chanyeol langsung diam, dan menunduk lagi. Dalam hati menyumpahi agar lipstick merah dibibir Miss Jung berubah warna menjadi kuning menyala.
"Dan kalian berdua," jemari yang terpoles cat kuku berwarna merah menyala itu menunjuk kearah Sehun dan Luhan. "Aku bosan sekali melihat wajah kalian lagi."
"Aku juga bosan melihat wajahmu." gumam Sehun, yang sialnya didengar oleh telinga tajam Miss Jung.
"Tambahan hukuman untukmu, Oh Sehun." Miss Jung mendesis.
"Apa?" Sehun mendelik tidak terima.
Miss Jung mengabaikan salah satu muridnya yang melayangkan berbagai protesan itu. "Jam istirahat kedua, bersihkan halaman sekolah. jam pulang sekolah, bersihkan koridor sekolah. Tambahan untuk Oh Sehun, tulis kesalahanmu sebanyak lima lembar kertas. Besok semuanya harus sudah beres."
Luhan mengangakan mulutnya, "Tapi—tapi.."
"Luhan, apa kau mau dapat tambahan hukuman juga?"
Luhan langsung membungkam bibirnya. Pemuda manis itu merengut sebal dengan alis menukik tajam pada Miss Jung. Pantas saja wanita itu masih lajang diusianya yang sudah—agak—tua, mana ada lelaki yang mau menikahi wanita menyeramkan seperti itu? Luhan membatin, polos (atau kurang ajar).
"Silahkan keluar dari ruanganku, kembalilah segera kekelas kalian. Ingat, aku akan terus mengawasi kalian bertiga."
Tiga pemuda dengan tinggi berbeda itu (khusus untuk Luhan) keluar dari ruang suram itu dengan langkah gontai. Hukuman mereka lebih berat dari murid-murid lain yang kini tengah berjemur dilapangan ramai-ramai atas perintah Kepala Sekolah. Hal itu jauh lebih baik daripada menjadi pengurus kebersihan sekolah mendadak.
"Ini semua salahmu!" Luhan segera menuding Sehun setelah mereka agak jauh dari Ruang Miss Jung. "Semua hukuman ini karna ulahmu, kenapa kau selalu mencari masalah denganku? Ini bahkan hari pertamaku bersekolah!"
Sehun tidak terima dengan pernyaatan Luhan barusan. Ditambah anak China itu memandangnya dengan pelototan mata yang sama sekali tidak bisa disebut sebuah 'pelototan'. Apa dia tidak bisa memasang wajah yang lebih 'angker' lagi?
"Kau yang lebih dulu melempar makanan kewajahku, jika kau amnesia tiba-tiba, China."
"Itu karna kau dan segala mulut sialanmu yang membuatku kesal—dan tak bisakah kau memanggilku dengan benar?"
"Kijang, misalnya?"
"Jari tengah untukmu, Vampire Gila."
Chanyeol buru-buru menengahi Sehun dan Luhan —yang untuk kesekian kalinya—memperdebatkan hal tak penting. Pemuda jangkung itu merangkul bahu mungil Luhan dengan sok akrab, yang dihadiahi tatapan risih oleh pemuda manis bermata cantik itu.
"Kau tahu, Luhan. setidaknya, kita bisa terus bersama selama jam istirahat sampai pulang. Benar 'kan?" Chanyeol melebarkan senyum creepy-nya.
"Aku tidak tahu jika kita seakrab ini hingga kau merangkulku, Chanyeol." tukas Luhan. dia agak sensitif dengan anak-anak Ares. Menurut Luhan, mereka sama semua. Sama-sama menyebalkan dan selalu membuat naik darah.
"Nah, maka dari itu, lebih dekatlah denganku mulai sekarang."
"A-ah, baiklah. Terserahmu saja."
"Astaga! Kau cantik sekali dilihat dari jarak sedekat ini!"
Luhan segera melepas rangkulan Chanyeol dengan kasar, dia memandang pemuda tinggi itu dengan delikan matanya. Chanyeol malah semakin terpana dengan wajah menggemaskan itu. Sedang marahpun dia tetap terlihat sempurna. Ya ampun, malaikat ini!
"Aku tidak suka dibilang cantik, Telinga gajah!" omel Luhan, lalu berjalan tergesa-gesa menjauhi Chanyeol dan Sehun. dia bahkan menghentak-hentakan kakinya kelantai, tingkahnya persis seperti anak kecil. Hal itu mengundang dengusan geli dari Sehun dan teriakan tertahan dari Chanyeol.
"Dia memberiku panggilan kesayangan." Gumam Chanyeol, tak percaya.
Sehun menyahut dengan malas, "Itu hinaan, bodoh."
Luhan tidak mendengarkan penjelasan Guru Sastra dihadapannya, dia lebih memilih menidurkan kepalanya diatas meja seraya berkaca dicermin mungil milik Baekhyun. Jangan tanya kenapa Baekhyun membawa-bawa cermin ke sekolah, karna Luhan tidak tahu jawabannya. Seharusnya dihari pertama bersekolah, tidak ada materi dulu, tetapi Guru Song yang menyebalkan itu tetap melangsungkan pelajaran. Padahal ini hari pertama Luhan sebagai murid kelas dua-belas, namun dia sudah dibuat pusing lebih dulu dengan materi-materi Sastra ini.
Atau mungkin dirinya yang tidak pernah mau berpikir lebih keras.
"Kenapa si Larva itu selalu mengataiku kurus kering?" gumam Luhan, seraya memperhatikan pantulan wajahnya dicermin. "Padahal berat tubuhku naik akhir-akhir ini, pipiku juga lebih berisi."
"Baek, menurutmu pipiku ini tirus, tidak?" Luhan meminta pendapat Baekhyun yang duduk disampingnya.
Baekhyun meliriknya sekilas, "Tidak. Pipimu agak tembam sekarang."
"Tuh 'kan!" Luhan menggembung-gembungkan pipinya dengan iseng didepan cermin. Apa karna dia banyak makan selama liburan, hingga pipinya gembil seperti ini?
Sementara itu, diseberang meja sana beberapa anak yang melihat aksi Luhan didepan cermin mungilnya hanya menahan nafasnya. Sejak kapan Luhan yang selalu mengaku-ngaku manly itu senang beraegyo didepan cermin?
"Astaga, Luhan." Chanyeol berujar tertahan. Matanya semakin membulat tanpa berkedip. Wajah Luhan terlihat lucu sekali, walau dilihat dari jarak jauh. Rautnya seperti anak kecil dengan bibir merah mudanya yang mengerucut manis. Chanyeol sebagai fanboy nomor satu Luhan merasa akan pingsan beberapa detik lagi.
Aksi menggemaskan Luhan itu juga tak luput dari pandangan mata Sehun, yang kebetulan tahun ini sekelas dengan Luhan. berbeda dengan Chanyeol yang menahan pekikan gemasnya (sekaligus menahan mimisannya), Sehun justru menyunggingkan senyum merendahkannya. Pemuda itu lalu merobek selembar kertas miliknya dan menuliskan sesuatu, yang nantinya akan Ia lemparkan kearah Luhan.
"Lu, kau jadi tontonan anak-anak sinting itu!" Baekhyun berbisik.
Luhan yang masih menggembungkan pipinya itu menoleh kearah yang ditunjuk Baekhyun. Sekitar sepuluh anak lelaki dari meja seberang, memandangnya dengan mata membola. Pandangan mata yang mengatakan 'Jadilah milikku, sweety!'
Seketika Luhan melunturkan ekspresi menggemaskannya menjadi raut datar tak menyenangkan. Dia bergidik ngeri. "Sepertinya disini banyak gay."
Luhan kembali pada kegiatannya, menganalisia dirinya sendiri berdasarkan hinaan Sehun. kali ini tanpa ada cermin. Entahlah, setiap cemoohan yang keluar dari bibir Sehun selalu mengganjal dipikirannya. Karna cemoohan Sehun tidak sesuai fakta dengan dirinya. Selalu melenceng jauh dari kenyataan.
"Oh Larva itu bilang aku idiot dan temperamental. Padahal jelas-jelas aku pintar, buktinya aku bisa memenangkan pertandingan futsal dengan mudah. Nilai matematika-ku tahun lalu juga tidak buruk." Gumamnya, dengan aksen lugu. Definisi nilai bagus menurut Luhan disini adalah angka 6, yang mana biasanya Ia selalu mendapat lima di Matematika.
"Dia saja yang idiot, gen Oh 'kan memang menyebalkan semua." Ucap Luhan, setengah bersungut-sungut. "Lalu temperamental, astaga sepertinya aku harus menendang Larva itu setelah ini. Jelas-jelas aku tidak temperamental. Aku marah jika dia yang memulai semuanya, itu 'kan manusiawi. Orang akan marah jika ada yang mengganggu."
"Dia juga mengataiku pendek, padahal tinggiku hanya sebatas bibirnya. Itu 'kan sudah termasuk tinggi, dia saja yang kelebihan kalsium. Kyungsoo saja yang lebih pendek dariku tidak pernah dihina olehnya."
Luhan mendengus sebagai akhir dari monolognya, "Aku curiga Larva itu menyogok setiap tahun demi peringkat satu-nya. Analisisnya tentangku tidak masuk akal sekali. Dasar bodoh!"
Pluk!
Luhan memungut gumpalan bola kertas yang baru saja mendarat dikepalanya. Sial, siapa yang melempar ini?
Pemuda manis itu membuka gumpalan kertas itu. Dan terpampanglah sebuah gambar kepala rusa yang tengah menggembungkan pipi. Ditambah dua tanduk bercabang-cabang dikepalanya, dan juga balon diatas kepalanya yang berisi tulisan. Luhan mengernyit, ini rusa atau kijang? —pikirnya. Padahal Luhan juga tidak tahu apa bedanya rusa dan kijang.
'Lihatlah aku~~ Aku adalah kijang yang berusaha menarik perhatian semua orang dengan wajah konyolku ini. Menurutmu, aku ini manis atau tidak?'
Wajah Luhan berkerut-kerut kesal. Tidak perlu waktu lama untuk menyadari siapa oknum pembuat gambar ini. Dia segera menoleh kearah meja Sehun, dan benar saja, anak itu tengah tersenyum mengejek kearahnya. Sialan!
Luhan meraih pulpennya cepat, dan hendak membalas penghinaan Sehun diselembar kertas. Kalau saja Guru Song yang cantik nan anggun itu tidak menginterupsi kegiatannya.
"Luhan, apa kau mendengarkan penjelasanku barusan?"
Gawat! Penjelasan apa?
Luhan mendongakan kepalanya, memandang Guru Song dengan takut-takut. Jangan remehkan wajah Guru Song yang terlihat lembut dan anggun, nyatanya dia adalah singa betina berbulu kelinci. Sekarang, seluruh perhatian murid-murid tertuju pada Luhan. Luhan tidak tahu kenapa mereka memandangnya dengan berbagai macam makna seperti itu.
"Drama Musikalisasi untuk bulan depan, seonsaengnim." Jawab Luhan, setelah mendapat bisikan dari Baekhyun.
"Dan dengan siapa kau berkelompok?"
Sial, apa lagi ini?
"Errr, Baekhyun, Chanyeol (—diseberang sana, Chanyeol terlonjak-lonjak senang), Seohyun, Irene, Hani, Soojung, dan Sehun." jawab Luhan dengan pengejaan dari Baekhyun, berterima kasihlah pada sahabat mungilnya itu yang berbaik hati memberitahunya diam-diam. Luhan terdiam beberapa detik, mengulangi sebuah nama terakhir yang diucapkannya, didalam hati.
Sehun.
Se-Hun.
"Apa?!" Luhan tak bisa, untuk tidak berseru. Dia baru saja menyebut nama si Larva itu! itu adalah pantangan terbesar untuknya. Tetapi yang lebih penting saat ini adalah dirinya dan si Larva itu satu kelompok. Ini bencana!
"Kenapa kau kaget seperti itu, Luhan? memangnya kau sudah tahu peran apa yang kau mainkan nanti?" tanya Guru Song.
Kali ini Luhan menggeleng lemas. Baekhyun juga belum tahu hal itu, karna Guru Song belum membagikan peran-perannya untuk Drama Musikalisasi bulan depan.
Guru Song mengulas senyum cantiknya, namun Luhan merasa bulu kuduknya meremang. Dia merasa ada sesuatu yang buruk akan terjadi padanya saat ini, dan untuk satu bulan kedepan.
"Drama yang kelompokmu mainkan adalah Cinderella. Dan aku memberimu tugas peran sebagai tokoh utama dalam Drama itu, yaitu sebagai Cinderella."
"APA?!"
Tobecontinued—or end?
a/n :
Lagi buka-buka file lama eh ketemu fic jamuran ini. Sayang kalo gak di publish hehe. Pas baca ulang, idenya dateng lagi dan tiba-tiba ada setan yang ngebisikin gue "udah publish aja! Ff yang lama mah nanti aja mikirinnya." Kan sialan -_-
Ini bukan FF yang gue rencanain setelah ending Not Perfect sih. karna yg gue rencanain itu masih dalam proses pengetikan.
Jadi… yang suka sok atuh tanggepannya ^^ karna gue bakal hapus fict ini kalo responnya… you know what I mean.
Ps : pls jangan nyumpahin gue karna malah publish ff baru dan yg lain malah ditelantarin /gigit beha/
Pss : sesungguhnya ini gak edit lg jadi typo-nya banyak dan gaya tulisannya masih jadul banget wkwk